Anda di halaman 1dari 11

ZAT PEWARNA ALAMI (ZPA)

Zat Pewarna alami adalah Adalah Zat Pewana yang berasal dari alam/tumbuh-tumbuhan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, setiap tanaman dapat merupakan ZPA karena mengandung
pigmen alam .

Tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat pewarna alami terdapat pada bagian :

a. batang (kayu) :
b. kulit kayu :
c. biji :
d. kulit biji :
e. daun :
f. buah :
g. kulit buah :
h. akar :
i. kulit akar :
j. bunga :

Zat pewarna alami yang hadir dengan kemasan baru dan teknologi modern sanggup
mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada zat warna alam dan menjadikan zat warna akam
unggul dibandingkan dengan zat warna sintetis, keunggulan tersebut diantaranya:

a. Intensitas warna terhadap kornea mata terasa sangat menyejukkan sehingga akan
menyehatkan mata, sedangkan zat warna sintetis akan terasa pedas kalo di pandang.
b. Warna yang dihasilkan sangat variatif dan unique kecenderungan arah soft dan warna-warna
yang berasal dari zat warna alam tidak dapat dicapai oleh zat warna sintetis
c. Zat warna alam mengandung anti oksidan, sehingga aman dan nyaman apabila dipakai
manusia

Zat pewarna alami pada dasarnya dapat digolongkan menjadi 4 golongan:

1. Golongan zat pewarna alami bejana, salah satu contoh adalah dari jenis tanaman Indigofera
tinctoria
2. Golongan zat pewarna alami Direct, salah satu contoh adalah dari jenis tanaman Curcuma
atau Kunyit.
3. Golongan zat pewarna alami Asam/Basa, salah satu contoh adalah dari jenis tanaman
Morinda Citrifolia atau kulit akat pohon pace
4. Golongan zat pewarna alami mordant, pada umumnya zat pewarna alami dari tumbuh-
tumbuhan adalah jenis mordant, maka proses mordanting mutlak harus dilaksanakan
terhadap bahan baku yang akan diberi warna dengan zat pewarna alami.
Beberapa Jenis Tumbuhan Penghasil Pewarna Alam
Tabel 1. Jenis-Jenis Tumbuhan Penghasil Pewarna Alam

No Nama Tumbuhan Nama Latin Bagian Warna


Tumbuhan

1 Jambe Areca catechu Biji Merah Anggur


2 Kasumba (Nias)/ Bixa orellana Biji, Kulit biji Orange

Somba (Jawa)/ Gelinggem


(Sunda)

3 Suji Pleomele angustifolia Daun Hijau

4 Kara Phaseolus lunatus Daun Hijau

5 Ketul Garuga abilo Daun Hitam

6 Imer Fluegea virosa Daun Hitam

7 Trembilu Phyllantus reticulatus Daun-tangkai Hitam

8 Katu Sauropusa androgymus Daun Hijau

9 Karahan Macaranga gigantea Daun Hitam

10 Gurah Sepium indicum Daun muda Hitam

11 Pacar Banyu Impatien balsamina Daun Merah Kuku

12 Trembilu Phyllantus reticulatus Daun-tangkai Hitam

13 Apokat Persea gratisima GAERTN Daun Coklat muda

14 Jati Tectona grandis Daun, batang Coklat

15 Jati Tectona grandis Daun muda- Coklat-merah


kulit akar

16 Lire Hemigraphis angustifolia Daun Merah

17 Noja Teristrophe bivalves Daun Merah

18 Nila/Tom/Tarum/Indigofera Indigofera Sp Daun Biru

19 Kasumba Carthamus tinclorius Daun-bunga Coklat

20 Ri Serepan/Biskucing Mimosa piduca Bunga,daun Kuning

(Jawa); Bujang kagit


(Sunda)

21 Bunga Telang Clitoria ternasea LINN Bunga Ungu


22 Sapu Angin (Jawa) Acassia golden Bunga Ungu

23 Wora-Wiri (Jawa) Hibiscus rosasinensis Bunga Ungu


LINN

24 Kembang Teleng Clitoria ternatea Bunga Biru

25 Plasa Butea monosperma Bunga Biru

26 Kembang Sepatu Hibiscus rosasinensis Bunga Merah

27 Srigading Nyctanthes arbortritus Tabung Kuning


mahkota bunga

28 Janinten Castanea argentea Kulit Hitam

29 Nangka Arthocarphus intrega Kulit-tatal Kuning

30 Kedondong Albizzia lebbeckiosides Kulit kayu Merah

31 Secang Caesalpinia sappan LINN Kulit-kayu Merah-coklat

32 Soso Peltophorum Kulit Coklat


pterocarpum

33 Kemlaka Phyllanthus emblica Kulit kayu Biru tua

34 Dempul Glochidion zeylanicum Kulit batang Merah coklat-


hitam legam

35 Jirek Baccaurea javanica Kulit batang Kuning

36 Jirek Kepundung Baccaurea racemosa Kulit kayu Ungu

37 Gintung Bischova javanica Kulit kayu Merah-hitam

38 Biruwak Macaranga gigantean Kulit kayu Hitam-coklat


39 Gedilule Homalanthus populnea Kulit kayu Hitam

40 Jarak pati Homalanthus populnea Kulit kayu Hitam

41 Mangga Magnifera indica Kulit kayu Hijau-


kekuningan

42 Kayu Bugis Koodersiodendron Kulit kayu Coklat tua


pinnatum

43 Balang Pterospermum Kulit kayu Kuning


acerifolium

44 Kimanjel Gordonia exelsia Gelam kayu Hitam

45 Mundu Garcinia dulcis Kulit kayu Hijau


46 Klampok Eugenia acuminatissima Kulit kayu Hitam

47 Kisireum Eugenia clavimirtus Kulit kayu Hitam

48 Serai talang Eugenia conglomerate Kulit kayu Coklat

49 Manting Eugenia cymosa Kulit kayu Coklat

50 Jambu alas Eugenia densiflora Kulit kayu Coklat

51 Pancal kidang Eugenia spicata Kulit kayu Hitam

52 Manjel Medinilla radicans Kulit kayu Jingga

53 Laban Vitex pubescens Kulit kayu Hijau

54 Akar kawil-kawil Uncaria scelrophylla Kulit Hitam

55 Tegeran (Jawa), Kuderang Cudrania javanensis Kayu Kuning


(Sunda)

56 Jambal (Jawa) Pelthophorum Kulit kayu Coklat


pterocarpum kemerahan

57 Tingi (Jawa), Tengah Ceriop condolleana Kulit kayu Coklat


(Sunda)

58 Comrbrang Nicolaia sp Rimpang Kuning

59 Gembili Dioscorrea accuelata Rimpang Kuning

60 Temu ireng Curcuma aerogmosa Rimpang Kuning

61 Kacapiring Gardenia augusta Buah Kuning

62 Oyod Bopong Uncaria cordata Batang muda Hitam

63 Soka Ixora longituba Akar Coklat kemerah


– merahan

64 Bengkudu Morinda bracteata Akar Merah padam

65 Mengkodu bogor Morinda critifolia Akar Merah

66 Sulaketan Antidesma stipulare Cairan buah Ungu

Pencelupan batik dengan zat warna alam (zwa)


Bahwa molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jenuh, khromofor
sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat antara warna dan serat. Gugus khromofor
seperti gugus azo, nitroso, nitro dan gugus karbonil, sedang gugus auksokorom seperti golongan
kation dan anion (Witt, 1876). Zat warna alam seperti alizarin, logwood, weld dan fustic dapat
mencelup/mewarnai apabila bahanya dimordan terlebih dahulu dengan khromhidroksida, timbal
atau aluminium. Proses mordan bergantung pada kenyataan bahwa sejumlah elemen logam dapat
berfungsi sebagai penerima (aseptor) terhadap pemberi elektron (donor) untuk membentuk ikatan
koordinat (semi polar). Gugus pembawa warna (chromofor) dan pengikat warna (auxochrom)
sebagai bahan pewarna mutlak diperlukan, hasil ekstrak dan fermentasi dari tumbuhan disamping
menghasilkan zat pembawa warna juga pengikat warna (Soepriyono, 1976). Ekstrasi daun, kulit,
akar, bunga dan buah dari berbagai tumbuhan dapat menghasilkan warna, yang dapat mengikat
sekaligus mewarnai material (kain katun dan sutera). Tumbuhan dapat berupa tumbuhan perdu
maupun tanaman keras, seperti daun dari tumbuhan pohon jati, indigo, mahoni, pohon pace, bixa ,
tingi dan masih banyak yang lain. Indigo alam diperoleh dari tanaman indigo dan woad, berupa
glokosida dari jenis indigofera atau isatistinectorida. Apabila tanaman tersebut disarikan didalam air
maka akan diperoleh hasil sari (ekstrak) yang berwarna kuning kehijauan dan mengandung zat
berwarna berupa glukosida yang larut yang disebut indikan. Zat ini merupakan gabungan antara
glukosa dengan indoksil. Indoksil cepat bereaksi dengan udara membentuk pigmen indigotin tidak
larut, dikenal sebagai Indigo Blue (Kimia Zat Warna, Isminingsih .G, ITT Bandung,1978.). Pengambilan
pewarna alam dapat dilakukan melalui ekstraksi dari tumbuh-tumbuhan yang berasal dari: daun,
batang kayu, akar, kulit kayu, bunga, buah, biji, kulit buah, dan rimpang. Sedangkan yang melalui
proses fermentasi hanya dilakukan pada daun indigo dari tanaman indogofera (Indigofera Tinctoria)
atau biasa orang menyebut tom/indigofera/ nila/tarum) (Dwi, 2008).
Selain untuk mewarna tekstil, pewarna alam juga dapat digunakan untuk mewarnai makanan (Nur
hidayat, dan Elfi Anis, “Membuat Pewarna Alami”, Trubus Agrisarana, 2006) adalah:
 Karoten, menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan untuk mewarnai
produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari
wortel, papaya dan sebagainya.
 Biksin, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji pohon kesumba
(Bixa orellana) yang terdapat di daerah tropis dan sering digunakan untuk mewarnai mentega,
margarin, minyak jagung dan salad dressing.
 Klorofil, menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan. Saat
ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat
pada dedaunan (misal daun suji, pandan, katuk dan sebaginya). Daun suji dan daun pandan,
daun katuk sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain
menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas.
 Antosianin, menghasilkan warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada bunga
dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu, bunga tasbih/kana, krisan,
pelargonium, aster cina, dan buah apel,chery, anggur, strawberi, juga terdapat pada buah
manggis dan umbi ubi jalar. Bunga telang, menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing
sayur menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen antosianin
masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk minuman (sari buah, juice dan
susu).
 Kurkumin, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur sekaligus pemberi warna kuning.

Skema pembuatan dan pencelupan batik dengan zat warna alam (zwa)

MORDANTING
PEMBUATAN ZWA

(Ekstrasi ZWA) Kain


Tumbuhan Pewarna
Alam
Kain direbus dalam larutan mordan tawas (resep
( berat 1 kg) tawas: 50 gr/liter) pada suhu 85-90 ºC selama 45
Dipotong kecil-kecil menit, atau direndam pd suhu dingin selama 10-12
jam (Mordan Awal)
Kemudian bahan diangkat dan diatuskan (dikeringkan
Masukan dalam panci/bak perebus dgn digantung) tanpa diperas.
(yang telah terisi air 8 liter)
Kain/Bahan tsb dipola dan diberi
Direbus terus sampai lilin (dibatik) dengan canting tulis
larutan/air tinggal 4 liter atau cap (Proses Nyanting)

Kemudian disaring
Bak/panci pencelupan
(ampas dibuang, larutan zwa
diambil) Kain dicelup pada suhu dingin selama 2-4 menit
Kemudian kain yang telah diwarnai, di (utk warna tua dilakukan berulang kali)
kerjakan Mordan Akhir, dgn Tunjung (50
gr/lt), Tawas ( 50 gr/lt), atau Kapur (40g/l), Setelah selesai kain diangkat dan
selama 5 menit. Pada temperatur dingin diatuskan (digantung), biarkan sejenak
smp tidak ada tetesan larutan zwa jatuh
Kain dicuci bersih, peras dan
keringkan

PROSES MORDANTING

Proses mordanting adalah proses persiapan sebelum mencelup kain yang akan kita warna, proses
mordanting bertujuan untuk menghilangkan kanji yang masih menempel pada kain, sehingga kanji
tersebut tidak menghalangi masuknya warna kedalam serat pada proses pencelupan.

Resep untuk 500 gram kain katun:

1. kain direbus dalam 15 liter air yang mengandung 100 gram tawas dan 30 gram soda abu
selama 3-6 jam.
2. Setelah 6 jam, matikan api, biarkan kain tetap dalam larutan selama semalam.
3. Besok paginya kain dicuci bersih.
4. Kemudian kain dikeringkan dan siap digunakan untuk proses pembatikan.

Resep untuk 500 gram kain sutera/wol:

1. Langsung direndam dalam 13 liter air yang mengandung 90 gram tawas dan 30 gram soda
abu selama semalam.
2. Pagi harinya kain dicuci bersih.
3. Keringkan dan siap untuk proses pembatikan
PROSES PENGAMBILAN ZAT WPA DARI SUMBERNYA

ZPA diperoleh secara ekstraksi (baik pada suhu tinggi maupun rendah) dari bagian tanaman
yang merupakan sumbernya, menggunakan pelarut air. Dengan cara ini ZPA yang terambil bervariasi
tergantung pada jenis sumber ZPA

Contoh resep ekstraksi untuk kayu tegeran, jambal , jalawe, tingi:

1. Zat Pewarna Alami 1 kg


2. Air 10 liter

Contoh resep ekstraksi untuk daun manga, daun alpukat, serabut kelapa, kulit bawang
merah:

1. Zat pewarna alami 1 kg


2. Air 5 kg

PROSES PENCELUPAN

Proses pencelupan adalah proses perendaman kain kedalam larutan ekstraksi, pencelupan
ZPA dilakukan secara berulang-ulang sampai warna yang kita kehendaki.

Contoh Tahapan proses pencelupan zat pewarna alam menggunakan kayu tegeran, jambal , jalawe,
tingi, daun manga, daun alpukat, serabut kelapa, kulit bawang merah:

1. Kain direndam dalam larutan tepol


2. Angkat dan atuskan
3. Celupkan kedalam larutan ekstraksi ZPA
4. Angkat dan atuskan
5. Lakukan langkah no.3-4 berulang-ulang sampai warna yang kita kehendaki.

PROSES FIKSASI

Proses fiksasi adalah proses penguncian zat warna yang telah melekat pada serat kain, sehingga
mengurangi lunturnya warna ketika proses pelorodan.

Contoh zat fiksator:

Zat fiksator Arah warna Resep


Tawas Muda 70 gram per liter
Kapur Sedang 50 gram per liter (kapur dilarutkan dengan air selama semalam,
keesokan harinya di ambil larutan beningnya saja.
Tunjung Tua 50 gram perliter
PANDUAN PRAKTIKUM PENCELUPAN ZAT PEWARNA ALAMI

ALAT EKSTRAKSI

1. Kompor
2. Panci
3. Pengaduk

ALAT PENCELUPAN

1. Ember celup
2. Cepitan jemuran

BAHAN

1. Kain ukuran 20 cm x 20 cm
2. Zat pewarna alami
3. Zat fiksator

RESEP ZAT WARNA

 Zat pewarna alami 100 gram


 Air 1 liter

RESEP ZAT FIKSATOR

Zat fiksator Arah warna Resep


Tawas Muda 70 gram per liter
Kapur Sedang 50 gram per liter (kapur dilarutkan dengan air selama semalam,
keesokan harinya di ambil larutan beningnya saja.
Tunjung Tua 50 gram perliter

CARA KERJA

PROSES EKSTRAKSI

1. Rebus 100 gram zat pewarna kedalam 1 liter air


2. Tunggu sampai larutan mendidih dan warna dari larutan tersebut menjadi pekat.
3. Matikan kompor dan diamkan sampai dingin
4. Setelah dingin larutan siap digunakan untuk mewarnai kain.

PROSES PENCELUPAN

1. Siapkan larutan ekstraksi


2. Celup kain kedalam larutan ekstraksi
3. Angkat dan jemur sampai kering.
4. Lakukan proses nomer 2-3 sebanyak 5-10 kali.
5. Potong kain menjadi 3 bagian.
6. Fiksasi 3 kain tersebut dengan 3 jenis zat fiksator.
7. Angkat dan cuci bersih
8. Keringkan.
HASIL PRAKTIKUM PENCELUPAN ZAT PEWARNA ALAMI

RESEP HASIL
Latihan...
1. Teknik pewarnaan ada 2 macam yaitu proses pencoletan dan proses pewarnaan.
Jelaskan perbedaan kedua proses tersebut...
2. Apakah yang dimaksud dengan zat pewarna alami?
3. Jelaskan perbedaan zat pewarna alami dengan zat warna sintetik dari segi warna,
penglihatan mata dan dampak bagi lingkungan?
4. Sebutkan dan jelaskan penggolongan zat pewarna alami?
5. Apakah yang dimaksud dengan proses mordanting?
6. Sebutkan perbedaan proses mordanting pada kain sutera dan pada kain katun?
7. Apakah yang dimaksud dengan proses ekstraksi?
8. Jelaskan langkah-langkah proses ekstraksi?
9. Jelaskan langkah-langkah proses pencelupan?
10. Apakah yang dimaksud dengan proses fiksasi?

Anda mungkin juga menyukai