Anda di halaman 1dari 24

BAB VII

TEKNIK JUMPUTAN

A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Mata Kuliah
Pada bab ini akan dibahas mengenai teknik
jumputan yang mencakup pengertian teknik
jumputan, motif teknik jumputan, dan proses
pewarnaan kain jumputan menggunakan zat warna
direk. Setelah mempelajari materi ini mahasiswa
diharapkan dapat memahami mekanisme proses
pembuatan motif dan pewarnaan kain dengan teknik
jumputan. Pada saat perkuliahan mahasiswa
diharapkan mampu melakukan pratikum menerapkan
pembuatan motif jumputan pada busana, pelengkapan
busana dan lenen rumah tangga dengan menggunakan
zat warna direk. Pada akhir bab terdapat evaluasi
formatif yang dapat dikerjakan oleh mahasiswa agar
lebih memahami materi yang telah dipelajari.

2. Relevansi
Bahan tekstil sebagai bahan sandang perlu
ditingkatkan mutunya dengan memberikan motif-motif
yang khas sehingga dapat memberikan nilai
keindahan, yang proses pembuatan motifnya dapat
langsung diterapkan pada produk busana, pelengkap
busana dan lenan rumah tangga.
Teknik jumputan pada dasarnya adalah suatu
proses menciptakan motif dengan cara sebahagian kain
diikat rapat menurut pola dan teknik tertentu yang
kemudian dicelup ke dalam zat warna, dengan
1
demikian bagian-bagian yang diikat tidak terkena
warna celupan sehingga terbentuklah motif hias kain
jumputan yang sangat khas.

3. Capaian Pembelajaran

Mampu memahami dan membuat produk dengan


teknik jumputan

B. MATERI
1. Pengertian Teknik Jumputan
Teknik jumputan biasanya disebut dengan teknik
ikat celup (tie dye) yaitu suatu proses menciptakan
motif dengan cara perintangan atau sebagian kain
diikat rapat menurut pola tertentu sebelum dicelup
dengan zat warna. Dengan demikian bagian-bagian
yang diikat tidak terkena celupan dan pada bagian
tersebut terbentuklah motif hias jumputan yang sangat
khas.
Perintangan dapat dilakukan dengan mengikat
kain menggunakan tali, benang, karet atau rafia, kayu
dan lain-lain untuk mendapatkan hasil yang beraneka
corak dan bentuk yang menarik.Tali atau benang yang
dipilih haruslah tidak dapat menyerap warna misalnya
karet, tali plastik, dan benang yang berlapis lilin.Proses
ikat dapat menghasilkan kain pelangi, jumputan atau
sasirangan melalui berbagai teknik, seperti : lipatan,
simpul, jelujur, jilid ikatan dan lain-lain.

2
Teknik pewarnaan kain jumputan dilakukan
dengan cara mengisi kain, mengikat dan melipat kain
dengan cara tertentu, kemudian mencelup dalam
larutan zat warna yang akan membentuk ikatan reaksi
antara serat tekstil dan zat warnanya, sehingga
terciptalah suatu motif pada kain tersebut. Perbedaan
cara mengisi, melipat, dan mengikat kain dilakukan
agar menghasilkan warna dan motif yang berbeda
sehingga dapat tercipta ribuan motif.

2. Sejarah Kain Jumputan


Kain jumputan atau kain dengan teknik ikat
celup merupakan keterampilan yang diwarisi secara
turun temurun selama berabad-abad dari hasil kerja
tangan para pengrajin di sentra-sentra produksi
kerajinan.
Kain jumputan ditinjau dari waktu mempunyai
sejarah yang panjang. Beberapa ahli berpendapat
bahwa seni ikat celup ditemukan secara terpisah
diberbagai bagian dunia. Kain ikat celup tercatat sudah
dibuat pada masa Dinasti T’ang Cina pada tahun 618-
906 SM. Kain tersebut terbuat dari sutera dan berkaitan
erat dengan masa kejayaan Jalur Sutera di Cina. Di
India teknik ikat celup dikenal dengan sebutan
budhana yang terbuat dari bahan katun. Di Afrika
teknik ikat celup disebut dengan adire, dimana wanita
suku Yaruba di Nigeria bagian barat membuat ikat
celup berbahan wol yang diperoleh daribulu domba. Di
Amerika selatan ikat celup dihasilkan dari Peru yang
memiliki peradaban Inca. Ikat celupnya sangat berbeda
dengan Cina dan India yaitu memiliki motif geometris
3
dan zig-zag. Sementara dibelahan barat daya Amerika
yaitu di Meksiko dan Kolombia, ikat celupnya
menyerupai motif yang dihasilkan di Asia Tenggara. Di
Asia Tenggara kain ikat celup lebih dikenal dengan
nama pelangi. Di wilayah Asia Selatan ikat celup
berkembang pesat.
Di Indonesia kain ikat celup sudah tercatat
keberadaannya pada tahun 1680. Indonesia sebagai
bangsa terkenal yang kaya akan seni budaya telah
mengenal seni celup ikat (tie dye) sebagai salah satu
bentuk seni tradisional. Di Indonesia kain jumputan
dikenal dengan nama yang berbeda-beda, masyarakat
Jawa menyebutnya jumputan, di Palembang orang
menamakannya kain pelangi, di Kalimantan dikenal
dengan nama sasirangan, dan di Sulawesi dikenal
dengan nama kain roto. Secara umum di Indonesia kain
ikat celup lebih dikenal masyarakat dengan sebutan
jumputan. Jenis kain jumputan yang ada sekarang ini
umumnya terbuat dari serat alam seperti bahan katun
atau sutera yang halus, tipis, dan mudah kusut.
Namun, kain jumputan sebenarnya dapat dibuat dari
serat alam yang telah dicampur dengan serat sintetis
saja. Hal yang terpenting untuk diperhatikan adalah
penggunaan zat warna untuk mencelup, hendaknya
disesuaikan dengan jenis kain/serat yang akan
dijumput. Hal ini dikarenakan suatu zat warna hanya
efektif mewarnai satu jenis kain/serat tertentu. Warna-
warna yang diterapkan pada umumnya cenderung
menggunakan warna-warna tua, seperti: merah tua,
hitam, hijau tua, dan sebagainya.

4
3. Motif Kain Teknik Jumputan
Dalam membuat motif kain jumputan terdapat
beberapa teknik yang menghasilkan berbagai motif,
diantaranya :
a. Teknik Ikatan Mawar
Teknik ikatan mawar disebut juga dengan
nama teknik ikatan tunggal. Motif yang terbentuk
dari ikatan ini adalah berbentuk lingkaran
bergerigi. Cara pembuatannya adalah dengan cara
menjumput dan mengikat bagian dasar tersebut
dengan menggunakan tali.

Gambar 17. Teknik dan Motif Ikatan Mawar

b. Teknik Mengikat Benda


Teknik ikatan benda ini dapat meggunakan
batu, kelereng, logam, mutiara sebagai bahan
pengisi. Hasil ikatan ini dapat bermacam-macam
bentuk atau ukuran yang menghasilkan motif
tidak beraturan tapi unik sesuai benda pengisi.
Cara membuatnya adalah dengan meletakkan dan
mengikat benda (batu, kelereng, logam atau
mutiara) pada media yang diinginkan.

5
Gambar18. Teknik dan Motif Mengikat Benda

c. Teknik Ikatan Garis


Ikatan garis akan menghasilkan motif
berbentuk garis-garis, berupa garis horizontal,
vertical atau diagonal. Cara membuatnya adalah
dengan cara melipat atau mengerut kain secara
memanjang dengan jarak tertentu sesuai
keinginan. Ikatan garis ini akan menghasilkan pola
berbentuk garis bergerigi.

Gambar 19.Teknik dan Motif Ikatan Garis

d. Teknik Ikatan Mawar Berbelit


Ikatan mawar berbelit ini akan menghasilkan
pola seperti sarang laba-laba. Cara membuatnya

6
adalah dengan memulai menjumput dan mengikat
seperti ikatan tunggal, kemudian mengikatnya
dengan membentuk menyilang menuju bagian
dasar. Semakin banyak jumlah ikatan maka akan
membentuk motif dengan pola yang unik.

Gambar 20. Teknik dan Motif Ikatan Silang

e. Teknik Ikatan Mawar Ganda


Ikatan mawar ganda ini akan menghasilkan motif
berbentuk lingkaran ganda atau bertingkat yang
bergerigi. Cara membuatnya seperti ikatan tunggal
yaitu dengan cara menjumput kain dan mengikat
bagian dasar dengan menggunakan tali yang agak
dilonggar, kemudian tekan bagian ujung kain
dengan jari telunjuk hingga melewati ikatan tali
yang longgar tadi, kemudian kencangkan ikatan
tali tersebut.

7
Gambar 21.Teknik dan Motif Ikatan Mawar Ganda

f. Teknik Ikatan Ganda


Teknik ikatan ganda akan menghasilkan pola
lingkaran berulang atau bertingkat yang dapat
dibuat satu atau dua tingkat pada masing-masing
lingkaran. Cara membuatnya adalah dengan
menjumput dan mengikat yang dimulai dari ujung
sampai pangkal secara bertahap sesuai dengan
jarak yang dikehenda ki.

Gambar 22. Teknik Ikatan Ganda

8
g. Teknik Pengerutan
Teknik pengerutan akan menghasilkan
motif melingkar tidak beraturan. Cara
membuatnya adalah dengan meletakkan kain di
atas meja, kemudian mengerut kain dengan cara
memutar searah jam dengan satu tangan,
kemudian ikat bagian pangkal kain sehingga
berbentuk bunga mawar.

Gambar 23.Teknik Pengatura(Marbling)

h. Teknik Jelujur
Teknik jelujur akan menghasilkan motif sesuai
pola yang dijelujur sehingga dapat menghasilkan
pola yang unik dibandingkan dengan teknik ikatan
lainnnya. Motif terbentuk dengan cara menjelujur
kain sesuai motif dengan jarak tertentu, kemuadian
dikerut dan diikat. Kekuatn menarik benang saat
mengerut sangat menentukan kualitas corak yang
dihasilkan. Teknik jelujur disebut dengan juga
tritik.

9
Gambar 24.Motif Jelujur

i. Teknik Lipat
Teknik lipat akan menghasilkan motif seperti
garis-garis. Cara membuatnya adalah dengan
melipat kain dengan ukuran yang sama besar ,
kemudian mengikatnya dengan menggunakan
stik dengan jarak yang beraturan dan sama.
Semakin banyak jumlah lipatan maka akan
membentuk motif dengan pola yang unik.

Gambar 25.Teknik dan Motif Lipat

10
j. Teknik Gulung
Teknik gulung akan menghasilkan motif
seperti ikatan silang yang beraturan. Cara
membuatnya adalah dengan menggulung
kemudian mengikatnya dengan membentuk
menyilang menuju bagian dasar. Semakin banyak
jumlah ikatan maka akan membentuk motif
dengan pola yang unik.

Gambar 26.Teknik dan Motif Gulung

k. Teknik Buhul
Teknik buhul akan menghasilkan motif seperti
garis tak beraturan atau acak. Cara membuatnya
adalah dengan menggulung kain, kemudian
mengikat atau membuhul kain pada bagian
tengah. Semakin banyak jumlah ikatan maka akan
membentuk motif dengan pola yang berulang tapi
tidak beraturan yang akan kelihatan unik.

11
Gambar 27.Teknik dan Motif Buhul

l. Variasi
Teknik Variasi akan menghasilkan motif
yang unik dengan pola motif yang bervariasi .
Cara membuatnya adalah dengan memulai
mengikat seperti Teknik buhul, kemudian pada
bagian kiri dan kanan kain yang dibuhul diikat
dengan menggunakan stik kayu yang membentuk
menyilang. Semakin banyak jumlah ikatan maka
akan membentuk motif dengan pola yang unik.

Gambar 28. Teknik dan Motif Variasi

12
4. Proses Pewarnaan Kain Jumputan
Proses pembuatan kain jumputan atau celup
ikat terdiri dari beberapa tahap. Pertama, tahap
persiapan, yang meliputi penyediaan alat dan bahan
yaitu bahan perintang (tali plastik, stik kayu), kain, zat
pewarna, dan peralatan lainnya yang diperlukan.
Kedua, tahap membuat kain jumputan atau celup ikat
yang terdiri dari proses penerapan motif ke kain,
pencelupan warna dan pelepasan bahan rintang.
Ketiga adalah tahap penyelesaian akhir yaitu proses
penguat warna agar tahan lama dan tidak luntur.
a. Tahap Persiapan
1) Pembuatan motif/corak
Setelah mempersiapkan berbagai macam
peralatan yang diperluakan, maka langkah
selanjutnya menyiapkan motif celup ikat yang
akan digunakan. Pilihlah motif celup ikat
nusantara yang ada di sekitar kita atau dari
berbagai daerah seperti corak jumputan dari
Jawa, atau Sasirangan Kalimantan Selatan.
Setelah itu tentukan warna motif sesuai dengan
keinginan. Bagi pemula, sebaiknya tidak memilih
warna lebih dari tiga macam termasuk warna
dasar kain. Makin banyak warna, proses
pencelupan akan makin rumit.
Selain menentukan motif dan warna, kita
perlu juga menentukan teknik yang akan
digunakan. Dalam membuat motif celup ikat,
teknik menjumput, lipat, gulung dan mengikat
kain adalah yang paling sederhana. Teknik yang
lebih rumit adalah menjelujur garis kerangka
13
corak. Setelah penjelujuran garis luar seluruh
corak selesai, benang ditarik dengan kencang,
sehingga kain terkumpul dan mengkerut.
Kumpulan kerutan ini diikat dengan kuat agar
warna tidak merembes masuk. Kita dapat
menerapkan beragam teknik untuk membuat
corak pada selembar kain. Beberapa gabungan
teknik antara lain dijumput, dilipat, dijahit, atau
dijumput-dilipat, lalu diikat. Corak celup ikat
dapat dibuat dengan mengikatkan batu, biji-
bijian, kerang, atau kelereng, sehingga corak
memiliki bentuk yang serupa. Demikian pula
letak ikatan dapat diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk objek tertentu.

2) Alat dan Bahan


Pemilihan alat dilakukan sesuai dengan
teknik yang akan digunakan. Pemilihan jenis alat
juga disesuaikan dengan tingkat kerumitan corak
yang akan dibuat. Umumnya teknik celup ikat
menggunakan bahan dasar tekstil dari serat alam.
Bahan dasar campuran dari serat alam dan
buatan pada dasarnya dapat digunakan, namun
bahan itu memerlukan proses yang lebih rumit.
Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan bahan
dasar tekstil dari serat alam seperti katun,sutera
atau rayon.
Pewarna tekstil untuk teknik celup ikat
adalah pewarna sintetik dengan pencelupan
panas maupun dingin. Zat pewarna sintetik ini
dapat diklasifikasi menjadi jenis pewarna
14
langsung (direct, rapid, procion, dan rhemazol) dan
pewarna tak langsung (naphtol, indigosol). Bahan
perintang yang digunakan adalah aneka tali,
benang tebal yang kedap air, serta plastik, batu,
biji-bijian, kelereng dan sebagainya.

b. Tahap Pembuatan Kain Jumputan


1) Pemasangan bahan perintang
Teknik kain jumputan atau celup ikat dapat
memanfaatkan beragam motif yang dapat
dikembangkan dari berbagai sumber. Dalam
membuat kain celup ikat gunakanlah kombinasi
dari beberapa teknik supaya corak yang
dihasilkan lebih optimal. Agar karya itu dapat
langsung dipakai, kita dapat memanfaatkan
celup ikat untuk kaos T-shirt atau selendang.
Karena itu pilihlah celup ikat yang berbahan
dasar serat alam, seperti katun, rayon atau sutera.
Terlebih dahulu gambari permukaan kain dengan
aneka motif atau corak yang sudah dipilih
dengan menggunakan pensil. Kemudian
lakukanlah penjumputan, pelipatan, atau
penjahitan serta pengikatan. Agar efek pelipatan,
jumputan, jahitan tampak jelas, pengikatan harus
dilakukan dengan kencang.

15
Gambar 29. Penjumputan corak atau motif

Gambar 30. Hasil Penjumputan corak atau motif

2) Pencelupan warna
16
Kain yang telah selesai diikat kemudian di
celup. Proses pencoletan terhadap kain jumputan
juga bisa dilakukan untuk mendapatkan motif-
motif lain. Pencoletan adalah pemberian warna
pada bagian-bagian tertentu yang terlalu sedikit
bila harus dicelup. Bagian-bagian yang sudah
dicolet, kemudian ditutup dan diikat dengan
plastik hingga kedap air. Setelah itu barulah
keseluruhan kain dicelup. Baik pencoletan
maupun pencelupan dilakukan bertahap, mulai
dari warna terang kegelap. Apabila kita
menginginkan bagian yang berwarna terang
tidak tertutup dengan warna gelap, kita harus
menutupi bidang-bidang tersebut dengan plastik,
atau menambah ikatan. Jenis warna yang
digunakan sama dengan warna direk. Kain yang
telah diikat dan dijahit akan memiliki volume
yang lebih kecil dan padat. Oleh karena itu,
proses pencelupan kain ke dalam larutan warna
dan garam memerlukan waktu agak lama.
Pada saat mencelup jangan lupa
menggunakan sarung tangan plastik. Hal ini
penting agar racun yang terkandung dalam zat
pewarna ini tidak meresap ke dalam tubuh
melalui pori-pori tangan.

17
Gambar 31. Pewarnaan kain jumputan

c. Tahap Penyelesaian Akhir


Kain yang telah diberi warna, kemudian dicuci
dan ditiriskan. Tujuannya adalah untuk
menghentikan proses perembesan zat warna ke
dalam lekukan kain. Setelah itu, ikatan dan jahitan
dibuka dengan menggunakan gunting atau cutter.
Proses ini harus dikerjakan dengan hati-hati agar
tidak melukai atau merobek kain. Hasil yang
diperoleh melalui teknik ini akan menghasilkan
motif yang unik karena efek ikatan, lipatan, maupun
jahitan.

18
Gambar 32. Hasil Kain Jumputan Teknik Lipat

Gambar 33. Hasil Kain Jumputan

19
Agar warna tidak luntur, kain perlu direndam
di dalam larutan penguat warna. Setelah itu, kain
dicuci dengan bersih. Zat penguat yang digunakan
sama dengan yang digunakan pada batik sehingga
dalam penjelasan ini tidak perlu diuraikan kembali.
Seperti batik, proses pengkanjian kain dengan larutan
kanji cair juga dilakukan untuk menjaga mutu
tampilan kain.

C. RANGKUMAN
Teknik jumputan biasanya disebut dengan teknik
ikat celup (tie dye)yaitu suatu proses menciptakan motif
dengan cara perintangan atau sebagian kain diikat rapat
menurut pola tertentu sebelum dicelup dengan zat warna.
Perintangan dapat dilakukan dengan mengikat kain
menggunakan tali, benang, karet atau rafia, kayu dan lain-
lain untuk mendapatkan hasil yang beraneka corak dan
bentuk yang menarik. Teknik pewarnaan kain jumputan
dilakukan dengan cara mengisi kain, mengikat dan
melipat kain dengan cara tertentu, kemudian mencelup
dalam larutan zat warna yang akan membentuk ikatan
reaksi antara serat tekstil dan zat warnanya, sehingga
terciptalah suatu motif pada kain tersebut. Perbedaan cara
mengisi, melipat, dan mengikat kain dilakukan agar
menghasilkan warna dan motif yang berbeda sehingga
dapat tercipta ribuan motif.

D. REFERENSI
Arifin. Teori Penyempurnaan Tekstil. Bandung : STTT
Bandung

20
Budiyono, dkk. 2008. Kriya Tekstil SMK Jilid I. Jakarta :
Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Kejuruan.

Hamzuri. 1981. Batik Klasik. Jakarta : Djambatan

Erwin. 1992. Teknologi Pencelupan. Jakarta

Jupri,Rasjid.1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan


Pencapan. Bandung : STTT Bandung

Karmayn, Kustini & Widjitoro. 1979. Petunjuk Praktek


Penyempurnaan Tekstil. Jakarta : Departemen P&K

Katib, Winarni & Sunaryo, Oriati.1980. Teori


Penyempurnaan Tekstil II. Jakarta: Departemen P&K

Lansen, Jacklenor. The Dry’s Art : Ikat, Batik, Pelangi.

Rianto, Didik. 1990. Proses Batik (Batik Tulis, Batik Cap,


Batik Printing). Solo : Aneka

Susanto, Suwan. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia.


Jokjakarta : Balai Pelatihan Batik dan Kerajinan

Handoyo, Joko Dwi. 2008. Batik Dan Jumputan.


Yogyakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang.

Karmila, Mila. 2010. Seni Ikat Celup (Tie Dye). Jakarta:


Media Indonesia.

E. PENUTUP
21
1. Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang
benar dibawah ini!!!
1. Nama jumputan biasa dikenal didaerah…
a. Jawa
b. Sulawesi
c. Pelembang
d. Kalimantan

2. Teknik membuat corak dengan cara dijahit dan


ditarik sekuat mungkin merupakan teknik…
a. Teknik jumputan
b. Teknik gulung
c. d. Teknik Jelujur/tritik
d. Teknik lipat/jepit

3. Bahan perintang yang bisa digunakan untuk


membuat motif dengan teknik lipat/jepit, adalah…
a. Kelereng
b. Batu
c. Stick kayu
d. Mutiara

4. Tritik merupakan nama lain dari teknik pembuatan


motif, yaitu…
a. Teknik jelujur
b. Teknik gulung
c. Teknik pengerutan
d. Teknik buhul
5. Dibawah ini yang termasuk kedalam zat warna
mudah menyerap kain jumputan, kecuali…
22
a. Naphtol
b. Direct
c. Rapid
d. Zat warna alam

6. Kain celup ikat lebih dikenal masyarakat dengan


sebutan…
a. Kain jumputan
b. Kain pelangi
c. Kain sasirangan
d. Kain roto

7. Bahan yang bisa digunakan untuk perintangan


dalam teknik jumputan, kecuali…
a. Kelereng
b. Batu
c. Stick kayu
d. Naftol

8. Proses yang dilakukan untuk menghasilkan motif


kain jumputan adalah…
a. Pengikatan
b. Pewarnaan
c. Pencucian
d. Colet

2. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci
jawaban tes formatif 1 yang terdapat dibagian akhir
23
bab ini.Hitunglah jawaban yang benar.Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan anda terhadap materi bab 1.

Arti tingkat penguasaan:


90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau
lebih, anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar
8. Bagus! Jika masih di bawah 80%, anda harus
mengulangi materi Kegiatan Belajar 7, terutama bagian
yang belum dikuasai.

24

Anda mungkin juga menyukai