Anda di halaman 1dari 81

Kompetensi dasar dan IPK

KOMPETENSI DASAR DARI KI 3 KOMPETENSI DASAR DARI KI 4


3.4 Merancang konsep dan 4.4 Menampilkan karya kain
Teknik berkreasi kain ikat ikat celup
celup

Indikator PencapaiaN Indikator Pencapaian


Kompetensi(IPK) Kompetensi (IPK)
3.4.1 Mengidentifikasi Konsep 4.4.1 Mencontoh karya kain ikat
dalam berkreasi kain ikat celup yang diamati
celup 4.4.2 Mencoba berbagai teknik
3.4.2 Menunjukkan teknik pembuatan karya kain ikat
pembuatan kain ikat celup celup
3.4.3 Menafsirkan konsep 4.4.3 Menampilkan hasil
pembuatan kain ikat celup percobaan Teknik kain ikat
3.4.4 Menjelaskan teknik yang celup
digunakan dalam membuat 4.4.4 Memodifikasi berbagai
kain ikat celup teknik kain ikat celup yang
3.4.5 Menentukan konsep dan dipelajari
teknik dalam pembuatan 4.4.5 Menciptakan/membuat
kain ikat celup karya kain ikat celup
3.4.6 Membandingkan konsep
dan teknik kain ikat celup
dan kain shibori
3.4.7 Menilai konsep dan teknik
pembuatan kain ikat celup
3.4.8 Memodifikasi karya kain
ikat celup untuk dibuat
rancangan karya kreasi kain
shibori
Glossarium
Corak bentuk wujud dari ungkapan artistic seseorang dalam
menggambarkan bentuk alami yang disesuaikan dengan cita rasa
keindahan didalam peniruan/penggambarannya

Ikat celup kain yang dibuat dengan cara mengikat kain putih kemudian
ditarik/dijumput dan diikat dengan menggunakan tali

Indigo zat pewarna alami yang berasal dari tanaman indigofera tinctorial
(daun tom/nila) yang termasuk kedalam golongan zat pewarna alami
bejana

Jumputan jenis kain ikat celup yang dibuat dengan cara menjumput kain putih
Kain katun jenis kain yang berasal dari serat kapas biasanya disebut dengan
kain mori

Kain tritik berasal dari Tarik, corak kain ini dibuat dengan cara menjelujur kain
kemudian ditarik rapat menjadi satu gumpalan kain

Kain sasirangan kain yang berasal dari daerah banjar yang berarti jelujur

Kain sutera jenis kain yang berasal dari ulat sutera murbei memiliki tekstur
lembut dan mulus

Shibori Shibori merupakan istilah Jepang yang digunakan untuk


mendefinisikan berbagai cara menghias kain atau bahan tekstil
dengan cara mencelup kain yang sudah diikat, dijahit, atau dilipat
sesuai pola tertentu

Teknik resist dyeing Teknik yang menghalangi masuknya air/zat warna kedalam kain
Tie dye nama lain dari ikat celup
Pendahuluan
Semakin berkembangnya trend fashion saat ini memberi pengaruh positif
terhadap pengrajin kain yang haus akan kreasi dan inovasi. Tak hanya membuat bahan
kain yang itu-itu saja, namun mereka mempu menciptakan inovasi untuk memunculkan
kreasi bahan sandang baru. Inovasi bisa dikembangkan dengan cara apapun, inovasi
bahan, inovasi Teknik atau inovasi yang lainnya, misalnya kain ikat celup, kain ikat
celup merupakan kreasi dari para pengrajin dalam memadukan beberapa Teknik yang
mampu menghasilkan kain yang begitu unik dan memiliki nilai artistic (keindahan)
tersendiri

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan seizin-Nya E modul
ini telah dapat diselesaikan dengan baik, pada modul ini peserta didik akan diajak untuk
mempelajari tentang ikat celup serta menerapkannya dalam proses produksi kerajinan
kain ikat celup yang berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan pasar global
berdasarkan daya dukung yang dimiliki daerah setempat.

Dari tahun ke tahun popularitas batik jumputan bisa dikatakan semakin


meningkat. Selain memiliki motif yang unik dan menarik, cara membuat batik jumputan
sebenarnya juga tergolong mudah karena alat dan bahan yang dibutuhkan relatif
sederhana. Meski hanya memakai teknik ikat celup tapi motif yang didapat pun bisa
berbeda-beda antara satu sama lain.
Deskripsi singkat materi
Ikat celup mempunyai beragam teknik yang sangat mudah diaplikasikan kedalam
media kain. Pada modul ini akan dibahas meteri mengenai pengertian, jenis dan
teknik kain ikat celup termasuk akan mempelajari kain ikat celup yang berasal
dari jepang yakni shibori serta zat warna yang akan digunakan sebagai pewarna
kain ikat celup
Prasyarat
Siswa dapat memahami pengertian, jenis dan teknik kain ikat celup serta
memahami kain shibori dan zat warna yang digunakan sebagai pewarna kain ikat
celup yang kemudian bisa diaplikasikan dalam pembuatan produk ikat
celup/shibori yang dibuat sendiri oleh siswa sebagai alternatif berwirausaha
Petunjuk penggunaan modul
Modul ini terdiri dari lima pokok bahasan. Materi dalam modul ini dibagi menjadi
sebelas kegiatan belajar sebagai berikut :

Pokok Bahasan 1 : pengertian, jenis dan teknik kain ikat celup

Pokok Bahasan 2 : zat warna naphtol

Pokok Bahasan 3 : panduan praktikum percobaan berbagai teknik ikat celup

Pokok Bahasan 4 : shibori

Pokok Bahasan 5 : panduan praktikum pembuatan kain shibori pada media


kaos
Dalam mempelajari modul ini yang perlu ananda pahami adalah:

1. Pelajari tentang kompetensi dasar ( KD) yang akan dicapai.


2. Pahami materi dalam modul ini dengan sungguh-sungguh
3. Kerjakan latiahan dengan sungguh-sungguh.
4. Jawablah bagian penilaian diri dengan sejujurnya
Peta konsep
Ikat Celup
Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan demonstrasi, diskusi tanya jawab dan pembuatan project siswa dapat
menerapkan konsep pembuatan karya kerajinan kain ikat celup dengan baik. melalui
kolaboratif, berpikir kritis dan pemecahan masalah, komunikatif, rasa ingin tahu, jujur
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tanggung jawab
Kain ikat celup (tie dye)
Kain pelangi atau kain jumputan merupakan produk kerajinan tenun yang diciptakan
dengan teknik tie and dye. Di Indonesia sendiri, istilah tie dye sepertinya jarang digunakan
karena sebagian masyarakat lebih sering menyebutnya dengan nama kain jumputan
atau kain tenun ikat. Meski dibuat melalui serangkaian proses yang sama namun corak
antara kain yang satu dengan lembaran lainnya bisa dipastikan tidak ada yang serupa.
Oleh sebab itulah kain jumputan yang terkesan eksklusif menjadi sangat terkenal dan
dikagumi oleh banyak orang.

Teknik tie dye diduga berasal dari seni bandhu yang usianya hampir sama dengan negeri
India. Sedangkan para arkeolog menyebutkan bahwa tie dye sudah ada sejak 5000 tahun
yang lalu di Mesopotamia, India, Peru, Mexico, Yunani, dan juga di Roma. Hal ini diperkuat
dengan ditemukannya sebuah mummi dari tahun 1000 SM di Mesir yang dibalut dengan
kain unik menyerupai kain jumputan. Kain tersebut diduga kuat berasal dari India dan
menyebar hingga ke Mesir.

Bukti lain dari keberadaan teknik tie dye tertera pada Prasasti Sima yang dibuat pada
abad ke-10. Prasasti tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia telah berkembang
dengan pesat teknologi pembuatan kain yang memiliki pola hias seperti pola tie dye.
Hanya saja istilah yang digunakan oleh masyarakat untuk menyebut kain tersebut
berbeda-beda.

Kepopuleran teknik tie dye menjadi semakin meningkat ketika kaum hippies Amerika
sering mengenakan busana yang dibuat dengan teknik tersebut pada akhir tahun 70-an.
Motif-motif yang ditampilkan sebagian besar memuat nilai kehidupan dan kebebasan
yang terinspirasi dari sejarah perang nuklir tahun 50-an. Di Indonesia sendiri,
pengembangan kain ikat celup dipelopori oleh Ghea Sukasah Panggabean dan
Carmanita Mambu.
Kain yang diidentikkan dengan unsur tradisional ini pada awalnya dibuat dengan bahan
pewarna alami yang diperoleh dari lingkungan sekitar. Namun seiring dengan
perkembangan dunia mode, teknik tie dye mulai dimodifikasi menjadi sebuah teknik
modern yang dapat diaplikasikan pada berbagai produk fashion seperti kaos, rompi,
jaket, jeans, legging, dan aksesoris.

Meskipun teknik celup ikat dapat diterapkan pada berbagai macam jenis kain, namun
kain berbahan sutra atau katun tetap menjadi pilihan terbaik untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
A. Jenis-jenis kain ikat celup

Kain ikat celup merupakan kain yang dihasilkan dengan cara mengikat kain dengan
menggunakan tali sebagai perintang warna untuk menghasilkan motif tertentu. Proses
pembuatan kain ikat celup dimulai dengan menjahit atau mengikat erat bagian-bagian
tertentu kemudian mencelup dalam larutan pewarna sesuai keinginan.

1. Kain jumputan

Kain jumputan ada di berbagai daerah di Indonesia . Nama jumputan berasal dari
kata “jumput”, yang berkaitan dengan cara pembuatan kain yang dicomot (ditarik)
atau dijumput (bahasa Jawa). Motif jumputan tradisional terbatas jumlahnya.
Penggunaannya pun terbatas untuk acara-acara khusus seperti upacara-upacara
adat. Tapi saat ini kain jumputan telah mengalami perkembangan. Berbagai kreasi
baru tampil dengan motif yang bervariasi. Motif-motif itu hasil dari modifikasi motif
tradisional yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Pengerjaan kain jumputan kini sudah mengalami banyak perubahan. Teknik


pembuatan pun tak lagi rumit dan memakan waktu lama. Seiring majunya
teknologi, kini pembuatannya lebih praktis dan cepat. Sehingga hasil produksi
dapat ditingkatkan. Kain jumputan umumnya menggunakan bahan sutera dan
katun. Kain motif jumputan bisa dibuat selendang, kaos oblong, kebaya atau baju
pesta yang mewah.

Kain jumputan mempunyai motif yang beragam, misalnya motif bintik tujuh,
kembang janur, bintik lima, bintik sembilan, cuncung (terong), bintang lima, dan
bintik-bintik. Kain-kain itu pun dibuat dengan teknik yang bervariasi. Di daerah Solo
dan Yogya terdapat motif kain perpaduan antara tritik, jumputan, dan batik.
Kain jumputan dibuat dengan cara kain putih ditarik atau dijumput kemudian diikat
dengan tali. Tali pilih yang tidak menyerap warna misalnya karet, rafia, dan benang
berlapis lilin. Setelah diikat sesuai pola, kain dicelup dalam ubar (pewarna). Setelah
satu jam ikatan dilepas dan kain dibilas di air yang mengalir.

Contoh Cara Pembuatan Kain Jumputan


2. Kain Pelangi

Kain Pelangi merupakan kain ikat celup dengan tata warna dan ragam hias yang lebih
bervariasi. Asal mula kain pelangi didapat karena keanekaragaman warnanya. Di Jawa
Tengah kain pelangi disebut kain plangi. Menurut cerita kata plangi berasa dari kata
plong yang dalam bahasa Jawa berarti lega atau kosong pada bidang putih. Proses
pembuatan kain pelangi lebih rumit dan dibagi dua tahap.Tahap pertama, proses sama
dengan kain jumputan. Kain diikat dengan tali besar. Tahap kedua: bidang putih yang
tidak terkena ubar diwarnai (diisi) dengan coretan kuas. Corak dan warna sesuai selera.
Urutan Proses Pembuatan Kain Pelangi Sederhana

Bidang putih yang berbentuk bintang dan bunga terlebih dahulu dijelujuri dengan benang.
Benang itu kemudian ditarik menjadisatu (teknik tritik). Setelah itu diikat dengan tali dan
diberi warna.
Urutan Proses Pembuatan Kain Pelangi Bervariasi

Membuat corak yang lebih bervariasi diperlukan pengerjaan tambahan. Contohnya


bagian kain antara yang ditritik dan yang dijumput diberi jumputan-jumputan kecil.
Sesudah diwarna ikatan dilepas dan bidang-bidang kecil berwarna putih diberi corak
dengan coletan warna.
Urutan Proses Pembuatan Kain Pelangi yang Rumit
3. Kain Tritik

Istilah tritik berasal dari kata tarik. Corak kain tritik dibuat dengan cara menjelujur kain
kemudian ditarik rapat menjadi satu gumpalan kain. Setelah gumpalan kain diwarnai dan
benang jelujuran dicabut, maka didapat ragam hias berwarna putih.

Mulanya kain tritik terdiri dari satu warna latar yaitu biru tua, hitam, atau merah
mengkudu. Kemudian mengalami perkembangan bagian-bagian antara corak tritik
pinggiran, badan, dan tengahan diberiwarna berlainan yang kontras (warna cerah dipadu
warna gelap).

Pola Pembagian Kain Tritik


Warna cerah pada kain tritik sering disebut kain kembangan. Nama kain kembangan
diambil dari motif kain yang warna-warni seperti kembang (bunga). Motif tritik terdapat
di daerah Jawa, Bali, Palembang dan Banjarmasin.

Variasi Kain Tritik dan Kain Kembangan


Kain Tritik Kembangan

KainTritik Polos
4. Kain Sasirangan

Di masa lampau di daerah Banjar Kalimantan Selatan terdapat corak yang hanya dibuat
untuk kaum bangsawan. Misalnya, corak bintang bahambur, awan bairing, dan untuk
rakyat biasa antara lain ombak sinapur karang dan kangkung kaombakan.

Ragam Hias Tradisional Kain Sasirangan

Perkembangan corak dan warna kain terjadi dari masa ke masa. Di samping corak dan
warna tradisional, kini banyak dibuat kreasi baru. Corak dan warna dipadu dan dipakai
bebas sesuai selera. Sebutan kain calapan dan kain pamitan sekarang sudah berubah
menjadi kain sasirangan. Sirang dalam bahasa Banjar berarti jahit atau jelujur.
Pembuatan kain sasirangan
Tugas

Dilakukan individual dalam sebuah buku tugas

1. Perhatikan produk-produk pengembangan dari kain ikat celup di internet


2. Buatlah table untuk mendokumentasikan produk ikat celup dengan format berikut
ini

Dokementasi kain ikat


No Dokumentasi / gambar
celup

1 Komentar jenis kain


ikat celup serta Teknik Contoh gambar 1
yang digunakan
2 Komentar jenis kain
ikat celup serta Teknik Contoh gambar 1
yang digunakan

3 Komentar jenis kain


ikat celup serta Teknik Contoh gambar 1
yang digunakan

4 Komentar jenis kain


ikat celup serta Teknik Contoh gambar 1
yang digunakan

5 Komentar jenis kain


ikat celup serta Teknik Contoh gambar 1
yang digunakan
3. Guntinglah beberapa gambar dari surat kabar, majalah, tabloid dan media cetak
lainnya atau internet, untuk direkatkan pada kolom gambar pada table diatas
4. Tuliskan komentarmu tentang produk-produk batik pedalaman tersebut
5. Ceritakan apresiasimu terhadap karya kain ikat celup di depan teman – teman
satu kelas.
B. Teknik ikat celup

Proses pembuatan kain ikat celup diawali dengan membuat ikatan pada sebuah kain
terlebih dahulu menggunakan tali, hasil dari kain ikat celup akan ada bermacam
macam tergantung dari Teknik ikatan yang digunakan, Ada beberapa teknik untuk
menghasilkan motif yang unik dan menarik yang bisa kita pilih, antaranya yaitu:

a. Ikat Mawar

Kita mulai membuat lingkaran dengan menjumput kain. Ikatan bagian dasar
jumputan dengan tali karet. Garis tengah lingkaran yang akan terbentuk dua kali
tinggi jumputan kain.
b. Ikatan Mawar Berbelit atau Ledakan Matahari

Membuat pola ikatan mawar berbelit sama seperti membuat ikatan mawar. Kita
mulai mengikat bagian dasarnya. Teruskan dengan membuat ikatan spiral menuju
puncak jumputan. Bila ingin membuat pola yang lebih rumit lagi buatlah tali yang
lebih banyak.

c. Ikatan Donat atau Mawar Ganda

Ikatan donat membentuk pola desain lingkaran berlapis. Ikatan donat dibuat dengan
cara memegang dasar kain dengan tangan kiri.
d. Ikatan Garis

Kita memulai membuat garis dengan kapur atau pensil. Kain dilipat menurut garis dan
diikat kuat-kuat. Untuk membuat beberapa garis, tariklah beberapa garis pedoman.
e. Ikatan Garis Ganda

Garis ganda digunakan untuk membuat pola desain kain yang ukurannya tidak
beraturan. Untuk menciptakan garis yang tidak teratur mulailah dengan membuat
lipatan. Tekuklah kemudian jumputlah untuk membuat ikatan.

f. Ikatan Pengerutan

Teknik pengerutan menghasilkan desain pola marmer. Pola marmer dibuat dengan
cara mengerutkan kain secara tidak teratur. Ikat kain kuat-kuat agar kerutan tidak
lepas. Bila ikatannya kuat, maka menghasilkan motif ceplok-ceplok putih.
g. Ikatan Penggumpalan

Teknik penggumpalan baik sekali digunakan untuk mewarnai kain yang sempit
dengan pola bebas. Pola ini dapat dibuat dengan cepat dan mudah. Bentuklah kain
menjadi gumpalan, lalu ikat dengan tali karet. Bila kainnya basah dan ikatannya kuat,
maka warna yang terserap sedikit.
h. Mengikat Benda

Pola ini dibuat dengan mengikat benda yang ukurannya seragam. Contohnya
kelereng yang diikat dengan teknik ikatan mawar kecil. Bila ikatan-ikatan itu dipasang
berjajar, maka pola yang dihasilkan berupa jajaran lingkaran yang seragam.

i. Ubar Setik

Pola ini pembuatannya lebih rumit. Membuat ubar (warna) setik diperlukan benang dan
jarum. Desain garis dibuat dengan cara menjahit jelujur membentuk garis. Desain pola
donat dibentuk kupu-kupu, jantung, daun atau bentuk apapun sesuai dengan desain
yang kita inginkan. Ujung benang pada setik ditarik kuat-kuat dan diikat sebelum
diwarna.
Praktek percobaan masing-masing Teknik ikat celup
Tugas in dilakukan secara individu

Pada tugas praktik ini siswa harus terlibat secara aktif agar mengenali teknik
pembuatan kain ikat celup dengan baik sehingga dapat mendorong munculnya ide
berwirausaha untuk karya para siswa di masa mendatang, terlebih dahulu siswa harus
memahami cara pembuatan Sembilan ikatan dibawah ini

1. Ikatan mawar
2. Ikatan mawar ganda
3. Ikatan mawar berbelit
4. Ikatan garis
5. Ikatan garis ganda
6. Ikatan penggumpalan
7. Ikatan pengerutan
8. Mengikat benda
9. Ubar setik

Pelajari masing-masing cara membuat ikatan tersebut kemudian diaplikasikan pada


kain katun dengan ukuran 10x10 cm

Tahap 1. Persiapan

Persiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktek, siapkan juga tempat kerjanya.
Rapikan tempat kerja dari barang-barang yang demungkinan dapat menganggu praktik
ini

Bahan

• Kain ukuran 10x 10 cm sebanyak 9 lembar


• Zat warna rapid merah
• Tali jagung
• benang

Alat

• Jarum
• Gelas air mineral
• Papan penjemur
• Cutter/gunting

Tahap 2. Perencanaan dan perancangan

Pahami cara membuat Sembilan ikatan,.Berikan kesempatan untuk semua anggota


kelompok menyampaikan idenya. Gambarkan beberapa alternative cara membuat
masing-masing ikatan serta pembagian kerja kepada masing-masing anggota
kelompok. Diskusikan juga teknik-teknik yang dibutuhkan untuk menghasilkan kain ikat
celup tersebut.
Tahap 3. Praktik pembuatan kain ikat celup

Langkah kerja

1. siapkan alat dan bahan


2. potong kain sesuai dengan ukuran yaitu 10x10 cm
3. buatlah masing-masing ikatan
4. pastikan tali yang mengikat benar-benar kencang dan rapat supaya pada saat
proses pewarnaan tali bisa melindungi kain dari warna dan hasil ikatan akan
berwarna putih
5. kemudian siapkan larutan zat warna rapid
6. rendam satu persatu kain kedalam larutan zat warna rapid selama 1 menit
7. angkat dan tiriskan
8. pada saat kain baru ditiriskan warna belum muncul, warna akan muncul setelah
mengalami penjemuran selama 15 menit
9. jemur kain sampai warna muncul
10. setelah kain kering kemudian dicuci menggunakan air bersih
11. buka satu persatu ikatan yang menempel di kain dengan menggunakan
cutter/gunting
12. jemur kain

tahap 4. Evaluasi dan apresiasi

diskusikan dengan teman satu kelompok atau satu kelas tentang pengalaman
melakukan praktik percobaan Sembilan Teknik ikat celup. Apakah motif yang dihasilkan
sesuai dengan yang dibayangkan atau diharapkan? Jika hasil sesuai dengan yang
diharapkan, kemungkinan factor-faktor apa saja yang menurutmu menyebabkan hal
tersebut. Apabila hasil desain batik mega mendung diluar dugaan, jelaskan factor-
faktor apa saja yang menurutmu meyebabkan hal tersebut? Tuliskan hasilnya dengan
Bahasa yang baik dan benar pada selembar kertas
tahap 5. Dokumentasi

tempelkan hasil kain ikat celup pada selembar kertas folio, dan juga tulisan hasil
evaluasi dan apresiasimu. Ingatlah untuk menyertakan identitas individu atau kelompok
pada lembar karton tersebut. Buatlah serapi mungkin agar kamu merasa puas dan
bangga atas hasil kerjamu.
C. Shibori
Shibori merupakan istilah Jepang yang digunakan untuk mendefinisikan berbagai cara
menghias kain atau bahan tekstil dengan cara mencelup kain yang sudah diikat, dijahit,
atau dilipat sesuai pola tertentu. Di indonesia sendiri, shibori biasa disebut kain ikat
celup. Walaupun secara teknik masih dilakukan dengan cara-cara yang cukup
sederhana yang berbeda dengan kain tekstil yang dijual di toko kain pada umumnya,
shibori memiliki keistimewaan tersendiri berupa unsur warna dan motif yang tidak
terduga dari proses pencelupan.

Teknik menghias kain secara tradisional yang cukup populer di Jepang ini biasa
dilakukan menggunakan bahan celup indigo alami diatas kain katun putih. Tidak
seperti teknik tie-dye yang berkembang pada umumnya, shibori lebih berfokus pada
pola desain secara keseluruhan yang pengutamakan pengendalian pola. Shibori yang
masuk kedalam kategori celup ikat ini dikembangkan di beberapa negara, seperti
Indonesia dan Jepang.
Shibori sendiri lebih menerapkan teknik resist-dyeing, atau proses pencelupan
sebagian kain dengan cara mencegah bagian lainnya agar tidak terkena zat warna.
Resist itulah yang berperan untuk menghentikan bahan pewarna agar tidak menyerap
ke bagian kain yang tidak diinginkan. Oleh sebab itulah dalam membuat Shibori,
pemahaman mengenai teknik celup ikat ini sangat dibutuhkan.

Tidak mengherankan jika para pakar Shibori di Jepang dianggap sebagai harta
nasional, sampai-sampai hasil karyanya disimpan di museum-museum dan sebagian
dikoleksi secara pribadi oleh para pecinta kain tradisional. Karena pada dasarnya
teknik yang digunakan dalam membuat shibori tak hanya tergantung pada pola hiasan
yang akan dibuat tapi juga karakteristik kain.

Berikut beberapa jenis Shibori yang cukup populer dan paling banyak diaplikasikan
untuk menghias kain.
1. Shibori Kanoko

Shibori Kanoko dibuat dengan cara mengikat kain pada bagian tertentu untuk
mencapai pola yang diinginkan. Pada dasarnya pola yang dihasilkan sangat
tergantung pada seberapa ketatnya ikatan kain dan bagian mana ikatan tersebut
diterapkan. Bila sebelumnya kain diikat secara acak, maka pola yang dihasilkan
akan berbentuk bulatan-bulatan yang tidak beraturan.
Shibori merupakan salah satu teknik menghias kain yang ditemukan dan
dikembangkan di negara Jepang sejak ribuan tahun yang lalu. Kata shibori sendiri
berasal dari kata kerja shiboru, yang secara luas dapat diartikan sebagai proses
memanipulasi bahan untuk menghasilkan bentuk tiga dimensi dengan cara
mengikat dan membuat simpul. Salah satu teknik shibori yang cukup populer dan
banyak diadaptasi pada kain yaitu berupa kanoko shibori.

Kanoko shibori yang biasa disebut tie-dye dibuat dengan cara mengikat beberapa
bagian kain sesuai pola yang diinginkan. Jika bagian-bagian kain diikat secara
acak, maka hasilnya adalah bulatan-bulatan acak. Bila kain dilipat dulu sebelum
diikat, maka pola yang dihasilkan akan berbentuk bulatan teratur ditempat-tempat
yang dilipat.
2. Shibori Miura

Shibori Miura yang dikenal sebagai ikatan loop (lubang) merupakan teknik
menghias kain yang dilakukan dengan mencabut bagian-bagian tertentu pada kain
dengan menggunakan jarum kait. Benang tersebut tidak disimpul mati melainkan
dikencangkan. Hasil akhir dari proses ini yaitu berupa selembar kain yang memiliki
kemiripan dengan pola air.
3. Shibori Arashi

Shibori Arashi merupakan jenis shibori yang buat dengan cara melilitkan kain pada
sebuah tiang, lalu diikat kencang dengan benang disepanjang tiang. Setelah itu
kain didorong hingga membentuk sebuah kerutan. Sesuai dengan namanya shibori
arashi akan menghasilkan kain lipit berpola serong yang menyerupai hujan dikala
badai.
Shibori merupakan teknik menghias bahan tekstil dari Jepang yang dapat diperoleh
dengan cara mengikat, melipat, memelintir atau menekan kain. Salah satu jenis
shibori yang sangat populer yaitu berupa arashi shibori yang memiliki pola hias
berbentuk garis-garis menyerupai hujan dikala badai. Arashi shibori dikenal juga
sebagai shibori yang dililitkan di sekeliling silinder, lalu diikat kencang dengan
benang kemudian didorong hingga berkerut.

Tahapan cara membuat arashi shibori

Tahap 1.

Dalam membuat arashi shibori, perlengkapan yang dibutuhkan diantaranya berupa


kain sutra atau katun berwarna putih, sendok ukur, pipa PVC, benang, gunting,
pewarna kain, garam untuk penguat warna, spatula, panci, sarung tangan karet, dan
baskom berisi air dingin. Proses pembuatan arashi shibori dimulai dengan
melilitkan kain pada bagian luar pipa PVC dan mengikatnya menggunakan benang
yang telah dipersiapkan.
Tahap 2.

Setelah seluruh bagian kain yang melilit di sepanjang pipa terikat dengan kuat,
selanjutnya dorong kain hingga berkumpul pada ujung pipa dan membentuk
sebuah kerutan yang sangat rapat.
Tahap 3.

Celupkan kain yang terikat pada pipa PVC ke dalam larutan pewarna dan diamkan
selama beberapa menit.

Tahap 4

Setelah zat warna meresap sempurna ke dalam serat kain, Lepaskan benang yang
terikat kuat disepanjang pipa menggunakan bantuan gunting, kemudian bilas
kembali kain tersebut menggunakan air bersih.
Tahap 5.

Terakhir, jemur kain dibawah sinar matahari dan biarkan mengering secara alami.
4. Shibori Kumo

Shibori Kumo dibuat dengan mengikat bagian-bagian tertentu pada kain secara
halus dan merata. Selanjutnya kain tersebut diikat menjadi bagian-bagian yang
berdekatan satu sama lain, sehingga menghasilkan pola hiasan yang mirip sarang
laba-laba.
5. Shibori Nui

Shibori Nui dilakukan dengan membuat jahitan jelujur sederhana pada selembar
kain kemudan menariknya seketat mungkin supaya menghasilkan sebuah kerutan
yang rapat. Dibandingkan dengan teknik lainnya, pembuatan shibori nui cenderung
memakan waktu yang cukup lama meski pola hiasan yang dihasilkan jauh lebih
bervariasi.
6. Itajime shibori

Shiborizome atau lebih populer dengan nama Shibori, merupakan istilah Jepang
yang digunakan untuk menggambarkan sebuah teknik menghias kain yang
dilakukan dengan cara mengikat, melipat ataupun membuat simpul kain.
Banyaknya teknik shibori yang berkembang di Jepang tidak dapat dipungkiri
mampu menghasilkan pattern yang berbeda dengan teknik lainnya. Salah satu
diantaranya yaitu berupa itajime shibori yang dibuat dengan cara melipat dan
menjepit kain di antara dua buah kayu lalu mengikatnya dengan tali atau benang.
Tugas

Dilakukan individual dalam sebuah buku tugas

1. Perhatikan dua buah gambar hasil kain shibori dibawah ini

2. Diskusikan secara kelompok mengenai


a. Jenis shibori
b. Cara membuat kain shibori tersebut
Praktek membuat itajime shibori
Tugas in dilakukan secara kelompok

Pada tugas praktik ini siswa harus terlibat secara aktif agar mengenali teknik
pembuatan itajime shibori dengan baik sehingga dapat mendorong munculnya ide
berwirausaha untuk karya para siswa di masa mendatang, terlebih dahulu siswa harus
memahami cara pembuatan itajime shibori

Untuk mempelajari cara pembuatan itajime shibori bisa menyimak video yang sudah
ditayangkan oleh guru

Tahap 1. Persiapan

Setelah melihat video tentang cara pembuatan itajime shibori, catatlah alat dan bahan
yang dibutuhkan kemudian Persiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktek,
siapkan juga tempat kerjanya. Rapikan tempat kerja dari barang-barang yang
demungkinan dapat menganggu praktik ini

Bahan

• Kain katun
• Kayu lis/reng
• Tali
• Zat warna naphtol

Alat

• Gunting
• Ember
• Papan penjemur
• cutter
Tahap 2. Perencanaan dan perancangan

Pahami cara membuat itajime shibori,.Berikan kesempatan untuk semua anggota


kelompok menyampaikan idenya. Gambarkan beberapa alternative cara membuat
itajime shibori serta pembagian kerja kepada masing-masing anggota kelompok.
Diskusikan juga teknik-teknik yang dibutuhkan untuk menghasilkan itajime shibori
tersebut.

Tahap 3. Praktik pembuatan kain ikat celup

Simaklah video tentang cara pembuatan itajime shibori, pahami tiap tahapan proses
pembuatannya sampai benar-benar paham.

tahap 4. Evaluasi dan apresiasi


diskusikan dengan teman satu kelompok atau satu kelas tentang pengalaman
melakukan praktik pembuatan itajime shibori pada media kaos. Apakah motif yang
dihasilkan sesuai dengan yang dibayangkan atau diharapkan? Jika hasil sesuai dengan
yang diharapkan, kemungkinan factor-faktor apa saja yang menurutmu menyebabkan
hal tersebut. Apabila hasil ikatan diluar dugaan, jelaskan factor-faktor apa saja yang
menurutmu meyebabkan hal tersebut? Tuliskan hasilnya dengan Bahasa yang baik dan
benar pada selembar kertas

tahap 5. Dokumentasi

dokumentasikan setiap langkah yang dilakukan selama praktikum, dan juga buatlah
laporan hasil praktikum serta hasil evaluasi dan apresiasimu. Ingatlah untuk
menyertakan identitas individu atau kelompok pada lembar kertas folio tersebut.
Buatlah serapi mungkin agar kamu merasa puas dan bangga atas hasil kerjamu.
Rangkuman materi
1. Pengertian ikat celup
Kain yang dibuat dengan cara mengikat kain putih kemudian ditarik/dijumput
dan diikat dengan menggunakan tali

2. Jenis kain ikat celup


a. Kain jumputan
Kain jumputan ada di berbagai daerah di Indonesia . Nama jumputan berasal
dari kata “jumput”, yang berkaitan dengan cara pembuatan kain yang dicomot
(ditarik) atau dijumput (bahasa Jawa).
b. Kain pelangi
Kain Pelangi merupakan kain ikat celup dengan tata warna dan ragam hias
yang lebih bervariasi. Asal mula kain pelangi didapat karena keanekaragaman
warnanya. Di Jawa Tengah kain pelangi disebut kain plangi. Menurut cerita
kata plangi berasa dari kata plong yang dalam bahasa Jawa berarti lega atau
kosong pada bidang putih
c. Kain sasirangan
kain yang berasal dari daerah banjar yang berarti jelujur
d. Kain tritik
Istilah tritik berasal dari kata tarik. Corak kain tritik dibuat dengan cara
menjelujur kain kemudian ditarik rapat menjadi satu gumpalan kain. Setelah
gumpalan kain diwarnai dan benang jelujuran dicabut, maka didapat ragam
hias berwarna putih.

3. Teknik ikat celup


a. Ikatan mawar
b. Ikatan mawar berbelit
c. Ikatan mawar ganda
d. Ikatan garis
e. Ikatan garis ganda
f. Ikatan penggumpalan
g. Ikatan pengerutan
h. Ikatan penggumpalan
i. Mengikat benda
j. Ubar setik

4. Pengertian shibori
Shibori merupakan istilah Jepang yang digunakan untuk mendefinisikan berbagai
cara menghias kain atau bahan tekstil dengan cara mencelup kain yang sudah
diikat, dijahit, atau dilipat sesuai pola tertentu

5. Jenis kain shibori


a. Shibori kanoko
Shibori Kanoko dibuat dengan cara mengikat kain pada bagian tertentu untuk
mencapai pola yang diinginkan. Pada dasarnya pola yang dihasilkan sangat
tergantung pada seberapa ketatnya ikatan kain dan bagian mana ikatan
tersebut diterapkan
b. Shibori miura
Shibori Miura yang dikenal sebagai ikatan loop (lubang) merupakan teknik
menghias kain yang dilakukan dengan mencabut bagian-bagian tertentu pada
kain dengan menggunakan jarum kait
c. Shibori arashi
Shibori Arashi merupakan jenis shibori yang buat dengan cara melilitkan kain
pada sebuah tiang, lalu diikat kencang dengan benang disepanjang tiang.
Setelah itu kain didorong hingga membentuk sebuah kerutan. Sesuai dengan
namanya shibori arashi akan menghasilkan kain lipit berpola serong yang
menyerupai hujan dikala badai
d. Shibori kumo
Shibori Kumo dibuat dengan mengikat bagian-bagian tertentu pada kain
secara halus dan merata. Selanjutnya kain tersebut diikat menjadi bagian-
bagian yang berdekatan satu sama lain, sehingga menghasilkan pola hiasan
yang mirip sarang laba-laba.
e. Shibori nui
Shibori Nui dilakukan dengan membuat jahitan jelujur sederhana pada
selembar kain kemudan menariknya seketat mungkin supaya menghasilkan
sebuah kerutan yang rapat
f. Itajime shibori
shibori yang dibuat dengan cara melipat dan menjepit kain di antara dua buah
kayu lalu mengikatnya dengan tali atau benang
Evaluasi
1. Gambar hasil ikat celup

Hasil celupan pada gambar diatas dibuat dengan menggunakan ikatan?


2. Gambar hasil ikat celup

Hasil celupan pada gambar diatas dibuat dengan menggunakan ikatan?


3. Gambar hasil ikat celup

Hasil celupan pada gambar diatas dibuat dengan menggunakan ikatan?

4. Gambar hasil ikat celup

Hasil celupan pada gambar diatas dibuat dengan menggunakan ikatan?


5. Gambar hasil ikat celup

Hasil celupan pada gambar diatas dibuat dengan menggunakan ikatan?

6. Gambar hasil ikat celup


Hasil celupan pada gambar diatas dibuat dengan menggunakan ikatan?

7. Gambar hasil ikat celup

Hasil celupan pada gambar diatas dibuat dengan menggunakan ikatan?

8. Gambar hasil ikat celup


Hasil celupan pada gambar diatas dibuat dengan menggunakan ikatan?

9. Gambar hasil ikat celup


Hasil celupan pada gambar diatas dibuat dengan menggunakan ikatan?

10. Fungsi jarum dan benang dalam proses pembuatan kain tritik adalah?
A. Pembentuk motif yang nantinya ketika proses pencelupan dilakukan akan
membentuk pola sesuai dengan pola jahitan
B. Pembentuk warna yang nantinya akan membentuk sebuah corak warna
C. Membentuk warna dasar kain jumputan
D. Sebagai media untuk menyerap warna
E. Pembeda antara warna motif dan warna dasar kain jumputan
Kunci jawaban
Daftar Pustaka
Susanto, Sewan (SK), 1973, Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian Batik dan
Kerajinan, Lembaga Penelitian dann Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian R.I

Fitinline, (2015, 6 januari) diakses pada 30 Agustus 2019 dari Fitinline.com:kain


jumputan:proses pembuatan, https://fitinline.com/article/read/kain-jumputan-proses-pembuatan/

Fitinline, (2018, 30 november) diakses pada 30 Agustus 2019 dari


Fitinline.com:panduan lengkap membuat batik jumputan dalam berbagai variasi motif,
https://fitinline.com/article/read/panduan-lengkap-membuat-batik-jumputan-dalam-berbagai-variasi-motif/

Fitinline, (2018, 20 desember) diakses pada 30 Agustus 2019 dari Fitinline.com:Teknik


dasar shibori yang mudah untuk anda ikuti, https://fitinline.com/article/read/6-teknik-dasar-shibori-
yang-mudah-untuk-anda-ikuti/
Fitinline, (2015, 9 maret) diakses pada 30 Agustus 2019 dari Fitinline.com:shibori,
https://fitinline.com/article/read/shibori/

Anda mungkin juga menyukai