Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini kami tujukan khususnya untuk mahasiswa mahasiswi prodi S1
Pendidikan Tata Busana, agar kita semua mengenal akan materi tentang
konstruksi pola busana terutama untuk busana wanita. Perkembangan yang cepat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjangkau keseluruh aspek kehidupan
manusia. Perkembangan tersebut telah mendorong manusia untuk berusaha
mendapatkan bekal yang memadai untuk menyesuaikan dan menempatkan diri
didalam perubahan-perubahan yang tak terelakan.

Konstruksi pola busana wanita juga banyak mengalami perkembangan dari


jenis maupun cara pembuatan. Makalah ini dapat menuntun kita agar mengetahui
bagaimana cara pembuatan macam-macam konstruksi pola busana hingga
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pola. Sehingga nantinya, kami
dapat memilih konstruksi pola terbaik dalam pembuatan busana.

1.2.Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui tujuan dan manfaat mempelajari pola


 Untuk mengetahui perbedaan pola dua dimensi (flatt pattern) dan tiga
dimensi (drapping)
 Untuk mengetahui perbedaan pola busana dilihat dari bentuk pola, yaitu :
 Porri dan Meyneke
 PSMI dan danckaerts
 Dress making dan Soen

1.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup hal-hal


yang berkaitan dengan konstruksi pola busana wanita

1.4 Sumber Data

Sumber data yang kami gunakan adalah buku-buku penunjang tentang


konstruksi pola busana wanita dan beberapa sumber dari internet tentang
konstruksi pola busana wanita.

1
1.5. Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan


menggunakan metode tinjauan dari beberapa sumber yang memadai akan
pengertian, jenis, carapembuatan, dan beberapa aspek tentang konstruksi pola
busana wanita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Mempelajari Pola Dasar

Tujuan Mempelajari Pola Dasar jahit menjahit ataupun dalam belajar


menjahit adalah supaya dapat mewujudkan busana sesuai model, bentuk tubuh
atau proporsi tubuh dengan baik dan serasi.Pola sangat penting artinya dalam
membuat busana. Baik tidaknya busana yang dikenakan dibadan seseorang (kup)
sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Tanpa pola, memang suatu
pakaian dapat dibuat, tetapi hasilnya tidaklah sebagus yang diharapkan. Dapat
pula diartikan bahwa pola-pola pakaian yang berkualitas akan menghasilkan
busana yang enak dipakai, indah dipandang dan bernilai tinggi, sehingga akan
tercipta suatu kepuasan bagi sipemakai. Sehingga, sangat penting bagi kita untuk
mempelajari pola.

2.2 Manfaat mempelajari pola

Manfaat mempelajari pola adalah untuk membekali mahasiswa dengan


keterampilan , pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam hal-hal sebagai
berikut :

 Memiliki kemampuan dan keahlian yang terampil dan membuat pola


busana sesuai dengan model atau desain.
 mampu menganalisis bentuk tubuh manusia sesuai dengan desain yang
diinginkan.
 Mampu meletakkan pola diatas kain dan memberi tanda pola kain.
 Mampu menghias busana agar terlihat menarik perhatian pelangga.

2.3 Metode

Berdasarkan metode dan cara membuat baju yang berkembang sampai saat
ini terdapat banyak sekali teknik pembuatan pola menjahit baju yang dapat
diterapkan oleh para desainer. Diantaranya berupa teknik draping (tiga dimensi)
dan teknik konstruksi (dua dimensi).

3
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pola menjahit baju dengan teknik
draping adalah kain blacu atau kertas singkong, sedangkan bahan yang
digunakan dalam pembuatan pola dengan teknik konstruksi adalah kertas pola.

Pola dengan teknik draping dibuat langsung pada tiruan badan manusia
(dummy, dress form, atau paspop), sedangkan pola dengan teknik kontruksi
dibuat dengan meja datar.
Pola dengan teknik draping berbentuk tiga dimensi, sedangkan pola busana
wanita yang diciptakandengan teknik konstruksi berbentuk dua dimensi.

Pembuatan pola dengan teknik draping dan teknik konstruksi akan


sama-sama menghasilkan pola dasar, tetapi pada teknik daping pecah pola
sesuai model dapat dibuat langsung di atas dress form tanpa membuat pola
dasar terlebih dahulu, sedangkan pada teknik konstruksi pecah pola sesuai model
dibuat dari hasil pengembangan pola dasar berdasarkan ukuran badan seseorang
yang telah dibuat sebelum nya.

Ada dua teknik utama dalam membuat pola dasar :

 Konstruksi datar (pola datar, bahasa Inggris: flat pattern-drafting).

Konstruksi datar adalah menggambar pola di atas kertas dengan memakai


pengukuran-pengukuran yang akurat. Penggambar pola harus dapat
membayangkan hasil akhir bila pola telah dipindahkan ke atas kain, dan selesai
dijahit sebagai pakaian. Dalam menggambar pola dengan teknik konstruksi datar
dikenal metode-metode yang diberi nama berdasarkan nama penciptanya,
misalnya: Danckaerts, Cuppens Geurs, Meyneke, Dressmaking, dan So-En.

 Konstruksi padat (pola draping, bahasa Inggris: blocks)

Pola dibuat dengan cara menyampirkan kain muslin atau belacu di boneka jahit
atau langsung di atas badan pemakai. Kain disematkan dengan jarum pentol
sambil diatur agar sesuai dengan bentuk tubuh boneka jahit. Kain di bagian
kerung lengan, kerung leher, dan bagian pinggang digunting sesuai desain pakaian
yang diingini. Bila dibuat dari kain, potongan-potongan pola sudah selesai dapat

4
dijahit untuk dijadikan prototipe pakaian.Setelah pakaian selesai dijahit, boneka
jahit kembali dipakai untuk mengepas pakaian dan melihat jatuhnya jahitan.

2.4 Draping

Draping adalah istilah dalam busana yang berasal dari kata drape. Drape
menurut kamus berarti menyampaikan, dalam cakupan tata busana draping berarti
menggelarkan sehelai kain pada boneka atau boneka jahit dari atas sampai ke
bawah dari depan hingga ke belakang, sesuai yang dikehendaki perancang.
Pembuatan pola dengan teknik draping dapat memunculkan seni atau kreasi untuk
mewujudkan ide, seperti pemakai tampak tinggi, tampak lebih anggun, lebih
muda, dalam berbusana.

 Pengertian Draping tidak bisa disamakan dengan pengertian “Draperie”.


Draperie adalah Pembuatan pola busana tiga dimensi dengan cara memulir
dan melangsaikan bahan pada tubuh model/dummy. Draping atau dalam
bahasa Perancis disebut Moulage adalah suatu teknik pembuatan pola yang
menghasilkan pola sempurna, karena pola draping adalah pola tiga
dimensi dibuat langsung pada tubuh manusia atau dummy tidak dengan
cara melangsaikan bahan.
 Perbedaan pengertian draping dengan draperie adalah:
 Pengertian Draping adalah menggelarkan sehelai kain pada boneka atau
boneka jahit dari atas sampai ke bawah dari depan hingga ke belakang,
sesuai yang dikehendaki perancang.
 Pengertian Draperie adalah Pembuatan pola busana tiga dimensi dengan
cara memulir dan melangsaikan bahan pada tubuh model/dummy.
Pola draping adalah cara pembuatan pola yang sangat mudah dan sederhana
serta tidak perlu mengukur model sebelumnya dan tidak memerlukan pemikiran
yang kompleks, namun diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai
tentang teknik pembuatan pola draping tersebut.

2.4.1 Persiapan Pembuatan Pola Dengan Teknik Draping

5
Melakukan persiapan bertujuan agar dapat bekerja dengan sistematis
sehingga pada saat melakukan draping tidak terjadi kesalahan, dengan demikian
pola yang dihasilkan adalah pola yang berkualitas. Persiapan yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:

Alat untuk membuat pola adalah semua alat atau barang yang digunakan
untuk dapat menghasilkan gambar pola yang bagus, rapi, bersih dan benar.
Sedangkan bahan untuk membuat pola adalah benda atau barang yang dapat
dijadikan pola. Untuk lebih jelasnya alat dan bahan pembuatan pola adalah
sebagai berikut:

 Alat-alat yang diperlukan.


 Gunting kain.
 Penggaris pola.
 Pita ukuran.
 Kapur jahit/spidol tekstil.
 Jarum pentul.
 Boneka jahit/dummy/ model.
 Pita kecil untuk memasang body line.

 Bahan Yang Diperlukan.


 Bahan tekstil belacu atau caliko atau muslin.
 Kertas pola(untuk memindahkan hasil pola draping).

Body line yang diperlukan untuk cukup seperti yang terlihat pada gambar saja,
maksudnya, tidak perlu ada garis ander buste, midle hips, dan lain-lain, karena
yang perlukan hanya garis tubuh pola dasar saja. Garis tubuh dibuat sesuai dengan

6
kebutuhan desain busana yang akan di buat. Untuk pola dasar cukup garis tubuh
yang dasar saja.

2.4.2 Berdasarkan Teknik Pembuatnya

Pola drapping adalah pola dasar yang dibuat dengan konstruksi pada tata
ukubus, pola dibentuk diatas badan sipemakai atau tiruannya yang disebut dress
form atau paspop.

Sebelum membuat pola teknik drapping, terlebih dahulu dipersiapkan alat dan
bahan yang diperlukans eperti :

1) Dressfoam/ bonekajahit

2) Pita ukur/ centimeter

3) Jarumpentul

4) Jarumtangan

5) Penggaris

6) Pensildankapurjahit

7) Guntingkain

8) Karbonjahitdanrader

9) Talikord

10) Blaco/ kertastella/ bahandasar yang dipakaiuntukmendrapping

2.5 Pola konstruksi dua dimesi (flat pattern)

Pola konstruksi (flat pattern) adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan
ukuran badan sipemakai, dan digambar dengan perhitungan secara matematika
sesuai dengan system pola konstruksi masing-masing.

7
Konsep dasar membuat pola busana, alat yang diperlukan untuk menggambar
pola busana banyak jenisnya antara lain :

1) Pita ukur (Cm )

2) Penggaris

3) Kertaspola (bukupola/bukukostum)

4) Skala

5) Pensil dan pulpen

6) Penghapus/ eraser

7) Jarum pentul

2.6 Perbedaan Metode Mayneke dan Porrie

 Pembuatan pola dengan metode Meyneke memiliki tingkat kenyamanan


lebih tinggi dibandingkan dengan pembuatan pola sisitem Porrie dalam hal
kriteria ketepatan ukuran. Pada kriteria hasil pengepasan (tampilan
keseluruhan) . Pola Meyneke dapat diterapkan dalam membuat busana pas
badan seperti lingeri, kebaya, dan gaun. Pola ini memiliki kupnat pada
pinggang dan bahu.Lebar kupnat dapat menyesuaikan dengan besarnya
payudara.
 Pola porrie adalah Pola dasar dikonstruksi berdasarkan sistem
menggambar pola J.H.C. Meyneke dengan pengambilan pola badan muka
dipisah dari pola badan bagian belakang. Pola lengan diambil dari sistem
menggambar pola Dressmaking, karena cara menyatukan ke badan lebih
dapat dipahami oleh pelajar-pelajar. Pola dasar rok umumnya dari banyak
sistem konstruksi hampir serupa, sehingga di sini diambil kombinasi
sistem J. Meyneke dan Dressmaking.

Contoh pola porrie

8
Contoh pola meyneke

2.7 Perbedaan Pola Sistem Dressmaking dan Sistem So-en

 Pola sistem Dressmaking memiliki titik pas yang lebih tepat, dan busana
yang dibuat lebihnya untuk dikenakan. Namun apabila membuat model
busana pas badan dan berbentuk straples dapat menggunakan kedua sistem
pola tersebut karena tidak memiliki garis bahu. Kelemahan pola sistem
Meyneke terdapat pada kedudukan garis bahu yang cenderung kebelakang

9
melewati pangkal lengan, serta kedudukan garis leher bagian depan
longgar dan bergelombang.
 Pola So-En badan muka dan belakang dikonstruksi bersatu dengan letak
badan muka di sebelah kanan. Lipit kup satu dipinggang dan besar , baik
untuk orang gemuk dan membuat mantel. Kebaikan lain ialah : leher muka
menghadap arah kekanan kalau dipakai sebelah pola , tidak keliru dalam
penambahan lidah, baju barat menutupnya kanan menutup kiri. Keburukan
lain menggunakan 3 ukuran badan. Bila 3 ukuran ini tidak benar semua
pecahan yang ada pada konstruksi menjadi salah.
Contoh pola sistem dressmaking

Contoh pola So-en

2.8 Perbedaan Pola Sistem PSMI dan Metode Danckaerts

Pola sistem PSMI

Kelebihan pola PSMI:


 Mudah dalam pembuatan pecah pola.
 Kupnat membentuk pinggang dengan baik.

10
 Lingkar badan pas.
 Lingkar pinggang dan lingkar panggul pas.
 Pada bagian dada terbesar terbentuk dengan baik.
Kekurangan pola PSMI

 Kerung leher terlalu sempit, sebab tidak diperoleh dari lingkar kerung
leher.
 Kupnat pada bagian pola badan dan pola rok jatuhnya tidak sama, sebab
cara membuat kup badan dan rok rumusnya berbeda.
 Pola bahu pada bagian kupnat bahu terendah kurang tinggi, sehingga
jahitan memakan kampuh.

 Pola sistem danckaerts

Pola badan muka dan belakang bersatu berikut rok. Banyak pelajar senang
dengan pola ini. Karena rok bersatu badan. Besar lipit kup di bahu
ditentukan 3cm, ini cukup untuk orang kurus dan anak tanggung.
Contoh pola PSMI

Contoh pola danckaerts

11
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pola konstruksi pemikiran orang untuk menggambarkan pola dengan


konstruksi. Badan seseorang diukur dengan pita ukuran. Sehingga tergambar
bentuk badan muka, belakang, lengan , rok, kerah, dan sebagainya.

Cara mewujudkan pola tersebut atas adalah dasar dari pembuatan pola-
pola busana. Untuk mengambil ukuran dari berbagai ahli konstruksi pola ada
bermacam-macam.

SARAN

Sudah tentu makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dan kemampuan penulis dalam
menyusun kata-kata. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
dari semua pihak penulis harapkan agar dalam pembuatan makalah di waktu yang
akan datang bisa lebih baik lagi.

Sekian hasil makalah tentang Konstruksi Pola Busana Wanita. Mohon maaf
bila ada kata yang tidak di mengerti karena penulis juga sedang dalam masa
pembelajaran semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://kymproject.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-pola-dasar-pakaian.html

http://okrek.blogspot.co.id/2010/01/membuat-pola-busana-pengertian-pola.html

http://sulis00tiyani.skyrock.com/3252036310-Perbedaan-Mendasar-Pola-
Konstruksi-dan-Pola-Draping.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Pola_(menjahit)

http://www.mikirbae.com/2016/08/alat-dan-bahan-pembuatan-pola-teknik.html

https://reenapuji.wordpress.com/category/membuat-pola/

https://fitinline.com/article/read/perbedaan-berbagai-metode-pembuatan-pola

. 2015. Konstruksi Pola Dasar Busana; Metode PSMI.


http://www.gagasanku.com/

13

Anda mungkin juga menyukai