Ikat celup kain yang dibuat dengan cara mengikat kain putih kemudian
ditarik/dijumput dan diikat dengan menggunakan tali
Indigo zat pewarna alami yang berasal dari tanaman indigofera tinctorial
(daun tom/nila) yang termasuk kedalam golongan zat pewarna alami
bejana
Jumputan jenis kain ikat celup yang dibuat dengan cara menjumput kain putih
Kain katun jenis kain yang berasal dari serat kapas biasanya disebut dengan
kain mori
Kain tritik berasal dari Tarik, corak kain ini dibuat dengan cara menjelujur kain
kemudian ditarik rapat menjadi satu gumpalan kain
Kain sasirangan kain yang berasal dari daerah banjar yang berarti jelujur
Kain sutera jenis kain yang berasal dari ulat sutera murbei memiliki tekstur
lembut dan mulus
Teknik resist dyeing Teknik yang menghalangi masuknya air/zat warna kedalam kain
Tie dye nama lain dari ikat celup
Pendahuluan
Semakin berkembangnya trend fashion saat ini memberi pengaruh positif
terhadap pengrajin kain yang haus akan kreasi dan inovasi. Tak hanya membuat bahan
kain yang itu-itu saja, namun mereka mempu menciptakan inovasi untuk memunculkan
kreasi bahan sandang baru. Inovasi bisa dikembangkan dengan cara apapun, inovasi
bahan, inovasi Teknik atau inovasi yang lainnya, misalnya kain ikat celup, kain ikat
celup merupakan kreasi dari para pengrajin dalam memadukan beberapa Teknik yang
mampu menghasilkan kain yang begitu unik dan memiliki nilai artistic (keindahan)
tersendiri
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan seizin-Nya E modul
ini telah dapat diselesaikan dengan baik, pada modul ini peserta didik akan diajak untuk
mempelajari tentang ikat celup serta menerapkannya dalam proses produksi kerajinan
kain ikat celup yang berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan pasar global
berdasarkan daya dukung yang dimiliki daerah setempat.
Teknik tie dye diduga berasal dari seni bandhu yang usianya hampir sama dengan negeri
India. Sedangkan para arkeolog menyebutkan bahwa tie dye sudah ada sejak 5000 tahun
yang lalu di Mesopotamia, India, Peru, Mexico, Yunani, dan juga di Roma. Hal ini diperkuat
dengan ditemukannya sebuah mummi dari tahun 1000 SM di Mesir yang dibalut dengan
kain unik menyerupai kain jumputan. Kain tersebut diduga kuat berasal dari India dan
menyebar hingga ke Mesir.
Bukti lain dari keberadaan teknik tie dye tertera pada Prasasti Sima yang dibuat pada
abad ke-10. Prasasti tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia telah berkembang
dengan pesat teknologi pembuatan kain yang memiliki pola hias seperti pola tie dye.
Hanya saja istilah yang digunakan oleh masyarakat untuk menyebut kain tersebut
berbeda-beda.
Kepopuleran teknik tie dye menjadi semakin meningkat ketika kaum hippies Amerika
sering mengenakan busana yang dibuat dengan teknik tersebut pada akhir tahun 70-an.
Motif-motif yang ditampilkan sebagian besar memuat nilai kehidupan dan kebebasan
yang terinspirasi dari sejarah perang nuklir tahun 50-an. Di Indonesia sendiri,
pengembangan kain ikat celup dipelopori oleh Ghea Sukasah Panggabean dan
Carmanita Mambu.
Kain yang diidentikkan dengan unsur tradisional ini pada awalnya dibuat dengan bahan
pewarna alami yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Namun seiring dengan
perkembangan dunia mode, teknik tie dye mulai dimodifikasi menjadi sebuah teknik
modern yang dapat diaplikasikan pada berbagai produk fashion seperti kaos, rompi,
jaket, jeans, legging, dan aksesoris.
Meskipun teknik celup ikat dapat diterapkan pada berbagai macam jenis kain, namun
kain berbahan sutra atau katun tetap menjadi pilihan terbaik untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
A. Jenis-jenis kain ikat celup
Kain ikat celup merupakan kain yang dihasilkan dengan cara mengikat kain dengan
menggunakan tali sebagai perintang warna untuk menghasilkan motif tertentu. Proses
pembuatan kain ikat celup dimulai dengan menjahit atau mengikat erat bagian-bagian
tertentu kemudian mencelup dalam larutan pewarna sesuai keinginan.
1. Kain jumputan
Kain jumputan ada di berbagai daerah di Indonesia . Nama jumputan berasal dari
kata “jumput”, yang berkaitan dengan cara pembuatan kain yang dicomot (ditarik)
atau dijumput (bahasa Jawa). Motif jumputan tradisional terbatas jumlahnya.
Penggunaannya pun terbatas untuk acara-acara khusus seperti upacara-upacara
adat. Tapi saat ini kain jumputan telah mengalami perkembangan. Berbagai kreasi
baru tampil dengan motif yang bervariasi. Motif-motif itu hasil dari modifikasi motif
tradisional yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Kain jumputan mempunyai motif yang beragam, misalnya motif bintik tujuh,
kembang janur, bintik lima, bintik sembilan, cuncung (terong), bintang lima, dan
bintik-bintik. Kain-kain itu pun dibuat dengan teknik yang bervariasi. Di daerah Solo
dan Yogya terdapat motif kain perpaduan antara tritik, jumputan, dan batik.
Kain jumputan dibuat dengan cara kain putih ditarik atau dijumput kemudian diikat
dengan tali. Tali pilih yang tidak menyerap warna misalnya karet, rafia, dan benang
berlapis lilin. Setelah diikat sesuai pola, kain dicelup dalam ubar (pewarna). Setelah
satu jam ikatan dilepas dan kain dibilas di air yang mengalir.
Kain Pelangi merupakan kain ikat celup dengan tata warna dan ragam hias yang lebih
bervariasi. Asal mula kain pelangi didapat karena keanekaragaman warnanya. Di Jawa
Tengah kain pelangi disebut kain plangi. Menurut cerita kata plangi berasa dari kata
plong yang dalam bahasa Jawa berarti lega atau kosong pada bidang putih. Proses
pembuatan kain pelangi lebih rumit dan dibagi dua tahap.Tahap pertama, proses sama
dengan kain jumputan. Kain diikat dengan tali besar. Tahap kedua: bidang putih yang
tidak terkena ubar diwarnai (diisi) dengan coretan kuas. Corak dan warna sesuai selera.
Urutan Proses Pembuatan Kain Pelangi Sederhana
Bidang putih yang berbentuk bintang dan bunga terlebih dahulu dijelujuri dengan benang.
Benang itu kemudian ditarik menjadisatu (teknik tritik). Setelah itu diikat dengan tali dan
diberi warna.
Urutan Proses Pembuatan Kain Pelangi Bervariasi
Istilah tritik berasal dari kata tarik. Corak kain tritik dibuat dengan cara menjelujur kain
kemudian ditarik rapat menjadi satu gumpalan kain. Setelah gumpalan kain diwarnai dan
benang jelujuran dicabut, maka didapat ragam hias berwarna putih.
Mulanya kain tritik terdiri dari satu warna latar yaitu biru tua, hitam, atau merah
mengkudu. Kemudian mengalami perkembangan bagian-bagian antara corak tritik
pinggiran, badan, dan tengahan diberiwarna berlainan yang kontras (warna cerah dipadu
warna gelap).
KainTritik Polos
4. Kain Sasirangan
Di masa lampau di daerah Banjar Kalimantan Selatan terdapat corak yang hanya dibuat
untuk kaum bangsawan. Misalnya, corak bintang bahambur, awan bairing, dan untuk
rakyat biasa antara lain ombak sinapur karang dan kangkung kaombakan.
Perkembangan corak dan warna kain terjadi dari masa ke masa. Di samping corak dan
warna tradisional, kini banyak dibuat kreasi baru. Corak dan warna dipadu dan dipakai
bebas sesuai selera. Sebutan kain calapan dan kain pamitan sekarang sudah berubah
menjadi kain sasirangan. Sirang dalam bahasa Banjar berarti jahit atau jelujur.
Pembuatan kain sasirangan
Tugas
Proses pembuatan kain ikat celup diawali dengan membuat ikatan pada sebuah kain
terlebih dahulu menggunakan tali, hasil dari kain ikat celup akan ada bermacam
macam tergantung dari Teknik ikatan yang digunakan, Ada beberapa teknik untuk
menghasilkan motif yang unik dan menarik yang bisa kita pilih, antaranya yaitu:
a. Ikat Mawar
Kita mulai membuat lingkaran dengan menjumput kain. Ikatan bagian dasar
jumputan dengan tali karet. Garis tengah lingkaran yang akan terbentuk dua kali
tinggi jumputan kain.
b. Ikatan Mawar Berbelit atau Ledakan Matahari
Membuat pola ikatan mawar berbelit sama seperti membuat ikatan mawar. Kita
mulai mengikat bagian dasarnya. Teruskan dengan membuat ikatan spiral menuju
puncak jumputan. Bila ingin membuat pola yang lebih rumit lagi buatlah tali yang
lebih banyak.
Ikatan donat membentuk pola desain lingkaran berlapis. Ikatan donat dibuat dengan
cara memegang dasar kain dengan tangan kiri.
d. Ikatan Garis
Kita memulai membuat garis dengan kapur atau pensil. Kain dilipat menurut garis dan
diikat kuat-kuat. Untuk membuat beberapa garis, tariklah beberapa garis pedoman.
e. Ikatan Garis Ganda
Garis ganda digunakan untuk membuat pola desain kain yang ukurannya tidak
beraturan. Untuk menciptakan garis yang tidak teratur mulailah dengan membuat
lipatan. Tekuklah kemudian jumputlah untuk membuat ikatan.
f. Ikatan Pengerutan
Teknik pengerutan menghasilkan desain pola marmer. Pola marmer dibuat dengan
cara mengerutkan kain secara tidak teratur. Ikat kain kuat-kuat agar kerutan tidak
lepas. Bila ikatannya kuat, maka menghasilkan motif ceplok-ceplok putih.
g. Ikatan Penggumpalan
Teknik penggumpalan baik sekali digunakan untuk mewarnai kain yang sempit
dengan pola bebas. Pola ini dapat dibuat dengan cepat dan mudah. Bentuklah kain
menjadi gumpalan, lalu ikat dengan tali karet. Bila kainnya basah dan ikatannya kuat,
maka warna yang terserap sedikit.
h. Mengikat Benda
Pola ini dibuat dengan mengikat benda yang ukurannya seragam. Contohnya
kelereng yang diikat dengan teknik ikatan mawar kecil. Bila ikatan-ikatan itu dipasang
berjajar, maka pola yang dihasilkan berupa jajaran lingkaran yang seragam.
i. Ubar Setik
Pola ini pembuatannya lebih rumit. Membuat ubar (warna) setik diperlukan benang dan
jarum. Desain garis dibuat dengan cara menjahit jelujur membentuk garis. Desain pola
donat dibentuk kupu-kupu, jantung, daun atau bentuk apapun sesuai dengan desain
yang kita inginkan. Ujung benang pada setik ditarik kuat-kuat dan diikat sebelum
diwarna.
Praktek percobaan masing-masing Teknik ikat celup
Tugas in dilakukan secara individu
Pada tugas praktik ini siswa harus terlibat secara aktif agar mengenali teknik
pembuatan kain ikat celup dengan baik sehingga dapat mendorong munculnya ide
berwirausaha untuk karya para siswa di masa mendatang, terlebih dahulu siswa harus
memahami cara pembuatan Sembilan ikatan dibawah ini
1. Ikatan mawar
2. Ikatan mawar ganda
3. Ikatan mawar berbelit
4. Ikatan garis
5. Ikatan garis ganda
6. Ikatan penggumpalan
7. Ikatan pengerutan
8. Mengikat benda
9. Ubar setik
Tahap 1. Persiapan
Persiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktek, siapkan juga tempat kerjanya.
Rapikan tempat kerja dari barang-barang yang demungkinan dapat menganggu praktik
ini
Bahan
Alat
• Jarum
• Gelas air mineral
• Papan penjemur
• Cutter/gunting
Langkah kerja
diskusikan dengan teman satu kelompok atau satu kelas tentang pengalaman
melakukan praktik percobaan Sembilan Teknik ikat celup. Apakah motif yang dihasilkan
sesuai dengan yang dibayangkan atau diharapkan? Jika hasil sesuai dengan yang
diharapkan, kemungkinan factor-faktor apa saja yang menurutmu menyebabkan hal
tersebut. Apabila hasil desain batik mega mendung diluar dugaan, jelaskan factor-
faktor apa saja yang menurutmu meyebabkan hal tersebut? Tuliskan hasilnya dengan
Bahasa yang baik dan benar pada selembar kertas
tahap 5. Dokumentasi
tempelkan hasil kain ikat celup pada selembar kertas folio, dan juga tulisan hasil
evaluasi dan apresiasimu. Ingatlah untuk menyertakan identitas individu atau kelompok
pada lembar karton tersebut. Buatlah serapi mungkin agar kamu merasa puas dan
bangga atas hasil kerjamu.
C. Shibori
Shibori merupakan istilah Jepang yang digunakan untuk mendefinisikan berbagai cara
menghias kain atau bahan tekstil dengan cara mencelup kain yang sudah diikat, dijahit,
atau dilipat sesuai pola tertentu. Di indonesia sendiri, shibori biasa disebut kain ikat
celup. Walaupun secara teknik masih dilakukan dengan cara-cara yang cukup
sederhana yang berbeda dengan kain tekstil yang dijual di toko kain pada umumnya,
shibori memiliki keistimewaan tersendiri berupa unsur warna dan motif yang tidak
terduga dari proses pencelupan.
Teknik menghias kain secara tradisional yang cukup populer di Jepang ini biasa
dilakukan menggunakan bahan celup indigo alami diatas kain katun putih. Tidak
seperti teknik tie-dye yang berkembang pada umumnya, shibori lebih berfokus pada
pola desain secara keseluruhan yang pengutamakan pengendalian pola. Shibori yang
masuk kedalam kategori celup ikat ini dikembangkan di beberapa negara, seperti
Indonesia dan Jepang.
Shibori sendiri lebih menerapkan teknik resist-dyeing, atau proses pencelupan
sebagian kain dengan cara mencegah bagian lainnya agar tidak terkena zat warna.
Resist itulah yang berperan untuk menghentikan bahan pewarna agar tidak menyerap
ke bagian kain yang tidak diinginkan. Oleh sebab itulah dalam membuat Shibori,
pemahaman mengenai teknik celup ikat ini sangat dibutuhkan.
Tidak mengherankan jika para pakar Shibori di Jepang dianggap sebagai harta
nasional, sampai-sampai hasil karyanya disimpan di museum-museum dan sebagian
dikoleksi secara pribadi oleh para pecinta kain tradisional. Karena pada dasarnya
teknik yang digunakan dalam membuat shibori tak hanya tergantung pada pola hiasan
yang akan dibuat tapi juga karakteristik kain.
Berikut beberapa jenis Shibori yang cukup populer dan paling banyak diaplikasikan
untuk menghias kain.
1. Shibori Kanoko
Shibori Kanoko dibuat dengan cara mengikat kain pada bagian tertentu untuk
mencapai pola yang diinginkan. Pada dasarnya pola yang dihasilkan sangat
tergantung pada seberapa ketatnya ikatan kain dan bagian mana ikatan tersebut
diterapkan. Bila sebelumnya kain diikat secara acak, maka pola yang dihasilkan
akan berbentuk bulatan-bulatan yang tidak beraturan.
Shibori merupakan salah satu teknik menghias kain yang ditemukan dan
dikembangkan di negara Jepang sejak ribuan tahun yang lalu. Kata shibori sendiri
berasal dari kata kerja shiboru, yang secara luas dapat diartikan sebagai proses
memanipulasi bahan untuk menghasilkan bentuk tiga dimensi dengan cara
mengikat dan membuat simpul. Salah satu teknik shibori yang cukup populer dan
banyak diadaptasi pada kain yaitu berupa kanoko shibori.
Kanoko shibori yang biasa disebut tie-dye dibuat dengan cara mengikat beberapa
bagian kain sesuai pola yang diinginkan. Jika bagian-bagian kain diikat secara
acak, maka hasilnya adalah bulatan-bulatan acak. Bila kain dilipat dulu sebelum
diikat, maka pola yang dihasilkan akan berbentuk bulatan teratur ditempat-tempat
yang dilipat.
2. Shibori Miura
Shibori Miura yang dikenal sebagai ikatan loop (lubang) merupakan teknik
menghias kain yang dilakukan dengan mencabut bagian-bagian tertentu pada kain
dengan menggunakan jarum kait. Benang tersebut tidak disimpul mati melainkan
dikencangkan. Hasil akhir dari proses ini yaitu berupa selembar kain yang memiliki
kemiripan dengan pola air.
3. Shibori Arashi
Shibori Arashi merupakan jenis shibori yang buat dengan cara melilitkan kain pada
sebuah tiang, lalu diikat kencang dengan benang disepanjang tiang. Setelah itu
kain didorong hingga membentuk sebuah kerutan. Sesuai dengan namanya shibori
arashi akan menghasilkan kain lipit berpola serong yang menyerupai hujan dikala
badai.
Shibori merupakan teknik menghias bahan tekstil dari Jepang yang dapat diperoleh
dengan cara mengikat, melipat, memelintir atau menekan kain. Salah satu jenis
shibori yang sangat populer yaitu berupa arashi shibori yang memiliki pola hias
berbentuk garis-garis menyerupai hujan dikala badai. Arashi shibori dikenal juga
sebagai shibori yang dililitkan di sekeliling silinder, lalu diikat kencang dengan
benang kemudian didorong hingga berkerut.
Tahap 1.
Setelah seluruh bagian kain yang melilit di sepanjang pipa terikat dengan kuat,
selanjutnya dorong kain hingga berkumpul pada ujung pipa dan membentuk
sebuah kerutan yang sangat rapat.
Tahap 3.
Celupkan kain yang terikat pada pipa PVC ke dalam larutan pewarna dan diamkan
selama beberapa menit.
Tahap 4
Setelah zat warna meresap sempurna ke dalam serat kain, Lepaskan benang yang
terikat kuat disepanjang pipa menggunakan bantuan gunting, kemudian bilas
kembali kain tersebut menggunakan air bersih.
Tahap 5.
Terakhir, jemur kain dibawah sinar matahari dan biarkan mengering secara alami.
4. Shibori Kumo
Shibori Kumo dibuat dengan mengikat bagian-bagian tertentu pada kain secara
halus dan merata. Selanjutnya kain tersebut diikat menjadi bagian-bagian yang
berdekatan satu sama lain, sehingga menghasilkan pola hiasan yang mirip sarang
laba-laba.
5. Shibori Nui
Shibori Nui dilakukan dengan membuat jahitan jelujur sederhana pada selembar
kain kemudan menariknya seketat mungkin supaya menghasilkan sebuah kerutan
yang rapat. Dibandingkan dengan teknik lainnya, pembuatan shibori nui cenderung
memakan waktu yang cukup lama meski pola hiasan yang dihasilkan jauh lebih
bervariasi.
6. Itajime shibori
Shiborizome atau lebih populer dengan nama Shibori, merupakan istilah Jepang
yang digunakan untuk menggambarkan sebuah teknik menghias kain yang
dilakukan dengan cara mengikat, melipat ataupun membuat simpul kain.
Banyaknya teknik shibori yang berkembang di Jepang tidak dapat dipungkiri
mampu menghasilkan pattern yang berbeda dengan teknik lainnya. Salah satu
diantaranya yaitu berupa itajime shibori yang dibuat dengan cara melipat dan
menjepit kain di antara dua buah kayu lalu mengikatnya dengan tali atau benang.
Tugas
Pada tugas praktik ini siswa harus terlibat secara aktif agar mengenali teknik
pembuatan itajime shibori dengan baik sehingga dapat mendorong munculnya ide
berwirausaha untuk karya para siswa di masa mendatang, terlebih dahulu siswa harus
memahami cara pembuatan itajime shibori
Untuk mempelajari cara pembuatan itajime shibori bisa menyimak video yang sudah
ditayangkan oleh guru
Tahap 1. Persiapan
Setelah melihat video tentang cara pembuatan itajime shibori, catatlah alat dan bahan
yang dibutuhkan kemudian Persiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktek,
siapkan juga tempat kerjanya. Rapikan tempat kerja dari barang-barang yang
demungkinan dapat menganggu praktik ini
Bahan
• Kain katun
• Kayu lis/reng
• Tali
• Zat warna naphtol
Alat
• Gunting
• Ember
• Papan penjemur
• cutter
Tahap 2. Perencanaan dan perancangan
Simaklah video tentang cara pembuatan itajime shibori, pahami tiap tahapan proses
pembuatannya sampai benar-benar paham.
tahap 5. Dokumentasi
dokumentasikan setiap langkah yang dilakukan selama praktikum, dan juga buatlah
laporan hasil praktikum serta hasil evaluasi dan apresiasimu. Ingatlah untuk
menyertakan identitas individu atau kelompok pada lembar kertas folio tersebut.
Buatlah serapi mungkin agar kamu merasa puas dan bangga atas hasil kerjamu.
Rangkuman materi
1. Pengertian ikat celup
Kain yang dibuat dengan cara mengikat kain putih kemudian ditarik/dijumput
dan diikat dengan menggunakan tali
4. Pengertian shibori
Shibori merupakan istilah Jepang yang digunakan untuk mendefinisikan berbagai
cara menghias kain atau bahan tekstil dengan cara mencelup kain yang sudah
diikat, dijahit, atau dilipat sesuai pola tertentu
10. Fungsi jarum dan benang dalam proses pembuatan kain tritik adalah?
A. Pembentuk motif yang nantinya ketika proses pencelupan dilakukan akan
membentuk pola sesuai dengan pola jahitan
B. Pembentuk warna yang nantinya akan membentuk sebuah corak warna
C. Membentuk warna dasar kain jumputan
D. Sebagai media untuk menyerap warna
E. Pembeda antara warna motif dan warna dasar kain jumputan
Kunci jawaban
Daftar Pustaka
Susanto, Sewan (SK), 1973, Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian Batik dan
Kerajinan, Lembaga Penelitian dann Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian R.I