Anda di halaman 1dari 77

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari penggunaan busana. Hal

ini karena busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Dalam

penggunaannya, busana memiliki beragam fungsi antara lain sebagai alat

pelindung diri dari cuaca ataupun ancaman lingkungan, sebagai penunjuk

status social, hingga sebagai sarana apresiasi diri.

Menurut Eranwati, dkk (2008) busana adalah segala sesuatu yang

digunakan mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Berdasarkan

pengertian tersebut diketahui adalah busana berkaitan dengan pakaian,

aksesori, hingga tata rias yang digunakan oleh seseorang.

Secara umum, pakaian dikategorikan dalam bentuk atasan (blus, tunik,

gaun) dan bawahan (celana, rok, hingga kulot). Di dunia mode, pakaian

memliki perubahan atau transformasi yang selalu bersifat dinamis. Hal ini

disebut dengan trend. Trend berkaitan dengan pemilihan warna, dan bahan

tekstil hingga jenis hiasan busana yang digunakan.

Salah satu bahan tekstil yang sering digunakan dalam pembuatan pakaian

adalah sutera. Sutera merupakan serat alam yang berasal dari hasil pemintalan

serat hewan bombix mori. Sutera memiliki tekstur yang sangat lembut dan

1
berkilau. Sutera memiliki berbagai macam motif, salah satunya motif

bombang.

Motif bombang berupa geometrik segitiga sama sisi dan ramping.

Bentuk sagitiga tersebut memenuhi lembar-lembar kain dari atas ke bawah

secara repetisi (berulang). Motif bombang dengan bentuk segitiga sama sisi

tersebut diatur berdekatan sehingga seperti deburan ombak. Kata bombang

dalam bahasa bugis juga diartikan dengan ombak, pemahaman tersebut

mempunyai makna kedekatan dengan kehidupan bahari di Sulawesi Selatan.

Motif bombang Motif ini menjadi simbolisasi jiwa bahari masyarakat bugis

yang terkenal dengan pelaut ulung, dimana mata pencahariannya yaitu

berdagang dan berlayar (Sulvianajayanti, 2011: 158). Maka dalam keseharian

motif sarung sutera bombang digunakan untuk menunjukan keteguhan dan

keberanian seorang lelaki dalam melamar perempuan, sesuai dengan jiwa

kebaharian yang dimiliki leluhurnya.

Busana pesta adalah busana yang dikenakan pada kesempatan pesta,

dimana pesta terebut dibagi menurut waktunya yakni pesta pagi, pesta siang

dan pesta malam .Busana pesta adalah busana yang dikenakan pada

kesempatan pesta baik pagi hari, siang hari dan malam hari. Sedangkan

menurut Chodiyah dan Wisri A. Mamdy (1982) pengertian busana pesta

adalah busana yang dikenakan pada kesempatan pesta, biasanya

2
menggunakan bahan yang berkualitas tinggi dengan hiasan dan perlengkapan

yang bagus dan lengkap sehingga kelihatan istimewa.

Di dalam membuat busana terdapat berbagai macam teknik yang dapat

di gunakan salah satunya adalah teknik aplikasi. Aplikasi adalah suatu Teknik

menghias kain dengan melekapkan kain yang telah dibentuk di atas kain lain,.

Bentuk motif kain umumnya bulat dan tidak runcing untuk memudahkan

penyelesaiannya. Sulaman aplikasi dilakukan dengan tusuk festoon, tusuk

kordon,tusuk jelujur, tusuk kelim dan sebagainya. Untuk ,penyelesaian motif

garis, titik, dapat dilakukan dengan sulam fantasi ( tusuk tangkai,tikam

jejak,rantaii, dan tusuk pipih). Selain itu dapat pula dilakukan dengan

menggunakan mesin sulam, bahan aplikasi adalah kain yang tidak mudah

bertiras, tidak luntur dan agak kaku, polos atau bermotif tergantung dari

disain.Nurmi Idrus, Kurniati, Siti Maryam (2013).

Penelitian ini, penulis hanya menggunakan motif dari sutra bugis

yaitu motif bombang. Penulis mengharapkan agar motif bombang biar di

gunakan oleh berbagai kalangan,. maka penulis membuat inovasi dalam

dunia fashion, dengan mengaplikasikan motif bombang pada busana

pesta.Penulis mengambil teknik aplikasi karna masih jarang yang membuat

busana pesta dengan aplikasi motif bombang. Oleh sebab itu, penulis

mencoba membuat nuansa baru dalam dunia fashion dan kelak

menjadikannya sebuah trend berbusana, dengan mendesain busana pesta

3
nuansa etnik yang unik dan menarik. Sehingga semakin banyak yang

menggunakan motif bombang dan biar terkenal di Indonesia dan dikenal

sampai luar negeri. Untuk itu penulis memilih judul Aplikasi motif bombang

dalam Pembuatan Busana Pesta.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana Teknik pembuatan aplikasi motif bombang pada pembuatan

busana pesta.?

2. Bagamana teknik pembuatan busana pesta ?

3. Bagaimana penilaian panelis terhadap aplikasi motif bombang pada

pembuatan busana pesta?

B. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui teknik pembuatan aplikasi motif bombang pada

pembuatan busana pesta

2. Untuk mengetahui teknik pembuatan busana pesta

3. Untuk mengetahui penilaian panelis terhadap aplikasi motif bombang

pada pembuatan busana pesta

4
C. Spesifikasi Produk yang Dirancang

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, dalam penelitian ini terdapat

satu produk yang akan dihasilkan, yaitu busana pesta.

1. Busana pesta

a. Desain : desain busana pesta yang akan dibuat gabungan antara siluet I

dan siluet A. Busana yang akan dibuat yaitu berupa terusan dan bagian

bawah model Mermaid atau biasa disebut model duyung

b. Warna :warna bahan utama yang digunakan adalah pink fanta

c. Bahan : bahan yang digunakan pada busana pesta ini adalah kain

tafetta di kombinasikan dengan kain sutra bugis dengan motif

bombang

d. Garniture : garniture yang digunakan pada busana pesta ini adalah

payet

D. Manfaat produk

Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai sumber pengetahuan untuk meningkatkan kompetensi dan

pengembangan pola berpikir yang kreatif dan lebih inovatif, serta

dapat mempublikasikan hasil karya dan sebagai referensi untuk

menghasilakn karya-karya baru. Selain itu juga dapat menambah

pengetahuan tentang motif bombang

5
b. Sebagai bahan informasi tentang penerapan motif bombang pada

busana pesta . serta memperkenalkan motif bombang ke masyarakat

luas agar lebih di kenal dan biar mendunia

2. Manfaat Praktis

a. Dapat mensosialisasikan jurusan PKK khususnya di bidang keahlian

Tata Busana yang menjadi fokus pengembangan Jurusan.

b. Sebagai acuan pembanding terhadap generasi mendatang untuk

membuat karya-karya yang jauh lebih baik.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Bab ini membahas secara teoritis tentang aplikasi motif bombang pada

busana pesta dan akan di uji dalam penelitian ini. Pada penelitian rekayasan

ini yang perlu di ketahui adalah kriteria pemilihan rancangan desain, warna

dan Teknik pembuatan busan pesta.

1. Aplikasi

Aplikasi adalah Teknik menghias permukaan kain dengan cara

menempelkan guntingan kain pada bahan yang berbeda warna dengan dasar

kain, selanjutnya di selesaikan dengan jahit tangan, Teknik sulaman yang

biasanya menggunakan tusuk festoon (Abdan, 2015). Aplikasi adalah hiasan

yang di tempelkan pada suatu permukaan , misalnya suatu bahan yang

ditempelkan pada bahan lain seperti busana dan tas (Hardisurya, Pambudy, &

Jusuf, 2011: 15). Aplikasi adalah satu metode menghias kain dengan

menjahitkan sepotong kain yang digunting pada permukaan kain (Ayuna,

2010). Aplikasi adalah potongan kain yang dijahit tangan pada sebuah dasar

kain dengan setikan yang berurutan, atau di jahit denngan menggunakan

mesin border, juga dapat di selesaikan dengan mesin jahitan zig-zag (Sue,

1998:17).

7
Berdasarkan keempat pengertian aplikasi maka dapat di simpulkan

bahwa aplikasi adalah teknik menghias kain dengan cara menempelkan

potongan kain pada permukaan kain yang berbeda warna kemudian di

selesaikan dengan jahit tangan, juga dapat menggunakan mesin zig-zag atau

menggunakan mesin border.

Jahit aplikasi terdiri dari beberapa macam yaitu (Navita.2015)

a. Jahit aplikasi standar (olay ) adalah Teknik membuat benda kerajinan tekstil

yang dikerjakan dengan cara membuat gambar pada kain, kemudian di

gunting dan ditempel pada lembaran kain kemudian diselesaikan dengan

Teknik sulam.

b. Jahit aplikasi potong sisip (inlay) adalah Teknik menghias permukaan kain

yang dikerjakan dengan melubangi bagian dasar kain yang telah digambari

motif sesuai dengan rencana.

c. Jahit aplikasi lipat potong adalah Teknik menghias permukaan kain dengan

cara memotong motif yang ada pada kain, kemudian di tempel di

permukaan kain

d. Jahit aplikasi lipat potong adalah Teknik menghias permukaan kain yang di

kerjakan dengan tangan atau mesin yaitu dengan melipat lembaran kain

kemudian di potong sesuai dengan rencana, sehingga hasilnya simetris

kemudian di tempel pada dasar kain.

e.Jahit aplikasi dengan pengisian adalah Teknik menghias permukaan kain

yang di kerjakan secara manual atau mesin, cara pengerjaannya sama

8
seperti pada jahit tindas, bedanya pada penambahan potongan kain yang

berbeda warna.

2. Motif bombang

Mungkin karna banyak masyrakat BMMT terkenal dengan budaya

baharinya, maka muncul pula motif bombang (ombak) pada sarung

suteranya, sepintas, motif ini lebih cocok disebut motgif bulu-bulu

(perbukitan), motifnya serupa segitiga sama sisi yang berjejeran dan

sambung menyambung. Tentu leluhur kita punya pertimbangan sendiri

sehingga lebih memilih nama motif bombang di banding motif bulu-bulu.

Mungkin selain simbol jiwa bahari tadi, pertimbangan multi makna kata

bulu-bulu tadi juga menjadi pertimbangan. Kata bulu-bulu dalam bahasa

Bugis, selain bermakna perbukitan juga bias bermakna milik yang melekat

dan yang tumbuh disekujur tubuh (selain rambut).

a. Karakteristik motif bombang

Motif ini berupa geometrik segitiga sama sisi dan ramping. Bentuk

sagitiga tersebut memenuhi lembar-lembar kain dari atas ke bawah secara

repetisi (berulang). Motif bombang dengan bentuk segitiga sama sisi tersebut

diatur berdekatan sehingga seperti deburan ombak. Kata bombang dalam

bahasa bugis juga diartikan dengan ombak, pemahaman tersebut mempunyai

makna kedekatan dengan kehidupan bahari di Sulawesi Selatan. Maka dalam

keseharian motif sarung sutera bombang digunakan untuk menunjukan

9
keteguhan dan keberanian seorang lelaki dalam melamar perempuan, sesuai

dengan jiwa kebaharian yang dimiliki leluhurnya. (Kurnati, Asiani Abu, St

Aisyah hading. 2016).

b. Gambar motif bombang

Beberapa gambar motif bombang

Gambar 2.1 (motif bombang)

10
3. Konsep Busana

a. Pengertian Busana

Busana dalam arti umum adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang

sudah di jahit atau tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan untuk penutup

tubuh seseorang (Riyanto,2009). Sedangkan dalam arti sempit merupakan

bahan tekstil yang di sampirkan atau dijahit terlebih dahulu dan dipakai

untuk menutupi tubuh seseorang yang langsung menutupi kulit atau tidak

langsung menutupi kulit (Sari, 2012)

Berdasarkan kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

busana adalah bahan tekstil yang belum dijahit atau telah dijahit dan dipakai

sebagai penutup tubuh.

b. Fungsi Busana

Fungsi dari busana adalah sebagai berikut (Sari, 2012:2) :

1. Busana sebagai pelindung untuk melindungi badan, salah satu usaha yang

dapat dilakukan adalah dengan berbusana, yang dapat mempertahankan diri

dari berbagai tantangan alam, seperti angin, panas, hujan, sengatan

serangga.

11
2. Busana sebagai alat penunjang komunikasi, salah satu yang dipakai saat

berkomunikasi yaitu busana, maka perlu di perhatikan beberapa hal: a)

kebersihan dan kerapian, b) kesopanan, c) keseragaman busana dan d)

keserasian

3. Busana sebagai alat memeperindah diri, jika seseorang mampu dan

terampil dalam memilih warna, corak dan model yang sesuai dengan

dirinya, maka busana itu dapat memperindah penampilannya dan dapat

menciptakan hal-hal yang positif bagi dirinya.

Berdasarkan ketiga fungsi di atas, maka dapat di simpulkan bahwa

fungsi busana adalah alat untuk melindungi badan dari berbagai hal yang

dapat membahayakan badan, sebagai alat penunjang dalam berkomunikasi

dan sebagai alat untuk memperindah penampilan.

c. Desain Busana

Desain busana yaitu rancangan model busana yang berupa gambar

dengan mempergunakan garis, bentuk, siluet (silhouette), ukuran, tekstur

yang dapat di wujudkan menjadi busana ( Sari, 2010:1). Desain busana

adalah rancangan atau gambaran busana yang sesuai dengan unsur-unsur

desain dan fungsi, sehingga desain busana yang akan dikenakan

seseorang harus dapat menutup kekurangan dan menonjolkan suatu

keindahan ( Riyanto, 2013:1 ). “desain merupakan bentuk rumusan dari

suatu proses pemikiran, pertimbangan dan perhitungan dari desainer yang

12
di tuangkan dalam wujud gambar” ( Ernawati, Izweni, & Weni, 2008:

196).

Berdasarkan ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa desain busana adalah bentuk rumusan masalah dari proses

pemikiran, pertimbangan dan perhitungan yang dituangkan dalam

rancangan model busana berupa gambar yang sesuai dengan unsur-unsur

desain, sehingga desain busana yang akan dikenakan dapat menonjolkan

keindahan dan menutupi kekurangn seseorang.

Unsur-unsur desain terdiri dari (Ebni Sanyoto, 2009: 13)

1) Warna, 2) Value/tone, 3) Bentuk, 4) Raut, 5) Ukuran, 6) Arah, 7)

Tekstur, 8) Ruang, 9) Kedudukan, 10) Gerak, 11) Jarak, 12) Jumlah.

Prinsip-prinsip desain terdiri dari (Ebni Sanyoto, 2009:171) :

1. Irama / keselarasan

2. Kesatuan / Unity

3. Dominasi / Penekanan

4. Keseimbangan/ Balance

5. Proporsi / Keserasian

6. Kesederhaan (Simplicity)

7. Kejelasan (Clarity)

d. Teknik pembuatan busana

13
1. Langkah-langkah pembuatan busana

a. Membuat desain

b. Mengambil ukuran

c. Membuat pola

d. Merubah pola

e. Membuat rancangan bahan & harga

f. Membeli bahan

g. Melekatkan pola pada bahan

h. Memotong bahan

i. Memberi kampuh pada bahan

j. Menjahit

2. Membuat desain

Adalah salah satu cara yang paling pentig dilakukan dalam pembutan

busana untuk menetukan model busana.

4. Mengambil ukuran

14
Dilakukan untuk menentukan jenis baju yang akan di pakai missal

S,M,L dan XL.

4. Membuat pola ada dua tahap

a. Membuat pola kecil

b. Membuat pola besar

5. Merubah pola

Merubah pola di lakukan pada pola besar yaitu di lakukan pengecekan

pada. Setiap garis-garis tertentu misal (sisi2 pola TM,TB,lingkar

kerung leher,lengan dll)

6. Membuat rancangan bahan & harga

Membuat rancangan bahan dan harga di lakukan untuk menentukan

jumlah berapa jumlah bahan& harga yang akan di beli

7. Membeli bahan

Bahan yang akan di beli lebih baik seperti bahan celana contoh;driil

belini

8. Melekatkan pola pada bahan

Pola pada bagian TM di letakan pada lipatan kain & pola TB diletakkan

pada samping TM

15
9. Memotong bahan

Agar mendapatkan potongan yang baik dapat di lakuan cara berikut

a. saat memotong kain jagan di angkat

b. menggunakan gunting yang tajam

c. kain jangan di geser2

10. Memberi kampuh pada bahan

Dilakukan untuk memberi jarak jahitan saat menjahit

11. Menjahit

Menjahit di lakukan pada bagin2 tertentu missal (membuat

saku,menjahit

kupnat,menyambung sisi,ll)

4. Busana Pesta

a. Pengertian busana pesta

Busana pesta adalah busana yang dikenakan untuk menghadiri

kesempatan acara pesta. Pesta merupakan sebuah acara social yang dimaksud

kan sebagai perayaan dan rekreasi.busana pesta di buat lebih istimewa dari

busana hari-hari. Penggunaan material bahan untuk pembuatan busana pesta

adalah bahan yang berkulitas baik pada bahan utama, bahan pelengkap,

16
maupun material bahan yang akan di aplikasikan pada busana pesta. Model

busana lebih bervariasi dan lebih rumit, seperti model lengan dengan berbagai

macam pengembangan lengan. Berbagai macam variasi garis leher, berbagai

macam variasi kerah, dan berbagai macam varasi rok, detail hiasan pada

busana pesta cenderung rumit seperti pengaplikasian pada hiasan dekoratif

berupa draperi, godet, lipit, bentuk busana pada busana pesta cenderung

melekat pas di badan, membalut tubuh, proses pembuatan busana pesta

dibutukan keahlian khusus, ketelitian dan kesungguhan untuk mewujudkan

suatu busana pesta yang baik dan berkualitas tinggi. Chodiyah dan Wisri A.

Mamdy (1982)

b. Karakteristik Busana Pesta

Untuk gaun pagi menuju siang (Sari, puspa S.2010. Teknik praktis medesain busana,

Bekasi : Laskar Askara.) :

1. Model berlengan

2. Warna lembut dan cerah

3. Panjang sesuai selera, diatas lutut atau di bawah lutut

4. Terbuat dari bahan yang halus dan lembut

Untuk gaun sore menuju malam :

1. Model berlengan atau tanpa lengan

2. Leher terbuka

3. Warna bahan yang menyala/gelap, dan berkilau

17
4. Panjang sebaiknya dibawah lutut/Long Dress

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam penelitian ini, maka penulis

melakukan kajian pustaka. Dalam kajian ini penulis menemukan judul yang

relevan.

NO NAMA TAHUN JUDUL KESIMPULAN

1 Masita 2016 Aplikasi tenun Madar Kain sutra mandar tidak hanya

pada busana kerja dijadikan sebagai busana pesta,

pegawai kantor tetapi membuat etnik yang unik

kacamatan Pamboang, dan menarik.

kabupaten Majene,

Provinsi Sulawesi Barat

2 Pande 2010 Aplikasi motif bali Hasil penelitan ini bertujuan agar

Luh dengan Teknik batik cap motif-motif tradisional Indonesia

Priti. sebagai produk fashion, dalam hal ii Bali dapat terus di

hasil kembangkan dan bahkan dapat

berjalan maju seriring

perkembangan zaman. Dengan

demikian, karya Indonesia pun

akan semakin maju di dunia.

18
3 Arini 2008 Eksplorasi Hasil penelitian ini sangat erat

Arumsar penggabungan kain batik kaitannya dengan bidang fashion.

i pekalongan dengan kain Sementara itu kain tulle,

tulle untuk fashion. merupakan salah satu kain yang

popular di gunakan sebagai bahan

baku atapun bahan pelengkap

untuk berbagai produk fashion,

maka dilakukanlah penggabungan

dua jenis kain yang sangat

berbeda karakteristik ini. Untuk

menghasilkan produk unik,

menarik dan lebih indah.

Table 2.1(kajian penelitian yang relevan)

Ketiga penelitian di atas dapat dilihat persamaan dari penelitian yang

akan penulis lakukan adalah sama-sama mengkaji tentang penggunnaan

kain tradisional dari Indonesia, sementara perbedaannya terletak pada

produk fashion yang dihasilkan.seperti busana pesta.kebaya, dan busana

kerja.sedangkan peneliti akan meneliti mengenai aplikasi motif bombing

pada pembuatan busana pesta,dengan menggunakan beberapa Teknik jahit

aplikasi. Dimana kain yang akan digunakan yaitu kain taffeta dan kain

sutra bugis. Dan ini dapat mencermati kesimpulan sehingga dapat

membedakan secara siknifikan.

19
C. Kerangka Fikir

Motif bombang, Motif ini berupa geometrik segitiga sama sisi dan ramping.

Bentuk sagitiga tersebut memenuhi lembar-lembar kain dari atas ke bawah

secara repetisi (berulang). Motif bombang dengan bentuk segitiga sama sisi

tersebut diatur berdekatan sehingga seperti deburan ombak. Kata bombang

dalam bahasa bugis juga diartikan dengan ombak, pemahaman tersebut

mempunyai makna kedekatan dengan kehidupan bahari di Sulawesi Selatan.

Maka dalam keseharian motif sarung sutera bombang digunakan untuk

menunjukan keteguhan dan keberanian seorang lelaki dalam melamar

perempuan, sesuai dengan jiwa kebaharian yang dimiliki leluhurnya.

Pembuatan busana pesta meliputi pengembangan sumber ide dan desain

busana. Sebelum produk dibuat, penulis terlebih dahulu melakukan proses uji

coba dengan menggunakan tiga jenis jahit aplikasi, yaitu jahit aplikasi

standar,jahit zig-zag, jahit tangan (feston) , jahit aplikasi standar dengan jahit

mesin (lurus), model aplikasinya terinspirasi dari motif kain sutra itu sendiri,

setelah melalui proses uji coba, penulis menggunakan jahit aplikasi standar

dengan jahit mesin lurus.Produk yang dibuat berupa busana pesta, untuk

melihat keserasian desain dengan aplikasi kain sutra bugis yang dibuat

melalui tahap pengaplikasian kain sutra bugis pada busana pesta wanita

modern. Proses akhir yaitu melihat hasil penilaian panelis terhadap produk

yang telah dibuat. Alur pikir yang digunakan dalam penelitian ini untuk

20
konfirmasi antara teori dengan data lapangan, maka digunakan bagan sebagai

berikut:

D. Skema Kerangka Pikir

Motif Bombang

Jahit Aplikasi

Proses Pembuatan Busana Pesta

1. Mendesain

2. Mengambil ukuran

3. Membuat pola

4. Menggunting

5. Mnjahit busana bahan utama

6. Mengaplikasikan motif bombang pada bahan utama

21
7. Menjahit busana

Penilaian panelis terhadap busana pesta

Table 2.2 (skema kerangka fikir)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Perancangan

1. Desain Busana Pesta

22
Gambar 3.1 desain tampak depan dan belakang

B. Gambar Desain Produk

1. Desain Sajian

23
Gambar : 3.2 desain sajian tampak depan belakang.

2. Desain Produksi 1

24
Kerah shanghay

kupnat

Lengan suai

motif bombang

Rok setengah lingkar

Gambar 3.3 desain produksi 1 tampak depan

25
Kerah shanghay

Res jepang

Lengan suai

Kain sutra bugis

kupnat

Rok setengah lingkar

Gambar 3.4 desain produksi 1 tampak belakang

26
3. Desain Produksi II

9 cm
3 cm

41 cm

78 cm

65 cm

Gambar 3.5 desain produksi 2 tampak depan.

27
3 cm

45 cm

143 cm

Gambar 3.6 desain produksi 2 tampak belakang

28
C. Alat dan Bahan yang digunakan

1. Alat

1. pensil alat yang gambar 3.7 pensil


digunakan (dok pribadi)
dalam
menggambar
pola

2 Aneka digunakan untuk gambar 3.8 mistar


mistar mempermudah pola (dok. Pribadi)
dalam
membentuk pola
busana yang
sesuai dengan
bentuk yang
akan di buat

3 Kertas Dipakai dalam gambar 3.9 kertas


pola menggambar pola (dok.Pribadi)
pola

4 Pita ukur yaitu alat yang gambar 3.10 pita


digunakan ukur (dok pribadi)
dalam
mengambil
ukuran

29
5 Veterband digunakan gambar 3.11
sebagai tanda veterband
lingkar (dok.pribadi)
pinggang saat
mengukur

6 Gunting kain yaitu alat gambar 3.12


yang dipakai gunting kain (dok
khusus untuk pribadi)
menggunting
bahan

7 Gunting digunakan untuk gambar3.13gunting


benang menggunting benang (dok
benang pribadi)

8 Rader alat yang gambar 3.14 rader


bertangkai serta (dok pribadi)
mempunyai
sebuah roda
pada ujungnya
yang digunakan
untuk menekan
karbon jahit
sewaktu
memberi tanda.

30
9 Karbon Digunakan Gambar 3.15
untuk memberi karbon (dok
tanda-tanda pola pribadi)
pada kain
dengan bantuan
tekanan rader

1 Kapur digunakan untuk gambar 3.16 kapur


0 jahit memberi tanda ( dok pribadi)
pada kain atau
juga dapat di
gunakan untuk
menggambar
pola di atas kain

1 Pendedel berupa alat yang gambar 3.17


1 berfungsi untuk pendedel (dok
membuka pribadi
jahitan

1 Jarum digunakan untuk gambar 3.18 jarum


2 mesin menjahit bahan mesin(dok pribadi)
dengan
menggunakan
mesin jahit

31
1 Jarum digunakan untuk gambar 3.19 jarum
3 tangan menjelujur dan tangan (dok
jahit sembunyi pribadi)

1 Jarum menyatukan gambar 3.20 jarum


4 pentul bagian pola pentul (dok
yang sudah di pribadi)
potong

1 Setrika alat yang gambar 3.21


5 digunakan untuk setrika (dok
merapikan pribadi)
bagian-bagian
busana
(kampuh,kupnat,
dll)

1 Papan . Alas untuk gambar 3.22 papan


6 setrika menyetrika setrika (dok
pakaian baik pribadi)
yang belum jadi
maupun yang
telah jadi.

32
1 Manikin digunakan gambar 3.23
7 atau untukk paspop ( dok
paspop memperlihatkan pribadi)
bentuk jadi
busana

1 Mesin alat yang di gambar 3.24 mesin


8 jahit gunakan dalam jahit ( dok pribadi)
proses
pembuatan
busana

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan busana pesta, yaitu:

1. Kain taffeta sebagai bahan utama untuk membuat busana pesta

2. Motif bombang sebagai aplikasi busana pesta

3. Furing di gunakan untuk menutup bagian dalam busana agar tampak

rapi

4. Benang jahit digunakan untuk menjahit bahan

5. Resleting digunakan untuk membuka dan menutup busana pesta

3. Prosedur cara mengambil ukuran

Sebelum melakukan proses pengambilan ukuran tubuh seseorang,

bentuk badan, bahu, pinggang, dan panggulnya harus diperhatikan.

33
Ukuran di bagian-bagian tersebut pasti berbeda pada setiap orang. Hal ini

menyebabkan setiap pola yang dibuat mempunyai ukuran berlainan juga.

Untuk hasil yang maksimal, orang yang akan diukur sebaiknya

mengenakan busana yang pas di badan agar ukurannya lebih akurat.

Sebelum mulai mengukur , ikatan seutas vetterban atau tali yang lemas di

sekeliling pinggang sebagai batas badan atas dan bawah. Lingkaran tali di

sekeliling pinggang tersebut akan menjadi patokan dalam proses

pengukuran di bagian tertentu, misalnya lingkar pinggang, permulaan

panjang rok, dan sebagainya ( Soekarno. 2002:12)

letak pengambilan ukuran (http://eliwel.com)

a. Ukuran badan

1. Lingkar badan (LB) yaitu diukur pada bagian badan belakang,

melalui ketiak hingga melingkari payudara, diambil angka

34
pertemuan meteran dalam keadaan pas, tambahkan 4 cm pada hasil

ukurannya.

2. Lingkar pinggang (LP) yaitu diukur pada bagian pinggang yang

terikat vetterban, diambil angka pertemuan meteran dalam keadaan

pas, tambahkan 2 cm pada hasil ukurannya

3. Panjang muka (PM) yaitu diukur dari batas tulang leher kebawah

sampai dengan batas pinggang.

4. Lebar muka (LM) yaitu di bawah ketiak lekuk leher turun kurang

lebih 5 cm, diukur mendatar dari kerung lengan sebelah kiri

sampai kerung lengan sebelah kanan.

5. Tinggi Dada (TD) diukur dari lingkar pinggang sampai ke puncak

dada yg tertinggi

6. Panjang sisi (PS) yaitu diukur dari bawah kerung lengan kebawah

sampaii batas pinggang

7. Panjang bahu (PB) yaitu diukur dari batas leher sampai bagian

bahu yang terendah (pangkal lengan)

8. Lingkar leher (LL) yaitu diukur keliling leher, diambil angka

pertemuan meteran pada lekuk leher depan bagian bawah.

9. Panjang punggung (PP) yaitu diukur pada bagian punggung, dari

ruas tulang leher yang menonjol di pangkal leher, turun kebawah

sampai batas pinggang bagian belakang.

35
10. Lebar punggung (LP) yaitu dari ruas tulang rusuk leher turun

kurang lebih 8 cm, diukur dari kerung lengan sebelah kiri sampai

kerung lengan sebelah kanan.

11. Tinggi panggul (Tpi) yaitu diukur bagian panggul yang terbesar ke

atas sampai batas pinggang

12. Lingkar panggul (L.Pi) yaitu di ukur bagian panggul yang

terbesar, dari ukuran pas kurang lebih 4 cm

13. Panjang rok (PR) yaitu diukur dari batas pinggang ke bawah

sampai panjang rok yang di inginkan

14. Lingkar kerung lengan (KL), yaitu diukur pada keliling kerung

lengan dalam keadaan pas, tambahkan kurang lebih 4 cm pada

hasil ukurannya.

15. Tinggi kepala lengan (TKL) meteran tidak dilepas dari batas

kerung lengan (ujung bahu) sampai pangkal lengan.

16. Panjang lengan (PL) yaitu diukur dari ujung bahu/ pangkal lengan

ke bawah sampai kurang lebih 2 cm di bawah ruas pergelangan

tangan atau sepanjang yang di inginkan.

17. Lingkar pergelangan lengan (LPL) yaitu diukur keliling lengan

dalam keadaan pas, tambahkan kurang lebih 4 cm pada hasil

ukuran

18. Panjang blus (PB) yaitu diukur dari ujung bahu tertinggi sampai

pada panjang yang diinginkan.

36
b. Ukuran Paspot

1. Lingkar badan (LB) 88 cm

2. Lingkar pinggang (LP) 68 cm

3. Panjang muka (PM) 30 cm

4. Lebar muka (LM) 33 cm

5. Tinggi dada (TD) 24 cm

6. Panjang sisi (PS) 17 cm

7. Panjang bahu (PB) 12 cm

8. Lingkar leher (LL) 38 cm

9. Panjang punggung (PP) 34 cm

10. Lebar punggung (LP) 34 cm

11. Tinggi panggul (TP) 19 cm

12. Lingkar panggul (LP) 93 cm

13. Panjang baju (PB) 143 cm

14. Lingkar kerung lengan (LKL) 44 cm

15. Tinggi kepala lengan (TKL) 12 cm

16. Panjang lengan (PL) 41 cm

17. Lingkar pergelangan lengan (LPL) 24 cm

37
D. Langkah Kerja Pembuatan Pola

a. Pola dasar badan bagian muka ( skala 1:6).

1. Keterangan pola depan

A-B = ¼ lingkar badan + 1 cm

A-C = 1/6 lingkar leher - 1 cm

A-D = 1/6 lingkarleher + 1 ½

B-E = 1/10 x ½ lingkar badan

D-M = Turun 5 cm
Gambar 3.25 pola badan depan
(Soekarno, 2002:47)
M-N = ½ lebar muka

D-G = Panjang muka

G-K = ¼ lingkar pinggang + 1cm +3 cm

G-H = 1/10 lingkar pingganng + 1 cm

H-J = 3 cm ( kupnat )

H-I = Tinggi dada - 2 cm

K-L = Panjang sisi

C-F =Panjang bahu

C-F1 = ½ Panjang bahu

38
a. Pola dasar badan bagian belakang (skla 1/6)

2. Keterangan pola belakang.

O - P = ¼ lingkar badan – 1 cm

O - R = 1/6 lingkar leher +1 cm

O - Q = turun 1-2 cm

P - S = 1/10 x ½ lingkar badan

Q - Y = ¼ Panjang punggung

Y - Z = ½ lebar punggung
Gambar 3.26 pola badan depan
Q - U = Panjang punggung
(Soekarno, 2002:47)

U - W = ¼ lingkar pinggang – 1cm

+3 cm

U - V = 1/10 lingkar pingganng

V - V1 = 3 cm ( kupnat )

V1 - V2 = Panjang sisi – 5 cm

W - X = Panjang sisi

R - T = Panjang bahu

R - T1 = ½ Panjang bahu
39
b. Pola dasar rok bagian muka ( skala 1:6)

1. Keterangan pola depan

Buatlah garis siku-siku : E-A-D

A – B = Turun 1 ½ cm

B – C = Tinggi panggul

B – D = Panjang rok

B – E = ¼ Lingkar pinggang + 1 cm + 3cm

( kupnat)

E – F = B – C = Tinggi panggul

Gambar 3.26 pola rok depan


C – F = ¼ Lingkar panggul + 1 cm
( Soekarno, 2002 : 49 )
D – G = C – F = ¼ Lingkar panggul +1cm

Hubungkan titik B-E, E-F-G dan G-H

Menentukan kupnat :

B – H = 1/10 Lingkar pinggang + 1 cm

H – I = Lebar kupnat = 3 cm

I – J = Panjang kupnat kurang lebih 12 cm

40
c. Pola rok belakang (skala 1 /6)

2. keterangan pola rok belakang

Buatlah garis siku-siku : E-A-D

A-B = Turin 1 ½ cm

B-C = Tinggi panggul

B-D = Panjang rok

B-E [ ¼ Ling pinggang-1 cm+ 3

cm (kupnat)

E-F= B-C = Tinggi panggul


Gambar 3.27 pola rok belakang
C-F = ¼ Ling panggul – 1 cm

Hubungkan titik B-E,E-F-G dan G-

Menentukan kupnat :

B-H= 1/10 Ling pinggang-1 cm

H-I = Lebar kupnat = 3 cm

41
1. Perubahan Pola

a. Pola badan muka dan belakang

Gambar 3.28 perubahan pola depan dan belakang

42
b. Pola rok setengah lingkar

Gambar 3.29 pola rok setengah lingkar

c. Pola lengan

Gambar 3.30 pola lengan

43
b. Rancangan Bahan

Rancangan bahan pada kain tafetta

175 cm

85 cm

Gambar 3.31 rancangan bahan

44
c. Rancangan Harga

Rancangan harga alat dan bahan

No Nama bahan Kuantitas Harga Satuan Jumlah

1 Kain taffeta 3 meter @Rp. 30.000 Rp. 90.000

2 Kain sutera 2 meter @Rp. 70.000 Rp. 140.000

(motif bombang)

3 Furing 3 meter @Rp. 7.000 Rp. 21.000

4 Benang 2 clos @Rp. 2.000 Rp. 4.000

5 Res jepang 1 buah @Rp. 2.000 Rp. 2.000

6 Kancing tindis 1 pasang @Rp. 500 Rp. 500

7 Jarum tangan 3 buah @Rp. 500 Rp. 1.500

8 Jarum mesin 2 buah @Rp. 500 Rp. 1.000

9 Payet 8 buah @Rp . 5.000 Rp. 40.000

10. Biaya obras 1 pasang @Rp. 10.000 Rp. 10.000

11 Total Rp. 310.000

Biaya transport

No Uraian Jumlah

1 Membeli bahan Rp . 10.000

Total Rp . 10.000

Tabel 3.1 rancangan harga alat dan bahan

45
Perkiraan keuntungan Rp. 320.000 x 40 % = Rp. 128.000

Rekapitulasi :

Alat dan bahan Rp. 310.000

Transpotasi Rp. 10.000

Perkiraan keuntungan Rp. 128.000

Harga jual Rp. 448.000

d. Uji Coba Produk

Uji coba yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu penerapan jenis jahit

aplikasi yaitu jahit standar(lurus) pada pembuatan busana pesta. Pada

dasarnya tujuan di lakukannya uji coba adalah sebagai jembatan bagi peneliti

yang bergerak dari hipotesis menuju ke eksperimen agar memberikan hasil

yang sesuai, dimana seseorang akan memperoleh gambaran (bayangan)

tentang apa yang akan nantinya di buat. Beberapa jenis jahit aplikasi yang

akan dibuatoleh peneliti yang nantinya salah satu diantara motif tersebut akan

diterapkan pada pembutan busana pesta.

Sebelum melaksanakan kegiatan membuat busana pesta dengan aplikasi

motif bombang , ada beberapa tahap uji coba yang di lakukan guna

mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut adalah kegiatan uji coba yang di

lakukan antara lain :

46
1. Uji coba aplikasi dengan penyelesaiain jahkit tangan menggunakan

tusuk feston

Pada uji coba pertama dengan penyelesaian jahit tangan menggunakan

tusuk feston,menggunakan motif bombang sebagai bahan aplikasi, dan

kain taffeta sebagai bahan dasar,

Gambar 3.32

Kekurangannya yaitu hasil aplikasi kurang rapi dan membutuhkan banyak

waktu sehingga tidak cocok diterapkan pada pembuatan busana pesta.

2. Uji coba jahit aplikasi dengan penyelesaian jahit mesin bordir

Pada uji coba kedua dilakukan yaitu menggunakan jahit aplikasi dengan

penyelesaian bordir. Motif bombang diletakkan pada kain taffeta sebagai

bahan dasar.

Gambar 3.33

47
Kelebihannya yaitu terlihat rapi, tetapi menggunakan waktu yang lama

3. Uji coba jahit aplikasi dengan penyelesaian jahit mesin(lurus)

Uji coba ketiga menggunkan penyelesaian jahit mesin (lurus). Motif

bombang diletakkan pada kain taffeta sebagai bahan utama.

Gambar 3.34

e. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih secara purposive dan dipilih berdasarkan

pertimbangan tertentu, yaitu :

1. Dosen mata kuliah tata busana 5 orang sebagai validator

2. Mahasiswa 5 orang jurusan tata busana

3. Masyarakat umum 5 orang

f. Teknik Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Metode Observasi merupakan tekinik pengumpulan data dengan cara

mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung (Sanjaya, 2009:

86) metode ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran langsung

48
terhadap permasalahan yang teliti dengan menggunakan alat bantu

dalam melakukan pengamatan

b. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yaitu artinya barang-barang

tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku dan majalah

(Arikunto, 2013: 201). Teknik dokumentasi dilakukan untuk

mengumpulkan data skunder yang sudah tertulis di lapangan

c. Angket / Kusioner

Angket/ kusioner adalah sejumblah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto,2013: 194).

Angket digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan panelis

secara tertulis pada busana yang akan di buat

d. Focus Group Discussion (FGD)

Pengumpulan data mengenai hasil uji coba produk penelitian panelis

dengan dokumentasi dan FGD (Focus Group Discussion) yang dibuat

dalam table checklist dengan menggunakan skala likert. Nilai-nilai

dinyatakan dalam kategori sangat baik, baik, kurang, tidak baik,

(Sugiyono, 2012 : 134). Hal ini dilakukan dengan maksud untuk

memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam penerapan kain sutra

bugis pada busana pesta wanita

49
e. Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu tuntutan dari perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang

dapat diminati dan dalam pembelajaran melibatkan mahasiswa dengan

mengalami dan membuktikan sendiri proses dari hasil perobaab

tersebut (Sumatri, 1999:157). Tahap eksperimen diarahkan untuk

membuat aplikasi kain sutra bugis dalam pembuatan busana pesta,

melakukan uji coba dengan menggunakan beberapa jenis jahit aplikasi.

Hasil eksperimen dianalisa dan dikelompokkan menurut hasil jadi dari

jahit aplikasi.

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

analisis data statistik deskriptif untuk menjawab rumusan masalah

mengenai pembuatan busana pesta dengan aplikasi sutra bugis . “statistic

deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan

cara mendsekripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi’ (Sugiyono, 2013: 169).

Adapun untuk melihat hasil pengamatan yaitu aplikasi kain sutra bugis

menggunakan rumus skala likert. ‘skala likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan prepsepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial’ (Sugiyono, 2013: 107). Selanjutnya hasil dari

50
pengukuran menggunakan skala likert dapat di hitung dengan persentase

menggunakan rumus :

f
P= x 100 %
N

Keterangan :

P: Presentase

F: Frekuensi

N : Jumlah sampel

Selanjutnya, indikator keberhasilan Penelitian Rekayasa/ Desain/ Rancang

Bangun dianggap efektif jika seluruh panelis mendapatkan nilai pada

kategori baik pada aspek penelitian. Untuk mengukur tingkat keberhasilan

maka digunakan Teknik kategori terhadap aspek yang di nilai dalam

penelitian ini.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert

( Sugioyono,2013: 107). Adapun nilai-nilai dinyatakan dengan

menggunakan kategori;

a. SB = Sangat Baik 4

b. B = Baik 3

c. CB = Cukup Baik 2

d. KB = Kurang Baik 1

Untuk mengetahui interpretasi skornya berdasarkan interval digunakan

rumus :

51
100
I=
jumlah skor (likert )

100
I=
4

= 25

52
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Produk yang dihasilkan

53
Gambar : 4.1
Deskripsi hasil penelitian
Berdasarkan spesifikasi produk yang dihasilkan, disesuaikan dengan

produk yang dirancang, busana dibuat adalah busana pesta. Dibuat

menggunakan kain taffeta karna sebagai kain mewah. Kain taffeta yang

berbahan 100% Polyester memiliki sifat berkilau, cocok di gunakan sebagai

bahan untuk membuat busana pesta. Kain sutra bugis dengan motif bombang

dipilih karna Motif bombang dengan bentuk segitiga sama sisi tersebut diatur

berdekatan sehingga seperti deburan ombak.

Rancangan desain aplikasi terinspirasi oleh motif bombang sendiri.

Penampilan aplikasi dan warna menjadi peran utama agar produk memiliki

daya tarik estetis sehingga diminati konsumen. Aplikasi motif bombang

tersebut bertujuan memeberi tampilan yang berbeda dengan busana pesta pada

umumnya dan memberikan keunikan tersendiri pada busana pesta tersebut.

Pembuatan aplikasi motif bombang pada pembuatan busana pesta berdasarkan

pertimbangan kesesuaian dengan model busana pesta. Penggunaan aplikasi

motif bombang untuk busana pesta diterapkan di berbagai bagian, yaitu

bagian depan, belakang, dan bagian bawah busana.

1. Proses pembuatan aplikasi motif bombang

a. Memilih motif bombang yang cocok di terapkan pada busana pesta

54
Gambar 4.2 motif bombang Gambar 4.3 motif bombang
Diantara dua macam motif pada gambar 4.2 dan 4.3, penulis memilih

gambar 4.2. dikarnakan kain sutra tersebut memiliki tekstur kain sutra yang

bagus dan serat-serat sutra yang searah sehingga dalam pengguntingan dapat

menjadikan bulu motif bombang rapi.

b. Sebelum menggunting motif berilah tanda pada pinggir motif bombang

dengan menggunakan pensil dengan jarak kurang lebih 1 cm dari motif

bombang,

Gambar 4.4 memberi tanda


c. Guntinglah motif tersebut mengikuti garis pensil

Gambar 4.5 menggunting motif


d. Pola motif bombang yang akan di aplikasikan pada busana pesta

55
Gambar 4.6 pola motif bombang
2. Proses Pembuatan Busana Pesta

a. Mendesain

Dalam penelitian ini proses mendesain memerlukan banyak sumber ide

sebagai bahan untuk memudahkan penulis dalam menghasilkan desain baru.

Mendesain dimulai dari menggambar sketsa proporsi kemudian mulai

mendesain model busana yang akan dibuat. Desain dibuat dengan sedetail

mungkin sehingga siapapun dapat membaca detail-detail yang ada pada busana.

Untuk membuat desain terlihat lebih menarik penulis menggunakan aplikasi

photoshop untuk memberi efek warna, tekstur, motif yang sesuai dengan bahan

yang akan digunakan pada pembuatan busana. Setelah desain telah selesai

selanjutnya akan dibuat desain produksi I dan produksi II, hal ini dilakukan agar

memudah penulis dalam hal pembuatan pola.

b. Mengambil Ukuran

Ukuran yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah ukuran yang

diambil dari paspop dengan ukuran M. Adapun ukuran yang digunakan yaitu;

lingkar badan, lingkar pinggang, lingkar panggul, panjang muka, lebar muka,

56
panjang punggung, lebar punggung, lebar bahu, panjang lengan, lingkar kerung

lengan, panjang baju, panjang rok.

c. Membuat pola

Membuat pola dalam penelitian ini penulis menggunakan pola praktis

kemudian diubah sesuai model desain. Pembuatan pola ini telah dijelaskan pada

bab 3. Adapun pola yang dihasilkan yaitu pola- pola kecil yang dibuat dengan

menggunakan skala yang digunakan untuk merancang bahan dan pola dengan

ukuran yang sebenarnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan

pola adalah ketelitian dalam menghitung ukuran pada pola karena sangat

berpengaruh pada letak jatuhnya busana yang dibuat. Selain itu, dalam membuat

pola perlu berpatokan pada desain terutama pada desain produksi 1 dan 2 agar

pola yang dihasilkan sesuai dengan desain

d. Merancang bahan dan harga

Merujuk dari hasil penelitian, merancang bahan merupakan langkah yang

sangat membosankan tetapi manfaatnya sangat banyak. Setelah mengambil ukuran

maka dibuat pola-pola kecil pada kertas dorslag dengan menggunakan skala untuk

selanjutnya ditempel diatas kertas kopi, hal ini bertujuan untuk dijadikan patokan

dalam meletakkan pola diatas bahan sebenarnya. Merancang bahan akan

meminimalkan resiko boros kain dan menjadi patokan dalam merancang harga serta

memudahkan kita untuk berbelanja bahan karena semua yang dibutuhkan sudah ada

dalam rancangan harga. Adapun hasil rancangan bahan dan harga dapat dilihat pada

bab 3.

57
e. Menggunting Bahan

Dalam proses menggunting seharusnya dilakukan diatas khusus meja gunting,

namun peneliti tidak memiliki meja gunting maka disiasati meletakkan bahan dilantai

yang permukaannya datar sehingga peletakkan pola diatas kain tetap baik. Adapun

peralatan yang diperlukan dalam proses ini yaitu gunting kain yang tajam agar dalam

memotong bahan mendapatkan hasil yang maksimal serta jarum pentul untuk

meletakkan pola diatas bahan agar tidak tergeser.

f. Memindahkan tanda-tanda pola

Adapun tanda-tanda pola yang dibutuhkan dalam penelitian ini sesuai dengan

desain yaitu garis tepi pola, garis bahu muka dan belakang, garis sisi badan muka dan

belakang, garis lingkar kerung lengan, garis tengah muka dan belakang, garis lipatan

bawah rok, batas pinggang, garis tepi lengan, garis lingkar pergelangan. Adapun

bahan dan alat yang digunakan yaitu rader dan kertas karbon yang warnanya mudah

hilang ketika dicuci.

g. Menjahit

Menjahit merupakan proses menyatukan bagian-bagian yang telah digunting

berdasarkan pola. Sistem jahit yang digunakan yaitu sistem jahit butik. Adapun

langkah atau prroses menjahit busana muslim tidak jauh berbeda dengan menjahit

busana pada umumnya. Langkah-langkah dalam menjahit busana muslim adalah

sebagai berikut:

1) Jelujur

58
Jelujurlah dan bahan taffeta pada setiap potongan-potongannya, baik pada

bagian badan dan lengan,

2) Jahitlah pada mesin jahit bagian-bagian yang telah dijelujur sebelumnya.

3) Pasang bisban pada setiap bagian potongan yang sudah dijahit, pada bagian

sisi dan pada pagian tengah belakang pada bahan utama

4) Selanjutnya tempelkan aplikasi motif bombang sesuai dengan desain busana

pesta.

5) Selanjutnya, Pasang restlaiting pada bagian tengah belakang bahan utama dan

furing

6) Pemasangan garnitur (memayet)

7) Setelah selesai di payet pasang kerah

8) Penyelesaian (penyetrikaan, pembersihan tiras benang).

9) Fitting 2 untuk menghasilkan busana yang berkualitas.

h. Penyelesaian (finishing)

Finishing merupakan tahap akhir yang meliputi pemeriksaan setiap

bagian-bagian busana apakah terdapat kesalahan menjahit sehingga busana

kurang rapi, pembersihan sisa-sisa benang, penyetrikaan dan mengemas.

Tujuannya adalah agar busana yang dibuat terlihat rapi dan bersih, pengemasan

busana muslim ini dikemas dalam tas jas agar tetap terjaga kerapihannya.

3. Proses penempatan motif bombang dalam busana pesta

a. Penempatan motif bombang pada bagian depan busana pesta

59
Gambar 4.7
b. Penempatan motif bombang pada bagian bawah busana pesta

Gambar 4.8

c. penyelesaian pinggiran motif

Gambar 4.9

d. proses pencabutan benang pada motif bombang

60
Gambar 4.10

e. Memasang payet pada motif bombang dalam busana pesta

Gambar 4.11
f. Hasil akhir

Gambar 4.12

B. Hasil Uji Coba Produk

61
Berdasarkan dari ketiga uji coba yang telah dilakukan peneliti, hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa hasil dari setiap uji coba menunjukkan ketiga-

tiganya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari ketiga hasil

uji coba, peneliti mencoba beberapa jenis jahit aplikasi antara lain: jahit

aplikasi dengan penyelesaiain jahit tangan menggunakan tusuk feston, jahit

aplikasi dengan penyelesaian jahit mesin border, dan jahit aplikasi dengan

penyelesaian jahit mesin (lurus). Uji coba ketiga merupakan hasil akhir dari

pembuatan aplikasi motif bombang yang akan di terapkan pada pembuatan

busana pesta.

C. Revisi Produk

Uji panelis dilakukan dengan focus group discuisson (FGD) di

laboratorium PKK FT UNM dengan jumlah panelis 20 orang panelis, pada

hari/tanggal: Senin, 29 januari 2018. Adapun hasil uji panelis adalah sebagai

berikut:

1. Hasil Produk Sebelum Direvisi

62
gambar 4.16 busana pesta sebelum di revisi

Produk yang sebelum direvisi memiliki bentuk kerah yang kurang bagus dan

bentuk penyelesaian kerah kurang rapi, dan tata letak aplikasi pada bagaian depan

tidak seimbang, sehingga kurang menarik.

2. Hasil produk setelah revisi

63
Gambar 4.17 busana pesta yang telah di revisi

Produk setelah direvisi yaitu kerah yang kurang rapi diperbaiki, dan

aplikasi motif bombang yang tidak seimbang di ubah sehingga dapat terlihat

lebih menarik.

D. Kajian Produk Akhir

1. Hasil produk

64
Uji panelis dilakukan dengan Focus Group Discussions (FGD) di

laboratorium PKK FT UNM dengan jumlah panelis 20 orang pada hari

senin, 29 january 2018

2. Hasil Uji Sikap Panelis

Berdasarkan penilaian panelis terhadap aplikasi motif bombang pada

pembuatan busana pesta yang terdiri dari 5 orang dosen busana, 10 orang

mahasiswa PKK dan 5 masyarakat dalam hal ini paham tentang

keterampilan yang di peroleh melalui Focus Group Discussion (FGD)

instrument penilaian dan dokumentasi diperoleh hasil sebagai berikut :

Table 4.1
Tanggapan responden terhadap tata letak aplikasi motif bombang
Option Kategori Jawaban F %
A Sangat Baik 12 60
B Baik 7 35
C Cukup Baik 1 5
D Kurang Baik 0 0

Jumlah 20 100
Sumber : Data primer 2018

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase yang terbanyak dalam tanggapan

panelis terhadap tata letak aplikasi yakni 60% sangat baik. Dan 5 % mengatakan

cukup baik. Dari 5 orang dosen tata busana, 1 orang memilih sangat baik, 3 orang

memilih baik, dan 1 orang memilih cukup baik, sedangkan dari 10 orang mhasiswa

tata busana 8 orang memilih sangat baik, 2 orang memilih baik, dan dari 5 orang

masyrakat 3 orang memilih sangat baik, dan 2 orang memilih baik. Dari hasil diskusi

65
(FGD) diperoleh kesimpulan bahwa tata letak aplikasi sudah sangat sesuai untuk

dijadikan aplikasi pada pembuatan busana pesta karna memberikan tampilan motif

yang bernuansa etnik serta memperkenalkan salah satu motif bombang dan dapat

diterima dengan baik oleh semua responden.

Tabel 4.2
Tanggapan responden terhadap ukuran aplikasi motif bombang
Option kategori jawaban F %
A Sangat Baik 5 25
B Baik 14 70
C Cukup Baik 1 5
D Kurang Baik

Jumlah 20 100
Sumber : Data primer 2018

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap ukuran aplikasi

hanya 1 yang mengatakan cukup baik, presentasi terbanyak dalam tanggapan

responden terhadap ukuran apliaksi motif bombang yakni 70% dan 5% yang

mengatakan cukup baik, Dari 5 orang dosen tata busana, 3 orang memilih sangat

baik, 2 orang memilih baik, dan 1 orang memilih cukup baik, sedangkan dari 10

orang mahasiswa tata busana 1 orang memilih sangat baik, 8 orang memilih baik,1

orang memilih cukup baik, dan dari 5 orang masyrakat 1 orang memilih sangat baik,

dan 4 orang memilih baik. jadi aplikasi motif bombang sudah cocok digunakan dalam

busana pesta dan dapat di terima dengan baik oleh semua responden.

Table 4.3
Tanggapan responden terhadap pemilihan warna
Option kategori jawaban F %

66
A Sangat Baik 8 40
B Baik 10 50
C Cukup Baik 1 5
D Kurang Baik 1 5

Jumlah 20 100
Sumber : Data primer 2018

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa presentase yang tebanyak dalam tanggapan

panelis terhadap pemilihan warna yakni 50% yang mangatakan baik, sedangakan

yang mengatakan cukup baik dan kurang baik hanya 5%, Dari 5 orang dosen tata

busana, 4 orang memilih sangat baik, 1 orang memilih baik, sedangkan dari 10 orang

mhasiswa tata busana 3 orang memilih sangat baik, 6 orang memilih baik,1 orang

memilih kurang baik, dan dari 5 orang masyrakat 2 orang memilih sangat baik, dan 2

orang memilih baik dan 1 orang memilih cukup baik.karna warnanya sesauai dengan

warna busana pesta pada umumnya, dan dapat di terima dngan baik oleh semua

responden.

Table 4.4
Tanggapan responden terhadap pemilihan bahan
Option kategori jawaban F %
A Sangat Baik 6 30
B Baik 12 60
C Cukup Baik 2 10
D Kurang Baik 0 0

Jumlah 20 100

67
Sumber : Data primer 2018

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap pemilihan

bahan mengatakan baik. Dari 5 orang dosen tata busana, 3 orang memilih sangat baik,

2 orang memilih baik, sedangkan dari 10 orang mhasiswa tata busana 1 orang

memilih sangat baik, 8 orang memilih baik,1 orang memilih kurang baik, dan dari 5

orang masyrakat 1 orang memilih sangat baik, dan 3 orang memilih baik dan 1 orang

memilih cukup baik terhadap pemilihan warna dan dapat di terima dengan baik oleh

semua responden.

Table 4.5
Tanggapan responden terhadap model busana pesta
Option kategori jawaban F %
A Sangat Baik 6 30
B Baik 13 65
C Cukup Baik 0 0
D Kurang Baik 1 5

Jumlah 20 100
Sumber : Data primer 2018

Table 4.5 menunjukkan bahwa presentase terbanyak yakni 65% dan teendah

5%. Dari 5 orang dosen tata busana, 5 orang memilih baik, sedangkan dari 10 orang

mhasiswa tata busana 5 orang memilih sangat baik, 4 orang memilih baik,1 orang

memilih kurang baik, dan dari 5 orang masyrakat 2 orang memilih sangat baik, dan 3

orang memilih baik. Dari hasil diskusi (FGD) di peroleh kesimpulan bahwa

pemilihan warna sudah baik. dan dapat di peroleh dengan baik oleh semua responden

Table 4.6
Tanggapan responden terhadap paham gambar

68
Option kategori jawaban F %
A Sangat Baik 8 40
B Baik 10 50
C Cukup Baik 1 5
D Kurang Baik 1 5

Jumlah 20 100
Sumber : Data primer 2018

Table 4.6 menunjukkan bahwa paham gambar baik karna presentase terendah

yakni 5% dan tertinggi 50%. Dari 5 orang dosen tata busana, 4 orang memilih baik, 1

orang memilih kurang baik, sedangkan dari 10 orang mhasiswa tata busana 7 orang

memilih sangat baik, 2 orang memilih baik,1 orang memilih kurang baik, dan dari 5

orang masyrakat 1 orang memilih sangat baik, dan 4 orang memilih baik dan dapat di

terima baik oleh semua responden.

Table 4.7
Tanggapan responden terhadap garnitur
Option kategori jawaban F %
A Sangat Baik 13 65
B Baik 5 25
C Cukup Baik 2 10
D Kurang Baik

Jumlah 20 100
Sumber : Data primer 2018
Table 4.7 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap garniture

busana pesta sangat baik, karna Dari 5 orang dosen tata busana, 2 orang memilih

sangat baik, 2 orang memilih baik, dan 1 orang memilih cukup baik, sedangkan dari

10 orang mhasiswa tata busana 9 orang memilih sangat baik, 1 orang memilih baik,

69
dan dari 5 orang masyrakat 2 orang memilih sangat baik, dan 3 orang memilih baik

dan dapat di terima dengan baik oleh semua responden.

Table 4.8
Tanggapan responden penyelesaian keseluruhan
Option kategori jawaban F %
A Sangat Baik 5 25
B Baik 11 55
C Cukup Baik 3 15
D Kurang Baik 1 5

Jumlah 20 100
Sumber : Data primer 2018
Table 4.8 menunjukkan bahwa presentase terbanyak yakni 55% dan

terndah 5%. Dari 5 orang dosen tata busana, 4 orang memilih baik, dan 1 orang

memilih cukup baik, sedangkan dari 10 orang mhasiswa tata busana 5 orang memilih

sangat baik, 4 orang memilih baik,1 orang memilih kurang baik, dan dari 5 orang

masyrakat 3 orang memilih baik dan 2 orang memilih cukup baik dan dapat di terima

dengan baik oleh semua responden.

Table 4.9
Tanggapan responden penampilan keseluruhan
Option kategori jawaban F %
A Sangat Baik 8 40
B Baik 11 55

70
C Cukup Baik
D Kurang Baik 1 5

Jumlah 20 100
Sumber : Data primer 2018
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhdap penampilan

keseluruhan dapat di terima dengan baik, Dari 5 orang dosen tata busana, 5 orang

memilih sangat baik, sedangkan dari 10 orang mhasiswa tata busana 6 orang memilih

sangat baik, 3 orang memilih baik,1 orang memilih kurang baik, dan dari 5 orang

masyrakat 2 orang memilih sangat baik, dan 2 orang memilih baik dan dapat di terima

dengan baik oleh semua responden.

Berdasarkan format penilaian dalam bentuk table no 1-9 dari responden

tentang aplikasi motif bombang dalam pembuatan busana pesta , yakni 88,75 %,

80%, 81,25%, 80%, 80%, 81,25%, 88,75%, 75%, 82,5% dengan menggunakan

rumus

f
P= x 100%
n

Jumlah skor yang di peroleh


P= x 100 %
jumlah item x 4 x jumlah responden

590
P= x 100 %
720

P = 81,94 %

71
KB CB B SB

25% 50% 75% 81,94% 100%

Jadi berdasarkan skala likert di atas,maka aplikasi motif bombang dalam

pembuatan busana pesta yaitu 81,94% yang berate aplikasi motif bombang sangat

baik.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Teknik pembuatan Motif bombang dalam pembuatan busana pesta

Permasalahan yang diangkat dalam perancangan karya tugas akhir ini yaitu :

‘aplikasi motif bombang dalam pembuatan busana pesta ‘ sebelum membahas

pokok permasalahn tentang aplikasi motif bombang, perlu pemahaman mengenai

teknik dasar pembuatan aplikasi motif bombang dalam busana pesta yang

meliputi pemilihan motif. motif bombang digunting mengikuti yang telah

ditandai, proses memempelkan motif bombang dengan bahan utama, selanjutnya

dijahit mengikuti motif. Memasang payet, dan pinggiran motif bombang tersebut

di cabut.

Proses pembuatan aplikasi motif bombang dengan sumber ide motif bombang

itu sendiri. Sehingga tercipta sebuah model baru yang indah dan tetap

memperlihatkan ciri khas motif tersebut. Dalam proses pembuatan aplikasi sangat

72
berkaiatan erat dengan teknik penyelesaiainnya, karna akan terlihat bagus melalui

teknik yang akan di gunakan.

Aplikasi adalah potongan kain yang dijahit tangan pada sebuah dasar kain

dengan setikan yang berurutan, atau di jahit dengan menggunakan mesin border,

juga dapat di selesaikan dengan jahitan mesin (Sue, 1998:17). Pendapat diatas

hampir sama dengan pendapat ( Abdan, 2015) aplikasi adalah teknik menghias

permukaan kain dengan cara menempelkan guntingan kain dengan cara

menempelkan guntingan kain, selanjutnya diselesaikan dengan jahitan tangan,

teknik sulaman yang biasanya menggunakan tusuk hias festoon. Pada pembuatan

busana pesta ini, penulis menggunakan motif bombang sebagai aplikasi, di

letakkan pada kain taffeta.

Perancangan aplikasi motif bombang diterapkan pada busana pesta.

Komposisi bahan, warna, garis, ruang, irama, tekstur, diolah menjadi suatu

rancangan desain. Hal tersebut merupakan syarat wajib perancangan untuk

mencapai nilai yang baik. Sehingga terciptalah busana pesta dengan model

mermaid atau biasa disebut duyung yang berkerah Shanghay. Dengan lengan suai.

Bahan utama yang digunakan pada busana pesta ini adalah kain taffeta yang

berwarna pink Fanta yang dikombinasikan dengan motif bombang, serta garniture

yang di gunakan pada busana ini adalah kancing tindis dan payet.

2. Teknik pembuatan busana pesta

73
Busana pesta yang dibuat menggunakan kain taffeta dikombinasikan

dengan motif bombang , dengan kreatifitas penulis yang merangcang sebuah

busana pesta dengan sedikit tampilan yang berbeda.

Tahap pembuatan busana pesta meliputi pemilihan desain sesuai

inspirasi, pengambilan ukuran, pembuatan pola, merancang bahan dan harga,

menggunting bahan sesuai dengan pola kemudian menyambungkan semua

bahan utama setelah itu pemasangan aplikasi motif bombang pada busana

pesta sesuai dengan desain aplikasi.selanjutnya meyambungkan bahan utama

dengan pelapis serta proses finhising. Berdasarkan dari tanggapan responden

terhadap penampilan keseluruhan (total look) di peroleh nilai 82,5%, yang

mengatakan sangat baik.

3. Penilaian panelis terhadap aplikasi motif bombang dalam pembuatan

busana pesta.

Berdasarkan penilaian panelis terhadap aplikasi motif bombang dalam

pembuatan busana pesta mengacu pada 2 indikator yang terlihat pada format

penilaian (instrumen) adalah :

1. Keserasian Desain

2. Hasil Produk

Secara keseluruhan dari hasil penelitian yang diperoleh dengan diskusi

langsung atau Focus Group Discussion (FGD) pada 20 orang panelis yang

terdiri dari 5 dosen tata busna, 10 orang mahasiswa tata busana , 5 orang

masyrakat, menunjukkan bahwa aplikasi motif bombang dalam pembuatan

74
busana pesta dinyatakan dalam bentuk skala likert sangat baik dengan di

peroleh nilai sebesar 81,94% responden. Secara keseluruhan menyukai baik

dari tata letak aplikasi, pemilihan warna, pemilihan bahan, serta sangat

cocok unuk diterapkan dalam busana pesta.

BAB V

75
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uji (FGD) tentang aplikasi motif bombang

pada busana pesta dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Teknik pembuatan aplikasi motif bombang pada busana pesta meliputi,

pemilihan motif, proses menggunting motif, proses penempatan motif pada

bahan utama, proses menjahit motif bahan bahan utama,memasang payet,

dan proses cabut serat kain pada pinggiran motif bombang.

2. Teknik pembuatan busana pesta meliputi; membuat desain, mengambil

ukuran, membuat pola busana, merancang bahan dan harga, meletakkan pola

diatas bahan, menggunting, menjahit,pemasangan aplikasi motif bombang

sesuai desain, pemasangan garniture, pemasangan kerah shanghay, finhising

dan fitting. Dalam proses penjahitan masih ada kekurangan yaitu

pemasangan kerah dan tata letak aplikasi kurang seimbang.

3. Penilaian panelis berdasarkan Focus Group Discussion menunjukkan bahwa

aplikasi motif bombang dalam pembuatan busana pesta sangat baik dan dapat

diterima di kalangan dosen, mahasiswa, dan masyarakat dengan nilai

persentase hasil uji skala sikap panelis menggunakan rumus skala likert

dengan nilai 81,94%, dengan presentasi terendah 75 % dan tertinggi 88,75 %

dengan kriteria interpresentasi sangat baik dan dapat di terima.

76
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai

berikut:

1. Pemilihan motif bombang harus memilih kain sutra yang mempunyai serat searah

agar menghasilkan pinggitran motif yang rapi

2. Kepada rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan

Kesejahteraan Keluarga Tata Busana FT UNM, agar tulisan ini dapat dijadikan

bahan masukan untuk mengembangkan kreativitas dalam memanfaatkan berbagai

jenis kain yang dapat di inovasi kedalam busana pesta, dan untuk menciptakan

suatu karya maka harus menemukan sumber ide yang sesuai dengan tema dan

mengumpulkan referensi desain busana sebanyak mungkin.

3. Kepada masyarakat umum agar lebih berinovasi dalam membuat busana

khususnya busana pesta dan lebih mengangkat lagi citra macam-macam motif

yang terdapat pada kain sutera..

4. Kepada semua pembaca, agar mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan

kesabaran dan ketelitian dalam membuat suatu karya khususnya pada saat

menerapkan aplikasi motif bombang pada busana pesta.

77

Anda mungkin juga menyukai