Anda di halaman 1dari 21

STUDI EKSPERIMEN

SMOKEBOOM SEBAGAI
TEKNIK
PEWARNAAN TIE DYE
Intan Jali Dimasiosz 1900476
Jasmine Rayhana Ayuningrum 1900549
Ramadhani Herawati Sahara 1904462
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga pada akhirnya kami
dapat menyusun laporan diskusi mengenai studi eksperimen smokeboom sebagai teknik pewarnaan
tie dye ini.
Rasa terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen yang selalu memberikan dukungan serta
bimbingannya sehingga laporan diskusi mengenai studi eksperimen smokeboom sebagai teknik
pewarnaan tie dye ini dapat selesai. Semoga laporan diskusi mengenai studi eksperimen smokeboom
sebagai teknik pewarnaan tie dye ini turut memperkaya khazanah ilmu serta dapat menambah
pengetahuan juga pengalaman bagi para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu


yang sempurna, penulis juga menyadari bahwa laporan diskusi
mengenai studi eksperimen smokeboom sebagai teknik pewarnaan
tie dye ini masih memiliki banyak kekurangan, maka dari itu
diharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi
penyusunan laporan dengan tema serupa menjadi lebih baik lagi.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Judul Penelitian ini tentang “Studi Eksperimen Smokeboom Sebagai


Teknik Pewarnaan Tie Dye”. Pengambilan judul penelitian ini didasari
oleh adanya ketertarikan tersendiri untuk mendeskripsikan dan
mengkaji kembali berbagai bentuk dan nilai-nilai estetis yang dihasikan
pada pembuatan kriya tekstil yang berbeda apabila menggunakan
'smokebooom'. Tie Dye adalah teknik mewarnai kain dengan cara
mengikat kain dengan cara tertentu sebelum dilakukan pencelupan
yang terkenal sekitar tahun 1960. Perkembangan pesat dalam
teknologi produksi dan pengelolaan pada industri tekstil serta
pengolaan kain dewasa ini telah menghasilkan tekstil yang memiliki
berbagai sifat dan beragam jenisnya. Hal ini berhubungan dengan
upaya untuk melayani kebutuhan masyarakat yang menuntut aneka
ragam pemenuhan untuk keperluan hidup yang salah satunya adalah
dengan memberi hiasan pada tekstil dengan berbagai macam rupa
dan warna bersumber dari keinginan manusia untuk mengubah tekstil
yang dianggap monoton salah satunya ialah dengan teknik tie dye.
Teknik tie dye merupakan cara menghias kain yang pada awal
bahkan lebih dahulu daripada teknik hias kain ikat, songket dan batik.
Teknik yang dipakai dalam tie dye adalah dengan mengikat erat
sebagian bidang kain dan melalui proses pencelupan kain tersebut lalu
diberi warna. Tie dye bisa juga dibuat dengan memasukkan biji-bijian,
manik-manik atau benda lain pada ujung jumputan dan akibat ikatan
tersebut akan tampak ragam hias yang muncul tergantung pada
benda yang dimasukkan ke dalam jumputan. Teknik ini mengalami
banyak perkembangan dalam proses pengerjaan untuk memperkaya
corak, warna dan fungsi yang semuanya itu diciptakan sebagai
alternatif dalam perancangan ikat celup untuk pemenuhan pasar atau
bisa juga sebagai ajang bereksperimen sebagai karya seni.

Adapun macam teknik ikat yang umum diketahui antara lain yaitu
• Teknik ikat tunggal
• Teknik ikat mawar ganda
• Teknik pengerutan (marbling)
• Teknik mengikat benda
• Teknik ikat silang
• Teknik ikat ganda
• Teknik ikat garis
• Teknik jelujur
Tie dye sudah ada dan dikenal di China selama masa Dinasti T’ang
(618-906 M) dan di Jepang pada masa Periode Nara (552-794 M). Tie
dye juga menjadi sebuah tradisi dari penduduk asli yang sudah dikenal
selama berabad-abad di Asia Tenggara, Indonesia, India, di sebagian
negara Afrika, serta negara-negara lain, seperti Jepang dengan kain
Shibori. Tie dye disebarkan ke beberapa daerah di Indonesia oleh para
pedagang, kemungkinan oleh orang-orang India dan Arab muslim yang
memperkenalkan teknik tenun ikat, sehingga diprediksi tie-dye dan
tenun ikat merupakan dua keteknikan yang tergabung dalam periode
yang sama. Tie dye menjadi sebuah keteknikan yang seringkali
dipergunakan di India seperti halnya teknik dalam tenun ikat. Untuk di
Indonesia sendiri, terdapat beberapa daerah yang telah diketahui
mengadoptasi teknik ini untuk pembuatan dan pewarnaan kain
tradisionalnya, yaitu antara lain di Pulau Jawa (Gresik di Jawa Timur,
Yogyakarta,Solo, dan Jawa Tengah), kemudian di Sulawesi, Sumatera
Selatan khususnya di daerah Palembang, Kalimantan, Bali, serta
Lombok.
Di Indonesia, ragam teknik dalam tie dye bukan merupakan pokok
dari perbedaan yang berarti antardaerah penghasilnya, sehingga ada
berbagai kemiripan yang dapat dijumpai. Hal ini terlihat di Jawa yang
dikenal dengan istilah pelangi, jumputan, dan tritik. Pelangi menjadi
nama untuk menunjukkan spesifikasi dari berbagai teknik (mix
technics) dalam tie dye, di samping juga untuk menyebut kain tie dye
yang memiliki ciri dalam tata warna gradasi dan kaya warna
(multicoloured). Jumputan juga menjadi istilah untuk menyebut kain
tie dye di Jawa, karena di dalam perwujudannya dilakukan dengan
teknik menjumput atau mencubit kain. Tritik dari kata tarik (bahasa
Jawa), yaitu merupakan keteknikan jahit (stitch) dengan
mempergunakan teknik jahit jelujur yang dieratkan atau dikuatkan.

Secara umum, terdapat 2 jenis pewarna untuk tie dye yaitu


• Pewarna alami (antara lain manggis, bayam, dan bit)
• Pewarna sintesis (antara lain wantex, pigmented ink, dan
smokeboom)
Penerapan teknik tie dye juga memiliki kekurangan. Kekurangan
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor penghambat, salah satunya
adalah yang berkaitan dengan gaya hidup masyarakat pada
umumnya yang merupakan konsumen tekstil maupun produk busana
yang aktif tetapi menurut Hidayatullah (2018:241), salah satu karakter
masyarakat terutama milenial adalah kecenderungan sifat malas dan
konsumtif, hal ini bertentangan dengan waktu yang dibutuhkan dalam
memproduksi tie dye karena dengan salah satu teknik yang paling
umum yaitu pencelupan kain, dibutuhkan paling sedikit 2 jam untuk
merendam kain pada larutan zat pewarna untuk menghasilkan warna
pastel atau muda, sehingga dapat diketahui bahwa dibutuhkan waktu
yang cukup lama dalam menciptakan warna yang lebih jelas, kemudian
bahan kain dan juga jenis pewarna yang digunakan dapat menjadi hal
yang perlu diperhatikan, karena kain atau bahan yang digunakan
merupakan kain bekas maka dapat memengaruhi mudah atau
tidaknya zat pewarna menyerap atau mengalami kelunturan.
Dengan adanya masalah tersebut, metode penelitian yang akan
digunakan peneliti yaitu menggunakan metode kualitatif yang akan
difokuskan pada aspek penampilan visual yang dipengaruhi oleh
penyerapan media warna pada kain, keberhasilan pembentukan motif,
serta intensitas warna yang terlihat pada produk Tie Dye. Cara
penelitian secara garis besar dibedakan atas persiapan penelitian,
pelaksanaan penelitian, dan penyusunan data hasil penelitian. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber
data primer yang didapat dari survei online pada sampel masyarakat
yang mengetahui dan atau pernah menggunakan produk tekstil tie dye,
dan juga sumber data sekunder yang diperoleh dengan cara
mengumpulkan pustaka yang menunjang serta relevan.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat


diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Tekstil dengan teknik pewarnaan tie dye merupakan salah satu
teknik yang memenuhi kecenderungan untuk mencari barang
atau busana yang baru, namun masyarakat menginginkan
kemudahan dalam pembuatannya.
2. Tidak semua jenis pewarna kain dapat diabsorbsi dengan
sempurna pada kain, sehingga mempengaruhi produk akhir tie
dye.
3. Dengan zat pewarna dan teknik tertentu, dapat tercipta produk
tie dye yang jelas motifnya
4. Dibutuhkan waktu untuk bereksperimen dalam menentukan
jumlah yang dibutuhkan dalam mewarnai tekstil agar didapatkan
hasil dengan intensitas warna yang maksimal.
C. Rumusan Masalah

Berdasakan uraian masalah tersebut, dapat dirumuskan masalah


sebagai berikut :
1. Bagaimana teknik membuat tie dye yang mudah dalam
pembuatannya?
2. Bagaimana cara agar zat pewarna smokeboom dapat diabsorbsi
dengan baik pada tekstil?
3. Bagaimana cara membuat motif yang jelas pada hasil tie dye
yang menggunakan zat pewarna smokeboom?
4. Bagaimana menentukan durasi pengasapan tekstil agar hasil tie
dye memiliki intensitas warna yang maksimal?
D. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui teknik membuat tie dye yang mudah dalam
pembuatannya.
2. Untuk mengetahui cara agar zat pewarna smokeboom dapat
diabsorbsi dengan baik pada tekstil.
3. Untuk mengetahui cara membuat motif yang jelas pada hasil tie
dye yang menggunakan zat
pewarna smokeboom.
4. Untuk mengetahui durasi pengasapan tekstil agar hasil tie dye
memiliki intensitas warna yang maksimal.
E. Manfaat

Manfaat laporan ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat mengembangkan
ilmu yang diteliti dari segi teoritis dalam penelitian ini berdasarkan
teori yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini.

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah menjelaskan manfaat
yang berguna untuk memecahkan masalah pada penelitian ini
secara praktis.
BAB II
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Metode Penelitian

Konsep pada penelitian ini, penulis menggunakan studi literatur dan


observasi mengenai tie dye serta pewarnaan menggunakan
smokeboom. Dalam penelitian ini, penulis akan membuat sebuah
survey online yang akan dibagikan kepada masyarakat mengenai
perbandingan antara 3 produk yaitu produk tie dye biasa yang
menggunakan pewarna cair dengan produk tie dye yang
menggunakan smokeboom. Dari survey tersebut dapat dilihat produk
mana yang lebih digemari oleh masyarakat.
B. Sistematika Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada studi ini adalah sumber data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari survei online pada
masyarakat. Data sekunder dapat diperoleh dari pustaka
B. Sistematika Penelitian

2. Teknik Pengumpulan Data


a. Survei
Survei adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaanpertanyaan kepada
responden individu. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan informasi dari kelompok yang
mewakili sebuah populasi. Pemanfaatan teknologi yang telah maju dilakukan agar mempermudah ,
baik itu peneliti maupun masyarakat, dalam pengisian survei. Survei ini dilakukan secara online untuk
mengetahui pendapat masyarakat mengenai penggunaan smokeboom sebagai teknik pewarnaan tie
dye.
b. Studi literatur
Teknik pengumpulan data sekunder melalui studi literatur. Studi Literatur adalah
cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang
pernah dibuat sebelumnya. Studi literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan datadata dari jurnal
dan artikel terkait yang berhubungan dengan topik smokeboom sebagai
teknik pewarnaan tie dye.
c. Observasi
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan,
penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu,
dan perasaan emosi seseorang. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada objek dokumentasi
video terkait teknik pewarnaan smokeboom melalui media sosial.
B. Sistematika Penelitian
3. Analisis Data
Analisis data yang digunakan ialah teknik analisis data model Miles dan Huberman. Teknik
ini memiliki 3 tahapan, yaitu :

a. Reduksi Data
Tahap pertama dalam menganalisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah reduksi data
atau data reduction. Tahap reduksi data adalah tahap mereduksi atau menyederhanakan data agar
bisa sesuai dengan kebutuhan sehingga mudah untuk mendapatkan informasi.
Data yang didapatkan dari hasil studi literatur, survei dan observasi tentu memilik bentuk yang
kompleks. Semua data yang sudah didapatkan kemudian dikelompokan dari data yang sangat penting,
kurang penting, dan tidak penting.
Data yang masuk ke dalam kelompok data tidak penting kemudian aman untuk dibuang atau tidak
digunakan. Sehingga tersisa data yang sifatnya penting dan kurang penting. Data ini kemudian
menjadi lebih sederhana, sesuai dengan kebutuhan penelitian, dan dianggap mampu mewakili semua
data yang sudah didapatkan. Sehingga lebih mudah untuk diproses ke tahap selanjutnya agar menjadi
informasi yang bulat, jelas, dan menjawab suatu permasalahan
B. Sistematika Penelitian
3. Analisis Data

b. Penyajian Data

Dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman, setelah menyelesaikan tahap reduksi
maka masuk ke tahap penyajian data atau data display. Sesuai dengan namanya, pada tahap ini
peneliti bisa menyajikan data yang sudah direduksi atau disederhanakan di tahap sebelumnya.

Bentuk penyajian data dilakukan dalam bentuk chart dan paragraf dengan tujuan agar kumpulan data
tersebut bisa lebih mudah disampaikan kepada pembaca.

Proses penyajian data diperlukan dalam analisis data kualitatif untuk bisa menyajikan atau
menampilkan data dengan rapi, sistematis, tersusun dengan pola hubungan tertentu, terorganisir, dan
sebagainya. Sehingga data ini tidak lagi berupa data mentah akan tetapi sudah menyajikan suatu
informasi.
B. Sistematika Penelitian
3. Analisis Data

c. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan ini menjadi informasi yang disajikan dalam laporan penelitian dan
ditempatkan di bagian penutup. Proses menarik kesimpulan dilakukan ketika semua data
yang variatif disederhanakan, disusun atau ditampilkan dengan memakai media tertentu,
baru kemudian bisa dipahami dengan mudah.
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Penelitian ini ditujukan pada masyarakat baik itu pria maupun
wanita yang berusia 12 tahun keatas, atau lebih spesifiknya ialah
orang yang telah mampu menggunakan smartphone untuk
mengisi survei online.

2. Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random
sampling. Survei penelitian ini dilakukan dengan cara
menyebarkan link survei online via sosial media, tujuannya ialah
untuk mendapatkan responden sebanyak mungkin.

Anda mungkin juga menyukai