Anda di halaman 1dari 2

Batik buketan

Batik buketan tercipta pada zaman kolonial belanda, dimulai dengan perkembangan penggantian
berbusana orang eropa yang semula mengenakan gaun berubah menjadi kebaya, juga keluarga
Tionghoa peranakan yang juga mengenakan baju kebaya dengan bawahan sarung encim. Pada saat
batik memasuki pasar asing atau Eropa, pengusaha Tionghoa menerapkan ragam hias boketan yang
antara lain dinamai ‘boketan cina’ yang mendapatkan pengaruh dari Eropa (Belanda)

Batik pola boketan pada mulanya dibuat oleh Caroline Josephine Van Franquemont dan Catherina
Caroline Van Oosterom, pada awal mulanya batik belanda tidak menampilkan pola buketan, namun
seiring adanya perkembangan desain, maka batik yang diproduksi oleh orang-orang Belanda
menampilkan ragam hias boketan. Pola boketan pertama kali diproduksi oleh Cristina Van Zuylen,
yang merupakan salah seorang pengusaha batk keturunan Belanda kelas menengah di Pekalongan.

Pada tahun 1880, Cristina Van Zuylen mengubah tradisi karya batik yang semula sebagai karya
anonim (tanpa diketahui identitas pembuatnya) dan bersifat massal menjadi karya yang lebih
individualistik dan eksklusif dengan menyertakan nama pembuatnya. Identitas nama Cristina Van
Zuylen dituliskan di sudut bagian dalam kain ‘T.Van Zuylen’ (kependekan dari Tina van Zuylen) pada
setiap karyanya.

Batik buketan yang terkenal adalah karya Van Zuylen bersaudara yaitu, Cristina Van Zuylen dan Lies
Van Zuylen. Batik tersebut sangat laku sehingga pengusaha menengah Tionghoa yang semula
menerapkan pola ragam hias gaya Cina mencari dan memunculkan motif-motif boketan gaya Eropa.
Bahkan seorang pembatik Oei-Soei-Kim, salah satu teman Van Zuylen, telah membuat batik boketan
dan masing-masing memasang nama di lembar batiknya.

Batik buketan terdiri dari ornamen-ornamen diantaranya bunga, kuncup bunga, daun dan kupu-kupu
sebagai penghias, untuk langkah awal dalam proses pembuatan motif buketan yaitu menggambar
satu persatu ornamen tersebut

Setelah tiap ornamen selesai digambar kemudian mulai merangkai agar menjadi motif boketan
diawali dengan menarik garis melengkung sebagai kerangka awal sebuah motif buketan

Setelah itu mulai menempelkan daun yang berbentuk lebar pada bagian bawah motif yang
menempel pada sebuah tangkai, jumlah tangkai pada motif boketan biasanya berjumlah 3, dua buah
dijadikan untuk menempelkan daun lebar pada bagian bawah dan satu lagi sebagai ranting yang
akan ditempelkan ornamen kuncup bunga.

Pada bagian atas daun diberi bunga besar yang disesuikan dengan liuk tangkai. Kemudian pada
bagian atas diberi satu bunga besar, pada setiap ujung tangkai dikasih ornamen kuncup bunga.

Ornamen daun sebagai pendukung diletakkan pada bidang-bidang kosong sebagai pengisi motif
boketan.
Batik jlamprang

Merupakan batik yang terinspirasi dari kain patola yang berasal dari India, kain ini pada abad ke-8 M
dijadikan pelengkap busana raja dan berfungsi sebagai hadiah dalam upacara-upacara keagamaan
pada abad ke 12 M. Pola ragam hias berbentuk lingkaran diisi dengan 4 garis vertikal dan 4 garis
horizontal yang saling menyilang dan membentuk 8 arah mata angin. Pola tersebut diterapkan
kedalam batik dan diberi nama ‘prabha’ (roda cakra), mitologi Budha menempatkan pola prabha
(roda cakra) yang dalam motif jlamprang terdapat arah mata angin merupakan simbol delapan
ajaran dharma yang meliputi pandangan yang benar, pikiran yang benar, bicara yang benar, tindak
laku yang benar, kehidupan yang benar, usaha yang benar, ingatan yang benar dan semedi.

Pada masa itu kain patola sebagian besar dimiliki oleh para kaum pengusaha dan saudagar kaya
keturunan Arab dan India, namun ketika keberadaan kain patola asli dari india mulai sulit didapatkan
karena proses perjalanan kapal yang cukup lama, maka para pengusaha Arab membuat tiruan kain
patola dengan cara proses batik, kain ini oleh masyarakat pesisir Pekalongan disebut Jlamprang.

Anda mungkin juga menyukai