Diusulkan Oleh :
Amalia Rizki Yudistira
(NIM : 17015)
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
DIPLOMA 1 KIMIA ANALISIS
POLITEKNIK AKADEMI KIMIA ANALISIS
BOGOR
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Halaman
DAFTAR ISI iii
PENDAHULUAN 4
Latar Belakang Masalah 4
Tujuan 7
Ruang Lingkup 7
Manfaat 7
TINJAUAN PUSTAKA 8
Gambaran Umum Perusahaan 8
Proses Penyempurnaan Pada Kain 9
PELAKSANAAN 16
Lokasi Pelaksanaan 16
Jadwal Pelaksanaan 17
Pelaksana Magang Industri 18
PENUTUP 19
BIODATA PELAKSANA 20
DAFTAR PUSTAKA 21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata tekstil berasal dari bahasa latin (bahasa Yunani Kuno), yaitu kata
texere yang berarti menenun yaitu membuat kain dengan cara penyilangan atau
penganyaman dua kelompok benang yang saling tegak lurus sehingga membentuk
anyaman benang-benang yang disebut kain tenun.
Selanjutnya kata kain tenun itu sendiri berubah menjadi tekstil atau
bahan tekstil yang identik dengan pengertian bahan pakaian karena pada
umumnya kain tenun digunakan untuk bahan pakaian.
Tekstil pada mulanya diciptakan untuk melindungi tubuh manusia dari
gangguan cuaca atau alam sekitarnya yang kemudian berkembang menjadi pelengkap
dalam upacara, rumah tangga, simbol kebesaran pemakai, media ekspresi seni, dsb.
Tekstil dapat memiliki banyak faset (segi) yang meliputi antropologi (sosial dan
budaya), karena dapat menunjukan tatanilai atau adat istiadat dari suatu masyarakat,
atau arkeologi karena dapat melahirkan sejumlah informasi dan eksplanasi dasar pada
evolusi budaya. Tekstil dapat pula menampilkan informasi teknologis karena prooses
pembuatannya menerapkan sejumlah teknik, seperti: teknik tenun dan pewarnaan.
Atribut formal dan stilistik kain, seperti: pola, corak warna, dan ragam hias
(motif) tekstil telah dapat diurutkan seecara kronologis dari jaman paling awal sampai
abad modern sekarang. Keanekaragaman hiasan pada tekstil Indonesia dapat dianggap
memiliki keagungan, seperti perlambang yang bersifat magis.
Seperti halnya barang organik pada umumnya, tekstil sangat rentan atau
mudah mengalami kerusakan. Prosees kerusakan tekstil dapat terjadi secara fisik
maupun kimiawi,seperti: robek, noda, pelapukan/pembubukan, dan korosi. Pengaruh
lingkungan seperti cahaya, kelembaban, suhu udara, dan polusi merupakan penyebab
utama terjadinya proses kerusakan. Kondisi lingkungan Indonesia yang beriklim
tropis, serta jenis bahan tekstil yang merupakan sumber makanan (nutrien) bagi
organisme hidup telah menjadikan tekstil sebagai sasaran serangga atau jamur.
Di Eropa pengetahuan tentang pakaian diantaranya mantel berbulu yang
dijahit dari jaman sekitar 3000-2000 SM yang ditandai dengan penemuan anak torak
yang terbuat dari tulang dan kayu. Bahkan di Britania Raya (Inggris) ditemukan pula
fragmen tekstil dari jaman pertengahan perunggu yang terbuat dari wool dan linen.
Sebagai bahan perbandingan, di benua Amerika tepatnya Peru ditemukan fragmen
tekstil dari jaman Inca dan Pra-Inca (sekitar 2000 SM) dan di Asia tepatnya di
Indonesia didapatkan pula fragmen tekstil dengan teknik ikat lungsi dari jam
perunggu (antara abad ke-8 dan ke-2 SM).
Tinjauan arkeologis terhadap tekstil tradisional Indonesia mungkin sejak
ditemukannya fragmen hasil eksavasi di Bali, yang kemudian setelah direkonstruksi
menunjukan bahwa benda tersebut adalah fragmen tekstil dengan teknik ikat. Mereka
menuliskan informasi tentang tekstil indonesia sebagai perkembangan teknik
menenun. Bahkan ada ahli yang berpendapat pengetahuan orang Indonesia tentang
tekstil itu diawali dengan teknik menganyam daun atau serat kulit pohon, sebelum
mencapai tingkat teknologi yang tinggi seperti sekarang ini.
Benang tenunan yang biasa disebut dengan tekstil atau kain dan
berkomposisikan dariserat-serat yang dipilin/dipintal (benang) adalah bahan berserat
dan bersususun yang biasa digunakan sebagai aseptor zat warna untuk membentuk
motif atau pola hias
Ada sekitar 14 serat alam dan 4 serat buatan (sintetis) digunakan pada tekstil-
tekstil Indonesia. Pada tulisan terpisah, diperkenalkan teknik analisa serat
membuktikan spesifikasi serat tersebut. Tujuan lain identifikasi serat-serat tekstil
adalah untuk mengenali sifat fisik dan kimia serat. Misalnya serat tumbuhan yang
disebut dengan serat selulose, berkomposisikan: karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O) dengan formula [C6H10O5]n sangat peka terhadap asam kuat. Sifat fisik
lain dari serat adalah higrokopis atau mudah menyerap uap air.
Benang merupakan bahan dasar sekunder dalam proses pembuatan kain.
Benang-beenang ini sangat menentukan tingkat kehalusan dan kekuatan barang
tenunan. Beberapa ahli telah mengamati tekstil tradisional Indonesia yang cenderung
berpilin tunggal dan lemah (sedikit jumlah pilinannya persatuan panjang benang).
Bahan dasar yang diperlukan untuk membuat barang tenunan/kain secara
prinsip adalah serat yang dapat dipilin/dipintal kemudian dapat ditenun membentuk
barang tenunan/kain.
Pada saat ini dipasaran sering ditemukan kualitas kain yang kurang baik
seperti kain yang mudah robek, warna yang tidak dapat tercetak sempurna dalam
proses printingnya, hasil warna yang tidak solid, dan warna yang mudah luntur ketika
dilakukan pencucian. Hal tersebut dimungkinan berasal dari proses bleachingnya
(pengelantangan) yang kurang sempurna.
Beberapa proses yang terjadi dalam bleaching :
1. Proses Persiapan
A. Penumpukan (Pile Up)
B. Penjahitan (Sewing)
C. Pemeriksaan Grey (Inspecting Grey)
2. Proses Pemutihan
A. Singeing (Bakar Bulu)
B. Desizing (Penghilangan Kanji)
C. Scouring (Pemasakan)
D. Bleaching (Pengelantangan)
E. Mercerizing (Merserisasi)
F. Penganjian
G. Stentering (Pengkerutan)
3. Proses Making Up
A. Calendering (Penghalusan)
B. Inspecting Cambric (Pemerksaan Kain)
C. Cutting (Pemotongan)
D. Packing (Pengemasan)
Dalam proses inilah yang nanti setiap tahapannya harus diawasi dan dilakukan
secara tepat sesuai dengan Standar Operasinal Prosedur (SOP) yang berlaku agar
menghasilkan kain berkualitas yang sesuai dengan keinginan pasar.
Tujuan
Ruang Lingkup
Manfaat
PENUMPUKAN
(Pile Up)
PENJAHITAN
(Sewing)
PEMERIKSAAN GREY
(Inspecting Grey)
BAKAR BULU
(Singeing)
PENGHILANGAN KANJI
(Desizing)
PEMASAKAN
(Scouring)
PENGELANTANGAN
(Bleaching)
PENCUCIAN
(Washing)
PENGANJIAN MERSERISASI
(Mercerizing)
PENGATURAN PENGANJIAN&
LEBAR PENGATURAN LEBAR
(Stentering) (Penganjian & Stentering)
PENGKERUTAN
(Sanforize)
PEMOTONGAN
Pemutihan
(Cutting)
PENGEMASAN
Making Up
(Packing)
KONSUMEN Output
METODE MAGANG INDUSTRI
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Observasi dan
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
dan Saran
Lokasi Pelaksanaan
2 Studi Literatur
3 Observasi
6 Penyusunan Laporan
Pelaksana Magang Industri
2. SMK-SMTI Yogyakarta
Jl. Kusumanegara No. 3 Semaki, Umbulharjo,
Kota Yogyakarta, DIY 55166
Fax : (0274) 512121
Phone : (0274) 513201/512125
PENUTUP