Anda di halaman 1dari 37

PENGEMBANGAN BUSANA READY TO WEAR DENGAN TEKNIK SMOCK

DAN ECOPRINT

OLEH:

SUFINA ASTUTI /2015011023

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNDIKSHA

1
2023

2
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal dengan judul : Penerapan Teknik smock dan e-coprint pada busana ready to
wear

Pembimbing I, Pembimbing II,

Made Diah Angendari, S.Pd., M.Pd. Putu Agus Mayuni, S.Pd, M. Si.
NIP. 197403162006042001 NIP. 197108281997032001

3
DAFTAR ISI

4
DAFTAR TABEL

5
DAFTAR BAGAN

6
A. Latar Belakang

Secara estetis busana juga berfungsi sebagai penambah keindahan suatu penampilan
Pemilihan suatu busana juga sangat mampu menunjang atau memperindah suatu penampilan
Yang sesuai dengan kesempatan, sesuai dengan karakter si pemakai, dan sesuai dengan trend
mode. Trend mode tersebut tercipta karena masyarakat yang semakin kreatif dalam
menciptakan mode dan desain yang beranekaragam.

Busana berasal dari Bahasa sansekerta “bhusana” yang berarti pakaian atau segala
sesuatu yang di pakai manusia, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pada zaman
dahulu manusia hanya berfikir bagaimana cara melindungi badan dari pengaruh alam sekitar,
seperti gigitan serangga, pegaruh udara, cuaca atau iklim dan benda-benda lainnya yang
berbahaya. Namun seiring perkembangan zaman, fungsi busana sedikit mengalami
pergeseran yaitu tidak hanya sebagai perlindungan dari alam akan tetapi untuk menyalurkan
expresi seni dari perancangnya. (macambusanaid.blogspot.com)

Industri fashion di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, salah


satunya pengembangan teknik pengolah kain, dimana kreatifitas pengrajin semakin lama
semakin berkembang dengan selalu memberikan inovasi baru. Salah satunya dengan
memanfaatkan dan mengembangkan selembar kain (Kholifah & Ninik, 2014) Saat ini,
produk fashion terus mengalami perkembangan terutama di bidang inovasi yang
membutuhkan kreativitas designer salah satu kreatifitas tersebut adalah teknik pengolah kain,
antara lain fabric manipulating. Saat ini perkembangan fashion di Indonesia sedang
mengalami banyak kemajuan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya konsep yang ditawarkan
oleh para designer maupun brand lokal yang lebih variatif, sehingga memberikan banyak
pilihan kepada konsumen sesuai dengan selera dan gayanya masing-masing.

Fabric manipulating merupakan teknik menghias kain dengan memanfaatkan


beberapa teknik dekortif atau struktur kain seperti smock (Wolff, 1996). Smock termasuk
salah satu handskil yang cukup tinggi dalam proses pengerjaannya, dan termasuk teknik hias
pada permukaan kain hingga menjadi sebuah bentuk motif yang timbul lebih lanjut, teknik
smock juga menjadi salah satu teknik kerajinan menjahit dan menyulam oleh pengrajin.
Teknik smock digunakan untuk membuat suatu kerutan yang dapat menghasilkan sebuah
bentuk motif yang timbul lebih lanjut, Teknik smock juga menjadi salah satu Teknik
kerajinan menjahit dan menyulam oleh pengrajin. Teknik smock di gunakan untuk membuat

7
suatu kerutan yang dapat menghasilkan sebuah motif sesuai motif pola yang telah di buat
(Ristiani & dkk, 2014)

Smock merupakan teknik dalam keterampilan menjahit yang mengubah bahan kain
menjadi bentuk motif timbul (Loekito,dkk. 2004: 3). Smock adalah salah satu manipulating
fabric yang hasil jadinya berbentuk seperti gelembung-gelembung dan juga lekukan-lekukan
pada kain. Smock juga memiliki beberapa jenis, seperti direct smocking, english smocking,
Canadian smocking, dan italian smocking. Saat ini smock sudah jarang sekali diaplikasikan
pada busana masa kini. Padahal jika dilihat, smock memiliki potensi apabila dieksporasi lebih
dalam lagi karena bentuk dan juga teksturnya yang unik.

Teknik smock merupakan salah satu teknik menghias tekstil/kain. Smock dalam
bahasa umum atau smock (dalam bahasa inggris) berarti mengerut. Sesuai dengan namanya
kain smock adalah kain yang berkerut-kerut akibat teknik menjahit dengan tarikan-tarikan
tertentu. Kerutan smock dibuat agar sifat kerutannya tidak mati/elastis sehingga
pemakaiannya dapat bebas bergerak. Smock bukanlah teknik baru di dalam dunia menghias
tekstil. Pembuatan smock pada kain sudah cukup lama di kenal, bahkan berpuluh-puluh tahun
lalu, Novary (2010)

Pada masa itu teknik smock sangat berkembang pesat dan diterapkan pada berbagai
macam produk. Namun seiring perkembangan jaman dan globalisasi, teknik smock sudah
jarang di gunakan dan di terapkan oleh masyarakat baik itu di terapkan pada busana maupun
lenan rumah tangga. Masyarakat banyak yang menggunakan teknik menghias tekstil. Selain
smock terdapat teknik lain untuk menghias busana, yaitu teknik E-coprint.

Sesuai namanya ecoprint dari kata ekosistem (alam) dan print yang artinya mencetak
dengan Bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar sebagai kain,bewarna,maupun pembuat
pola motif. Bahan yang di gunakan berupa dedaunan,bunga,batang bahkan ranting. Ecoprint
menggunakan unsur-unsur alami tanpa bahan sintetis atau kimia. Penggunaan bahan alam
merupakan ciri khas membatik dengan teknik ecoprint (Fatmala,2020:1143). E-coprint
merupakan salah satu kegiatan mencetak kain yang ramah akan lingkungan. Hasil yang di
dapat tidak akan selalu sama, oleh karena itu dapat di katakana bahwa teknik ecoprint
tergolong unik dan ekslusif.

Teknik ecoprint diartikan sebagai suatu proses untuk mentransfer warna dan bentuk
ke media kain maupun kulit samak melalui kontak langsung. Teknik ecoprint untuk
menghasilkan produk fesyen yang ramah lingkungan (Herlina et al., 2018)

8
Motif yang di transfer pada kain berasal dari alam seperti tumbuhan dan hewan. Salah
satu tumbuhan yang banyak di gunakan adalah tanaman jati. Tanaman jati merupakan salah
satu tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti di Indonesia. Bagian dari tanaman
yang di jadikan ecoprint yaitu bagian daunnya. Daun jati dapat mengeluarkan pigmen warna
yang dapat di jadikan sebagai pewarna kain. Pembuatan ecoprint dapat di lakukan pada kain
putih polos ataupun kain yang di warnai secara alami. Pada penelitian ini busana yang akan di
buat adalah busana ready to wear.

Menurut Midiani, et al, (2015) ready to wear merupakan produk siap pakai yang di
buat berdasarkan ukuran standart/umum yang memiliki spesifikasi gaya, selera, kelas
ekonomi, dan produk yang paling banyak di minati masyarakat pada umumnya. Untuk hasil
yang maksimal ready to wear harus mampu memenuhicepatnya kebutuhan pasar dan mampu
di serap oleh pasar yang lebih luas.

Istilah ready to wear atau off the peg adalah sebutan untuk busana yang setelah di beli
bisa langsung di pakai tanpa harus melalui tahap pemiliha gaya, pengukuran, pemilihan kain,
dan setelah beberapa hari pakaian baru bisa di kenakan (Waddell, 2004). Busana ready to
wear adalah busana yang di produksi secara masal degngan berbagai ukuran. Proses produksi
yang cepat dan harga yang relative murah membuat busana ready to wear cukup di minati
masyarakat. Sehingga banyak pelaku industry yang tertarik pada bidang fashion, untuk
bertahan dalam industry fashion para pelaku harus berinovasi dan mengikuti perkembangan
zaman. Salah satunya yaitu memanfaatkan berbagai teknik busana untuk membuat busana
lebih menarik dan lebih di minati oleh konsumen.

Seperti yang kita tahu, bahwa sekarang perkembangan di dunia fashion semakin
pesat, dimana sudah banyak berbagai model busana serta berbagai motif busana yang di jual
di pasaran, dapat kita lihat di berbagai toko online maupun offline.

Ready to wear yang di sediakan di pasaran memiliki berbagai jenis ragam motif.
Motif tersebut umumnya kebanyakan masih monoton dan berbagai motif tersebut terbuat dari
bahan-bahan buatan. dan masih sangat jarang yang menggunakan motif yang terbuat dari
bahan alami. Salah satu teknik busana yang dapat di gunakan untuk membuat motif dari
bahan alami ini yaitu ecoprint di mana ecoprint ini sendiri

Perkembangan desain dan teknik aplikasi ecoprint, khususnya pada proses pembuatan
busana Ready to wear ini belum sangat berkembang. Tujuan dari penciptaan karya ini adalah
kreasi inovasi produk busana ready to wear dengan menggunakan Teknik ecoprint dengan

9
kombinasi Teknik smock. sehingga lebih memahami proses pembuatan ecoprint dan
penerapannya dalam pembuatan busana ready to wear melalui proses kreatif Ini dipicu dari
konteks liminalitas. Penciptaan karya ini dilakukan dengan metode penciptaan seni berbasis
pengalaman praktis melalui beragai eksplorasi yang berupa eksplorasi ide dan konsep,
eksplorasi bahan dan eksplorasi desain dengan inspirasi ecoprint dan smock. Dalam
memvisualisasikan ide dan konsep diperoleh dari pengamatan yang divisualisasikan dalam
sketsa untuk mewujudkan berbagai desain yang menjadi ciri khas dari setiap karya. Dan
tahap akhir adalah perwujudan karya produk.

Salah satu serta busana ready to wear yang ada di pasaran yang menggunakan motif
yang timbul. Salah satu teknik membuat motif secara alami yaitu dengan cara menggunakan
teknik ecoprint, dan salah satu teknik membuat motif timbul yaitu menggunakan teknik
smock.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasikan beberapa masalah yang


akan dijadikan bahan penelitian selanjutnya, diantaranya sebagai berikut

1. Industri fashion di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, salah


satunya pengembangan Teknik pengolah kain.
2. Teknik pengolahan kain sangat berpengaruh pada daya tarik suatu kain/fabric.
3. Fabric manipulating merupakan teknik menghias kain dengan memanfaatkan
beberapa teknik dekortif atau struktur kain seperti smock.
4. Ready to wear yang di jual di pasaran kebanyakan motifnya masih terbuat dari bahan-
bahan buatan dan belum ada yang terbuat dari bahan alami dan belum ada motif yang
bernuansa timbul.
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka masalah yang akan di teliti di


batasi pada pembuatan busana ready to wear dengan menrapkan teknik smock dan ecoprint.
Perkembangan desain dan teknik aplikasi ecoprint, khususnya pada proses pembuatan busana
Ready to wear ini belum sangat berkembang. Tujuan dari penciptaan karya ini adalah kreasi
inovasi produk busana ready to wear dengan menggunakan Teknik ecoprint dengan
kombinasi Teknik smock. sehingga lebih memahami proses pembuatan ecoprint dan
penerapannya dalam pembuatan busana ready to wear melalui proses kreatif Ini dipicu dari
konteks liminalitas. Penciptaan karya ini dilakukan dengan metode penciptaan seni berbasis

10
pengalaman praktis melalui beragai eksplorasi yang berupa eksplorasi ide dan konsep,
eksplorasi bahan dan eksplorasi desain dengan inspirasi ecoprint dan smock. Dalam
memvisualisasikan ide dan konsep diperoleh dari pengamatan yang divisualisasikan dalam
sketsa untuk mewujudkan berbagai desain yang menjadi ciri khas dari setiap karya. Dan
tahap akhir adalah perwujudan karya produk.

Salah satu serta busana ready to wear yang ada di pasaran yang menggunakan motif
yang timbul. Salah satu teknik membuat motif secara alami yaitu dengan cara menggunakan
teknik ecoprint, dan salah satu teknik membuat motif timbul yaitu menggunakan teknik
smock.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan papran latar belakang di atas, maka dapat di peroleh rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan busana dengan Teknik ecoprint dan smock pada
busana ready to wear?
2. Bagaimana hasil dari penggunaan busana dengan teknik ecoprint dan teknik smock
dibandingkan dengan busana yang tidak menggunakan Teknik ecoprint dan smock
pada busana ready to wear?
3. Bagaimana pengembangan busana dengan teknik ecoprint dan teknik smock
dibandingkan dengan busana yang tidak menggunakan Teknik ecoprint dan smock
pada busana ready to wear?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui proses pengembangan busana dengan Teknik ecoprint dan ready to wear.
2. Mengetahui hasil dari penggunaan busana dengan teknik ecoprint dan teknik smock
dibandingkan dengan busana yang tidak menggunakan Teknik ecoprint dan smock
pada busana ready to wear.
3. Mengetahui perubahan busana dengan teknik ecoprint dan teknik smock dibandingkan
dengan busana yang tidak menggunakan Teknik ecoprint dan smock pada busana
ready to wear.
F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis. Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini yaitu :
11
1. Manfaat Teoris
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi inovasi baru dalam dunia
fashion, terlebih pada teknik pengolahan kain terlebih bagi mahasiswa Prodi
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi
referensi bagi peneliti lain yang meneliti tentang teknik pengolahan kain,
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti sendiri adalah menambah pengalaman dalam melakukan
penelitian.
b. Bagi Jurusan PKK memberikan inovasi baru terkait cara pengolahan kain.
c. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan penelitian yang sejenis

G. Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan busana ready to wear ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai


berikut:
1. Penelitian pengembangan produk ini hanya dibuat utuk ukuran model praga yang
telah ditentukan
2. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan busana ini dikembangkan
berdasarkan situasi dan konsidi yang ada dilapangan
3. pengembangan ini hanya mengembangkan busana ready to wear dengan
memanfaatkan Teknik smock dan ecoprint

H. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Adapun spesifikasi produk yang di harapkan dalam penelitian ini yakni berupa busana
ready to wear dengan pemanfaatan Teknik smock dan ecoprint. Pengembangan ini
difokuskan dalam penggunaan teknik smock dan ecoprint yang dituangkan dalam bentuk
busana ready to wear. Busana dibuat sesuai dengan prosedur pengembangan mulai dari
mendesain, pembuatan pola, pemilihan bahan, dan hasil yang diharapkan dari pengembangan
ini ialah busana kerja yang sederhana yang dimana didalam bahan yang digunakan memiliki
arti dan makna namun tetap terlihat mewah dan klasik dan memperlihatkan kesan modern.

I. Definisi Istilah

12
Dalam penelitian ini terdapat istilah-istilah penting yang digunakan dalam
mengembangkan produk busana ready to wear. Hal ini bertujuan untuk menghindari atau
mengurangi kesalah pahaman terhadap istilah-istilah kunci yang digunakan, maka
diperlukan untuk memberikan batasan-batasan dalam istilah-istilah berikut:
1. Pengembangan model PPE ialah model pengembangan yang terdiri atas tiga tahapan,
yakni planning, production, and evaluation (PPE). Perancangan dan penelitian
pengembangan bersifat analisis dari awal hingga tahap akhir penelitian, yang meliputi
Perancangan, Produksi, dan Evaluasi.
2. Busana ready to wear atau dalam bahasa Indonesia siap pakai ialah busana yang
material dan bahan yang digunakan untuk membuat pakaian siap pakai umumnya
lebih murah dan tidak dijahit khusus menggunakan tangan melainkan mesin jahit dan
dalam jumlah yang banyak dengan beragam ukuran.
3. Smock ialah teknik dalam keterampilan menjahit yang mengubah bahan kain menjadi
bentuk motif timbul.
4. Teknik ecoprint diartikan sebagai suatu proses untuk mentransfer warna dan bentuk
ke media kain maupun kulit samak melalui kontak langsung.

13
J. Kajian Pustaka Dan Perumusan Hipotesis
1. Landasan Teori
a. Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan atau research and development adalah Upaya untuk
meningkatkan dan menghasilkan suatu produk untuk menambah kualitas dan
kuantitas suatu produk. Penelitian ini di perlukan saat melakukan penelitian yang
bersifat analisis dengan menguji keefektifan suatu yang di kembangkan. Menurut
Borg & gall penelitian pengembangan sebagai usaha untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk-produk yang akan di gunakan dalam Pendidikan. Menurut
Tegeh dan Kirna (2010: 19) “Penelitian pengembangan merupakan Upaya
mengembangkan dan menghasilkan suatu produk”. Berdasarkan pemaparan di
atas maka penelitian pengembangan adalah suatu upaya mengembangkan dan
menghasilkan suatu produk atau menyempurnakan produk yang sudah ada, yang
dapat di pertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau
perangkat keras, seperti modul, buku, alat bantu pembelajaran di kelas, tetapi bisa
juga berupa perangkat lunak seperti pengembangan produk, program computer
untuk pengelolaan data, maupun model-model pendidikan, pembelajaran dan
lainnya.
b. Pengertian Busana
Busana dalam arti umum adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah
dijahit atau tidak dijahit yang di pakai atau di sampirkan untuk menutup tubuh
seseorang. Sebagai contoh kebaya dan kain panjang atau sarung, rok, blus, blazer,
bebe, celana rok, celana pendek atau celana panjang, kemeja, T-shirt, piyama,
singlet, kutang atau Buste Houder (BH), rok dalam, bebe dalam. Dalam
pengertian lebih luas sesuai dengan perkembanganperadaban manusia, khususnya
bidang busana termasuk kedalam aspek-aspek yang menyertainya sebagai
perlengkapan itu sendiri. Baik dalam kelompok (milleneries) maupun aksesoris
(accessories). Busana kerja adalah busana yang dipakai ketika melakukan
pekerjaan sesuai dengan tugasnya masing-masing (Riyanto: 2003) busana kerja
dapat digolongkan menjadi 2 yaitu busana kerja dalam ruangan (indoor) dan
busan kerja luar ruangan (outdoor).
Busana merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus di penuhi oleh
setiap orang (Sikawati, 2010:1). Busana sudah dikenal umat manusia sejak
zaman dahulu kala, dan selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman,

14
khususnya busana wanita yang memiliki ragam corak dan telah menjadi simbol
suatu negara. Satu bangsa mengenal bangsa lain melalui pakaian adatnya.
Hingga saat ini, pakaian adat masih sangat digemari terutama untuk acara-acara
khusus. Apalagi pakaian adat wanita sangat menarik dan memiliki nilai budaya
yang tinggi. Seiring berjalannya waktu, pakaian juga telah digunakan sebagai
simbol status, status, atau status orang yang memakainya (Bryka, 2012: 1).
Selain berfungsi sebagai alat pelindung diri, pakaian dapat berfungsi sebagai
wadah ekspresi ide dan kreativitas dalam rangka melestarikan budaya sendiri
dan sebagai identitas daerah atau negara. Budaya yang berkembang pesat seperti
itu tidak memungkinkan teori mode yang ada menghilang dan berubah sama
sekali.
Busana adalah salah satu kebutuhan primer di samping kebutuhan pangan dan
tempat tinggal. Busana dikatakan sebagai kebutuhan primer karena busana
berfungsi sebagai penutup aurat, melindungi diri dari iklim, cuaca, gigitan
serangga dan gejala alam lainnya yang dapat mengganggu Kesehatan seseorang.
Busana sebagai kebutuhan primer, salah satunya untuk bekerja yang tentunya di
sesuaikan dengan pekerjaannya (Arifah A. Ariyato, 2003). Pakaian adalah istilah
yang semua orang tahu. Istilah pakaian berasal dari kata Sansekerta "bhusana"
dan kata bahasa Indonesia populer "busana", yang dapat diartikan sebagai
"pakaian". Busana dalam arti luas mengacu pada segala sesuatu yang dikenakan
dari ujung rambut sampai ujung kaki yang memberikan kenyamanan bagi
pemakainya dan menampilkan estetika (Ernawati et al., 2008:23). Secara garis
besar, pakaian meliputi:
1. Busana Absolut, yaitu busana yang tergolong pakaian pokok, seperti kemeja, rok,
kabaya, blus, bayi, dan lain-lain, termasuk pakaian dalam seperti rompi, bra, celana
dalam, dan lain-lain.
2. Busana pelengkap (Milineris), yaitu busana pelengkap yang melengkapi busana
yang bersifat mutlak, memiliki nilai guna dan estetika, seperti sepatu, tas, topi, kaos
kaki, kacamata, selendang, selendang, selendang, jam tangan, dan lain-lain.
3. Aksesoris yaitu aksesoris pakaian yang fungsinya untuk menambah kecantikan
pemakainya, seperti cincin, kalung, liontin, bros, dll.

Singkatnya, pakaian tidak terbatas pada pakaian seperti rok, atasan atau
celana panjang, tetapi satu kesatuan dari keseluruhan yang digunakan dari ujung

15
rambut sampai ujung kaki, baik sebagai makanan pokok maupun sebagai pelengkap
yang memiliki nilai guna atau tujuan. Perhiasan.
Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam bidang fashion adalah norma-
norma yang berlaku dalam masyarakat. Seperti norma agama, norma sopan santun,
norma Susila dan sebagainya, dan memahami keadaan sekitar, budaya serta waktu
pemakaiannya. Dengan demikian baik model, jenis, corak atau warna busana perlu
di sesuaikan dengan hal di atas. Dari hal di atas, secara gris besar busana dapat di
kelompokkan menjadi dua, busana dalam serta busana luar. Busana menurut
kesempatan menurut jenis busana yang berbeda, baik dari segi desain, bahan
maupun dari segi warna busana tersebut. Ada pun pengelompokan busana menurut
kesempatan diataranya, busana kerja, busana pesta, busana olahraga, busana
sekolah, busana rekreasi dan lainnya.
c. Etika dan Estetika Busana Ready To Wear
Busana merupakan salah satu hal yang penting bagi manusia, karena busana
salah satu kebutuhan utamanya. Dalam membuat suatu produk busana perlu
diperhatikan nilai-nilai etika dan estetika, Nilai merupakan segala sesuatu yang
dianggap berharga atau yang melekat pada suatu karya sehingga memiliki nilai
(Setyoko, 2012)
Kata etika berasal dari Bahasa Perancis yang artinya ialah falsafah norma
merupakan pedoman cara hidup yang benar, dilihat dari sudut budaya, Susila, dan
agama. Dalam kaitannya dengan berbusana dapat diartikan bahwa suatu ilmu
yang memikirkan bagaimana seseorang dapat mengambil sikap dalam berbusana
tentang pemilihan model, warna, corak (motif) yang tepat dan sesuai dengan
kesempatan, kondisi dan waktu serta norma-norma yang berlaku pada
masyarakat. Beberapa penerapan etika berbusana yang baik diantaranya
(Jumairah, dkk 2018):
1) Menutup bagian tubuh yang seharusnya ditutup
2) Menyesuaikan dengan situasi, tujuan dan kondisi
3) Tampak rapi, bersih, dan ukurannya sesuai dengan tubuh
4) Tidak mengganggu orang lain dan sesuai dengan aturan berbusana
Kata estetika berasal dari kata “estetis” yang memiliki arti keindahan.
Estetika ada dalam seni maupun desain, yang membedakan adalah estetika dalam
seni untuk di apresiasi dan estetika dalam desain adalah bagian fungsi dari suatu
produk, alat kerja dan lainnya. Estetika berbusana artinya tata cara berbusana

16
dengan memperhatikan syarat-syarat estetika atau keindahan. Syarat-syarat
estetika berbusana ialah berbusana yang memperhatikan keindahan dan harmonis
sesuai dengan: 1) Kepribadian; 2) Bentuk Tubuh; 3) Warna Kulit; 4)
Kesempatan; 5) Trend Mode. (Jumairah, dkk 2018).
d. Busana Ready To Wear

Busana ready to wear tidak selalu berupa busana kasual dengan bentuk
sederhana, seperti kemeja, cardigan, ataupun tunik. Sekarang ini sudah banyak
desainer yang mengembangkan busana ready to wear dengan desain yang unik, serta
memberikan aksen dengan manik-manik ataupun renda agar terlihat sedikit mewah.
Jadi konsep busana ready to wear dapat dipakai dalam pembuatan busana pesta
maupun kasual. Menggunakan konsep busana ready to wear pada pembuatan busana
memudahkan dalam memasarkannya. Karena busana tersebut menggunakan ukuran
standar garmen S, M, L dan XL. Jadi busana ini dapat dibuat dalam jumlah yang
banyak.(Busana et al., 2018)

Busana ready to wear atau dalam bahasa Indonesia siap pakai merupakan
busana yang material dan bahan yang digunakan untuk membuat pakaian siap pakai
umumnya lebih murah dan tidak dijahit khusus menggunakan tangan melainkan
mesin jahit dan dalam jumlah yang banyak dengan beragam ukuran. Harga yang
ditawarkan pun terjangkau oleh pasar. Koleksi busana siap pakai ini biasanya terbagi
dua atas; koleksi perancang busana dan koleksi konfeksi (Diasti, 2007). Ready-to-
wear adalah translasi dari bahasa Perancis yaitu prêt- a-porter yang memiliki definisi
berhubungan dengan pakaian terutama designer clothing yang dipasarkan dalam
kondisi selesai dan dalam ukuran yang sesuai standar (Apriliza, 2016).

Bagi koleksi perancang busana, pakaian yang dibuat memiliki kualitas yang
tinggi,finishing yang rapih dengan potongan dan rancangan yang unik. Koleksikoleksi
ini senantiasa lebih mudah untuk dijadikan sebagai penciptaan trend bagi masyarakat
dibandingkan dengan rancangan adibusana dan pakaian buatan konfeksi. Karya siap
pakai rancangan perancang busana ini umumnya disertai dengan tema yang mewakili
teori atau filsafat tertentu sehingga pakaian seperti ini umumnya tidak membidik
langsung pada penjualannya melainkan untuk menerangkan suatu penjelasan (konsep
rancangannya). Perancang busana siap pakai ini juga menggelar karyanya pada acara-
acara peragaan busana internasional (Diasti, 2007).

17
Ready to wear adalah busana yang bisa langsung dipakai dengan mudah tanpa
harus melakukan pengukuran badan dan memesan desainnya terlebih dulu. Pengertian
ready to wear atau Prêt-à-Porter yaitu busana siap pakai yang diproduksi massal dan
diproduksi dalam berbagai ukuran dan warna berdasarkan satu desain yang membawa
label nama seorang desainer (Poespo, 2009). Busana ini dapat langsung dibeli dan
dikenakan tanpa harus melakukan pengukuran badan terlebih dahulu, menggunakan
pola standar, peralatan pabrik, dan teknik konstruksi yang lebih cepat untuk menjaga
biaya tetap rendah, dibandingkan dengan versi custom. Busana ready to wear tidak
hanya busana yang bergaya street style, tetapi busana pesta maupun kerja dapat
termasuk dalam kategori busana ready to wear. Biasanya busana ini menggunakan
potongan minimalis, pola tidak rumit, teknik konstruksi yang lebih cepat, penggunaan
bahan yang efisien, serta harga jual yang dapat dijangkau oleh pembeli.

Jenis dari busana ready to wear sendiri yaitu kemeja, cardigan, kaos, blazer,
dan busana siap pakai lainnya. Bahan yang digunakan dalam pembuatan busana
tersebut yaitu menggunakan bahan katun, drill, oxford, viscose, polyester, terry, bahan
fleece dan juga wool. (Mellani dalam Sposito, 2014).

e. Smock
Smock merupakan teknik dalam keterampilan menjahit yang mengubah bahan
kain menjadi bentuk motif timbul (Loekito,dkk. 2004 : 3). Smock adalah salah satu
manipulating fabric yang hasil jadinya berbentuk seperti gelembung-gelembung dan
juga lekukan-lekukan pada kain. Smock juga memiliki beberapa jenis, seperti direct
smocking, english smocking, canadian smocking, dan italian smocking. Saat ini
smock sudah jarang sekali diaplikasikan pada busana masa kini. Padahal jika dilihat,
smock memiliki potensi apabila dieksporasi lebih dalam lagi karena bentuk dan juga
teksturnya yang unik.
Smock adalah teknik jahit kain yang menyebabkan kain mengerut dan
memunculkan bentuk-bentuk yang indah. Kain yang telah di-smock biasanya
digunakan untuk pelengkap interior dan penghias busana.Sebaiknya kain yang
digunaka adalah kain yang mengkilat seperti satin atau higyt (semacam kaos) dan
dan bermotif polos. Dalam pembuatan kain bersmock ini diperlukan kesabaran
dan ketelitian. Smock merupakan suatu teknik hiasan untuk meletakkan kerut-
kerut dengan menggunakan berbagai tusuk dan benang hias sehingga
menghasilkan suatu bentuk hiasan yang baik. Smock dapat dikerjakan pada kain

18
polos dan bercorak kotak, atau bertitik, sesuai dengan jenis smock yang
dikerjakan.(Rismyanti et al., 2020).
Ada beragam macam model smock diantaranya adalah model sisik, model
sirip bolak balik, model riak air, model Anyaman model setandan, model belah,
model sisik naga, model tapak kuda, model pyramid, model gelombang, model
thalia, model cassanra, model bintang, model tulip, model tsunami, dan model
jangkar. Setiap pengerjaan smock selalu dibutuhkan garis-garis pola, garis pola
bisa dibuat sendiri (terutama untuk bahan polos) atau mengikuti corak bahan yang
sudah ada, selama corak tersebut berukuran tetap berbentuk persegi (bujur sangkar
atau persegi empat). Bagi pemula, agar mempermudah pengerjaan sebaiknya
setiap titik pada kain ditandai dahulu sesuai dengan pola smock yang akan dibuat.
(Rismyanti et al., 2020)
f. Ecoprint
Seiring berkembangnya zaman, teknik pewarnaan kain dengan bahan alam
berkembang dengan berbagai temuan baru, salah satunya adalah teknik ecodyeing
dan ecoprinting. Teknik ecoprint dan ecodyeing diartikan sebagai proses mentransfer
warna dan bentuk ke kain melalui kontak langsung. Flint mengaplikasikan teknik ini
dengan cara menempelkan tanaman yang memiliki pigmen warna pada kain berserat
alami yang kemudian direbus atau dikukus dalam kuali besar. Tanaman yang
digunakan merupakan tanaman yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap panas,
karena hal tersebut merupakan faktor penting dalam mengekstraksi pigmen warna.
Kontak langsung antara tumbuhan dan bahan utama merupakan prinsip kerja utama
pada metode ecodyeing dan printing. Berbagai elemen dari tumbuhan dapat
digunakan seperti daun, bunga, batang, biji, akar atau kulit kayu. Tumbuhan di
setiap musimnya akan memiliki pigmen berbeda dan menghasilkan warna yang
berbeda pada kain. Metode ini tidak berfokus pada pakem hasil yang telah
ditetapkan. Karena kemungkinan pengembangan teknik ini sangat luas dan beragam.
Berbagai macam tumbuhan yang tidak digolongkan sebagai pewarna alam ternyata
dapat menjadi pewarna alam.(Busana et al., 2018)

Sesuai dengan namanya, eco dari kata ekosistem (alam) dan print yang artinya
mencetak. Teknik pewarnaan ecoprint yang dipelopori oleh India Flint. Ecoprint
diartikan sebagai proses untuk mentransfer warna dan bentuk ke kain melalui kontak
langsung. Teknik ecoprint yang merupakan perkembangan dari ecofashion, untuk

19
menghasilkan produk fashion yang ramah lingkungan. Seiring berjalannya waktu,
teknik natural dye kian berkembang dengan berbagai temuan baru, salah satunya
adalah teknik ecoprint. Teknik ecoprint diartikan sebagai suatu proses untuk
mentransfer warna dan bentuk ke kain melalui kontak langsung. Teknik ini dilakukan
dengan cara menempelkan tanaman yang memiliki pigmen warna kepada kain yang
kemudian direbus di dalam kuali besar. Tanaman yang digunakan pun merupakan
tanaman yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap panas, karena hal tersebut
merupakan faktor penting dalam mengekstraksi pigmen warna (Nissa, Kp, Widiawati,
& Sn, 2008).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam mewarnai bahan tekstil
dengan cara alami, salah satunya yaitu menggunakan teknik pewarnaan ecoprint.
Teknik ecoprint merupakan suatu proses untuk mentransfer warna dan bentuk ke kain
melalui kontak langsung (Flint, 2008). Teknik ecoprint memanfaatkan bahan-bahan
dari bagian tumbuhan yang mengandung pigmen warna seperti daun, bunga, kulit
batang, dll. Adapun beberapa macam cara yang dapat digunakan dalam ecoprint : 1.
Teknik Pounding (dipukul) 2. Teknik Steaming (dikukus) 3. Direbus Motif dan warna
kain yang dihasilkan dari teknik ecoprint memiliki karakteristik tersendiri, karena
motif yang dihasilkan alan berbeda beda dan tidak bisa diduga meskipun
menggunakan teknik pembuatan dan jenis tumbuhan yang sama. Jenis kain, proses
mordantig maupun fiksasi juga berpengaruh pada hasil akhirnya. Hal inilah yang
menjadikan teknik ecoprint memiliki nilai seni yang tinggi (Ulin, 2021). Di Indonesia,
beberapa tahun terakhir teknik ecoprint dikembangkan kembali oleh pengrajin batik.
Pada awalnya teknik pembuatan batik menggunakan teknik pewarnaan berpola yang
ditutup dengan malam (lilin) pada selembar kain. Namun, saat ini penggunaan batik
tidak lagi seperti pada zaman dahulu yang memiliki berbagai aturan. Penggunaan kain
batik lebih bebas dikreasikan dalam bentuk apapun, dapat dipakai sehari-hari maupun
untuk bepergian (Dwita 2020).

Ecoprint menjadi salah satu alternatif peluang usaha di bidang fesyen yang
menjanjikan. Pada dasarnya, bisnis fesyen merupakan bisnis yang dapat dilakukan
oleh siapa saja. Terlebih di era digital ini yang memudahkan seseorang melakukan
segala hal, salah satunya mempromosikan bisnis fesyen di sosial media. Sosial media
juga memudahkan pengusaha fesyen untuk melihat tren yang sedang digemari
konsumen. Bisnis fesyen juga merupakan bisnis yang menuntut kreatif dan inovatif.

20
Bisnis ecoprint bisa menjadi pilihan berbisnis fesyen yang bersifat kreatif, inovatif,
eksklusif dan beda dari yang lain. Dengan memanfaatkan sumber daya alam di
lingkungan sekitar, produk ecoprint merupakan produk yang layak dijual, memiliki
harga jual yang tinggi dan yang paling penting ramah lingkungan (Hikmah &
Retnasari, 2021).

g. Unsur dan Prinsip Desain


Menurut Ernawati, dkk (2008:201), unsur dan prinsip desain diantaranya:
a. Unsur-unsur desain
Unsur desain ialah suatu unsur-unsur yang digunakan untuk menghasilkan
desain sehingga orang lain dapat membaca arti desain tersebut. Unsur-unsur
desain yang dapat dilihat atau sering disebut dengan unsur visual, yaitu:
1. Garis
Garis merupakan unsur paling tua yang digunakan manusia untuk
mengungkapkan perasaan atau emosi. Unsur garis ialah hasil goresan
dengan benda keras diatas permukaan benda lain (tanah, batu, batang
dan sebagainya). Melalui goresa-goresan tersebut seseorang dapat
memberikan ide dan mengemukakan pola rancangannya kepada orang
lain.
2. Bentuk
Bentuk merupakan hasil hubungan dari beberapa garis yang memiliki
area atau bidang dua dimensi yang memiliki Panjang dan lebar. Tetapi
Ketika bidang tersebut disusun dalam suatu ruang, maka terbentuklah
bidang tiga dimensi yang memiliki Panjang, lebar dan tinggi)
3. Ukuran
Ukuran adalah salah satu unsur yang dapat mempengaruhi suatu desain.
Sehingga ukuran yang dipergunakan hendaknya diperhatikan agar
keseluruhan desain terlihat seimbang. Apabila ukuran tidak seimbang
maka desain yang dihasilakan akan kurang sempurna.
4. Arah
Setiap benda dapat kita rasakan adanya arah tertentu misalnya mendatar,
tegak lurus, miring dan lainnya. Arah dapat dilihat dan dirasakan
keberadaanya. Hal ini sering dimanfaatkan dalam merancang benda
dengan tujuan tertentu.misalnya dalam merancang busana, unsur arah

21
pada motif bahnnya dapat digunakan untuk mengubah penampilan dan
bentuk tubuh pemakai.
5. Tekstur
Tekstur adalah suatu keadaan permukaan benda yang timbul dari apa
yang terlihat pada permukaan benda. Tekstur dapat diketahui dengan
cara melihat atau meraba. Dengan melihat akan tampak permukaan suatu
benda misalnya, bercahaya, tembus terang, berkilau dan lain-lain.
Sedangkan meraba dapat diketahui apakah permukaan suatu benda
kasar, tipis, tebal dan lain-lain.
6. Value
Benda akan dapat terlihat hanya karena adanya suatu cahaya, baik
cahaya alami ataupun cahaya buatan. Jika diamati secara seksama pada
suatu benda akan terlihat bahwa ada bagian-bagian permukaan benda
yang tidak terkena cahaya secara merata, ada bagian yang terang dan ada
bagian yang gelap. Hal ini membuat adanya nada gelap terang pada
permukaan benda yang dinamakan value.
7. Warna
Warna merupakan unsur desain yang paling terlihat, dengan adanya
warna menjadikan suatu benda dapat terlihat. Selain itu warna juga dapat
mengungkapkan suasana perasaan dan sifat berbeda-beda. Variasi warna
sangat beragam diantaranya warna muda, warna tua, warna gelap, warna
terang dan lainnya. Dari berbagai warna yang sudah ada, besar
kemungkinan ada beberapa warna yang diinginkan belum ditemui. Oleh
karena itu perlu adanya kombinasi warna. Mengkombinasikan warna
berarti meletakkan dua warna atau lebih secara berjejer dan
mendapatkan hasil yang diiginkan.

b. Prinsip-prinsip Desain
Untuk menghasilkan desain yang baik dan menarik perlu diketahui tentang
prinsip-prinsip desain. Adapun prinsip-prinsip desain yaitu:
1) Harmoni
Harmoni merupakan prinsip desain yang menimbulkan kesan adanya
kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek atau ide atau adanya

22
keselarasan dan kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya dalam suatu benda yang dipadukan. Dalam suatu bentuk,
harmoni dapat dicapai melalui kesesuaian setiap unsur yang
membentuknya.
2) Proporsi
Proporsi merupakan perbandingan antara bagian yang stau dengan
bagian yang lainnya yang dipadukan. Untuk menghasilkan suatu susunan
yang menarik perlu diketahui bagaimana cara menciptakan hubungan
jarak yang tepat atau membandingkan ukuran objek yang satu dengan
objek yang dipadukan secara proporsional.
3) Balance
Balance atau keseimbangan merupakan hubungan yang menyenangkan
antar bagian-bagian dalam suatu desain sehingga menghasilkan susunan
yang menarik. Keseimbangan ada 2 yaitu: a) Keseimbangan simetris
atau formal maksudnya yaitu sama antara bagiankiri dan kanan serta
mempunyai daya tarik yang sama. Keseimbangan ini dapat memebrikan
rasa tenang, agung dan abadi; b) keseimbangan asimetris atau informal
yaitu keseimbangan yang diciptakan dengan cara menhusun beberapa
objek yang tidak sama tapi memiliki jumlah perhatian yang sama. Objek
ini dapat diletakkan pada jarak berbeda dari pusat perhatian.
Keseimbangan ini lebih halus dan lembut serta menghasilkan variasi
yang lebih banyak.

4) Irama
Irama dalam dalam desain dapat dirasakan melalui mata. Irama dapat
menimbulkan kesan gerak yang menyambung dari bagian yang satu ke
bagian yang lain pada suatu benda, sehingga akan membawa pandangan
mata berpindah-pindah dari suatu bagian ke bagian lainnya. Akan tetapi
tidak semua pergerakan akan menimbulkan irama. Irama dapat
diciptakan melalui; a. Pengulangan bentuk secara teratur; b. Perubahan
atau peralihan ukuran; c. Melalui pancaran atau radiasi
5) Aksen / center of interest

23
Aksen merupakan pusat perhatian yang pertama kali membawa mata
pada sesuatu yang penting dalam suatu rancangan. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam menempatkan aksen: a. Apa yang akan
dijadikan aksen; b. Bagaimana menciptakan aksen; c. Berapa banyak
aksen dibutuhkan; d. Dimana aksen ditempatkan.
6) Unity
Unity atau kesatuan merupakan sesuatu yang memebrikan kesan adanya
keterpaduan tiap unsurnya. Hal ini tergantung pada bagaimana suatu
bagian menunjang bagian yang lain secara selaras sehingga terlihat
seperti sebuah benda yang utuh tidak terpisah pisah (Agsutina, 2012).
h. Pola Busana
Menurut Porrie Muliawan (1990:2) pengertian pola dalam bidang jahit ialah
potongan kain atau kertas yang didunakan sebagai contoh untuk membuat pakaian.
Terdapat beberapa macam pola yang digunakan dalam membuat busana, diantaranta
ialah pola kontruksi dan pola standar (Mawati: 2008:246). Masing-masing pola ini
digambarkan dengan cara yang berbeda, memiliki kelibahn dan kekurangan masing-
masing, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pola Kontruksi
Pola kontruksi merupakan pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran
badan seseorang, dan digambarkan dengan perhitungan secara matematika
sesuai dengan sistem pola kontruksi masing-masing. Pembuatan pola
kontruksi lebih rumit dari pada pola standar, disamping itu juga memerlukan
waktu yang lebih lama tetapi hasilnya lebih baik dan sesuai dengan bentuk
tubuh si pemakai. Ada beberapa macam pola kontruksi antara lain: pola
system Dressmaking, pola So-en, pola Charmant, Pola Meyneke dan
sebagainya.
2. Pola Standar
Pola standar merupakan pola yang dibuat berdasarkan daftar ukuran
umum atau ukuran yang telah distandarkan, seperti ukuran Small (S),
Medium (M), Large (L), dan Extra Large (XL).
Menurut Pratiwi (2001:6) Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam
membuat pola diantaranya:
a. Mengambil Ukuran Badan

24
Sebelum membuat pola ada beberapa hal yang harus dilakukan terlebih
dahulu yakni mengambil ukuran badan, pengambilan ukuran ini harus
dilakukan dengan cermat karena akan menentukan hasil akhir busana.
Proses pengambilan ukuran dilakukan setelah memilih atau menentukan
model busana yang akan dibuat. Badan diukur sesuai dengan model dan
bentuk tubuh karena setiap orang memiliki ukuran yang berbeda. Maka
perlu diperhatikan ketika pengambilan ukuran kemudian melanjutkan
dengan membuat pola.
b. Membuat Pola Dasar Busana
Pola dasar busana merupakan pola busana secara kontruksi atau
menggunakan ukuran badan seseorang tanpa model atau pola yang belum
diubah dengan menggunakan sistem tertentu. Pola dasar ini terdiri dari
pola badan bagian atas, dari bahu sampai pinggang. Pada badan bagian
bawah, dari pinggang sampai lutut atau sampai mata kaki. Dan pola
lengan, dari lengan bagian atas atau bahu terendah sampai siku atau
pergelangan tangan. Ada du acara pembuatan pola yaitu pola dengan
system drapping dan pola system Kontruksi,

Dalam penelitian ini menggunakan Pola Kontruksi Sederhana yang dibuat


berdasarkan ukuran si pemakai.

2. Kerangka Berpikir
Busana kerja adalah busana yang dipakai ketika melakukan pekerjaan –
pekerjaan sesuai dengan tugasnya masing – masing (A Riyanto 2003 : 109). Adapun
mood board (desain kolase) yang digunakan sebagai panduan dalam proses
pengembangan busana kerja ini ialah sebagai berikut :
Gambar 4. : Desain Kolase (Mood Board)

Bagan 2.1

25
Alur Kerangka Berpikir

26
PEMANFAATAN TEKNIK BUSANA Sumber Ide
Diambil dari teknik smock dan
1. Teknik Smock ecoprint untuk di terapkan pada
2. Teknik Ecoprint busana Ready To Wear

Karakteristik busana Ready to wear dengan Teknik smock


dan ecoprint
1. Kain Tenun Tradisional Motif Subahnale
2.Unik
3. Busana yang dibuat dengan konsep Casual

Rancangan Desain Ilustrasi

PRODUK BUSANA READY TO


Desain Busana ready to wear WEAR DENGAN PENERAPAN
yang akan dikembangkan TEKNIK SMOCK DAN
ECOPRINT DENGAN KONSEP
TREND BUSANA CASUAL

27
Berdasarkan alur kerangka berpikir diatas maka dapat disimpulkan
pengembangan busana Ready To Wear dengan penerapan Teknik smock dan ecoprint,
mengkhususkan pada model busana dan penggunaan bahan dalam mengembangkan
busana casual. Penulis juga memadukan warna-warna yang menjadi ciri khas konsep
trend busana casual. Dari memulai menentukan tema, desain, pemilihan bahan, hingga
pembuatan busana. Sehingga nantinya menghasilkan sebuah busana casual dengan
Teknik smock dan ecoprint.

K. METODE PENELITIAN
1. Rancangan penelitian Pengembangan
Menurut Sugiyono (2019:31), “metode penelitian dan pengembangan dapat
diartikan sebagai suatu cara ilmiah untuk meneliti, merancang, memproduksi dan
menilai produk yang telah dihasilkan”. Adapun Jenis penelitian ini menggunakan
penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Selain itu
Menurut Sofyan Assaurani (1990:235), pengembangan produk suatu kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan dalam menghadapi perubahan suatu produk kearah yang
lebih baik, sehingga dapat memberikan daya guna maupun daya pemuas yang lebih
besar. Sedangkan menurut Philip Kotler (1997:7), pengembangan produk merupakan
pengembangan dari konsep produk menjadi konsep fisik dengan tujuan meyakinkan
bahwa gagasan produk dapat diubah menjadi produk yang dapat digunakan.
Berdasarkan pemaparan yang ada di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan pengembangan produk merupakan suatu usaha yang di
lakukan secara sadar dan terencana kegiatan ini dilakukan untuk membuat suatu
perubahan pada suatu produk kearah yang lebih baik sehingga mampu menambah
nilai guna dan nilai jual dari produk tersebut. Dalam melakukan pengembangan
busana kerja peneliti menggunakan struktur model pengembangan yang sudah ada
yakni pengembangan model PPE (Perencanaan, Produksi dan Evaluasi). Struktur
model pengembangan ini di gunakan sebagai dasar dalam peneliti melakukan
pengembangan produk busana. Adapun tahapan yaitu dengan rincian sebagai berikut:

Planning Production Evaluation


(Perencanaan) (Produksi) (Evaluasi)

28
Tabel 1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian PPE
No Tahap Tahapan yang dilakukan
1 Planning (Perencanaan) Mencari konsep desain produk
Membuat mood board
Membuat desain produk
Merancang bahan yang digunakan
2 Production (Produksi) Tahap Persiapan ;
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan ruang kerja
Tahap Produksi ;
1. Mengukur model peraga
2. Membuat pola
3. Memotong bahan
4. Menjahit
Tahap Akhir;
1. Melakukan pengepasan
2. Penyetrikaan
3. Finishing (Penyelesaian)
3 Evaluation (Evaluasi) Uji produk pada busana kerja dengan konsep trend
busana Spirituality dengan memanfaatkan Uji
Kelayakan Produk dan uji kepenggunaan pada pengurus
balai KB

29
Model pengembangan ini bisa memberikan peluang untuk melakukan evaluasi
terhadap setiap tahap. Hal ini mampu memberikan pengaruh positif terhadap
pengembangan kualitas suatu produk pengembangan. Pengaruh positif yang
ditimbulkan tersebut dapat meminimalisir kesalahan atau kekurangan produk pada
tahap akhir model ini.
4. Prosedur Penelitian PPE
Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
produk tersebut (Sugiyono, 2012:407). Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian pengembangan model PPE menurut Richey dan Klein
(2009), yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Planning (Perencanaan)

Tahap pertama yaitu tahap perencanaan, dalam penelitian pengembangan ini


adalah perencanaan dalam pembuatan busana fantasi. Adapun beberapa hal yang
dilakukan pada tahap ini yaitu:
a. Menentukan sumber ide dan konsep yang akan diwujudkan dalam bentuk
busana ready to wear
b. Membuat mood board (desain kolase) sebagai pedoman atau acuan dalam
pengembangan kreativitas agar tidak menyimpang dari sumber yang telah
ditentukan sebelumnya.
c. Membuat beberapa desain sketsa berdasarkan karakteristik sumber ide yang
dipaparkan pada mood board.
d. Menentukan 2 buah desain yang paling sesuai dengan karakteristik sumber
ide yang akan diwujudkan nantinya.
e. Membuat desain ilustrasi dari kedua desain sketsa yang telah dipilih
berdasarkan karakteristik sumber idenya.
f. Menganalisis desain serta membuat desain produksi untuk memudahkan
dalam tahap selanjutnya.
g. Memilih model peraga serta mengambil ukuran yang diperlukan dalam
pembuatan busana kerja serta aksesoris dan milinerisnya.
h. Pembuatan pola dasar serta mengembangkannya sesuai desain dan ukuran
model peraga.

30
i. Membuat rancangan bahan serta harga untuk hasil jadi kedua produk busana
kerja yang dikembangkan.
j. Menyiapkan bahan sesuai rancangan yang telah dibuat.
2. Tahap Production (Produksi)

Tahapan kedua yaitu tahap produksi yang dilakukan dengan


mengembangkan konsep trend spirituality yang diambil untuk diwujudkan
menjadi sebuah produk. Dalam penelitian pengembangan ini akan menghasilkan
satu produk busana dengan mengambil sumber ide trend busana spirituality.
Adapun beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
a. Memotong bahan sesuai pola dan kampuh yang diperlukan.
b. Menjelujur semua bagian sehingga menjadi busana yang utuh.
c. Melakukan pengepasan awal dengan model peraga.
d. Melakukan perbaikan pada bagian-bagian yang kurang sesuai saat
pengepasan awal.
e. Menjahit semua bagian sehingga menjadi busana yang utuh.
3. Tahap Evaluation (Evaluasi)

Tahap ketiga ini dilakukan uji coba instrumen dan uji coba produk. Uji coba
instrumen dilakukan sebelum melakukan uji coba produk.
a. Pada uji coba instrumen ini menggunakan 2 orang ahli instrumen. Untuk
menjadi ahli instrumen harus memenuhi beberapa kriteria yaitu:

1) Berkompeten dalam bidang tata busana.


2) Memiliki keahlian dalam mengevaluasi instrumen.
3) Memiliki sertifikasi dalam bidang penilaian.
Berdasarkan persyaratan tersebut maka judge’s yang dipilih yaitu Putu
Agus Mayuni S.Pd., M.Si. dan Made Diah Angendari.S.Pd., M.Pd. dari program
studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga karena beliau orang yang berkompeten
dalam bidang busana, keahlian dalam mengevaluasi instrumen dan juga menjadi
pendidik
b. Pada uji coba produk menggunakan 2 orang ahli busana. Untuk menjadi ahli
busana harus memenuhi beberapa kriteria yaitu:

1) Berkompeten dalam bidang tata busana.


2) Memiliki sertifikasi dalam bidang penlilaian busana.

31
Berdasarkan persyaratan diatas maka yang memenuhi kriteria penilaian uji
produk yakni Nurfitria Hikmawati S.Pd karena beliau berkompeten dan salah satu
guru SMK Negeri 3 Kota Bima dan Suharni S.Pd dari SMK Negeri 3 Koa Bima
karena beliau memiliki pengalaman dan berkompeten menjadi guru tata busana.

5. Definisi Konseptual
Definisi konseptual diperlukan untuk memperjelas definisi dari variable-
variabel dalam penelitian ini. Berikut adalah definisi dari variabel-variabel tersebut:

1. Busana ready to wear atau dalam bahasa Indonesia siap pakai merupakan busana
yang material dan bahan yang digunakan untuk membuat pakaian siap pakai
umumnya lebih murah dan tidak dijahit khusus menggunakan tangan melainkan
mesin jahit dan dalam jumlah yang banyak dengan beragam ukuran. Harga yang
ditawarkan pun terjangkau oleh pasar. Koleksi busana siap pakai ini biasanya
terbagi dua atas; koleksi perancang busana dan koleksi konfeksi (Diasti, 2007).
Ready-to-wear adalah translasi dari bahasa Perancis yaitu prêt- a-porter yang
memiliki definisi berhubungan dengan pakaian terutama designer clothing yang
dipasarkan dalam kondisi selesai dan dalam ukuran yang sesuai standar (Apriliza,
2016).
2. Smock adalah teknik jahit kain yang menyebabkan kain mengerut dan
memunculkan bentuk-bentuk yang indah. Kain yang telah di-smock biasanya
digunakan untuk pelengkap interior dan penghias busana.Sebaiknya kain yang
digunaka adalah kain yang mengkilat seperti satin atau higyt (semacam kaos) dan
dan bermotif polos. Dalam pembuatan kain bersmock ini diperlukan kesabaran
dan ketelitian.(Delima et al., 2018)
3. Sesuai namanya ecoprint dari kata eco asal kata ekosistem (alam) dan print yang
artinya mencetak, teknik ini dibuat dengan cara mencetak dengan bahan-bahan
yang terdapat di alam sekitar sebagai kain, pewarna, maupun pembuat pola motif.
Bahan yang digunakan berupa dedaunan, bunga, batang bahkan ranting. Ecoprint
menggunakan unsurunsur alami tanpa bahan sintetis atau kimia. Penggunaan
bahan alam merupakan ciri khas membatik dengan teknik ecoprint (Fatmala,
2020:1143).
6. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Busana Kerja Berbahan
Kain tenun Motif Subahnale

32
1) Variable Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat variabel yaitu pengembangan busana Ready To
Wear dengan penerapan Teknik smock dan ecoprint.
2) Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat variabel yaitu pengembangan busana Ready To
Wear dengan penerapan Teknik smock dan ecoprint. Merupakan pengembangan
suatu busana yang di buat sebagai pengembangan Teknik busana.
7. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
1) Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas produk ialah dengan metode
kuisoner/angket. Secara umum yang dimaksud dengan instrument adalah suatu
hal yang digunakan dalam memperoleh data, menjawab dan memecahkan
masalah yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini
instrument pengumpulan data yang digunakan ialah kuisoner dari ahli busana.
Kuisoner atau angket merupakan Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2009:199). Instrument kuisoner pada penelitian pengembangan ini
digunakan untuk memperoleh data dari ahli busana sebagai bahan mengevaluasi
produk yang dikembangkan. Sebelum instrument kuisoner ini dapat dipergunakan
perlu diuji oleh pakar.
2) Uji Validitas Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
pertanyaan dalam penelitian. Instrumen penelitian diuji oleh pakar instrumen
yang kompeten di bidangnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
instrumen berupa lembar kuisioner yang berkaitan dengan rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu kualitas produk busana Ready To Wear dengan Teknik
smock dan ecoprint yang diperoleh dari penilaian dua orang ahli di bidang
busana.
Kuisioner atau angket adalah teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan
dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2010:199). Instrumen penelitian yang dibuat dalam bentuk kuisioner

33
ini digunakan sebagai acuan dalam menilai kualitas produk yang dihasilkan
melalui penilaian ahli busana.
Berikut kisi-kisi instrument yang terdapat pada angket untuk mengumpulkan data
dalam penelitian penerapan ini

Tabel 2
Kisi-kisi Penyusunan Rubrik Penilaian Pengembangan Busana Ready To Wear
dengan penerapan Teknik Smock dan Ecoprint.

No Variabel Sub Indikator Butir Jumlah


Variab
el

1 Pengembangan Desain 1. Kesesuaian 1. Bentuk desain 1


busana ready to Busana Desain atau rancangan
wear dengan Busana busana yang
penerapan ready to diciptakan
teknik smock wear sesuai dengan
dan ecoprint dengan kriteria busana
penerapan ready to wear
teknik 2. Warna desain 1
smock dan busana ready to
ecoprint wear dengan
penerapan

34
teknik smock
dan ecoprint

Busana 2. Kesesuaian 1. Bentuk busana, 1


Ready busana warna busana,
To ready to busana ready to
Wear wear wear dengan
dengan penerapan
penerapan teknik smock
teknik dan ecoprint
smock dan 2. Busana Ready 1
ecoprint To Wear yang
dikembangkan
sesuai dengan
karakteristik
ready to wear

Busana 3. Hasil akhir 1. Hasil busana 1


ready to pengembang ready to wear
wear an busana sesuai dengan
ready to kriteria busana
wear ready to wear.

2. Kesesuaian 1
warna desain
dengan warna
bahan yang
digunakan pada
busana ready to
wear

3. Kesesuaian 1
penggunaan
teknik smock
dan ecoprint
dengan kriteria

35
busana ready to
wear

4. Kesesuaian 1
daya pakai
untuk
masyarakat

4. Kesesuaian 1. Mengaplikasikan 1
teknik jahit Teknik jahit
dengan yang tepat di
karakteristik dalam proses
busana ready pembuatan
to wear busana kerja
sesuai dengan
karakteristik
model (desain
busana)

5. Aksesoris 1. Mengaplikasikan 1
mendukung aksesoris
tampilan pendukung
busana ready penampilan
to wear busana ready to
dengan wear
penerapan
teknik
smock dan
ecoprint

36
DAFTAR PUSTAKA

37

Anda mungkin juga menyukai