Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

“ANALISIS PENDAPATAN TANAMAN PADI DI DESA LORU


KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI”

MADE RAFEL
E32118240

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang

mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian maupun sebagai

penopang pembangunan. Sektor pertanian merupakan penopang perekonomian di

Indonesia karena pertanian membentuk proporsi yang sangat besar memberikan

sumbangan untuk kas pemerintah. Mengingat sumber daya alam yang besar pada

sektor pertanian, maka di masa mendatang sektor ini masih merupakan sektor

penting dalam memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional

(Adiwilaga, 1992).

Sektor pertanian merupakan motor penggerak bagi sektor-sektor lain

sehingga dipandang perlu untuk meningkatkan pembangunan dibidang pertanian.

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan mutu dan hasil produksi,

meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan

kesempatan berusaha dalam mendorong pemerataan, pertumbuhan dinamika

ekonomi pedesaan yang ada gilirannya akan memberikan peluang

mensejahterakan kehidupan masyarakat secara lebih banyak khususnya di daerah

pedesaan, salah satu sumber bahan pangan yang sekaligus merupakan makanan

pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia adalah komoditi padi. Sebagai

sumber makanan pokok, maka komoditi ini perlu mendapat perhatian yang serius

seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan pangan akibat dari pertumbuhan

jumlah penduduk (Syahrudin, 2003).


Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok.

Sembilan puluh lima persen penduduk Indonesia mengkonsumsi bahan makanan

ini. Komposisi nilai nutrisi beras dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Komposisi dan Kandungan pada beras per-100 gram.


Energi 1527 KJ (365 kcal)
Karbohidrat 79 g
Gula 0.12 g
Serat Pangan 1.3 g
Lemak 0.66 g
Protein 7.13 g
Air 11.62 g
Tiamina (Vit.B1) 0.070 mg (5%)
Riboflavin (Vit.B2) 0.049 mg (3%)
Niasin (Vit.B3) 1.6 mg (11%)
Asam Pantotenat (B5) 1.014 mg (20%)
Folat (Vit.B9) 8 ug (2%)
Kalsium 28 mg (3%)
Besi 0.80 mg (6%)
Magnesium 25 mg (7%)
Mangan 1.088 mg (54%)
Fosfor 115 mg (16%)
Zink 1.09 mg (11%)
(Sumber : Data Nutrisi USDA, 2003).

Berdasarkan tabel 1, menunjukan kandungan gizi yang paling dominan

pada beras adalah karbohidrat, yaitu 79 g dalam 100 gram beras. Beras mampu

mencukupi 63% total kecukupan energy dan 37% protein yang dibutuhkan tubuh

(Norsalis,2011).

Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peranan penting adalah

subsektor tanaman pangan, karena tidak hanya menjadi sumber bahan pangan

pokok lebih dari 95% penduduk, akan tetapi sebagai penyedia lapangan pekerjaan

dan sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga pertanian

(Suwastika, 2007).
Sulawesi Tengah merupakan salah satu dareah penghasil beras di

Indonesia yang berpotensi untuk mengembangkan pertanian, hal ini terlihat dari

luas lahan sawahnya pada tahun 2013 mencapai 224.317 hektar dari total luas

Sulawesi Tengah yang sangat potensial untuk mengembangakan sektor pertanian.

Pembangunan sektor pertanian menjadi sangat penting karena mengingat jumlah

penduduk yang berusaha di bidang pertanian masih sangat besar dan kebutuhan

akan beras setiap tahunnya akan terus meningkat (BPS Provinsi Sulawesi Tengah,

2016).

Mepanga merupakan salah satu Kecamatan penghasil beras di Provinsi

Sulawesi Tengah, mempunyai potensi sebagai berikut : (1) tersedianya

sumberdaya manusia sebagai pelaku usaha tani padi yang berasal dari manusia

yaitu sebanyak 3.385 rumah tangga, (2) sumberdaya lahan yang cukup potensial

dan memungkinkan untuk pengembangan tanaman padi yaitu seluas 3.300 Ha, (3)

tersedianya sumberdaya alam berupa air untuk pengairan sawah dan (4) adanya

aksesibilitas penyaluran hasil pertanian ke ibu kota atau kabupaten (BPS

Kecamatan Mepanga, 2016).

Kecamatan Mepanga merupakan daerah penghasil padi sawah terbesar

dengan luas panen sebesar 6007 Ha, produksi yang dihasilkan yaitu 32.825,25

Ton, dan tingkat produktivitas 54,64 Ton/Ha (BPS Kecamatan Mepanga, 2015).

Komoditi pertanian khususnya padi sawah dapat dikategorikan sebagai

komoditi komersial karena sebagian besar ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan

pasar dengan harga yang berlaku di pasar. Melihat produksi padi sawah yang

cukup tinggi di Desa Kotaraya tidak menjamin memberikan pendapatan yang


tinggi bagi petani, mengingat masih kurangnya informasi tentang besarnya biaya-

biaya penggunaan input terhadap besarnya pendapatan yang diterima petani.

Namun saat ini petani di Desa Kotaraya masih memiliki beberapa kendala

yaitu kurangnya mendapatkan penyuluhan sehingga mereka tidak mendapatkan

informasi mengenai penggunaan input usahatani yang tepat sehingga dalam

penggunaan pupuk maupun pestisida hanya berdasarkan pada pengalaman yang

didapatkan petani selama ini dan ini tentunya dapat memberikan dampak pada

penerimaan yang diperoleh petani. Kondisi cuaca yang sering hujan juga mejadi

kendala bagi petani sehingga dapat mengakibatkan peningkatan hama dan

penyakit yang menyerang tanaman mereka. Hal ini juga dapat mempengaruhi

produksi yang dihasilkan petani sehingga berdampak pada pendapatan petani itu

sendiri.

Secara umum peningkatan produksi dapat menjadi suatu indikator

keberhasilan dari usahatani sehingga dapat menjadi tolak ukur kesejahteraan

petani, namun tingginya produksi dalam suatu usahatani belum menjamin

pendapatan yang akan diperoleh petani yang tentunya pendapatan tersebut

dipengaruhi harga yang diterima petani dan juga besarnya biaya input suatu

usahatani (Wafda Rustam, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka, dapat ditarik

rumusan masalah mengenai Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi

Sawah di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong ?


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, dapat ditarik tujuan dari praktik

ini adalah untuk mengetahui mengenai Analisis Pendapatan dan Kelayakan

Usahatani Padi Sawah di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi

Moutong.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini :

1. Bagi penulis, sebagai penambahan wawasan mengenai faktor yang

mempengaruhi pendapatan petani dan kelayakan usahatani padi sawah di Desa

Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong.

2. Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi bagi pembaca mengenai

pendapatan petani dan kelayakan usahatani padi sawah di Desa Kotaraya

Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong.

3. Sebagai sumber literatur dan informasi bagi penelitian selanjutnya.

1.6 Batasan Istilah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini agar pembahasan dalam

penelitian tidak menimbulkan permasalahan yang melebar. Batasan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Negara Agraris adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian disektor pertanian.

2. Bahan Pangan adalah bahan baku berupa hasil pertanian, nabati dan hewani

yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup.


3. Taraf Hidup adalah tingkat kehidupan masyarakat di suatu tempat dilihat

dengan cara memenuhi kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya.

4. Komoditi adalah benda nyata yang relative mudah diperdagangkan, diserahkan

secara fisik,dan dapat disimpan dengan jangka waktu yang relative lama.

5. Produksi adalah kegiatan untuk menambah nilai guna suatu benda atau

menciptakan benda baru untuk memenuhi kebutuhan hidup.

6. Produktivitas adalah

7. Pestisida adalah zat atau bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,

atau membasmi organisme pengganggu.

1.7 Pengukuran Variabel

Adapun variable dan satuan ukur dalam penelitian ini yaitu:

1. Pendapatan adalah pendapatan yang diterima oleh petani yang didapatkan dari

selisih total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang sudah dikeluarkan oleh

petani responden selama proses produksi dalam satu musim tanam, dinyatakan

dalam satuaan Rp.

2. Analisi Kelayakan adalah analisis yang melihat perbandingan antara

penerimaan dan pengeluaran, dengan tujuan yaitu untuk mengetahui apakah

usahatani yang dilakukan layak atau tidak.


II. TINJUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait dengan judul penelitian “Analisis Tanaman

Padi di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong ” antara

lain sebagai berikut: Penelitian Ningtyas (2011) yang berjudul “Analisis

Usahatani Padi Konvensional Dan Padi System Of Rice Intensification (Sri)

Organik (Studi Kasus di Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten

Purworejo, Jawa Tengah)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

keragaan usahatani padi SRI organik di Desa Ringgit dan menganalisis apakah

terdapat perbedaan pendapatan, produktivitas, dan efisiensi yang signifikan antara

pertanian padi konvensional dengan metode SRI organik. Pengambilan sampel

penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu metode sensus dan metode simple

random sampling. Metode pengumpulan sampel yaitu dengan sensus terhadap

petani SRI organik dengan jumlah 31 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukan

bahwa keragaan usahatani padi SRI organik di Desa Ringgit sudah cukup sesuai

dengan panduan penerapan metode SRI organik pada umumnya dan terdapat

perbedaan perlakuan antara pertanian konvensional dengan pertanian SRI organik.

Hasil analisis usahatani produktivitas dari pertanian SRI organik sebesar 4,8 ton

per hektar, lebih 90% dari keseluruhan produk di Indonesia (Saragih, 2001).

Penelitian lain oleh Kartika & Hadi (2010) dengan judul “Analisis

Perbandingan Pendapatan Petani Peserta FEATI (Farmer Empowerment Thourgh

Agricultural Technology and Information) Dan Non FEATI Pada Usahatani Padi
Sawah (Di Desa Bahal Gajah, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun”.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1) Untuk mengetahui realisasi mekanisme

efisiensi petani pada program FEATI ini. 2) Untuk Bandingkan produktivitas dan

pendapatan dari FEATI dan petani Non FEATI pada bisnis Rice-Field Farm. 3)

Untuk Bandingkan efisiensi tingkat bisnis RiceField Farm dari FEATI dan petani

Non FEATI ini. Penelitian ini dilakukan pada April 2012 sampai Agustus dengan

menggunakan jumlah sampel 24 Rice Lapangan Petani, yang termasuk FEATI

dan petani Non-FEATI ini. Realisasi efisiensi petani FEATI ini memiliki

kompatibel dengan program komponen FEATI. Komponen yang bertujuan untuk

kekuatan sistem informasi sesuai dengan kebutuhan petani dan komponen

dilakukan dengan disajikan pertemuan teknologi antara petani peneliti-peneliti

yang sangat membantu petani untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan

kesejahteraan dengan meningkatkan konektivitas informasi, teknologi, keuangan,

dan infrastruktur produksi dan juga peningkatan agribisnis. Menurut perhitungan

dan analisis, dapat mengetahui bahwa pada produktivitas rata-rata per Ha dari

FEATI dan petani Non FEATI pada bisnis Rice-Field Farm, masing-masing 5,339

Kg GKP dan 4.794,67 Kg GKP dengan total pendapatan Rp. 7.607.701 dan Rp

4.950.682. Sedangkan, total untuk tingkat yang sesuai dalam jumlah 1,90 untuk

FEATI dan 1,53 untuk Non FEATI. Hasil uji analisis t menunjukkan bahwa

produktivitas, pendapatan dan efisiensi tingkat petani FEATI lebih tinggi / lebih

besar dari petani Non-FEATI ini. Hal ini karena nilai ttabel > thitung. Kesimpulan

bahwa program FEATI ini berpengaruh terhadap produktivitas tingkat,

pendapatan dan tingkat efisiensi sawah.


Penelitian lain oleh Dennis Reynhard Lagebaga, dkk (2017) yang berjudul

“Analisis Pendapatan dan Studi Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Desa

Maranata Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui besarnya pendapatan dan tingkat kelayakan usahatani padi

sawah. Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). Penentuan responden

dilakukan dengan menggunakan metode sampel acak sederhana (Simple Random

Sampling). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

Slovin dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 38 KK dari 280 KK petani

padi sawah dengan tingkat kesalahan sebesar 15%. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan (π) dan analisis kelayakan (R/C).

Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata pendapatan petani responden di Desa

Maranatha selama satu kali musim tanam yaitu sebesar Rp.8.150.109/1,04 ha/MT

atau Rp.7.836.643,33/ha/MT. Hasil analisis R/C yang diperoleh sebesar 2,00 yang

artinya bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp.1 akan memperoleh penerimaan

sebesar Rp.2,00 dan dari hasil analisis tersebut juga menunjukan bahwa usahatani

padi sawah di Desa Maranatha layak untuk diusahakan.

Penelitian lain oleh Edi Anwar Taher dan Arrifudin Lamusa (2016) yang

berjudul “Analisi Komparatif Pendapatan Usahatani Padi Sawah yang

Menggunakan Pupuk Berimbang dan Tidak Berimbang di Desa Baluase

Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui besarnya total biaya, volume produksi, harga jual serta besarnya

pendapatanusahatani padi sawah di Desa Baluase Kecamatan Dolo Selatan

Kabupaten Sigi.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari


2015. Penentuan responden dilakukan dengan metode sampel acak sederhana

(Simple Random Sampling), dengan pertimbangan jumlah responden yang

diambil dalam penelitian sebesar 20 orang petani. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rata-rata/ha pendapatan yang diterima oleh petani dimana untuk usahatani padi

sawah yang menggunakan pupuk berimbang rata-rata pendapatan sebesaar Rp

20.914.050/ha, sedangkan rata-rata pendapatan yang tidak menggunakan pupuk

berimbang sebesar Rp 8.235.800/ha. Dengan berarti usahatani padi sawah yang

menggunakan pupuk berimbang memberikan perbandingan pendapatan nyata

dengan yang tidak menggunakan pupuk berimbang.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sekilas Tentang Tanaman Padi

Padi atau Oryza sativa L. merupakan salah satu tanaman budidaya

terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman

budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga

(genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari

India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang

migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM.

Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah

jagung dan gandum. Namun, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi

mayoritas penduduk dunia. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman

semusim dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami.
Daunnya memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan

anakan membentuk rumpun pada fase vegetatif dan membentuk malai pada fase

generatif.

Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang

memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Yaitu beras

sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan pokok lainnya.

Diantaranya jagung, umbi-umbian, sagu dan sumber karbohidrat lainnya.

Sehingga keberadaan beras menjadi prioritas utama masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan karbohidrat dan merupakan sumber karbohidrat utama yang mudah

diubah menjadi energi Padi adalah jenis tanaman yang memerlukan perawatan

untuk pertumbuhannya. Perawatan dapat berupa pemupukan dan penanggulangan

hama, pemupukan pada tanaman padi dapat menggunakan pupuk urea, pupuk Kcl,

dan poshpat. Adapun tata cara pemupukan yang ideal untuk tanaman padi adalah

dengan memperhatikan kondisi tanah dan tanaman itu sendiri. Kondisi tanah yang

harus diperhatikan adalah keasaman tanah, sementara dari tanaman adalah dengan

melihat seberapa besar pertumbuhan tanaman; dengan kata lain pertumbuhan

harus sesuai dengan kriteria yang ada. Sementara itu untuk penanggulangan hama

penyakit dapat digunakan berbagai macam obatan misal akodan, dencis dan lain

lain. Pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi Hasil uji Tanah pada lahan

becocok tanam dan Hasil penelitian Varietas padi yang akan digunakan. Tanaman

tumbuh membutuhkan karbon dioksida, mineral-mineral, air dan cahaya matahari.

Untuk pertumbuhan yang baik diperlukan tersedianya hara tanaman tersebut terus

menerus dan mencukupi. Beberapa unsur hara diserap oleh tanaman dalam jumlah
yang besar dan disebut sebagai unsur makro. Termasuk di dalam unsur makro

merupakan unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N),

phospor (P), kalium K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Suatu ciri

dari unsur hara makro yaitu apabila tersedianya sangat kurang akan menunjukkan

gejala kelapran dan menurunkan hasil, sedangkan dalam keadaan berlebihan tidak

akan meracun tanaman atau mengurangi hasil.

Menurut Tjitrosoepomo ( 2004 ), klasifikasi tanaman padi adalah sebagai

berikut.

Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Graminae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.

2.2.2 Konsep Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga meberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari

cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan

penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga

usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008).


Berdasarkan polanya, usahatani terdiri dari tiga macam pola, yaitu pola

khusus, tidak khusus, dan campuran. Pola usahatani khusus merupakan usahatani

yang hanya mengusahakan satu cabang usahatani, pola usahatani tidak khusus

merupakan usahatani yang mengusahakan beberapa cabang usaha bersama-sama

tetapi tetapi dengan batas yang tegas, sedangkan pola usahatani campuran ialah

usahatani yang mengusahakan beberapa cabang secara bersama-sama dalam

sebidang lahan tanpa batas yang tegas.

Tipe usahatani atau usaha pertanian merupakan pengelompokkan

usahatani berdasarkan jenis komoditas pertanian yang diusahakan, misalnya

usahatani tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, perikanan, peternakan, dan

kehutanan (Suratiyah, 2008).

2.2.3 Konsep Agribisnis

Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari

proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan

dengan kegiatan pertanian. Agribisnis sebagai sistem adalah keseluruhan aktivitas

produksi input, produksi dan produksi pengolahan dari hasil suatu pertanian.

Agribisnis diartikan sebagai kegiatan pertanian yang ditunjukkan untuk

mendapatkan keutungan usaha, tenaga kerja, rencana penggunaan tanah, biaya

penggunaan tanah, sarana dan kebutuhan lain yang penting. Dengan demikian,

agribisnis merupakan konsep yang utuh mulai dari proses produksi, pengolahan

hasil dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (Soekartawi,

2001).
Strategi pembangunan yang berwawasan agribisnis pada dasarnya

menunjukan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang

sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu: menarik dan mendorong

munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur pertanian yang

tangguh, efesien dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan

penerimaan devisa, menciptakan lapangan pekerjaan dan memperbaiki pembagian

pendapatan (Soekartawi, 2001).

2.2.4 Teori Produksi

2.2.4.1 Pengertian Teori Produksi

Teori produksi menjelaskan penawaran datangnya dari produsen, produsen

merupakan pihak yang mengkoordinasi transformasi berbagai input untuk

menghasilkan output. Dan tentunya seorang produsen dalam kegiatannya untuk

menghasilkan output menginginkan agar tercapai efisiensi produksi. Dengan kata

lain ia berusaha untuk menekan ongkos/biaya produksi yang serendah rendahnya

dalam suatu jangka waktu tertentu. Efisiensi dalam suatu proses produksi akan

sangat ditentukan oleh proporsi input yang digunakan serta produktivitas masing

masing input untuk setiap tingkat penggunaannya dan masing masing rasio antara

masukan/faktor produksi tersebut. Hubungan teknis antara faktor produksi (input)

dengan hasil produksi (output) disebut dengan fungsi produksi (Nuraini, 2013).

2.2.4.2 Fungsi Produksi

Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori

ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau
persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat (dan

kombinasi) pengunaan input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap

mempunyai suatu fungsi produksi untuk “pabriknya”. Fungsi produksi adalah

model matematis yang menunjukkan hubungan antara jumlah faktor produksi

(input) yang digunakan dengan jumlah barang atau jasa (output) yang dihasilkan.

Input yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan ke dalam dua

macam, yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap adalah input yang

jumlahnya tetap dalam satu periode proses produksi, sedangkan input variabel

adalah input yang jumlah nya dapat berubah (berbeda-beda) dalam satu periode

proses produksi. Jumlah input tetap dalam satu periode proses produksi tidak

berubah berapapun jumlah output yang dihasilkan sedangkan jumlah input

variabel dalam satu periode proses produksi dapat berubah tergantung dari jumlah

output yang dihasilkan (Boediono, 2010)

Fungsi produksi ada dua macam yaitu fungsi produksi jangka pendek dan

fungsi produksi jangka panjang. Fungsi produksi jangka pendek yaitu periode

waktu dimana kuantitas satu faktor produksi atau lebih tidak dapat berubah

sedangkan fungsi produksi jangka panjang jumlah waktu yang dibutuhkan untuk

membuat seluruh input produksi menjadi variable (Rubinfeld, 2012).

Fungsi produksi jangka pendek yaitu apabila paling tidak salah satu

inputnya adalah input tetap. Sedangkan fungsi produksi jangka panjang

perbedaannya terletak pada apakah input yang digunakan pada proses produksi

dapat ditambah jumlah seluruhnya atau tidak. Kalau pada suatu proses produksi
semua inputnya dapat dirubah jumlahnya, maka dikatakan bahwa proses produksi

tersebut berorientasi dalam perspektif jangka panjang (Adiningsih, 1999).

Untuk meningkatkan hasil pertanian perlu ditingkatkan penggunaan input

seperti lahan, benih, tenga kerja, pupuk. Untuk menghasilkan produk (output)

dapat dilakukan dengan menggunakan satu input, dua atau lebih input.

2.2.4.3 Biaya Produksi

Biaya produksi dapat didefinisikan semua pengeluaran yang dilakukan

oleh perusahaan untuk memperoleh faktorfaktor produksi dan bahan-bahan

mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang

diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya produksi yang dikeluarkan setiap

perusahaan dibedakan 2 jenis yaitu biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. Biaya

eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran

dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang

dibutuhkan. Sedangkan biaya tersembunyi adalah taksiran pengeluaran terhadap

faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri (Sukirno, 2005).

Produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi

merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Jadi dapat dikatakan

bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus

ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang

siap untuk dipakai konsumen. Maka pengertian tentang biaya tersebut dapat dapat

dibedakan menjadi dua yaitu biaya swasta (private cost) dan biaya sosial (social

cost). Perbedaan biaya ini ada hubungannya dengan penggolongan biaya menjadi
internal (private) dan eksternal (social). Dalam pengertian biaya produksi

seharusnya mencakup biaya internal dan eksternal (Nuraini, 2013).

Biaya produksi dari segi jangka waktu dibagi menjadi biaya jangka pendek

dan biaya jangka panjang. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan

jangka pendek yang terbagi menjadi :

a).Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak

sedikitnya jumlah output. Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan, biaya

tetap ini harus tetap dikeluarkan dengan jumlah yang sama.

Gambar 2.1 Kurva Biaya Tetap

(Sumber: Sukirno, 2005).

Biaya tetap (FC) dilukiskan sebagai garis lurus (horizontal) sejajar dengan

sumbu kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun jumlah output yang

dihasilkan, besar biaya tetap tidak berubah yaitu sebesar n.

b). Biaya variable

Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung

dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Semakin besar biaya jumlah output
semakin besar pula biaya variabel yang harus dikeluarkan . Biaya variabel cost

(VC) adalah biaya yang besar kecilnya mengikuti banyak sedikitnya output yang

dihasilkan.

Gambar 2.2 Kurva Biaya Variabel

(Sumber: Sukirno, 2005).

Jika antara biaya tetap dan biaya variabel dijumlahkan, maka hasilnya

disebut biaya total (TC).

Gambar 2.3 Kurva Biaya Total

(Sumber: Sukirno, 2005).


Jadi TC = FC + VC. Dalam gambar , total cost (TC) berada pada jarak

vertikal di semua titik antara biaya tetap (FC) dan biaya berubah (VC), yaitu

sebesar n.

Menurut Nuraini (2001) menyatakan bahwa besarnya pendapatan bersih

secara ringkas dapat dirumuskan sebagai berikut:

π=TR – TC

Dimana:

π= Pendapatan Usahatani (keuntungan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Besarnya pendapatan yang diterima tiap musim tanam oleh para petani

tidak tetap, dikarenakan adanya pengelolaan manajemen yang kurang baik seperti

pembukuan, modal kerja, dan target penerimaan keuntungan dari para petani itu

sendiri. Akibatnya pendapatan yang diterima pedagang tergolong dalam

pendapatan berpenghasilanrendah,sehingga pendapatan yang diperolehnya hanya

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2.2.5 Teori BEP (Break Even Point)

BEP (Break Even Point) merupakan teknik untuk menentukan

seberapa banyak satuan yang harus di jual atau seberapa banyak volume penjualan

yang harus di capai agar tercapai posisi pulang pokok ( tidak rugi tidak untung).
Analisa titik pulang pokok adalah proses menghasilkan informasi yang

mengikhtisarkan berbagai tingkat keuntungan yang berkaitan dengan berbagai

tingkat produksi.Unsur-unsur BEP meliputi: 1). Biaya tetap, 2). Biaya variabel, 3).

Biaya total, 4). Pendapatan total, dan 5). Keuntungan.

Gambar 2.4 Kurva BEP

(Sumber: Abdullah, 2013)

2.2.6 Teori Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan berupa uang selama periode tertentu. Maka

dari itu, pendapatan dapat diartikan sebagai semua penghasilan atau menyebabkan

bertambahnya kemampuan seseorang, baik yang digunakan untuk konsumsi

maupun untuk tabungan. Dengan pendapatan tersebut digunakan untuk keperluan

hidup dan untuk mencapai kepuasan (Jhingan, 2003).

Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani

tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat

produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.


Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan

pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan

produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidak pastian, sehingga bila harga

dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah

(Soekartawi, 2002).

Pendapatan adalah money income atau real income. Money income adalah

pendapatan yang diterima seseorang atau golongan yang berupa uang dalam

jangka waktu tertentu, real income adalah pendapatan yang diterima seseorang

atau golongan dalam bentuk barang dan jasa yang dinilai dengan uang dalam

jangka waktu tertentu (Zuzana, 2007).

2.2.7 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan

biaya produksi (input) yang dihitung dalam perbulan, pertahun, permusim tanam.

Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat

melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dll (Gustiyana,

2004).

Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1)

pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani

selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran

hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada

saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang

diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses
produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana

produksi (Gustiyana, 2004).

Dalam pendapatan usaha tani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran

atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-

lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut. Produksi berkaitan dengan

penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih

harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai

dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran

atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-

lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut. Produksi berkaitan dengan

penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih

harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai

dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).

2.2.8 Kerangka Pemikiran

Proses produksi atau produksi petani padi sawah sebagai variabel (Y)

diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi sebagai berikut: Luas Lahan (X1),

Benih (X2), Tenaga Kerja (X3), Pupuk (X4), dan Pestisida (X5). Selanjutnya dari
proses produksi akan diketahui bagaimana keterkaitan antara variabel-variabel

bebas atau (X) terhadap proses produksi atau jumlah produksi padi sawah (Y).

Selain itu, dari data yang sama akan diperoleh pula besaran biaya yang dibutuhkan

dalam mengelola pertanian padi dalam satu kali masa tanam.

Besaran biaya produksi selanjunya dapat digunakan dalam menentukan

tingkat pendapatan sekaligus memungkinkan dilakukannya analisis pada

pendapatan yang diperoleh menggunakan rumusan (TR – TC) untuk mengetahui

berapa banyak pendapatan bersih dan pendapatan kotor yang diperoleh petani padi

sawah selama periode tersebut. Selain itu dapat pula dilakukan analisis BEP atau

pulang pokok untuk mengetahui kelayakan usaha tani cabai di Desa Kotaraya

Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong. Kerangka pemikiran tersebut

disajikan pada gambar:


Luas Lahan (X1)

Benih (X2)

Tenaga Kerja (X3) Produksi Padi (Y)

Pupuk (X4)

Pestisida (X5)

Analisis Pendapatan

 TR-TC
 BEP Analisis

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Analisis Produksi dan Pendapatan Petani


Padi Sawah Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah diduga pendapatan petani padi dipengaruhi oleh luas lahan,benih,

tenaga kerja, pupuk, dan pestisida.


III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat & Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga

Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah dengan pertimbangan

bahwa di Desa Kotaraya termasuk Desa yang mempunyai produksi padi yang

tinggi di bandingkan dengan Desa-Desa lain yang ada di Kecamatan Mepanga.

Penelitian ini di laksanakan pada bulan oktober 2020.

3.2 Penentuan Responden

Dalam pemilihan responden dilakukan metode pengambilan sampel secara

acak sederhana (Simple Random Sampling). Populasi dalam penelitian ini

sebanyak 30 orang. Maka dari itu diambil Sampel dalam penelitian sebesar 50%

dari jumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 15 orang responden.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif yang

bersumber dari data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dari

wawancara langsung dengan petani responden dengan menggunakan kuisioner.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait serta hasil penelitian yang

berkaitan langsung dengan topik penelitian.

3.4 Metode Analisis Data


Untuk mengetahui jumlah pendapatan petani Padi, data yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan rumus (Soekartawi, 2002) :

I = TR-TC
TR =Q x Pq
TC =TVC + TFC
Keterangan :

I = Pendapatan (Income).
TR = Total Penerimaan (Total Revenue).
TC = Biaya Total (Total Cost).
Q = Jumlah Produksi Padi (Kg).
Pq = Harga per Kg Padi (Rp).
TV = Total Variabel Cost/Total Biaya Variabel (Rp).
TF = Total Fixed Cost / Total BiayaTetap (Rp).
Untuk kelayakan usaha tani, maka digunakan rumus analisis Return Cost Ratio:

TR
R/C =
TC
Keterangan :
TR = Total Revenue (penerimaaan total).
TC = Total Cost (biaya total).
Pengambilan keputusan adalah :

1. Jika R/C>1, maka usaha tani yang dilakukan menguntungkan, karena

penerimaan lebih besar dari biaya total.

2. Jika R/C<1,maka usaha tani yang dilakukan tidak menguntungkan, karena

penerimaan lebih kecil daripada biaya total.


3. Jika R/C=1, maka usaha tani yang di lakukan tidak menguntungkan dan tidak.

3.5 Definisi Operasional

1. Petani merupakan orang yang mengusahakan usaha taninya dan memiliki

wewenang untuk mengambil keputusan sendiri tentang usaha taninya yang

dikelolanya, serta terbiasa mempertanggungjawabkan hasil pengelolaannya itu

kepada keluarga serta masyarakat di lingkungannya.

2. Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari tanaman dan dapat di hitung,

diteliti, dan diketahui karakteristiknya.

3. Padi adalah tanaman yang berasal dari india yang bulir dari tanaman tersebut

dapat di manfaatkan sebagai bahan pangan pokok masyarakat.

4. Penerimaan adalah jumlah produksi yang diperoleh usaha budidaya tanaman

kakao yang dikalikan harga per unit produksi dalam rupiah (Rp).

5. Pendapatan (keuntungan) adalah selisih dari total penerimaan dengan total

biaya produksi dalam rupiah permusim tanam atau pertahun.

6. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

dalam rupiah (Rp).

7. Biaya variable adalah biaya yang bias habis digunakan dalam suatu proses

produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, 2016. Statistik Tanaman Pangan

Sulawesi Tengah 2011-2016.

Badan Pusat Statistik Kecamatan Mepanga, 2016. Statistik Daerah

Kecamatan Mepanga Tahun 2016.

Lageba Dennys R, Dkk. 2017. Analisis Pendapatan Dan Kelayakan

Usahatani Padi Sawah Desa Maranata Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten

Sigi. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu. e-J

Agrotekbis. 5(4) : 509-517.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. BPFE: Yogyakarta.

Rustam W . 2014. Analisis Pendapatan Dan Kelayakan Usahatani Padi

Sawah Di Desa Randomayang Kecamatan Bambalamotu Kabupaten Mamuju

Utara. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu. e-J

Agrotekbis. 2 (6) : 634- 638.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi.

Sukirno, S. (2005). Mikro Ekonomi Teori Pengantar (Edisi ketiga).

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai