Disusun oleh :
BAB I
PERCOBAAN 1 TRANSFORMATOR
1.1 Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja dari transformator
2. Menentukan parameter –parameter trafo dari test beban nol
3. Menentukan efisiensi dan regulasi transformator berbeban
1.2 Peralatan
1. Single Phase Isolating Transfmator 1 buah
2. RMS meter 4 buah
3. Power Meter 2 buah
4. Power Factor Meter 2 buah
5. Pengaman 1 A 1 buah
6. Panel Sumber satu phasa 1 buah
7. Beban resistip (panel lampu) 1 unit
8. Lampu pijar ( 5W,10W,15W,25W,60W) 4 buah
9. Beban induktif (1,2H ,2,4H ,6 H) 1 unit
10. Beban capasitif (8 uF dan 16 uF) 1 unit
11. Kabel jumper 20 buah
2
BAB II
DASAR TEORI
Trafo menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik oleh PLN
hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Trafo lainnya
menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan untuk setiap
rumah tangga maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan
AC 220Volt.
supaya dapat digunakan pada tegangan kontrol 5V, 12V, dsb.Sama halnya
dengan rangkaian kontrol motor pada pabrik, transformator disini digunakan
untuk mengenergize dan mengdienergize kontraktor yang digunakan untuk
mematikan dan menghidupkan motor induksi.
seorang ilmuwan yang bernama Faraday. Sebuah trafo akan bekerja jika terdapat
perubahan fluks magnetik. Untuk itulah mengapa trafo hanya bisa digunakan pada
arus bolak-balik (AC) dan tidak dapat bekerja dengan arus DC.Arus bolak balik
yang mengalir pada kumparan primer transformator menimbulkan arus yang
berubah-ubah pula sehingga fluks magnetik akan mengalir melalui inti besi dan
melewati kumparan sekunder. Akibat dari induksi magnetik yang berubah-ubah
maka akan timbul fluks magnetik yang berubah-ubah juga. Dari fluks magnetik
yang berubah-ubah ini akan menimbulkan gaya gerak listrik (ggl) induksi.Jika
arus yang dialirkan melalui kumparan primer semakin besar, maka medan magnet
yang dihasilkan juga akan semakin besar yang dialirkan ke kumparan sekunder.
Pada kumparan sekunder terjadi perubahan gaya gerak listrik yang akan
berpengaruh pada nilai tegangan dan arus yang dihasilkan tergantung dari
banyaknya perbandingan antara kumparan primer dan kumparan sekunder. Dari
sini lah terjadi perubahan arus dan tegangan yang lebih tinggi atau lebih rendah
dari sebuah transformator.
pada Trafo ini sering disebut juga dengan Rugi Daya atau dalam bahasa Inggris
disebut dengan Power Loss.
1) Core Losses atau Iron Losses
Core Losses atau Iron Losses adalah kehilangan daya pada
Tranformator yang dikarenakan oleh Inti Besi Transformator itu sendiri. Terdapat
dua faktor yang menyebabkan terjadinya Core Loss yaitu kerugian arus Eddy
(Eddy Current) dan kerugian histeresis (Hysteresis loss). Kedua Kerugian ini pada
dasarnya tergantung pada sifat magnetik bahan yang digunakan untuk konstruksi
inti transformator (trafo).
a. Kerugian Arus Eddy (Eddy Current Loss) – pada Transformator atau
Trafo, arus listrik AC yang dipasok ke kumparan primer akan membentuk
fluks medan magnet yang bergantian. Apabila fluks medan magnet tersebut
terhubung ke kumparan sekunder maka akan menyebabkan induksi gaya
gerak listrik atau biasanya dikenal dengan induksi GGL. Tetapi terdapat pula
beberapa bagian fluks magnet yang menginduksi ke bagian konduktor
lainnya yaitu ke Inti besinya Trafo (Tranformer Core) tersebut yang
kemudian akan menyebabkan sirkulasi arus kecil didalamnya. Arus tersebut
disebut dengan Arus Eddy (Eddy Current). Karena Arus Eddy inilah
beberapa energi akan terdisipasi dalam bentuk panas.
b. Kerugian Histerisis (Hysterisit Losses) – Kerugian Histeris pada
trafo ini disebabkan oleh pembalikan magnetisasi pada inti transformator.
Kehilangan atau kerugian ini tergantung pada volume dan kadar besi yang
digunakan untuk konstruksi inti besi trafo, frekuensi pembalikan magnetik
dan nilai kerapatan fluks.
2) Copper Losses
Copper losses adalah kehilangan daya pada Trafo yang diakibatkan
oleh resistansi pada kumparan atau lilitan pada trafo itu sendiri. Copper Loss pada
Kumparan Primer adalah I12R1 dan Copper Loss pada Kumparan Sekunder adalah
I22R2. Dimana I1 dan I2 adalah arus pada masing-masing kumparan primer dan
kumparan sekunder sedangakn R1 dan R2. adalah resistansi pada masing-masing
9
BAB III
CARA KERJA
A
~
V V
~ ~
1 ~
3 ~
A
~ PF
220 : 110
V V
~ ~
220 V
Ga
mbar 3.3 Rangkaian percobaan Trafo Berbeban
3.4 Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan transformator ?
2. Jelaskan prinsip kerja transformator ?
3. Apa yang dimaksud trafo step-up dan trafo step-down ?
4. Jelaskan Prinsip efisiensi dari transformator berbeban?
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
D
28
AFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PERCOBAAN 2
PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK
(MOTOR DC SERI)
Disusun oleh :
BAB I
Percobaan 2 Motor DC Seri
1.1 Peralatan
a. 1 unit Series wound machine
b. 1 unit Control unit 0.3
c. 1 unit Magnetik Power Brake
d. 1 unit Extra low/Low Voltage
e. 1 unit Starter
f. 1 unit on-off switch
g. 1 unit Volt Meter
h. 1 unit Ampere Meter
i. Kabel jamper secukupnya
2
BAB II
DASAR TEORI
jangkar. Oleh karena itu karaktersitik berbentuk para bola seperti ditunjukkan
pada gambar .
3. Karakteristik kecepatan-torsi
Karakterisk ini diperoleh dari kenyataan bahwa bila kecepatannya
besar, maka torsinya kecil, dapat dilihat pada gambar .
4
BAB III
LANGKAH PERCOBAAN
V
M
3~
B2 B1
A1 A2
=
3~
47 Ω Starter
A V
1B1
n
1B2
A1
Magnetic
MSr TG Powder
Brake
A2 2B1
2B2
D2 D1
n (rpm)
7
+
DC 0 – 250 v
-
47 Ω Starter
A V
1B1
n
1B2
A1
Magnetic
MSr TG Powder
Brake
A2 2B1
2B2
D2 D1
n (rpm)
3.4 Pertanyaan
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
19
20
21
22
PERCOBAAN 3
(MOTOR DC SHUNT)
Disusun oleh :
BAB I
Percobaan 3 Motor DC Shunt
1.3 Peralatan
a. 1 unit Shunt wound machine
b. 1 unit Control unit 0.3
c. 1 unit Magnetik Power Brake
d. 2 unit Extra low/Low Voltage
e. 1 unit Starter
f. 1 unit field regulator
g. 1 unit Pengaman 2 A
h. 1 unit Volt Meter
i. 2 unit Ampere Meter
j. Kabel jamper secukupnya
2
BAB II
DASAR TEORI
1. Karakteristik Ta/Ia
Di dalam motor DC, torsi jangkar Ta dinyatakan sebagai Ta = ɸIa. Dengan
demikian, karakteristik Ta/Ia motor DC shunt merupakan garis lurus yang melalui
titik asal seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Torsi poros (Tsh) lebih kecil
dibandingkan Ta dan ditunjukkan oleh garis putus-putus. Jelas terlihat pada kurva
bahwa dibutuhkan arus yang cukup besar untuk menstart motor dengan beban
yang berat. Oleh karena itu, motor DC shunt tidak boleh distart dalam keadaan
berbeban berat.
2. Karakteristik n/Ia
Fluksi Φ dan GGL lawan Ea di dalam motor DC shunt hampir konstan di
bawah kondisi normal. Dengan demikian, kecepatan motor DC shunt selalu
konstan walaupun arus jangkar berubah-ubah nilainya. Dengan kata lain, ketika
beban bertambah, Ea ( Vt - IaRa) dan Φ berkurang akibat jatuh tegangan pada
tahanan jangkar dan reaksi jangkar. Ea berkurang lebih sedikit daripada Φ
sehingga kecepatan motor menurun sedikit dengan pertambahan beban (garis AC)
seperti terlihat pada Gambar 2.4.
3. Karakteristik n/Ta
Terdapat sedikit penurunan kecepatan motor DC shunt dari kondisi tanpa
beban sampai beban penuh. Dengan demikian, dapat dianggap sebagai motor
kecepatan konstan. Torsi start-nya tidak tinggi karena Ta ~ I.
4
tersebut perlu dikenali karena dalam kabel listrik tertuliskan tegangan yang
mampu digunakan oleh kabel listrik. Tegangan Sangat Rendah adalah tegangan
yang berkisar sampai 50 V. Tegangan Rendah (Low Voltage = LV) adalah
tegangan rendah yang berkisar antara 50 volt – 1000 volt (1 KV). Jenis kabel yang
digunakan juga harus mampu digunakan pada tegangan 50 volt – 1000 volt (1
KV).
2.5 Starter
Bila sebuah motor arus searah langsung dihubungkan dengan jaringan,
maka pada saat pertama itu tahanan balik yang dibangkitkan adalah nol sehingga
tahanan angker yang kecil, langsung dihadapkan pada tegangan jaringan yang
penuh. Arus yang dibangkitkan hanya ditentukan oleh koefisien dari tegangan
jepit dan tahanan dari angkernya. Maka arus hubungan pendek ini pada umumnya
bernilai tinggi sekali. Hal ini akan merusak belitan jangkar, komutator, dan sikat
arang. Agar arus starting kecil, maka ditambahkan tahanan depan pada rangkaian.
Setelah motor berputar sampai dicapai putaran nominalnya tahanan depan tidak
difungsikan lagi. 17 Untuk menghidupkan Motor DC yang mempunyai daya yang
kecil, dapat dilakukan dengan cara menghubungkannya langsung ke sumber
tegangan searah atau melalui Saklar Daya. Gambar rangkaian Motor DC dengan
daya kecil dan arus starting yang dihasilkan oleh Motor DC berdaya kecil,
ditunjukkan oleh gambar berikut;
Gambar 2.3 Rangkaian Motor DC berdaya kecil dan arus start yang dihasilkan
Pada Motor DC berdaya besar maka jika dihidupkan dengan cara langsung
maka dikuatirkan bisa merusak motor, akibat terpaan arus starting yang
menyertainya. Gambar rangkaian Motor DC dengan daya besar dan arus starting
yang dihasilkan oleh Motor DC berdaya besar, ditunjukkan oleh gambar. Kondisi
motor DC pada saat ini yaitu kondisi saat arus start diberikan tetapi tidak
menggunakan tahanan depan.
6
Gambar 2.4 Rangkaian Motor DC berdaya besar dan arus start yang dihasilkan (tidak
menggunakan tahanan depan)
A. Bagian-bagian Voltmeter
1. Terminal Positif
2. Batas Ukur
3. Setup pengatur fungsi
4. Jarum penunjuk
5. Skala tinggi dan rendah
B. Cara Menggunakan Voltmeter
1. Rangkai komponen yang memiliki potensial berbeda secara paralel.
2. Sesuaikan rangkaian arus yang mana harus searah dengan pemasangan
kutub-kutub voltmeter.
3. Pastikan bahwa kutub positif dan negatif memiliki potensial yang berbeda.
Dari keduanya, kutub positif memiliki potensial yang tinggi.
7
4. Periksa kabel hitam, biru, dan merah, jika ada penyimpangan mengarah ke
kiri berarti pemasangannya terbalik. Namun, hal itu tidak akan menjadi
masalah untuk rangkaian arus bolak balik.
BAB III
LANGKAH PERCOBAAN
R
A
A1
R1
R2
E2 V
M
E1
3 ~
A2
B2 B1
A1 A2
R
A
+
=
3 ~
-
R 2
R 1
DC 0 - 250 V
-
47
STARTER
+
A
DC 0 - 250 V
-
1B 1
A
1B 2
E1
A1 n
0,25 A
TG MPB
MSh
E2
A2
2B 1
2B
2
n (rpm)
DC 0 - 250 V
-
47
STARTER
+
A
DC 0 - 250 V
-
1B 1
A
1B 2
E1
A1 n
0,25 A
TG MPB
MSh
E2
A2
2B 1
2B
2
Ia
(Amper)
12
n (rpm)
RANGKAIAN 2
S2
RANGKAIAN 1
S1
S
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
25