Anda di halaman 1dari 3

Teknik Pewarnaan.

Pada umumnya, teknik pewarnaan kain-kain tradisional di Indonesia


memanfaatkan proses celup dengan rintang warna seperti teknik batik dan teknik
pada Kain Sasirangan khas Banjar, Kalimantan Selatan, dan teknik ikat pada
pewarnaan serat/benang tenun.

Teknik pewarnaan pada kain tenun adalah teknik ikat celup. Teknik ikat celup
sudah dilakukan sejak lama di seluruh belahan dunia. Asal usul teknik ini diperkirakan
berkembang di India dengan sebutan Bhandani sejak 906 s.d. 618 SM. Teknik ini
berasal dari dataran Cina pada zaman Dinasti Tang dibuat pada kain sutera yang
merupakan alat barter pada masa kejayaan Jalur Sutra, yaitu jalur yang
menghubungkan wilayah Cina ke Timur Tengah hingga ke Italia.

Teknik pewarnaan ikat terdiri atas ikat (hanya pada benang lungsin atau pakan)
dan ikat ganda (pewarnaan pada benang pakan dan lungsin ).

a. Langkah pertama teknik ikat celup menempatkan benang pakan/lungsin pada


plangkan.
b. Langkah kedua adalah menggambarkan pola motif pada benang yang sudah
terpasang pada plangkan.
c. Langkah ketiga adalah mengikat bagian benang sesuai dengan motif yang
diinginkan. Ikatan yang kuat, tebal dan rapi akan dapat menghalangi warna
dengan baik. Benang yang sudah diikat dicelup dengan warna-warna sesuai
dengan rancangan. Pewarnaan dilakukan mulai dari warna yang paling tua, ke
warna yang paling muda. Setelah pewarnaan pertama, warna kedua diperoleh
dengan melepaskan ikatan pada bagian yang ingin diwarnai, dan seterusnya
hingga selesai. Benang yang sudah diwarnai lalu dikeringkan. Setelah kering,
benang lungsin dipasang pada alat tenun, sedangkan benang pakan dipasang pada
kelenting.

Selain teknik pewarnaan ikat celup pada benang tenun, ada pula teknik rintang
warna dengan menggunakan lilin/malam, yaitu teknik batik. Pada masa Kerajaan
Majapahit, teknik batik diaplikasikan di atas daun lontar. Setelah diperkenalkan
material kain dari serat katun, sebagai pengganti serat alam lainnya yang lebih kasar,
teknik batik mulai diaplikasikan di atas kain katun.

 Lihat Video tutorial tentang membuat lingkaran warna!


 Langkah-langkah Pembuatan lingkaran warna : https://www.youtube.com/watch?
v=n1xZSofkERE
 Teori warna : https://www.youtube.com/watch?v=mD0Xilzxy7w
 Membuat Tie Dye : https://www.youtube.com/watch?v=P_CgohEZhC4

Tugas 4.
Praktek Pewarnaan dengan Teknik Rintang Warna dengan
Ikatan (Tie Dye)
Tugas ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Pada tugas praktik
ini, setiap siswa harus terlibat secara aktif agar mengenali teknik rintang warna
dengan ikatan ini dengan baik sehingga dapat mendorong munculnya ide untuk karya
para siswa di masa mendatang.

Tahap 1. Persiapan
Persiapkan bahan dan alat untuk melakukan praktek. Siapkan juga tempat
kerjanya. Rapikan tempat kerja dari barang-barang yang kemungkinan dapat
mengganggu praktik pewarnaan ini.
Bahan:
- Kain katun yang sudah dicuci (agar tidak ada lapisan kanji)
- Air (untuk pewarnaan dan pembilasan)
- Pewarna kain (sesuai warna yang diinginkan)
- Kelereng atau batu
- Tali rafia, benang kasur atau karet gelang.

Alat :

- Panci besar - Sendok kayu - Ember plastik


- Kompor - Sarung tangan karet

Catatan: panci dan sendok kayu yang sudah digunakan untuk proses pewarnaan kain
jangan gunakan untuk memasak makanan.

Tahap 2. Perencanaan dan Perancangan.

Rencanakan motif apa yang akan dibuat dan warna apa yang akan digunakan.
Jika tugas ini dilakukan dalam kelompok, diskusikan dengan teman satu kelompok
motif apa dan warna apa yang akan digunakan. Berikan kesempatan untuk semua
anggota kelompok menyampaikan idenya. Gambarkan beberapa alternatif rancangan
motif dan warna yang diinginkan pada kertas dan warnai. Diskusikan juga teknik-
teknik yang dibutuhkan untuk menghasilkan rancangan tersebut. Buatlah keputusan
secara bermusyawarah.

Tahap 3. Praktik Pewarnaan Langkah Kerja:

1. Persiapkan kain yang akan diwarnai dengan ukuran yang diinginkan.


2. Ikat kain dengan tali rafia, benang kasur atau karet sesuai motif yang
direncanakan.
3. Gunakan sarung tangan karet.
4. Lakukan pewarnaan sesuai dengan petunjuk yang terdapat pada kemasan zat
pewarna. Setiap merek pewarna bisa memiliki detail aturan pakai yang berbeda.
5. Setelah diwarnai, bilas kain beberapa kali dengan air bersih untuk menghilangkan
kelebihan zat warna pada kain.
6. Lepaskan ikatan benang atau karet gelang.
7. Keringkan kain. Setelah kering, kain dapat disetrika untuk menghilangkan kusut
yang diakibatkan oleh ikatan.

Tahap 4. Evaluasi dan Apresiasi.

Diskusikan dengan teman satu kelompok atau satu kelas tentang pengalaman
melakukan praktik pewarnaan dengan teknik tie-dye. Apakah pewarnaan yang
dihasilkan sesuai dengan yang dibayangkan atau diharapkan? Jika hasil sesuai dengan
yang diharapkan, kemukakan faktor-faktor apa saja yang menurutmu menyebabkan
hal tersebut. Apabila hasil pewarnaan di luar dugaan, jelaskan perbedaan antara hasil
dengan yang kamu bayangkan serta kemukakan faktor-faktor apa saja yang
menurutmu menyebabkan hal tersebut? Tuliskan hasilnya dengan bahasa yang baik
dan benar pada selembar kertas.

Tahap 5. Dokumentasi

Tempelkan hasil pewarnaan pada selembar kertas karton, dan juga tulisan hasil
evaluasi dan apresiasimu. Ingatlah untuk menyertakan identitas individu atau
kelompok pada lembar karton tersebut. Buatlah serapi mungkin agar kamu merasa
puas dan bangga atas hasil kerjamu.

Anda mungkin juga menyukai