Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MODUL 7

Lakukan rencana penyuluhan dan buat pidato penyuluhan kelompok bertopik pemyakit berbasis
lingkungan ataupun di luar gedung (diketik minimal 3 halaman).

PIDATO PENYULUHAN KASUS DBD


DI KELURAHAN PAAL MERAH

Assalamualaikum Wr. Wb
Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua
Yang terhormat Kepada dr.Repelita Witri selaku kepala Puskesmas Paal Merah I.
Yang saya hormati Ibu dan Bapak Petugas kesehatan di Puskesmas Paal Merah I.
Yang saya hormati Ketua RT/RW, serta tokoh agama dan kader setempat serta para hadiri
sekalian yang saya muliakan.

Pertama-pertama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang mana dipagi hari yang cerah ini kita masih bisa diberi kesehatan jasmani dan rohani untuk
mengikuti kegiatan ini.
Baiklah pada hari ini saya akan menyampaikan penyuluhan tentang DBD yang saat ini
mungkin sudah tidak asing lagi saudara-saudara dengar dilingkungan sekitar karena banyaknya
kasus yang terjadi ditahun 2018 yang lalu.

Para Hadirin Yang Berbahagia,


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang
sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan perilaku manusia. Kerugian
sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup penduduk.
DBD adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Demam berdarah juga disebut
sebagai “breakbone fever” atau demam sendi, karena demam tersebut dapat menyebabkan
penderitanya mengalami nyeri seakan-akan tulang mereka patah.
Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang paling banyak menyebarkan virus dengue.
Nyamuk ini bertelur di wadah air yang tenang dan bersih. Nyamuk Aedes aegypti dapat
menggigit kapan saja, baik siang maupun malam hari.
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 m, maksimal 100 m, tetapi secara pasif
nyamuk dapat berpindah lebih jauh, misalnya : karena angin atau terbawa kendaraan. Ae. aegypti
tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Aedes dapat hidup dan berkembangbiak sampai
ketinggian daerah + 1.000 m dari permukaan air laut, apabila berada di atas ketinggian + 1.000 m
nyanuk tidak dapat berkembang biak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah.
Nyamuk Aedes pada saat ini telah terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia tidak
terkecuali lagi di daerah atau tempat-tempat yang ketinggiannya mencapai lebih dari 1.000 m di
atas permukaan laut yang dahulu dianggap tidak dapat didatangi atau dihuni oleh nyamuk
tersebut. Kejadian penyakit DBD pertama kali ditemukan Manila, Filiphina pada tahun 1953.
Kejadian di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah
kematian sebanyak 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit DBD menyebar kebeberapa
provinsi di Indonesia.
Gejala DBD ditandai dengan panas tinggi yang frekuensinya naik turun, sakit kepala,
perdarahan pada hidung (mimisan), Timbulnya beberapa gejala biasa seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan, sakit perut, diare, menggigil, kejang serta munculnya bintik-bintik
merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah. Dibandingkan dengan orang dewasa, bayi
dan anak kecil yang menderita DBD lebih berisiko mengalami infeksi yang serius.
Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat penularan virus dengue adalah kepadatan vektor,
mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, dan susceptibilitas dari penduduk. Mobilitas
penduduk memegang peranan penting pada penularan virus dengue, karena jarak terbang
nyamuk Aedes. aegypti yang sangat terbatas, yaitu 100m.
Tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD menurut Depkes RI pada tahun 1992
adalah tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari
berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue
cukup besar. Tempat-tempat umum itu antara lain sekolah, RS atau Puskesmas dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya. Pemukiman baru di pinggir kota, karena di lokasi ini, penduduk
umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat penderita
atau karier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.
Para Hadirin Yang Berbahagia,
Kebijaksanaan pemberantasan penyakit DBD di Indonesia meliputi pengamatan penderita,
pengobatan dan perawatan penderita, pengamatan vektor dan kegiatan penunjang berupa
pendidikan masyarakat dan penelitian penelitian.
Tujuan program pemberantasan Demam Berdarah Dengue yaitu mengurangi kecenderungan
penyebarluasan wilayah terjangkit DBD, mengurangi kecenderungan peningkatan jumlah
kejadian demam berdarah dengue, sehingga insiden tidak melebihi 50 per 100.000 penduduk.,
mengusahakan angka kematian (CFR) tidak melebihi 3 % pertahun.
Untuk mencapai tujuan program tersebut, Suroso mengemukakan kegiatan-kegiatan pokok
pemberantasam DBD sebagai berikut, penemuan kejadian, penanggulangan fokus, abatisasi
masal, penyuluhan kepada masyarakat, pendidikan atau peningkatan ketrampilan dan penelitian
Strategi kegiatan pemberantasan selanjutnya disesuaikan dengan tingkat kerawanan suatu
penyakit DBD yang meliputi desa/kelurahan endemis dan non endemis yang terdiri dari
desa/kelurahan sporadis, desa/kelurahan potensial dan desa/ kelurahan bebas.
1. Desa/kelurahan endemis
Desa/kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir, terdapat kasus ataupun kematian karena
demam berdarah dengue secara berurutan, meskipun jumlahnya hanya satu.
2. Desa/kelurahan sporadis
Desa/kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir terdapat kasus ataupun kematian karena
penyakit demam berdarah dengue tetapi tidak berurutan disetiap tahunnya .
3. Desa/kelurahan potensial
Desa/kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir tidak pernah diketemukan kasus ataupun
kematian karena penyakit demam berdarah dengue, tetapi penduduknya padat,
mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain dan persentase
ditemukan jentik lebih 5%
4. Desa/kelurahan bebas
Desa/kelurahan yang tidak pernah terjangkit DBD, dan ketinggiannya lebihdari 1000 m
dari permukaan laut, atau yang ketianggiannya kurang dari 1000 m tetapi persentase
rumah yang diketemukan jentik kurang dari 5%.
Hadirin Yang Berbahagia,
Hingga saat ini belum ada vaksin yang bisa menangkal DBD, namun beberapa
langkah pencegahan penyakit ini dapat dilakukan, seperti mensterilkan rumah dengan semprotan
pembasmi nyamuk, menaburkan serbuk abate di bak penampungan air agar jentik-jentik nyamuk
mati, memasang kawat anti nyamuk di seluruh ventilasi rumah, memasang kelambu di kasur
serta melaksanakan kegiatan 3M, yaitu mengubur sampah non-organik yang dapat menampung
air hujan, menutup bak penampungan air, dan menguras bak penampungan air minimal 1 kali
seminggu untuk mencegah timbulnya jentik-jentik nyamuk.
Oleh karena itu salah satu kegiatan untuk menjaga lingkungan kita agar terbebas dari nyamuk
Aedes aegepty yang bisa menyebabkan penyakit DBD, marilah kita memulai semua dari dalam
diri kita, mari kita semua ikut dalam pelaksanaan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan maksimal dan dapat bermanfaat untuk kita semua.
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dianjurkan kepada keluarga/masyarakat adalah
dengan cara melakukan kegiatan 3 M plus, yaitu menutup, menguras tempat penampungan air,
mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta cara lain untuk mengusir
atau menghindari gigitan nyamuk dengan memakai obat anti nyamuk atau menyemprot dengan
insektisida.
Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan pada hari ini, mohon maaf apabila terdapat
kekurangan dalam penyampaian saya. Semoga apa yang saya sampaikan tadi dapat berguna bagi
kita semua. Amin.

Akhir kata saya ucapkan


Wabillahi Taufik Walhidayah, Wassalamualaikum warohmatullahi wabarakatu. Terima kasih.

Jambi, Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai