Anda di halaman 1dari 139

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan

kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu

fokus pendidikan di Indonesia. Perlu diadakan berbagai tindakan dalam upaya

peningkatan kualitas pendidikan. Salah satunya dengan mengadakan perbaikan

dalam proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran banyak komponen yang mempengaruhi hasil

belajar antara lain sebagai berikut: bahan atau materi yang dipelajari, model

pembelajaran, metode pengajaran yang dilakukan, siswa dan guru sebagai subyek

belajar (Sudjana 2001:39). Komponen-komponen tersebut saling terkait satu sama

lain sehingga melemahnya satu komponen akan menghambat pencapaian tujuan

pembelajaran secara optimal.

Berdasarkan teori belajar tuntas, peserta didik dipandang tuntas belajar

jika ia mampu menguasai minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.

Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu mencapai

minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas

tersebut (Mulyasa 2004:99).

Berdasarkan hasil Pengalaman penulis sebagai guru mata pelajaran kimia

SMA Negeri 1 Lubuk Sikaping bahwa hasil ulangan harian beberapa siswa kelas XI-

IPA masih dibawah tingkat ketuntasan belajar. Hasil tes mid semester 2 menunjukkan

1
2

bahwa 65% dari jumlah siswa kelas XI-IPA1 maupun XI-IPA2 memperoleh nilai

kurang dari 65, sedangkan rata-rata kelas untuk XI-IPA1 dan XI-IPA2 adalah

44,69 dan 46,19. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan oleh beberapa hal,

baik yang berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang kurang

memadai.

Banyak siswa yang beranggapan bahwa kimia merupakan mata pelajaran

yang sulit sehingga siswa kurang berminat dengan mata pelajaran kimia. Saat

pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran

kimia. Siswa merasa malu dan takut bertanya kepada guru, walaupun ia belum

memahami materi yang diajarkan. Hal ini menyebabkan materi pelajaran tidak

dapat dipahami siswa secara utuh.

Selama ini peneliti sebagai guru menggunakan metode ceramah, tugas

individual dan tanya jawab dalam proses pembelajaran di kelas. Secara

klasikal guru menjelaskan materi pelajaran kemudian diakhiri dengan tugas

individual yang harus dikerjakan siswa di rumah. Kegiatan pembelajaran

masih berpusat pada guru sehingga siswa merasa bosan dan kurang berperan aktif

dalam proses pembelajaran. Cara ini ternyata kurang efektif untuk mencapai

standar ketuntasan belajar sesuai yang ditetapkan dalam Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi bahwa hanya 35% dari

jumlah siswa kelas XI- IPA1 yang mencapai tingkat ketuntasan belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2002:51) berpendapat bahwa proses pembelajaran

akan lebih efektif apabila siswa lebih aktif berpartisipasi dalam proses
3

pembelajaran. Dengan berpartisipasi siswa akan dapat memahami pelajaran dari

pengalamannya sehingga akan mempertinggi prestasi belajarnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi

siswa dalam proses pembelajaran yaitu dengan pembelajaran kelompok. Model

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat digunakan

untuk mengatasi masalah di atas karena model pembelajaran STAD menuntut

siswa untuk aktif bekerja sama dalam kelompok. Adanya penghargaan kelompok

di dalam model pembelajaran STAD membuat siswa lebih termotivasi untuk

meningkatkan hasil belajarnya. Selain itu STAD merupakan model pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana dan merupakan sebuah pendekatan yang baik

untuk guru yang baru memulai menerapkan kooperatif dalam kelas (Slavin 2004).

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang heterogen untuk saling

membantu satu sama lain dalam belajar (Ibrahim, dkk 2000:20). Belajar kelompok

memungkinkan siswa lebih terlibat aktif dalam belajar karena ia mempunyai

tanggung jawab yang lebih besar dan memungkinkan berkembangnya daya

kreatifitas pada siswa. Belajar kooperatif mengkondisikan siswa belajar dari

pengalaman dan partisipasi aktif dalam menyelesaikan persoalan atau

permasalahan yang diberikan oleh guru. Adanya interaksi siswa dalam kelompok

memungkinkan siswa tidak segan bertanya pada teman sekelompoknya untuk

dapat memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dari b e b e r a p a penelitian dengan metode STAD yang sudah dilakuakan

bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD lebih efektif jika
4

dibandingkan dengan pembelajaran Konvensional. Model pembelajaran STAD

dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran sehingga tingkat

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran juga meningkat.

Tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan dapat diketahui

dari hasil belajar siswa setelah menempuh satu pokok bahasan (Arikunto

2002:35). Alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar biasanya

berupa tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan. Hasil belajar siswa yang

rendah menandakan bahwa siswa tersebut belum menguasai materi. Apabila hal

ini terjadi maka sulit untuk mengulangi materi sebelumnya karena banyaknya

materi yang telah diberikan.

Evaluasi harus sering diadakan untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi yang diberikan. Salah satunya yaitu dengan memberikan tes (kuis)

pada setiap akhir pertemuan. Kuis ini berupa soal-soal yang diberikan untuk

dikerjakan secara individual (Slavin 1995:73). Berdasarkan hasil dari kuis ini

dapat diketahui bagian mana yang belum dikuasai oleh siswa, ini dapat dilihat dari

jawaban siswa yang salah.

Saat meneliti jawaban dari siswa, guru biasanya hanya menunjukkan letak

kesalahan dari pekerjaan siswa, tanpa memberitahukan jawaban yang benar dan

bagaimana cara mencapainya. Hal ini mengakibatkan siswa tidak termotivasi

untuk mencari jawaban yang benar. Siswa mungkin melakukan kesalahan yang

sama saat mengerjakan soal yang serupa, sehingga siswa sulit untuk

meningkatkan hasil belajarnya.

Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah di atas

yaitu dengan memberikan umpan balik kuis. Umpan balik kuis berupa pemberian

nilai, saran/komentar serta pembahasan secara tertulis dalam lembar pekerjaan


5

siswa. Umpan balik ini berisi informasi mengenai hasil pekerjaan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal kuis. Informasi ini bukan sekedar memberikan serta

menyampaikan saran, komentar dan pembahasan kembali jawaban soal-soal kuis

tersebut tetapi siswa akan lebih termotivasi dalam melakukan kegiatan belajar

(Gunawan 2003:195).

Pemberian umpan balik kuis ini secara umum bertujuan agar siswa

mengetahui letak kesalahannya sehingga pada akhirnya siswa akan dapat

mengerjakan soal-soal semacam itu sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh

guru. Dengan demikian siswa diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang sama

saat mengerjakan soal yang serupa. Guru sebaiknya segera mengoreksi dan

memberikan umpan balik pada pekerjaan siswa, selanjutnya segera

mengembalikannya kepada siswa. Cara ini akan lebih efektif karena siswa dapat

segera memperbaiki kesalahan dalam mengerjakan soal.

Yuliati (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil belajar

siswa pada pokok bahasan Hidrokarbon yang diberi umpan balik hasil ulangan

lebih baik dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian umpan balik hasil ulangan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Namun peningkatan hasil belajar siswa tidak hanya

dipengaruhi oleh umpan balik hasil ulangan tetapi banyak faktor yang lain,

misalnya: metode dan model pembelajaran yang digunakan.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan menggabungkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan umpan

balik dalam usaha meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI-IPA SMA

Negeri 1 Lubuk Sikaping.


6

Dengan judul Penelitian “Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA

Negeri 1 Lubuk Sikaping dengan memberikan umpan balik kuis dalam model

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)”

1.2 Identifikasi Masalah

Sebelum dipilih metode atau pendekatan dalam proses pembelajaran

terlebih dahulu dilakukan identifikasi masalah yang menyangkut kekurangan

proses pembelajaran kimia.

a. Kondisi siswa

1) Siswa kurang berminat dan kurang aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran.

2) Siswa malu bertanya dan kurang menguasai materi pelajaran secara utuh.

3) Siswa beranggapan bahwa kimia merupakan mata pelajaran yang sulit.

4) Hasil belajar siswa yang kurang dari standar ketuntasan belajar.

b. Kondisi guru

1) Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi sehingga

mungkin siswa mengalami kebosanan.

2) Guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi

secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3) Guru enggan memberikan umpan balik sehingga siswa hanya mengetahui

letak kesalahannya, namun tidak mengetahui bagaimana cara

membenarkannya. Hal ini menyebabkan siswa mungkin melakukan

kesalahan yang sama pada ulangan berikutnya.

Keadaan di atas menyebabkan hasil belajar kimia siswa relatif rendah

sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus untuk meningkatkan hasil belajar


7

siswa.

1.3 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang menjadi

bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah “apakah pemberian umpan balik

kuis dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 1

Lubuk Sikaping , sehingga mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal”.

1.4 Cara Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, siswa kurang aktif dalam proses

pembelajaran karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Tidak adanya

umpan balik dari guru akan berdampak pada rendahnya hasil belajar. Jika

permasalahan ini tidak dipecahkan akan berdampak prestasi belajar siswa tidak

memuaskan. Pemecahan masalah yang dipilih dalam penelitian ini adalah

memperbaiki pendekatan pembelajaran.

Karakteristik mata pelajaran kimia pokok bahasan Hidrolisis, Kelarutan

dan Hasil Kali Kelarutan yaitu sebagai berikut:

a. Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan merupakan pokok bahasan

baru, yang diberikan pada siswa kelas XI semester 2.

b. Pokok bahasan ini tergolong materi yang cukup kompleks karena selain

menguasai konsep materi siswa juga harus memiliki kemampuan numerik

dalam melakukan perhitungan kimia.

c. Perlu adanya banyak latihan secara langsung dan tugas mandiri.

Dari uraian di atas maka pendekatan yang dipilih yaitu dengan

memberikan umpan balik kuis dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.


8

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah

pemberian umpan balik kuis dalam model pembelajaran STAD dapat

meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI semester 2 SMA Negeri 1

Lubuk Sikaping , sehingga mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.

2) Siswa akan mengetahui letak kekurangannya sehingga siswa akan

berusaha untuk memperbaiki kesalahannya sesuai dengan pentunjuk guru.

b. Bagi guru

Apabila ternyata pemberian umpan balik kuis dalam model

pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa maka ini

merupakan informasi penting bagi guru untuk mengembangkan metode

pemberian umpan balik yang lebih efektif serta pemilihan model pembelajaran

yang tepat.

c. Bagi sekolah

Apabila ternyata pemberian umpan balik kuis dalam model

pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa, maka

dapat meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Lubuk Sikaping .


10

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Belajar

Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan

yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pembelajaran bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa.

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang

karena pengalaman (Darsono 2000:4). Konsep tentang belajar menurut Anni

(2004:2-3) mengandung tiga unsur utama, yaitu perubahan perilaku, adanya

proses pengalaman dan bersifat relatif permanen.

Hamalik (2001:27) menyatakan bahwa, belajar adalah proses perubahan

tingkah laku yang mantap sebagai akibat dari latihan. Belajar merupakan suatu

proses atau kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

mengingat tetapi lebih luas lagi, yakni mengalami.

Menurut pendapat Djamarah dan Zain (2002:11), belajar adalah proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Berdasarkan

pengertian ini diketahui bahwa seorang yang belajar akan mengalami perubahan

dari tidak bisa menjadi bisa dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.

Perubahan yang dimaksud yaitu perubahan tingkah laku baik dalam pengetahuan,

keterampilan maupun sikap.

10
11

Slameto (2003:2) berpendapat bahwa, belajar adalah suatu proses yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai

hasil dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Perubahan tingkah laku tersebut mempunyai ciri-ciri: (1) perubahan terjadi secara

sadar, (2) bersifat kontinue dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif, (4) bukan

bersifat sementara, (5) mempunyai tujuan dan terarah, (6) mencangkup seluruh

aspek perilaku.

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian

belajar secara umum adalah proses perubahan pada diri seseorang sebagai hasil

dari pengalaman dan latihan serta adanya interaksi dengan lingkungan.

Adapun prinsip-prinsip belajar menurut Darsono (2000:4) yaitu: kesiapan

belajar, perhatian, motivasi, keaktifan siswa, mengalami sendiri, pengulangan,

materi pelajaran yang menantang, balikan (feed back) dan penguatan, dan

perbedaan individual.

a. Kesiapan belajar

Kesiapan belajar merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kondisi fisik

maupun psikologis siswa dapat mempengaruhi kegiatan belajar. Sikap guru

yang penuh pengertian dan mampu menciptakan situasi kelas yang

menyenangkan akan menumbuhkan kegiatan pembelajaran yang lebih baik.

b. Perhatian

Perhatian adalah pemusatan segala psikis tertuju pada satu obyek. Perhatian

siswa pada umumnya tidak timbul dengan sendirinya, oleh karena itu

dibutuhkan beberapa hal untuk menarik perhatian siswa.


12

c. Motivasi

Motivasi adalah kekuatan yang terdapat pada diri seseorang yang mendorong

saat melakukan suatu aktifitas. Motivasi sangat berperan dalam pencapaian

tujuan belajar, guru harus berusaha memotivasi siswa.

d. Keaktifan siswa

Siswa adalah yang melakukan kegiatan belajar jadi harus aktif. Siswa harus

mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang

dimilikinya, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.

e. Mengalami sendiri

Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan memberikan hasil yang

lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.

f. Pengulangan

Untuk menguasai materi pelajaran yang sulit dibutuhkan banyak latihan.

Latihan berarti siswa mengulang-ulang materi yang dipelajari sehingga materi

tersebut makin mudah diingat.

g. Materi pelajaran yang menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi pula oleh rasa ingin tahu anak

terhadap suatu persoalan. Apabila materi pelajaran yang dihadapi siswa

menantang maka siswa akan lebih termotivasi dalam belajar.

h. Balikan (feed back) dan penguatan

Balikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam

suatu hal, tentang kekuatan dan kelemahan siswa. Penguatan berfungsi agar

siswa mengulangi perbuatan yang sudah baik.


13

i. Perbedaan individual.

Siswa dalam satu kelas tidak boleh disamakan. Masing-masing mempunyai

karakteristik dan perbedaan kemampuan. Guru harus mampu memperlakukan

siswa sesuai dengan kemampuan siswa.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar mengambarkan kemampuan siswa setelah mempelajari

sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2001:3) yang menyatakan

bahwa “hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menempuh proses belajar. Hasil belajar pada hakekatnya merupakan perubahan

tingkah laku yang mencangkup bidang kognitif (intelektual), efektif (sikap), dan

psikomotorik (bertindak)”. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan,

kecakapan, serta perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Dalam proses pembelajaran kimia, khususnya pada pokok bahasan Hidrolisis,

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, kemampuan belajar siswa yang nyata dapat

diukur menggunakan tes yaitu pada aspek kognitif.

Anni (2004:4) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah

laku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan

aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari

oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelari pengetahuan tentang konsep,

maka perubahan perilaku adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran

perubahan tingkah laku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan

aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.


14

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang

dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya (Hamalik

2001:55).

Secara umum hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal (Anni 2004:11). Faktor internal mencangkup:

a. kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh

b. kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional dan bakat

c. kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.

Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh pembelajar akan

berpengaruh terhadap kesiapan, proses dan hasil belajar.

Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar antara

lain variasi dan derajat kesulitan materi yang dipelajari, tempat belajar, iklim,

suasana lingkungan dan budaya belajar masyarakat.

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak

langsung dalam mencapai prestasi belajar.

2.1.3 Belajar Tuntas

Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari

dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Hal ini disebut “masteri learning” artinya belajar

tuntas atau penguasaan penuh (Nasution 2003:36). Tujuan utama belajar tuntas

adalah dikuasainya bahan oleh siswa yang sedang mempelajari bahan tertentu

secara tuntas.
15

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh menurut Nasution

(2003:38) adalah sebagai berikut:

a. bakat untuk mempelajari sesuatu

b. mutu pengajaran

c. kesanggupan untuk memahami pengajaran

d. ketekunan

e. waktu yang tersedia untuk belajar

Tingkat penguasaan siswa terhadap terhadap materi pelajaran menurut

Djamarah dan Zain (2002:121-122) dibagi menjadi 4 kategori:

a. Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarakan itu

dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% sampai dengan 99%)

bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh

siswa.

c. Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%

sampai dengan 75% saja yang dikuasai oleh siswa.

d. Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari

60% yang dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan teori belajar tuntas, peserta didik dipandang tuntas belajar

jika ia mampu menguasai minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.

Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu mencapai minimal

65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut

(Mulyasa 2004:99). Siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar yaitu siswa

yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65.


16

Apabila 85% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran

sudah mencapai standar ketuntasan belajar maka proses pembelajaran berikutnya

dapat membahas pokok bahasan yang baru. Namun jika siswa yang mencapai

standar ketuntasan belajar kurang dari 85% dari jumlah siswa maka proses

pembelajaran hendaknya diperbaiki.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1995) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran yang didasarkan pada pemahaman konstruktivisme, yaitu siswa akan

lebih mudah menemukan dan memahami materi pelajaran yang sulit apabila

mereka dapat saling mendiskusikan bersama temannya. Pembelajaran kooperatif

mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil

saling membantu dalam belajar.

Suherman, dkk (2003:260) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

mencangkup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk

menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

bersama. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya

yang berinteraksi antarteman sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau

membahas suatu masalah.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-

kelompok kecil saling membantu satu sama lain (Slavin 1995). Kelas disusun

dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan yang

heterogen. Maksud dari kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran siswa,

jenis kelamin, asal dan tingkat kemampuan.


17

Roger dan Johnson menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa

dianggap cooperatif learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima

unsur model pembelajaran gotong royang harus diterapkan yaitu saling

ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi

antaranggota, dan evaluasi proses kelompok (Lie 2004:31).

Ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar pembelajaran kooperatif dapat

berlangsung dengan baik dan siswa lebih bekerja secara kooperatif (Suherman,

dkk 2003:260). Hal-hal tersebut meliputi:

a. Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus merasa bahwa mereka

merupakan bagian dari kelompok yang mempunyai tujuan bersama yang

harus dicapai.

b. Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa masalah

yang mereka hadapi adalah masalah kelompok, dan berhasil atau tidaknya

kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota

kelompok itu.

c. Untuk mencapai hasil maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok

itu harus berbicara atau berinteraksi dalam mendiskusikan masalah yang

dihadapi.

d. Para siswa yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa setiap

pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompoknya.

Peranan guru dalam pembelajaran kelompok adalah membentuk

kelompok, merencanakan tugas kelompok, memotivasi, memberikan bimbingan

pada setiap kelompok, dan memberikan evaluasi.


18

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:195) pembelajaran kelompok-

kelompok kecil merupakan perbaikan dari kelemahan pembelajaran secara

klasikal. Adapun tujuan pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil adalah

sebagai berikut:

a. Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah secara rasional.

b. Mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam

kehidupan.

c. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga anggota merasa

diri mereka sebagai bagian yang bertanggungjawab.

d. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan pada setiap anggota kelompok

dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif dalam kimia akan dapat membantu para siswa

meningkatkan kemampuan siswa dalam kimia. Para siswa secara individu akan

membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan

masalah-masalah kimia, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa

cemas terhadap kimia yang banyak dialami siswa. Dengan menonjolkan interaksi

dalam kelompok, model pembelajaran ini dapat membuat siswa menerima siswa

lain yang berkemampuan dan berlatar belakang yang berbeda.

2.1.5 Student Teams Achievement Division (STAD)

Student teams achievement division (STAD) menurut Suherman, dkk

(2003:260) adalah model pembelajaran kooperatif untuk mengelompokkan


19

kemampuan campuran yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab

kelompok untuk pembelajaran individu anggota.

Slavin (1995) menyatakan bahwa STAD merupakan salah satu metode

atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan

merupakan sebuah pendekatan yang baik bagi guru yang baru memulai

menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas.

Di dalam pembelajaran STAD siswa dikelompokkan menjadi kelompok-

kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Setiap kelompok harus

heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki kemampuan tinggi,

sedang dan rendah (Ibrahim, dkk 2000:20).

Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995) terdiri dari lima

komponen utama yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor

perkembangan dan penghargaan kelompok.

a. Penyajian kelas

Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan

penyajian kelas. Penyajian tersebut mencangkup pembukaan dan latihan

terbimbing di keseluruhan pelajaran. Penekanan dalam penyajian materi

pelajaran adalah:

1) Pembukaan

a) Mengatakan pada siswa apa yang akan mereka pelajari dan mengapa

hal itu penting.

b) Menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep

atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.


20

c) Mengulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang

merupakan syarat mutlak.

2) Pengembangan

a) Mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan apa yang akan

dipelajari siswa dalam kelompok.

b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah

memahami makna bukan hafalan.

c) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan.

d) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau

salah.

e) Beralih pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok

masalahnya.

3) Latihan terbimbing

a) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang

diberikan.

b) Memanggil siswa secara acak untuk mengerjakan soal di depan kelas.

Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri

sebaik mungkin.

c) Memberikan tugas secara klasikal tidak boleh menyita waktu yang

terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah.


21

b. Belajar kelompok

Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang bervariasi dalam kemampuan

akademik, jenis kelamin dan etnis. Selama belajar kelompok, tugas anggota

kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman

sekelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan

yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan

untuk mengevaluasi diri mereka dan teman kelompok.

c. Kuis

Setelah satu sampai dua periode pengajaran dan satu sampai dua periode

latihan tim, siswa mengikuti kuis secara individu. Kuis dikerjakan oleh siswa

secara mandiri. Hal ini dapat menunjukkan apa saja yang telah diperoleh

siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai

perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan

kelompok.

d. Skor perkembangan

Setelah diberi kuis, hasil kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor

perkembangan. Ide yang melatar belakangi skor perkembangan itu adalah

memberikan prestasi yang harus dicapai siswa jika ia bekerja keras dan

mencapai hasil belajar yang lebih baik dari yang sebelumnya. Siapapun dapat

memberikan kontribusi skor maksimum dalam sistem skor ini, asalkan mereka

bekerja dengan baik. Masing-masing siswa diberi skor dasar yang berasal dari

skor pada kuis sebelumnya. Siswa kemudian mendapat poin untuk timnya

berdasarkan pada kenaikan skor mereka dari skor dasarnya. Prosedur


22

penilaian atau penyekoran menurut Slavin (1995:80) untuk model

pembelajaran STAD adalah:

Langkah 1: menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberi skor dasar, yaitu skor kuis sebelumnya.

Langkah 2: menghitung skor kuis terkini

Siswa memperoleh skor untuk kuis yang berkaitan dengan

pelajaran terkini

Langkah 3: menghitung skor perkembangan

Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan

apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor

dasar mereka.

Ketentuan:

(1) Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin

(2) 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin

(3) Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin

(4) Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

e. Penghargaan kelompok

Tiap-tiap tim akan menerima suatu penghargaan khusus berdasarkan pada

sistem poin berikut:

Rata-rata skor perkembangan tim Penghargaan

15 –19 poin Tim Baik

20 – 25 poin Tim Hebat

25 – 30 poin Tim Super


23

Dalam model pembelajaran STAD ini peneliti menggunakan beberapa

metode yaitu metode ceramah, diskusi, tanya jawab, drill soal, demonstrasi, dan

tugas, selanjutnya untuk lebih mengaktifkan siswa digunakan metode praktikum.

2.1.6 Umpan balik Kuis

Dalam proses pembelajaran, tidak semua siswa dapat menerima materi

pelajaran yang diberikan oleh guru. Sebagai guru yang bijaksana maka guru harus

memberikan tes (kuis) untuk mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang

belum kuasai oleh siswa (Arikunto 2002:35).

Dalam pembelajaran STAD kuis diberikan setelah satu sampai dua

periode pengajaran dan satu sampai dua periode latihan tim. Kuis yang diberikan

berupa soal-soal yang harus dikerjakan oleh siswa secara individu dan tidak boleh

meminta batuan dari teman (Slavin 1995).

Fungsi pemberian kuis (tes) ini menurut Arikunto (2002:44) adalah

sebagai berikut:

a. Bagi siswa

1) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi

pelajaran secara menyeluruh.

2) Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui

bahwa hasil tesnya memperoleh skor tinggi maka siswa akan lebih

termotivasi untuk belajar lebih giat.

3) Usaha perbaikan, dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah

tes siswa akan mengetahui kelemahan-kelemahannya.


24

4) Sebagai diagnosis, dengan mengetahui hasil dari kuis ini siswa dengan

jelas dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih

dirasakan sulit.

b. Bagi guru

1) Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh

siswa.

2) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai

oleh siswa.

Pemberian kuis ini akan lebih bermakna apabila guru merespon jawaban

dari siswa tersebut yaitu dengan memberikan umpan balik bermakna dan

pengetahuan tentang hasil latihannya (Kardi dan Nur 2001:37).

Pengertian umpan balik menurut Slameto (2001:190) adalah memberitahu

siswa mengenai hasil mereka dalam suatu tes yang mereka kerjakan setelah

menyelesaikan suatu proses belajar. Umpan balik tidak akan berguna jika tidak

disertai dengan proses belajar yang kedua atau berikutnya yang mencangkup

usaha siswa meluruskan kesalahan atau mengisi kekurangan dengan

memanfaatkan informasi umpan balik tersebut.

Buis (dalam Slameto 2001:191) menyatakan bahwa umpan balik memiliki

fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi peringatan

Umpan balik dapat dijadikan peringatan bagi siswa yang memperoleh nilai di

bawah standar ketuntasan belajar bahwa ia harus berhati-hati karena tujuan

pembelajaran belum tercapai berarti ia harus belajar lebih giat lagi.


25

b. Fungsi perbaikan strategi belajar

Bagi siswa yang melakukan kesalahan dalam menjawab soal, umpan balik

dapat bermanfaat untuk memperbaiki strategi belajarnya sehingga pada tes

berikutnya ia akan memperoleh hasil yang lebih baik.

c. Fungsi informasional

Umpan balik merupakan informasi dari guru kepada siswa mengenai hasil

ulangan dan pemberitahuan mengenai jawaban yang benar.

d. Fungsi komunikatif

Pemberian umpan balik merupakan proses sosial yang melibatkan

komunikator yang saling mengirim berita sehingga satu pihak dapat belajar

dari pihak lain. Guru sebagai pengirim berita harus memberikan keterangan

yang jelas mengenai jawaban yang benar dari hasil ulangan siswa, sehingga

siswa dapat menangkap pesan tersebut. Sebaliknya, siswa sebagai penerima

berita setelah mengetahui maksud dari pesan maka ia harus melaksanakan

pesan tersebut sehingga komunikasi dapat berlangsung.

e. Fungsi motivasional

Umpan balik dapat mendorong siswa untuk berusaha mencari jawaban yang

benar atas kesalahan sebelumnya sesuai dengan petunjuk dari guru. Dengan

demikian pada tes berikutnya siswa akan lebih bersemangat untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.

Prinsip belajar yang berkaitan dengan umpan balik dan penguatan

terutama ditekankan oleh teori operant conditioning dari B.F Skinner (Dimyati

1994:84) bahwa kunci dari teori tersebut adalah siswa akan belajar lebih
26

bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Nilai

yang baik itu mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Sebaliknya siswa

yang mendapat nilai yang jelek akan terdorong untuk belajar dari kesalahannya.

David kolb dalam bukunya Experintial Learning menjelaskan bahwa anak

belajar dari kesalahan yang ia buat. Semakin banyak anak membuat kesalahan dan

semakin baik kita memberikan umpan balik kepada anak, maka akan semakin

maksimal pula hasil pembelajarannya (Gunawan 2003:194).

Pemberian umpan balik menurut Roper (dalam Slameto 2001:193) dapat

dibedakan menjadi lima tingkat:

Tingkat 1: umpan balik berupa keterangan salah atau benar.

Tingkat 2: umpan balik pada tingkat 2 ditambah jawaban yang benar.

Tingkat 3: umpan balik pada tingkat 3 ditambah penjelasan.

Tingkat 4: umpan balik pada tingkat 4 ditambah pengajaran tambahan.

Hasil penelitian Roper membuktikan bahwa hasil belajar meningkat dengan

bertambahnya tingkatan dalam pemberian umpan balik.

Guru dapat menggunakan berbagai cara dalam memberikan umpan balik

kepada siswa, misalnya umpan balik secara lisan dan komentar tertulis. Tanpa

umpan balik secara spesifik, siswa tak mungkin dapat memperbaiki kesalahannya

dan tidak dapat mencapai tingkat penguasan keterampilan yang mantap (Kardi

dan Nur 2001:37).

Umpan balik kuis dapat dilakukan secara individu maupun secara klasikal.

Langkah-langkah umpan balik secara individual meliputi pemberian nilai,

saran/komentar serta pembahasan secara tertulis dalam lembar pekerjaan siswa.


27

Sedangkan langkah-langkah umpan balik secara klasikal berupa pembahasan

kembali jawaban soal-soal kuis tersebut secara bersama-sama di dalam kelas pada

pertemuan berikutnya.

Pemberian nilai dan komentar tertulis dalam kertas pekerjaan siswa sangat

bermanfaat dalam mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi. Dengan

memberikan umpan balik secara tertulis siswa akan menyadari kesalahan-

kesalahan yang mereka lakukan dan memperoleh petunjuk bagaimana

memperbaiki kesalahannya tersebut. Sedangkan pembahasan secara lisan

memungkinkan siswa dapat merespon informasi yang dari guru sehingga siswa

memperoleh pemahaman yang lebih baik. Namun pemberian umpan balik secara

klasikal akan menyita waktu yang lebih lama.

Menurut Kardi dan Nur (2001:37) ada beberapa pedoman dalam

pemberian umpan balik yang efektif kepada siswa yaitu sebagai berikut:

a. Berikan umpan balik sesegara mungkin setelah latihan

b. Upayakan umpan balik jelas dan spesifik

c. Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada maksud

d. Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

e. Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar

f. Apabila pemberian umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana melakukan

dengan benar.

g. Bantulah siswa memusatkan perhatiannya pada “proses” dan bukan pada

“hasil”.
28

h. Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana

menilai keberhasilan kinerjanya sendiri.

Umpan balik negatif biasanya berakibat negatif bagi siswa. Agar umpan

balik ini dapat diterima dengan baik oleh siswa maka siswa harus mempunyai

sikap terbuka terhadap umpan balik. Buis (dalam Slameto 2001:195) menyatakan

bahwa ada beberapa cara untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam

pemberian umpan balik negatif antara lain:

a. Menyajikan informasi secara obyektif, informasi negatif diselingi informasi

positif.

b. Menjaga kerahasiaan pribadi si penerima informasi, misalnya pemberian

umpan balik langsung diterima sendiri oleh si penerima informasi.

c. Penambahan saran-saran perbaikan di dalam informasi yang diberikan.

Pemberian umpan balik kuis pada pembelajaran STAD secara umum

bertujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya dalam mengerjakan kuis

(tes), sehingga pada akhirnya siswa mampu mengerjakan soal-soal semacam itu

sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru dalam pemberian umpan balik.

2.1.7 Pokok Bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

2.1.7.1 Hidrolisis

a. Sifat larutan garam

Garam merupakan senyawa ion, yang terdiri atas kation logam dan anion sisa

asam. Kation garam dapat dianggap berasal dari suatu basa, sedangkan

anionnya berasal dari suatu asam. Jadi setiap garam mempunyai komponen
29

basa (kation) dan komponen asam (anion). Sifat keasaman larutan garam

bergantung pada kekuatan relatif asam-basa penyusunnya:

1) Garam dari asam kuat dan basa kuat bersifat netral

2) Garam dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam

3) Garam dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa

4) Garam dari asam lemah dan basa lemah bergantung pada harga tetapan

ionisasi asam dan basanya (Ka dan Kb)

Ka > Kb : bersifat asam

Ka < Kb : bersifat basa

Ka = Kb : bersifat netral

b. Konsep hidrolisis

Sifat larutan garam dapat dijelaskan dengan konsep hidrolisis. Hidrolisis

merupakan istilah umum yang digunakan untuk reaksi zat dengan air.

Menurut konsep ini, komponen garam (kation dan anion) yang berasal dari

asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air (terhidrolisis) membentuk
+ -
ion H atau ion OH .

1) Garam dari asam kuat dan basa kuat


+ -
Contohnya NaCl terdiri dari Na dan Cl yang merupakan elekktrolit kuat.

Kedua ion ini tidak dapat bereaksi dengan air sehingga tidak mengalami

+ -
hidrolisis dan tidak mengubah konsentrasi ion H dan OH dalam air, jadi

bersifat netral.
30

2) Garam dari basa kuat dan asam lemah


+
Contohnya NaCH3COO yang terdiri dari ion Na (berasal dari basa kuat

-
NaOH, tidak dapat bereaksi dengan air) dan CH3COO ( berasal dari asam

lemah CH3COOH, dapat bereaksi dengan air). Jadi garam ini terhidrolis

sebagian (parsial).
- +
CH3COONa (aq) CH3COO (aq) + Na (aq
31

-
CH3COO (aq) + H2O(l) CH3COOH (aq) + OH- (aq)
+
Na (aq) + H2O (l) (tidak bereaksi)
-
Hidrolisis menghasilkan ion OH , maka larutan bersifat basa.

3) Garam dari basa lemah dan asam kuat

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis

parsial, yaitu hidrolisis kation. Contoh: hidrolisis NH4Cl.


+ -
NH4Cl(aq) NH4 (aq) + Cl (aq)
+ +
NH4 (aq) + H2O(l) NH4OH(aq) + H (aq)

-
Cl (aq) + H2O(l) (tidak bereaksi)
+
Hidrolisis menghasilkan ion H , maka larutan bersifat asam.

4) Garam dari asam lemah dan basa lemah

Baik kation maupun anion dari garam yang terbentuk dari asam lemah dan

basa lemah terhidrolisis dalam air, sehingga disebut hidrolisis total.

Contoh: hidrolisis NH4CH3COO


+ -
NH4CH3COO(aq) NH4 (aq + CH3COO (aq)
+ +
NH4 (aq) + H2O(l) NH4OH(aq) + H (aq)

- -
CH3COO (aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH (aq
c. pH larutan garam

Reaksi hidrolisis merupakan reaksi kesetimbangan, tetapan kesetimbangan

dari reaksi hidrolisis disebut tetapan hidrolisis dan dinyatakan dengan

lambang Kh.

1) Garam dari asam kuat dan basa kuat

Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami

hidrolisis, sehingga larutannya bersifat netral (pH=7).

2) Garam dari asam kuat dan basa lemah

Garam ini mengalami hidrolisis parsial (kation), maka hidrolisis yang


terjadi:

+
BH+(aq) + H2O(l) B(aq) + H3O (aq)

Tetapan hidrolisis untuk reaksi ini:

+
[B][H 3 O ]
Kh = +
[BH ]

Harga tetapan hidrolisis Kh dapat ditulis:

Kw
Kh =
Kb

dan derajat hidrolisisnya adalah:

Kw
h=
K bG

Untuk pH larutan dapat dicari:

1 1 1
pH = pK w − pK b − logG
2 2 2
+
Sedangkan konsentrasi [H ] dapat dicari dengan:
+ K w .G
[H ] =
Kb

Keterangan:
-14
Kw = tetapan kesetimbangan air = 1.10

Kb = tetapan ionisasi basa lemah

G = konsentrasi kation yang terhidrolisis

3) Garam dari asam lemah dan basa kuat

Garam ini mengalami hidrolisis sebagian (anion), maka hidrolisis yang

terjadi

- -
A (aq) + H2O(l) HA(aq) + OH (aq)

Tetapan hidrolisis untuk reaksi ini:

-
[HA][OH ]
Kh = -
[A ]

Harga tetapan hidrolisis Kh dapat ditulis:

Kw
Kh =
Ka

dan derajat hidrolisisnya adalah:

Kw
h=
K aG

Untuk pH larutan dapat dicari:

1 1 1
pH = pK w + pK a + logG
2 2 2
-
Sedangkan konsentrasi [OH ] dapat dicari dengan:
- K wG
[OH ] =
Ka

-14
dengan Kw = tetapan kesetimbangan air = 1.10

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

G = konsentrasi anion yang terhidrolisis

4) Garam dari asam lemah dan basa lemah

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis

total. Adapun pH larutan, secara kuantitatif sukar dikaitkan dengan harga

Ka dan Kb maupun dengan konsentrasi garam. pH larutan dapat diperkiran

dengan rumus:

+ K w .K a Kw
[H ] = dan Kh =
kb K a .K b

2.1.7.2 Kelaruran dan Hasil Kali Kelarutan

a. Kelarutan

Kelarutan (s) adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah

tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Kelarutan juga dinyatakan sebagai

kemolaran dari larutan jenuhnya.

b. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Tetapan hasil kali kelarutan merupakan tetapan kesetimbangan antara garam

atau basa yang sedikit larut dan dinyatakan dengan Ksp.

Contoh:

+ -
AgCl(s) Ag (aq + Cl (aq)
[Ag + ] [Cl - ]
K=
[AgCl]

+ -
K.AgCl = [Ag ] [Cl ]

Karena [AgCl] tetap, maka


+ -
Ksp = [Ag ] [Cl ]

Secara umum Ksp dapat ditulis sebagai berikut:


+
AB(s) pA (aq
-
+ qB (aq)
+ p - q
Ksp = [A ] [B ]

c. Hubungan kelarutan (s) dan Hasil Kali kelarutan (Ksp)

Jika zat mempunyai harga s yang besar artinya banyak zat yang larut,

sebaliknya jika harga s kecil maka sedikit zat yang larut. Dari kelarutan suatu

zat dapat ditentukan harga Ksp-nya. Setiap zat mempunyai harga Ksp tertentu

yang dapat dipengaruhi oleh suhu.

Dalam larutan jenuh PbCl2


2+ -
PbCl2 (s) Pb (aq + 2Cl (aq)
2+
Jika kelarutan PbCl2 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Pb sama
-
dengan s dan konsentrasi Cl dalam larutan itu sama dengan 2s
2+
PbCl2 (s) Pb (aq + 2Cl (aq)
-

s s 2s
2+ - 2
Ksp = [Pb ] [Cl ]
2
= s (2s)
3
= 4s
d. Pengaruh ion yang senama terhadap kelarutan

Suatu zat yang terlarut dalam pelarut jika ditambahkan ion yang sejenis,

kelarutan zat tersebut semakin kecil. Misalnya, kelarutan Ag2CrO4 dalam air

dan kelarutan Ag2CrO4dalam larutan AgNO3. Kelarutan Ag2CrO4 dalam

AgNO3 akan lebih kecil dibandingkan dengan kelarutan Ag2CrO4 dalam air.

Contoh: Kelarutan Ag2CrO4 dalam larutan AgNO3 0,2 M adalah…


-12
(Ksp Ag2CrO4 = 2,4 x10 )
+
AgNO3 (aq) Ag (aq + NO3 (aq)

0,2 M 0,2 M 0,2 M


+ 2-
Ag2CrO4 (s) 2Ag (aq + CrO4 (aq)

+ 2
Ksp Ag2CrO4 = [Ag ] [CrO4 2-]
-12 2
2,4 x10 = (0,2) . s

2,4 x10 -12


s = = 6 x 10
-11
molL
-1
0,04

e. Kelarutan dan pH

Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai

jenis zat. Suatu basa akan lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa,

-
karena sesuai dengan konsep ion senama, adanya ion OH dapat memperkecil

kelarutan basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah

larut dalam larutan yang bersifat asam kuat.

f. Reaksi pengendapan

Apabila larutan perak nitrat (AgNO3) ditambahkan dalam air yang

- + -
mengandung ion Cl maka ion Ag akan bergabung dengan ion Cl

membentuk AgCl yang sukar larut.


+
AgNO3 (aq) Ag (aq + NO3 (aq)
+ -
Ag (aq) + Cl (aq) AgCl(s)
+
AgCl dapat larut dalam air, meskipun dalam jumlah sedikit, artinya ion Ag
-
dan ion Cl dapat berada bersama-sama dalam larutan hingga larutan jenuh,
+ -
yaitu sampai hasil kali [Ag ] [Cl ] sama dengan nilai Ksp AgCl. Apabila

+ + -
penambahan ion Ag dilanjutkan sehingga hasil kali [Ag ] [Cl ] > Ksp AgCl,
+ -
maka kelebihan ion Ag dan ion Cl akan bergabung membentuk endapan
+ -
AgCl. Jadi, pada penambahan larutan Ag ke dalam larutan Cl dapat terjadi

tiga hal sebagai berikut:


+ -
Jika [Ag ] [Cl ] < Ksp AgCl, larutan belum jenuh
+ -
Jika [Ag ] [Cl ] = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh
+ -
Jika [Ag ] [Cl ] > Ksp AgCl, terjadi pengendapan

Hasil kali konsentrasi ion-ion yang bukan pada konsentrasi setimbang kita

sebut dengan Qc maka:

Jika Qc < Ksp AgCl, larutan belum jenuh

Jika Qc = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh

Jika Qc > Ksp AgCl, terjadi pengendapan

2.2 Hipotesis Tindakan

Minat siswa yang masih rendah terhadap pelajaran kimia, sehingga

partisipasi aktif siswa kurang memuaskan serta tidak adanya umpan balik dari

guru. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa yang rendah. Pemberian umpan

balik kuis dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division

(STAD) dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar kimia. Berdasarkan tinjauan di atas, maka hipotesis

tindakan penelitian ini adalah: "Pemberian umpan balik kuis dalam model

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI semester 2 SMA Negeri 1

Lubuk Sikaping dan mencapai standar ketuntasan belajar".


38

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

menggunakan data pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas.

Dari data tersebut kemudian dianalisis melalui tahapan dalam siklus-siklus

tindakan.

3.1 Setting dan Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Lubuk

Sikaping pada bulan Januari -Mei. Subyek penelitian ini adalah proses

pembelajaran kimia. Adapun sumber data penelitian ini adalah siswa kelas XI-IPA1

tahun ajaran 2017/2018. Jumlah siswa di kelas ini adalah 42 siswa yang terdiri dari

18 siswa putra dan 24 siswa putri.

3.2 Variabel dalam Penelitian

Variabel dalam penelitian tindakan kelas ini ada dua yaitu hasil belajar

kimia siswa kelas XI-IPA1 SMA Negeri 1 Lubuk Sikaping dan umpan balik kuis

dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

3.3 Faktor yang Diteliti

Faktor-faktor yang diteliti pada penelitian tindakan kelas ini adalah

sebagai berikut:

3.3.1 Faktor Siswa

Faktor yang berasal dari siswa antara lain:

a. keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kimia

38
39

b. pemahaman siswa terhadap konsep materi pembelajaran yang ditunjukkan

dengan hasil belajar

c. tingkat ketuntasan belajar siswa

3.3.2 Faktor Pendukung

Faktor yang mendukung keberhasilan penelitian ini antara lain:

a. cara peneliti saat mengajar

b. keterampilan peneliti dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD

3.4 Presedur Penelitian

3.4.1 Rancangan Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian

bersiklus yang terdiri dari 4 tahapan. Tahapan tersebut adalah perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan berhubungan dengan persiapan yang dilakukan sebelum

pembelajaran. Guru pada tahap ini mempersiapkan sarana dan prasarana

pembelajaran. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dapat berupa koordinasi yang

dilakukan oleh peneliti dengan guru kimia, membuat silabus dan rencana

pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran, soal-soal latihan,

kisi-kisi soal, alat evaluasi, pedoman observasi dan lembar angket.

b. Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari rencana pembelajaran. Tindakan dilaksanakan

berdasarkan pada rencana pembelajaran yang telah dibuat pada tahap


40

perencanaan. Tahap ini terwujud dalam bentuk proses belajar mengajar yang

dilakukan guru dan siswa.

c. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilaksanakan bersamaan

dengan proses tindakan. Pengamatan dilaksanakan pada saat siswa melakukan

proses pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan secara kolaboratif antara

peneliti dan guru kimia.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan perenungan terhadap pembelajaran yang telah

dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Refleksi

dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran

yang telah dilakukan. Hasil perenungan pada tahap refleksi ini akan digunakan

untuk perbaikan pada pembelajaran berikutnya dan diharapkan pembelajaran

dapat meningkat.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Siklus I

dilaksanakan berdasarkan hasil observasi pada kondisi awal. Siklus II merupakan

perbaikan dari kekurangan yang terdapat pada siklus I dan Siklus III dilaksanakan

berdasarkan hasil refleski siklus II. Rancangan penelitian tindakan dapat dilihat

pada gambar berikut:


41

tindakan
42

Observasi Analisis akar perencanaan Siklus I observasi


awal permasalahan

refleksi

revisi

tindakan

perencanaan Siklus II observasi

refleksi

revisi

tindakan

perencanaan Siklus III observasi

refleksi

Gambar1. Siklus penelitian tindakan kelas


3.4.2 Rincian Prosedur Penelitian

3.4.2.1 Persiapan Penelitian

Hal-hal yang harus dilaksanakan peneliti sebelum melaksanakan

penelitian tindakan kelas yaitu:

a. Observasi awal kelas yang akan diteliti, meliputi: kesiapan siswa saat

menerima pelajaran, sarana dan sumber acuan yang digunakan, pendekatan

atau metode yang digunakan guru dan hasil belajar siswa pada materi-materi

sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi ini akan dianalisis mengenai

masalah yang terjadi, selanjutnya dibuat suatu perencanaan tindakan untuk

mengatasi masalah tersebut.

b. Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pembelajaran yang

disetting sebagai penelitian tindakan kelas, bahan pengajaran yang akan

diberikan kepada siswa, menyiapkan media pembelajaran, bahan tugas untuk

siswa, kisi-kisi soal alat evaluasi dan menyusun alat evaluasi (instrumen

penelitian).

Alat evaluasi digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap pokok bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Alat

evaluasi disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat sebelumnya. Alat

evaluasi yang digunakan berupa soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.

Soal disusun sesuai dengan pokok bahasannya, pada pokok bahasan Hidrolisis

sebanyak 50 soal dan pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

sebanyak 50 soal. Sebelum soal (instrumen penelitian) digunakan untuk mengukur

hasil penelitian maka di uji coba terlebih dahulu. Uji coba soal berfungsi untuk
mengetahui validitas, releabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari soal.

Hal ini bertujuan untuk mendukung kesahihan dari hasil penelitian.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

dan kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto 2002: 252-253). Rumus yang

digunakan untuk mengukur validitas butir adalah korelasi biserial.


Mp - Mt p
rpbis =
St q

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

Mp = mean skor dari subyek yang menjawab betul item yang dicari

korelasinya dengan tes.

Mt = mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes).

St = standar deviasi skor total

p = proporsi subyek yang menjawab benar pada setiap item

q = proporsi subyek yang menjawab salah pada setiap item

Kevalidan rpbis diuji dengan rumus:

n−2
t hitung = rpbis
1 − pbis
2

kemudian thitung dibandingkan dengan t pada α = 0,05 dan dk = n – 2. Jika

thitung ≥ ttabel maka soal dikatakan valid.


b. Reliabilitas

Instrumen yang baik adalah instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpulan data. Agar suatu instrumen dapat

dipercaya untuk mengambil data maka instrumen harus reliabel (Suharsimi

2002:170). Untuk menentukan harga releabilitas dalam penelitian ini

digunakan rumus sebagai berikut:


⎛ ⎞ ⎛ M(k − M) ⎞
r11 = ⎜ k ⎟ ⎜1 − ⎟
⎝ k − 1 ⎠⎝ k .Vt ⎠

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal

M = skor rata-rata

Vt = varians total

Setelah r11 diketahui kemudian dibandingkan dengan harga r product moment.

Apabila harga r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel. Tingkat reliabilitas

soal ditentukan berdasarkan kriteria berikut:

Interval Kriteria

0,8 < r ≤ 1,0 sangat tinggi


11

0,6 < r ≤ 0,8 tinggi


11

0,4 < r ≤ 0,6 sedang


11

0,2 < r ≤ 0,4 rendah


11

0,0 < r ≤ 0,2 sangat rendah


11

(Slameto 2001:215)
c. Analisis tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal dapat digunakan rumus:

JBA + JBB
IK =
JSA + JSB

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

JBA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar

JBB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar

JSA = jumlah siswa kelompok atas

JSB = jumlah siswa kelompok bawah

Kriteria:

IK= 0,00 soal terlalu sukar


0,00 < IK ≤ 0,30 soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 soal sedang

0,70 < IK< 1,00 soal mudah

IK= 1,00 soal terlalu mudah

(Suherman 1990:213)

d. Daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang

pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi, disingkat D yang dinyatakan dengan rumus:


JBA − JBB
Dp =
JSA

Keterangan:

Dp = daya pembeda soal

JBA = banyaknya peserta tes di kelompok atas yang menjawab benar

JBB = banyaknya peserta tes di kelompok bawah yang menjawab benar

JSA = jumlah siswa kelompok atas

JSB = jumlah siswa kelompok bawah

Kriteria:

Dp = 0,00 sangat jelek


0,00 < Dp ≤ 0,20 jelek
0,20 < Dp ≤ 0,40 cukup
0,40 < Dp ≤ 0,70 baik
0,70 < Dp ≤ 1,00 sangat baik

(Suherman 1990:201-202)

Berdasarkan hasil analisis butir soal maka dipilih soal-soal yang valid

pada pokok bahasan Hidrolisis dan pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali

Kelarutan sebagai instrumen penelitian.

3.4.2.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus, siklus I pada

pokok bahasan Hidrolisis, siklus II pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali

Kelarutan serta Ion Senama, sedangkan siklus III pada pokok bahasan Pengaruh

pH terhadap Kelarutan dan Reaksi Pengendapan. Pelaksanaan siklus tersebut

adalah sebagai berikut:


a. Siklus I

1) Perencanaan

Perencanaan dalam penelitian ini yaitu mencari solusi untuk mengatasi

masalah yang timbul berdasarkan observasi awal. Perencanaan yang

dilakukan peneliti yaitu:

a) menyusun silabus

b) menyusun rencana pembelajaran

c) menyusun bahan pengajaran yang akan diberikan pada siswa

d) menyusun soal latihan sesuai dengan model pembelajaran STAD

e) menyusun alat evaluasi

f) melaksanakan uji coba soal

g) menyusun lembar observasi

h) menyusun pertanyaan angket

2) Tindakan

a) Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan rencana

pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe STAD.

b) Guru memberikan latihan soal kepada siswa beserta pembahasan

c) Guru membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara

berkelompok

d) Siswa mengerjakan soal dan berdiskusi dalam kelompoknya

e) Secara acak siswa ditunjuk untuk menyajikan pekerjaanya di depan

kelas
f) Untuk memeriksa hasil pekerjaan siswa secara menyeluruh, pekerjaan

siswa dikumpulkan dan setelah diperiksa jawaban dikembalikan

kepada siswa.

g) Setelah satu atau dua kali latihan, Guru memberikan kuis kepada

siswa secara individu.

h) Guru memberikan umpan balik kepada siswa dalam lembar jawaban

siswa setelah dikoreksi.

i) Pada akhir siklus diadakan evaluasi.

3) Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada

tahap ini dilakukan pemantauan jalannya proses pembelajaran yang

dilaksanakan bersama guru. Yang diamati yaitu keaktifan siswa selama

proses pembelajaran dan juga aktifitas peneliti melalui lembar observasi

yang dibuat.

4) Refleksi

Hasil observasi dijadikan sebagai acuan dalam mengambil solusi untuk

perbaikan dan untuk penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya.

b. Siklus II

Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Pada

siklus ini dilakukan perbaikan dari kekurangan yang terjadi dari siklus I

c. Siklus III

Siklus III dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dari siklus II. Pada

siklus ini dilakukan perbaikan dari kekurangan yang terjadi dari siklus II.
Angket dibagikan kepada siswa untuk diisi pada setiap akhir pokok

bahasan. Hal ini untuk mengetahui tanggapan dari siswa mengenai model

pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan untuk mengetahui kesulitan siswa

selama proses pembelajaran. Dari hasil observasi dan angket akan diketahui

penyebab permasalahan siswa sehingga dapat membantu guru dalam mencari

solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

3.5 Data dan Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Data yang Dikumpulkan

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan dokumen siswa.

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Data

kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa sebelum penelitian dan

hasil belajar siswa sesudah diberi tindakan, sedangkan data kualitatif dalam

penelitian berupa data observasi tindakan siswa, observasi tindakan peneliti, data

dari angket dan dokumentasi.

3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini diperoleh dengan cara tes, observasi, dan

dokumentasi.

a. Data hasil belajar kognitif diperoleh dengan tes kepada siswa.

b. Data hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh dengan observasi yang

dilakukan peneliti dengan guru.

c. Data aktivitas belajar siswa dan peneliti diperoleh dengan observasi yang

dilakukan oleh guru.


d. Data tentang minat dan tanggapan siswa mengenai pembelajaran diperoleh

dengan angket.

e. Data nama siswa dan foto-foto penelitian diperoleh dari dokumentasi.

Penjelasan dari metode pengumpulan data di atas sebagai berikut:

a. Metode tes

Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah melakukan

pembelajaran. Tes yang diberikan berupa soal pilihan ganda yang harus

diselesaikan siswa pada waktu yang telah ditentukan. Dari metode tes ini akan

diperoleh data yang berupa hasil belajar siswa kelas XI-IPA1 pada pokok

bahasan Hidrolisis, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Pengambilan data

hasil belajar siswa dilakukan pada tiap siklus dengan instrumen yang sudah

diujicobakan dan dianalisis, kemudian dilakukan penskoran selanjutnya skor


diubah menjadi nilai.

N = ∑ skor yang diperoleh


X100
∑ skor total
b. Metode observasi

Metode observasi adalah kegiatan memperhatikan objek dengan menggunakan

seluruh indera atau disebut pengamatan langsung. Metode ini digunakan untuk

mengukur indikator kerja, sikap siswa selama pembelajaran berlangsung,

kerjasama dan faktor-faktor yang dapat dijadikan bahan pertimbangan

sebelum dimulainya penelitian tindakan berikutnya. Observasi terhadap siswa

dilakukan oleh guru dan berkolaborasi dengan peneliti. Sedangkan observasi

terhadap peneliti dilakukan oleh guru.


c. Metode angket

Metode angket merupakan metode pengumpulan data melalui faktor

pernyataan yang diisi oleh para responden (siswa). Metode ini digunakan

untuk memperoleh data mengenai proses belajar melalui respon siswa

terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan. Angket diberikan pada

siswa pada akhir pokok bahasan.

d. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mendukung

pelaksanaan penelitian ini, yaitu berupa foto yang diambil saat penelitian.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari tes dan observasi tiap siklus

digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada setiap

siklusnya. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada

setiap siklusnya, sedangkan tingkat ketuntasan belajar siswa dapat dicari


menggunakan rumus:

Tingkat ketuntasan belajar = jumlah siswa yang tuntas belajar


X100%
jumlah siswa pada kelas tersebut

Jika siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 65 secara

klasikal mencapai 85%, maka pembelajaran dikatakan tuntas dan pembelajaran

dapat dilanjutkan mengenai pokok bahasan berikutnya. Namun jika hasil belajar

siswa secara klasikal kurang dari 85%, maka pembelajaran harus diperbaiki

hingga mencapai 85%.


3.6.2 Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh berupa catatan pengamatan, observasi dan

angket dianalisis dengan pendekatan triangulasi data. Pendekatan ini terdiri dari

tiga tahap: pertama dilakukan reduksi data, yaitu kegiatan memilah dan memilih

data mana yang pantas dipaparkan, kedua melakukan pemaparan data, dan ketiga

dilakukan pengambilan simpulan. Analisa data dilakukan sebelum dan sesudah

penelitian tindakan kelas dilakukan. Hasil analisis data digunakan sebagai acuan

dalam mengambil langkah perbaikan untuk siklus berikutnya.

3.7 Indikator Keberhasilan Kerja

Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan

hasil belajar siswa yaitu secara klasikal ≥ 85% dari siswa tuntas belajar yaitu

dengan nilai lebih besar atau sama dengan 65 (Mulyasa 2004:99). Adapun alat

ukurnya adalah dengan menganalisis persentase ketuntasan siswa dari tes siklus

yang telah mereka kerjakan.


53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Analisis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda.

Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar instrumen penelitian diuji coba

terlebih dahulu. Uji coba soal dilakukan di kelas III IPA SMA Negeri 1 Lubuk

Sikaping dengan responden sebanyak 36 siswa. Hasil uji coba soal kemudian

dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda dari soal.

4.1.1.1 Validitas Butir Soal

Hasil perhitungan tes uji coba soal pada pokok bahasan Hidrolisis dan

Hasil Kali Kelarutan dengan jumlah soal masing-masing 50 soal dan taraf

signifikan 0,05 dan dk=34 diperoleh ttabel sebesar 2,032. Hasil analisis diperoleh

35 soal yang valid pada pokok bahasan Hidrolisis (lampiran 10) yang terangkum

dalam tabel 1. Pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan diperoleh

37 soal dan terangkum dalam tabel 2.

Tabel 1. Rangkuman validitas soal uji coba pokok bahasan Hidrolisis


No. Kriteria Nomor soal Jumlah
1. Valid 2,4,5,6,7,9,11,12,15,16,18,19,20,21,22,24,26,28,30, 35
31,32,33,35,36,37,39,40,41,42,43,44,45,47,49,50
2. Tidak 1,3,8,10,13,14,17,23,25,27,29,34,38,46,48 15
valid

53
54

Tabel 2. Rangkuman validitas soal uji coba pokok bahasan Kelarutan dan Hasil
Kali Kelarutan
No. Kriteria Nomor soal Juml.
1. Valid 1,4,5,6,8,9,10,11,12,13,14,15,16,19,21,22,24,25,26 37
27,28,29,30,31,32,36,38,40,41,42,43,44,45,47,48,
49,50
2. Tidak 2,3,7,17,18,20,23,33,34,35,37,39,46 13
valid

4.1.1.2 Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen dengan rumus K-R.21

diperoleh r11sebesar 0,871 dengan kriteria sangat tinggi pada pokok bahasan

Hidrolisis dan 0,789 dengan kriteria tinggi pada pokok bahasan Kelarutan dan

Hasil Kali Kelarutan.

4.1.1.3 Tingkat Kesukaran Soal

Berdasarkan hasil analisis uji coba pada pokok bahasan Hidrolisis

diperoleh 10% soal dengan kriteria sukar, 34% soal dengan kriteria sedang dan

56% dengan kriteria mudah (lampiran 10) yang terangkum dalam tabel 3. Pada

pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan diperoleh 10% soal dengan

kriteria sukar, 60% soal dengan kriteria sedang, dan 30% soal dengan kriteria

mudah yang terangkum dalam tabel 4.

Tabel 3. Tingkat kesukaran soal uji coba pokok bahasan Hidrolisis


No. Kriteria Nomor soal Juml. Persentase
1. Terlalu - - -
sukar
2. Sukar 12,18,39,43,44 5 10%

3. Sedang 4,7,9,16,22,24,26,28,30,31,32,34,35, 17 34%


37, 41,42,45,
4. Mudah 1,2,5,11,13,14,15,17,19,20,21,22,23, 28 56%
25,27,29,33,36,38,41,46,47,48,49,50
5. Sangat - - -
mudah
55

Tabel 4. Tingkat kesukaran soal uji coba pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan
No. Kriteria Nomor soal Juml. Persentase
1. Terlalu - - -
sukar
2. Sukar 3,8,10,26,44 5 10%

3. Sedang 1,2,5,11,13,14,15,19,20,21,22,23,25, 30 60%


27,28,29,30,31,34,35,36,38,39,40,41,
43,45,46,47,48
4. Mudah 4,6,7,9,12,16,17,18,24,32,33,37,42, 15 30%
49,50
5. Sangat - - -
mudah

4.1.1.4 Daya Pembeda Soal

Berdasarkan hasil uji coba soal pada pokok bahasan Hidrolisis diperoleh

soal yang mempunyai daya pembeda sangat jelek 12%, jelek 18%, cukup 34%,

baik 30%, dan baik sekali 6%. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10

yang terangkum dalam tabel 5, Sedangkan pada pokok bahasan Kelarutan dan

Hasil Kali Kelarutan diperoleh soal yang mempunyai daya pembeda sangat jelek

14%, jelek 8%, cukup 60% dan baik 18%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dan

terangkum dalam tabel 6.

Tabel 5. Daya pembeda soal uji coba pokok bahasan Hidrolisis


No. Kriteria Nomor soal Juml. Persentase
1. Sangat 14,17,29,34,38,46 6 12%
jelek
2. Jelek 1,3,8,10,13,23,25,27,48 9 18%

3. Cukup 2,5,6,11,15,18,19,20,21,33,36,39,41, 17 34%


43,47,49,50
4. Baik 4,7,9,12,16,22,26,28,31,32,37,40,42, 15 30%
44,45
5. Baik 24,30,35 3 6%
sekali
56

Tabel 6. Daya pembeda soal uji coba pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan
No. Kriteria Nomor soal Juml. Persentase
1. Sangat 3,20,33,34,37,39,46 7 14%
jelek
2. Jelek 2,7,17,18 4 8%

3. Cukup 4,5,6,8,9,10,11,12,15,16,19,22,23,24, 30 60%


25,26,32,35,36,38,40,41,42,43,44,45,
47,48,49,50
4. Baik 1,13,14,21,27,28,29,30,31 9 18%

5. Baik - - -
sekali

4.1.2 Deskripsi Data Awal

Suasana pembelajaran di kelas masih kurang kondusif. Siswa masih

kurang aktif dan kurang antusias dalam mengikuti pelajaran. Siswa masih

mengalami kesulitan dalam menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan oleh

guru karena mereka belum memahami materi pelajaran dan takut bertanya kepada

guru. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum memenuhi standar

ketuntasan belajar.

Data yang diperoleh dari observasi kondisi awal. Hasil mid semester 2

siswa kelas XI-IPA1, masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan

belajar. Rangkuman hasil mid semester 2 dan terangkum dalam tabel 7.

Tabel 7. Hasil mid semester 2 siswa kelas XI-IPA1


No. Hasil tes Pencapaian
1. Nilai tertinggi 85
2. Nilai terendah 12
3. Nilai rata-rata 44,99
4. Jumlah siswa yang tuntas 15
5. Jumlah siswa kelas XI-IPA1 42
6. Persentase tuntas belajar secara klasikal 35,71%
57

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mencapai ketuntasan

belajar hanya 35,71% dan rata-rata kelasnya adalah 44,99. keadaan ini masih jauh

di bawah standar ketuntasan belajar secara klasikal.

Sebelum pelaksanaan tindakan, dilakukan pengujian keadaan awal

kemampuan siswa yaitu dengan memberikan pretes pada pokok bahasan

Hidrolisis dan pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Hasil dari

pretes siswa dapat dilihat pada lampiran 3 dan terangkum dalam tabel 8.

Tabel 8. Data pretes pokok bahasan Hidrolisis (Data Awal)


No. Hasil tes Pencapaian
1. Nilai tertinggi 70
2. Nilai terendah 15
3. Nilai rata-rata 35,54
4. Jumlah siswa yang tuntas 5
5. Jumlah siswa kelas XI-IPA1 42
6. Persentase tuntas belajar secara klasikal 12%

Berdasarkan tabel di atas hanya 12% siswa yang mencapai ketuntasan belajar,

sedangkan rata-rata kelasnya hanya 35,54. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan siswa sebelum diberi tindakan masih jauh di bawah standar

ketuntasan belajar.

Dari hasil wawancara dengan guru menyatakan bahwa siswa kurang aktif

dalam mengikuti pembelajaran. Hanya siswa pandai yang aktif dalam

pembelajaran, sedangkan yang lain tidak begitu tertarik dengan pelajaran kimia.

Banyak siswa yang beranggapan bahwa kimia merupakan pelajaran yang sulit dan

mereka enggan mengerjakan latihan soal. Berdasarkan observasi dan informasi

beberapa siswa, mereka merasa enggan dan malu bertanya kepada guru meskipun

sebenarnya mereka belum memahami materi yang diajarkan oleh guru.


58

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus I

4.1.3.1 Perencanaan

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi pada observasi awal telah

direncanakan pembelajaran pada pokok bahasan Hidrolisis melalui pendekatan

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dengan memberikan

umpan balik kuis.

4.1.3.2 Pelaksanaan

Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 februari 2018 dengan

pokok bahasan Hidrolisis. Siklus I membutuhkan waktu 6 jam pelajaran yang

terbagi menjadi 4 kali pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I

mengacu pada silabus dan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan dengan

model pembelajaran STAD. Kuis diberikan setelah siswa selesai satu kali latihan

soal dan umpan balik diberikan pada saat mengoreksi jawaban dari siswa. Selama

proses pembelajaran berlangsung guru mitra mengadakan observasi terhadap

aktivitas siswa dan peneliti. Pada akhir siklus I diadakan tes formatif untuk

mengukur hasil belajar siswa. Hasil tes siklus I selengkapnya dapat dilihat dan

terangkum dalam tabel berikut.

Tabel 9. Data hasil tes siklus I siswa kelas XI-IPA1


No. Hasil tes Pencapaian siklus I
1. Nilai tertinggi 90
2. Nilai terendah 40
3. Rata-rata nilai tes 67,26
4. Jumlah siswa yang tuntas 34
5. Jumlah siswa kelas XI-IPA1 42
6. Persentase tuntas belajar secara klasikal 80,95%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada siklus I

mencapai 67,26 dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal 80,95%.


59

4.1.3.3 Observasi

Observasi digunakan untuk mengadakan penilaian afektif dan

psikomotorik terhadap siswa serta untuk mengetahui aktivitas siswa dan peneliti

selama proses pembelajaran. Observasi terhadap siswa dilakukan secara

kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra, sedangkan observasi terhadap

aktifitas peneliti dilaksanakan oleh guru.

Hasil observasi mengenai penilaian afektif dapat dilihat yang terangkum

pada tabel 10, sedangkan penilaian psikomotorik siswa dapat dilihat pada tabel

11.

Tabel 10. Data penilaian afektif siswa siklus I


Kriteria Skor Pencapaian Siklus I Ket.
Jml. Siswa Persentase
Sangat baik 43 – 50 86 –100 - - Tuntas
Baik 35 – 42 70 – 85 27 64%
Cukup 27 – 34 54 – 69 14 33% Tidak
Kurang 19 – 26 37 – 53 1 3% tuntas
Sangat kurang 10 – 18 20 – 37 - -

Tabel 11. Data penilaian psikomotorik siswa pada praktikum Hidrolisis


Kriteria Skor Pencapaian Praktikum I Ket.
Jml. Siswa Persentase
Sangat terampil 43 – 50 86 –100 - - Tuntas
Terampil 35 – 42 70 – 85 37 88%
Cukup 27 – 34 54 – 69 5 12% Tidak
Kurang 19 – 26 37 – 53 - - tuntas
Sangat kurang 10 – 18 20 – 37 - -

Berdasakan tabel di atas diketahui bahwa 64% dari siswa memperoleh kriteria

baik dalam penilaian afektif, sedangkan dalam penilaian psikomotorik siswa yang

mencapai kriteria terampil sebanyak 88%.

Hasil observasi siswa dapat dilihat dari catatan lapangan yang dibuat pada

saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil catatan lapangan dapat


60

diketahui adanya peningkatan minat dalam proses pembelajaran. Meskipun

demikian, masih terlihat beberapa siswa yang kurang aktif dan hanya

mengandalkan siswa yang lebih pandai. Siswa yang lebih pandai biasanya tidak

mau bekerjasama, mereka biasanya hanya mengerjakan sendiri dan tidak

berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Siswa dengan kemampuan rata-rata

lebih bisa memanfaatkan pembelajaran ini karena mereka bisa saling melengkapi

dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Pada siklus I aktifitas siswa dapat

dilihat pada tabel 12.

Aktivitas peneliti saat proses pembelajaran berlangsung sangat

mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Peneliti kurang berpengalaman dalam

mengkondisikan siswa sehingga pembelajaran ini kelihatan kurang berhasil. Hasil

observasi aktifitas peneliti dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Aktifitas siswa dan peneliti pada saat proses pembelajaran siklus I
Pertemuan Siswa Peneliti
Skor Persentase Skor Persentase
1 30 60% 41 55%
2 33 66% 45 60%
3 34 68% 49 65%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dan peneliti masih

berada pada kriteria cukup, namun terjadi peningkatan pada setiap pertemuan.

4.1.3.4 Refleksi

Berdasarkan data tes ketuntasan belajar pada siklus I belum tercapai,

ketuntasan belajar yang diperoleh pada siklus I adalah 80,95% dengan rata-rata

nilai 67,26. Pembelajaran masih kurang efektif. Hal ini terlihat dari data hasil

observasi peran siswa saat diskusi masih belum terlihat selama pembelajaran.

Siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran kelompok dan masih
61

terlihat individual. Beberapa siswa tidak menanggapi umpan balik yang diberikan

oleh peneliti karena umpan balik yang diberikan oleh peneliti hanya berupa

jawaban yang benar, jadi siswa mungkin kurang jelas atau tidak memahami

umpan balik yang diberikan oleh peneliti.

Berdasarkan analisis data pada siklus I, dibutuhkan penjelasan ulang

mengenai manfaat pemberian umpan balik dan peningkatan teknik pemberian

umpan balik.

4.1.3.5 Hasil Angket Siswa

Hasil angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

pembelajaran STAD yang diberi umpan balik kuis pada pokok bahasan Hidrolisis.

Tabel 13. Hasil angket siswa pada pokok bahasan Hidrolisis


Sangat Setuju Biasa saja Tidak S. tidak
No. Uraian setuju setuju setuju
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
Siswa tertarik dengan
1. 5 12% 20 48% 12 28% 5 12% 0 0
pelajaran kimia
Siswa memahami
2. 2 4% 17 41% 17 41% 6 14% 0 0
materi yang diajarkan
Siswa menyukai
3. 9 22% 25 59% 7 17% 1 2% 0 0
praktikum
Siswa menyukai
4. 12 29% 16 38% 13 31% 1 72% 0 0
pembelajaran STAD
Siswa tertarik
5. melakukan diskusi 7 17% 18 43% 14 33% 3 7% 0 0
kelompok
Siswa terlibat dalam
6. 13 31% 14 33% 10 24% 5 12% 0 0
kerjasama kelompok
Siswa belajar giat
7. setelah pulang 10 24% 21 50% 9 22% 2 4% 0 0
sekolah
Siswa bangga
8. menjadi kelompok 21 50% 13 31% 8 19% 0 0 0 0
terbaik
Siswa termotivasi
9. dengan pembelajaran 6 14% 23 55% 12 29% 1 2% 0 0
STAD
Siswa menyukai
10. pemberian umpan 5 12% 17 40% 15 36% 5 12% 0 0
balik kuis
Siswa menyukai cara
11. 12 28% 15 36% 14 34% 1 2% 0 0
guru mengajar
62

Data hasil angket siswa juga digunakan sebagai masukan untuk refleksi dan

perbaikan siklus berikutnya.

4.1.4 Hasil Penelitian Siklus II

4.1.4.1 Perencanaan

Berdasarkan refleksi pada siklus I, peneliti melakukan pembelajaran pada

siklus II dengan model pembelajaran STAD. Berdasarkan hasil refleksi pada

siklus I peneliti harus meningkatkan lagi peran aktif siswa dalam pembelajaran,

baik dalam menyelesaikan masalah selama diskusi maupun mempresentasikan

hasil diskusi di depan kelas.

Pada siklus II materi pelajaran yang diajarkan yaitu Kelarutan dan Hasil

Kali Kelarutan dengan menggunakan metode yang lebih bervariasi. Metode yang

digunakan yaitu metode demonstrasi, tanya jawab, diskusi kelompok, drill soal,

dan tugas. Untuk lebih mengefektifkan waktu peneliti memberi tugas siswa yaitu

meringkas materi yang akan diajarkan berdasarkan pedoman yang diberikan oleh

peneliti.

4.1.4.2 Pelaksanaan

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2018 sampai dengan 21

februari 2018. Siklus II terdiri dari tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu

6 jam pelajaran. Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilakukan berdasarkan rencana

pembelajaran II pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan serta Ion

Senama. Penanaman konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan yaitu dengan

metode demonstrasi. Kuis diberikan setiap akhir pertemuan sehingga di rumah

siswa bisa mempersiapkan pembelajaran berikutnya. Dalam memberikan umpan


63

balik kuis peneliti tidak hanya memberikan jawaban yang benar namun juga

disertai penjelasan. Pada akhir siklus II dilaksanakan tes untuk memperoleh data

hasil belajar siswa. Dari hasil tes diperoleh data sebagai berikut (lampiran 23).

Tabel 14. Data hasil tes siklus II siswa kelas XI-IPA1


No. Hasil tes Pencapaian siklus II
1. Nilai tertinggi 100
2. Nilai terendah 55
3. Rata-rata nilai tes 76,66
4. Jumlah siswa yang tuntas 39
5. Jumlah siswa kelas XI-IPA1 42
6. Persentase tuntas belajar secara klasikal 92,86%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa mengalami

peningkatan menjadi 92,86% dengan rata-rata 76,66. Hasil ini sudah memenuhi

indikator kerja penelitian.

4.1.4.3 Observasi

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa lebih aktif dalam

pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dari hasil penilaian afektif, siswa yang

memperoleh kriteria baik meningkat menjadi 90%. Hasil penilaian afektif siswa

selengkapnya dapat dilihat dan terangkum pada tabel 15.

Tabel 15. Data penilaian afektif siswa siklus II


Siklus II
Kriteria Skor Pencapaian Ket.
Jml. Siswa Persentase
Sangat baik 43 – 50 86 –100 2 5% Tuntas
Baik 35 – 42 70 – 85 36 85%
Cukup 27 – 34 54 – 69 4 10% Tidak
Kurang 19 – 26 37 – 53 - - tuntas
Sangat kurang 10 – 18 20 – 37 - -

Hasil observasi guru mitra menunjukkan siswa lebih terlibat aktif dalam

proses pembelajaran dan diskusi kelompok. Tidak hanya siswa yang pandai yang

berani mempresentasikan hasil diskusi melainkan tetapi siswa yang lainnya juga.
64

Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat

terlihat dari aktivitas siswa yang juga ikut mencoba. Hasil observasi aktifitas

siswa dan peneliti terlihat pada tabel 16.

Tabel 16. Aktifitas siswa dan peneliti pada saat proses pembelajaran siklus II
Siswa Peneliti
Pertemuan
Skor Persentase Skor Persentase
1 40 80% 56 75%
2 41 82% 57 76%
3 42 84% 58 77%

Tabel di atas menunjukkan bahwa aktifitas siswa dan peneliti pada siklus II

mengalami peningkatan dibandingkan siklus I.

4.1.4.4 Refleksi

Dari data tes hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar

siswa 92,86% dengan rata-rata 76,66. Hasil ini telah memenuhi standar ketuntasan

belajar. Dari data hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan minat

siswa. Umpan balik yang diberikan oleh peneliti dapat dipahami oleh siswa,

karena disamping memberitahu jawaban yang benar peneliti juga memberi

penjelasan untuk memperoleh jawaban tersebut.

Pada siklus II siswa lebih aktif dibandingkan siklus I, namun proses

pembelajaran perlu dioptimalkan karena masih ada beberapa siswa yang malas-

malsan. Di akhir siklus II masih ada 3 siswa yang belum tuntas belajar

berdasarkan hasil pengisian tanggapan siswa, ketiga siswa ini sebenarnya tidak

berminat masuk jurusan IPA. Satu dari mereka hanya menuruti kehendak dari

orang tuanya, meskipun kemampuan mereka rendah dalam bidang IPA. Dua siswa

yang lain hanya ikut-ikutan teman.


65

Berdasarkan analisis data dan refleksi siklus II diperlukan adanya

perbaikan teknik pemberian motivasi terhadap siswa dan melatih siswa untuk

memberikan umpan balik terhadap dirinya sendiri. Peran aktif siswa harus lebih

ditingkatkan lagi sehingga pembelajaran siklus III lebih baik dari siklus

sebelumnya.

4.1.5 Hasil Penelitian Siklus III

4.1.5.1 Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi siklus II, peneliti melakukan pembelajaran pada

siklus III dengan memberikan umpan balik kuis dalam model pembelajaran

STAD. Berdasarkan hasil refleksi siklus II yaitu peneliti harus lebih

meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran dan dibutuhkan perbaikan

teknik pemberian motivasi dan umpan balik.

4.1.5.2 Pelaksanaan

Siklus III dilaksanakan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 6 jam

pelajaran. Siklus III dilaksanakan dari tanggal 13 maret sampai dengan 20 maret

2018. Pelaksanaan siklus III berdasarkan pada rencana pembelajaran III dengan

materi pokok Hubungan pH dengan Hasil Kali Kelarutan dan Reaksi

Pengendapan. Pada siklus III digunakan metode praktikum, hal ini bertujuan

untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran kimia. Dalam

memberikan umpan balik kuis, peneliti tidak hanya memberikan penjelasan

mengenai jawaban yang benar dari soal, tetapi juga ditambah motivasi belajar.

Pada akhir siklus III diadakan tes akhir untuk mengukur kemampuan dari

siswa. Dari tes tersebut diperoleh data hasil belajar siswa sebagai berikut.
66

Tabel 17. Data hasil tes siklus III siswa kelas XI-IPA1
No. Hasil tes Pencapaian siklus III
1. Nilai tertinggi 100
2. Nilai terendah 60
3. Rata-rata nilai tes 80,1
4. Jumlah siswa yang tuntas 40
5. Jumlah siswa kelas XI-IPA1 42
6. Persentase tuntas belajar secara klasikal 95,24%

Tabel di atas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada

siklus III meningkat menjadi 95,24% dengan rata-rata nilai 80,1. Hasil ini sudah

memenuhi indikator kerja.

4.1.5.3 Observasi

Pada pelaksanaan siklus III menunjukkan bahwa aktifitas siswa selama

pembelajaran semakin meningkat. Semakin banyak siswa yang berperan aktif

dalam pembelajaran. Hasil penilaian afektif dapat dilihat pada lampiran 27 dan

terangkum dalam tabel 18. Penilaian psikomotorik siswa yang dilakukan melalui

observasi dapat dilihat dan terangkum dalam tabel 19.

Tabel 18. Data penilaian afektif siswa siklus III


Siklus III
Kriteria Skor Pencapaian Ket.
Jml. Siswa Persentase
Sangat baik 43 – 50 86 –100 5 12% Tuntas
Baik 35 – 42 70 – 85 37 88%
Cukup 27 – 34 54 – 69 - - Tidak
Kurang 19 – 26 37 – 53 - - tuntas
Sangat kurang 10 – 18 20 – 37 - -

Tabel 19. Data penilaian psikomotorik siswa pada praktikum Kelarutan dan Hasil
Kali Kelarutan
Praktikum II
Kriteria Skor Pencapaian Ket.
Jml. Siswa Persentase
Sangat terampil 43 – 50 86 –100 3 7% Tuntas
Terampil 35 – 42 70 – 85 39 93%
Cukup 27 – 34 54 – 69 - - Tidak
Kurang 19 – 26 37 – 53 - - tuntas
Sangat kurang 10 – 18 20 – 37 - -
67

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar afektif dan

psikomotorik siswa yang memperoleh kriteria baik meningkat menjadi 100% pada

siklus III.

Antusias dan minat siswa semakin tinggi terutama dalam kegiatan

praktikum. Tidak hanya siswa yang pandai, siswa yang lain juga berani

mempresentasikan hasil diskusi tanpa harus disuruh oleh peneliti. Peneliti juga

lebih terampil dalam menerapkan model pembelajaran STAD. Sehingga suasana

kelas menjadi lebih hidup. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap

aktifitas peneliti dan siswa yang terangkum dalam tabel berikut.

Tabel 20. Aktifitas siswa dan peneliti pada saat proses pembelajaran siklus III
Siswa Peneliti
Pertemuan
Skor Persentase Skor Persentase
1 42 84% 60 80%
2 43 86% 61 81%
3 44 88% 62 83%

4.1.5.4 Hasil Angket Siswa

Tanggapan siswa mengenai pelaksanaan model pembelajaran STAD

dengan diberi umpan balik kuis pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali

Kelarutan dapat dilihat pada tabel 21.


68

Tabel 21. Hasil angket siswa pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Sangat Setuju Biasa saja Tidak S. tidak
No. Uraian setuju setuju setuju
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
Siswa tertarik dengan
1. 15 36% 21 50% 6 14% 0 0 0 0
pelajaran kimia
Siswa memahami
2. 10 24% 21 50% 11 26% 0 0 0 0
materi yang diajarkan
Siswa menyukai
3. 16 38% 24 58% 2 4% 0 0 0 0
praktikum
Siswa menyukai
4. 20 48% 14 33% 8 19% 0 0 0 0
pembelajaran STAD
Siswa tertarik
5. melakukan diskusi 24 58% 12 28% 6 14% 0 0 0 0
kelompok
Siswa terlibat dalam
6. 19 45% 16 38% 7 17% 0 0 0 0
kerjasama kelompok
Siswa belajar giat
7. setelah pulang 17 41% 22 52% 3 7% 0 0 0 0
sekolah
Siswa bangga
8. menjadi kelompok 30 72% 6 14% 6 14% 0 0 0 0
terbaik
Siswa termotivasi
9. dengan pembelajaran 17 40% 18 43% 7 17% 0 0 0 0
STAD
Siswa menyukai
10. pemberian umpan 19 45% 14 34% 9 21% 0 0 0 0
balik kuis
Siswa menyukai cara
11. 20 48% 17 40% 5 12% 0 0 0 0
guru mengajar

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa minat siswa semakin meningkat

dengan pembelajaran STAD dan pemberian umpan balik.

4.1.5.5 Refleksi

Hasil tes siklus III diperoleh ketuntasan belajar siswa 95,24% dengan rata-

rata 80,1. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya.

Peran aktif siswa selama pembelajaran juga semakin meningkat, peneliti tidak

mendominasi kegiatan diskusi. Siswa merasa nyaman dan tidak tegang selama

pembelajaran. Berdasarkan hasil angket, minat siswa terhadap pembelajaran juga

semakin meningkat. Tanggapan siswa terhadap umpan balik kuis yang diberikan
69

oleh guru semakin baik. Siswa lebih termotivasi dengan pemberian umpan balik

kuis dan penghargaan kelompok.

Berdasarkan hasil refleksi, indikator kinerja penelitian sudah tercapai

secara klasikal, namun masih ada 2 siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini

karena tingkat kemampuan siswa tersebut memang rendah dan dibutuhkan

bimbingan khusus.

4.2 Pembahasan

Dari lampiran 2 dapat diperoleh nilai rata-rata mid semester 2 siswa kelas

XI-IPA Tahun Ajaran 2017/2018 masih belum memuaskan, yaitu 44,99 dengan

ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 35,71% (15 siswa tuntas dari 42

siswa). Bertolak dari kondisi awal tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Hidrolisis dan pokok

bahasan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan melalui pemberian umpan balik kuis

dalam model pembelajaran STAD. Hasil belajar siswa sebelum tindakan diambil

dari hasil pretes siswa pada pokok bahasan Hidrolisis. Dari hasil pretes tersebut

diperoleh nilai rata-rata siswa 35,45 dengan ketuntasan belajar sebasar 12%.

Di dalam pelaksanaan model pembelajaran STAD dibutuhkan kerjasama

antaranggota kelompok, sehingga peran aktif siswa sangat dibutuhkan dalam

pembelajaran ini. Proses pembelajaran lebih difokuskan pada siswa (student

center). Menurut John Dewei dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan

bahwa belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.


70

Penelitian ini terdiri atas 3 siklus, yaitu siklus I pada pokok bahasan

Hidrolisis sedangkan siklus II dan III pada pokok bahasan Kelarutan dan Hasil

Kali Kelarutan.

Pada siklus I terdiri dari 4 pertemuan (6 jam pelajaran), masing-masing

pertemuan 1 jam pelajaran, 2 jam pelajaran, 2 jam pelajaran dan 1 jam pelajaran.

Pertemuan pertama membahas sifat larutan garam dan konsep Hidrolisis.

Pertemuan kedua melakukan praktikum. Pertemuan ketiga dan keempat

membahas pH larutan garam.

Pelaksanaan pembelajaran siklus I berdasarkan pada silabus dan rencana

pembelajaran yang telah disiapkan. Peneliti mengawali kegiatan pembelajaran

dengan menanyakan kembali materi yang sudah dipelajari siswa pada pertemuan

sebelumnya. Peneliti juga memberi pengantar sehingga siswa tertarik dan

memiliki rasa ingin tahu terhadap materi pelajaran yang akan dibahas.

Pembelajaran siklus I menggunakan metode praktikum, diskusi kelompok,

dan tugas. Metode praktikum digunakan pada saat membahas sifat larutan garam

dan konsep hidrolisis. Metode praktikum bertujuan agar siswa mencari dan

menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya

dengan mengadakan percobaan sendiri. Siswa kelihatan antusias dengan kegiatan

praktikum meskipun masih ada siswa tidak mau bekerja dan hanya menonton saja.

Hasil observasi psikomotorik siswa menunjukkan bahwa 88% dari jumlah siswa

memperoleh kriteria baik. Hasil praktikum dipresentasikan di depan kelas. Hal ini

bertujuan untuk melatih keberanian siswa dalam mengkomunikasikan pendapat

mereka. Siswa diberi tugas membuat laporan hasil praktikum. Dalam hal ini,
71

siswa dapat terlatih untuk berfikir ilmiah. Proses pembelajaran dengan pokok

materi pH larutan garam menggunakan metode latihan soal dan diskusi kelompok.

Peneliti melatih siswa dalam mencari pH larutan garam kemudian siswa diberi

soal untuk dikerjakan secara kelompok. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya

untuk menyelesaikan soal yang diberikan peneliti. Selanjutnya peneliti menyuruh

siswa mengerjakan soal tersebut di depan kelas. Peneliti menunjuk siswa secara

acak agar siswa selalu mempersiapkan diri. Berdasarkan pengamatan masih

banyak siswa hanya mengandalkan pada siswa yang lebih pandai. Kerjasama

belum terlihat pada siklus I, masih banyak siswa yang masih bersifat individual.

Pada siklus I, kuis dilaksanakan dua kali. Pertama setelah siswa selesai

membahas latihan soal Konsep Hidrolisis dan kedua setelah siswa membahas soal

pH Larutan Garam. Kuis ini merupakan soal yang harus dikerjakan oleh siswa

secara individu tanpa melihat buku. Pemberian kuis ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.

Hasil kuis dikoreksi dan diberi umpan balik oleh peneliti. Umpan balik

yang berikan pada siklus I berupa pemberitahuan mengenai jawaban yang benar

dari kesalahan siswa pada saat mengerjakan kuis. Umpan balik diberikan pada

lembar jawaban kuis siswa. Selanjutnya siswa disuruh mempelajari sendiri umpan

balik yang diberikan oleh peneliti. Dengan ini diharapkan siswa tidak akan

mengulangi kesalahan yang sama saat mengerjakan soal yang serupa pada tes

berikutnya. Hasil kuis yang sudah dikoreksi dan diberi umpan balik kemudian

dikembalikan kepada siswa agar mereka mengetahui letak kesalahannya dan

mengetahui bagaimana cara membenarkannya.


72

Pada akhir siklus I siswa diberi tes dan berdasarkan nilai tersebut siswa

diberi penghargaan kelompok. Dari hasil tes siklus I diperoleh rata-rata hasil

belajar siswa meningkat dari 35,54 (hasil pretes) menjadi 67,26, dengan nilai

tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Jumlah siswa yang belajar tuntas meningkat

sebanyak 66%, dari 12% (hasil pretes) menjadi 80,95% setelah diberi tindakan.

Peningkatan ini disebabkan oleh keterlibatan siswa secara langsung dalam proses

pembelajaran. Melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok, siswa

menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya. Dengan menemukan

sendiri, maka pengetahuan yang dibangun oleh siswa akan lebih lama melekat

dalam ingatannya. Selain itu, siswa lebih termotivasi dengan adanya penghargaan

kelompok. Hal ini terlihat dari nilai afektif siswa, yaitu 64% siswa memperoleh

kriteria baik. Nilai tes siklus I semua siswa lebih baik dibandingkan dengan hasil

pretes.

Ketuntasan belajar pada siklus I secara klasikal adalah 80,95%. Dari hasil

belajar siswa tersebut dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa secara

klasikal belum memenuhi indikator kerja penelitian. Hal ini karena masih banyak

siswa yang tidak merespon umpan balik yang diberikan oleh peneliti. Banyak

siswa yang tidak memahami umpan balik yang berikan oleh peneliti karena

peneliti hanya memberitahu jawaban yang benar tanpa disertai dengan penjelasan.

Masih ada 9 siswa yang belum tuntas belajar. Dari hasil observasi siswa

tersebut kurang memperhatikan penjelasan dari peneliti, tidak mau bekerjasama,

ramai sendiri saat diskusi kelompok dan mempunyai catatan yang kurang lengkap

sehingga yang mereka pelajari juga kurang lengkap. Hal ini terjadi karena siswa
73

belum terbiasa dengan metode yang diterapkan dalam penelitian ini. Kerjasama

dalam kelompok belum terlihat jelas. Sifat individual masih tampak pada siswa

karena mereka terbiasa dengan pembelajaran individual.

Siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi belum berperan

menjadi tutor bagi teman yang memiliki kemampuan akademik rendah. Siswa

yang mempunyai kemampuan rendah hanya mengandalkan temannya yang pandai

dan tidak mau mencoba. Siswa dengan kemampuan rata-rata lebih bisa

memanfaatkan pembelajaran ini karena mereka bisa saling melengkapi dalam

berdiskusi.

Pemberian kuis kurang disukai oleh siswa yang mempunyai kemampuan

akademik rendah. Mereka merasa tertekan karena terlalu banyak ulangan. Umpan

balik kuis kurang begitu ditanggapi oleh siswa. Hal ini terlihat dari hasil ulangan

siswa, masih banyak siswa yang mengulangi kesalahan yang sama saat tes siklus.

Siswa masih belum memahami maksud dari pemberian kuis dan umpan balik

yang sebenarnya. Pada siklus I ini model pembelajaran STAD dengan umpan

balik kuis kelihatan kurang berhasil.

Berdasarkan hasil observasi di atas kemudian dianalisis dan direfleksi.

Dari hasil tersebut, maka masih perlu adanya perbaikan dalam proses

pembelajaran selanjutnya. Peneliti harus meningkatkan teknik pemberian umpan

balik kepada siswa, tidak hanya memberitahu jawaban yang benar tetapi juga

disertai penjelasan sehingga siswa memahami umpan balik tersebut. Peneliti juga

harus memperbaiki cara memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Peneliti harus memberikan penjelasan ulang mengenai pentingnya


74

kerjasama dalam model pembelajaran STAD dan mengenai tujuan pemberian kuis

dan umpan balik yang sebenarnya. Peneliti harus lebih terampil dalam mengelola

pembelajaran dan mengalokasikan waktu. Selain itu, peneliti harus memberikan

bimbingan bagi siswa yang pasif.

Kendala yang dihadapi pada siklus I yang lain yaitu banyak siswa yang

tidak mempersiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi

pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya sudah diketahui. Hal

ini terlihat pada saat tanya jawab, masih banyak siswa yang membolik-balik buku

dan membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Kurangnya persiapan belajar

siswa ini menyebabkan pelaksanaan pembelajaran menjadi kurang efektif.

Dari hasil refleksi tersebut peneliti mengadakan perbaikan kualitas

pembelajaran untuk tindakan siklus II yaitu dengan mengefektifkan waktu yang

digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Agar waktu yang digunakan

dalam kegiatan pembelajaran lebih efektif maka kesiapan siswa dalam menerima

materi baru harus ditingkatkan. Tindakan yang diambil peneliti yaitu dengan

memberikan tugas meringkas materi yang akan diajarkan. Peneliti memberikan

pedoman berupa soal-soal dan hasil ringkasan siswa harus menjawab soal-soal

tersebut. Selain itu perlu adanya peningkatan teknik pemberian umpan balik,

sehingga umpan balik lebih dapat diterima oleh siswa.

Materi pelajaran yang dibahas pada siklus II hanya sampai pada Ion

Senama, sedangkan untuk Pengaruh pH terhadap Ksp dan Reaksi Pengendapan

akan dibahas pada siklus III. Siklus II dilaksanakan berdasarkan pada rencana

pembelajaran siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus I. Untuk


75

menghindari kebosanan dari siswa pada siklus II digunakan metode yang lebih

bervariasi.

Siklus II terdiri atas 3 kali pertemuan (6 jam pelajaran). Pada siklus II

membahas materi pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan serta Ion Senama.

Metode yang digunakan pada siklus II yaitu metode demonstrasi, drill soal,

diskusi kelompok, tanya jawab dan tugas.

Penanaman konsep awal mengenai Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

digunakan metode demonstrasi. Metode demonstrasi bertujuan untuk menarik

perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran kimia. Disamping itu, siswa

lebih mudah memahami konsep yang diberikan peneliti. siswa kelihatan antusias

dan tertarik dengan metode ini. Hal ini dibuktikan dengan banyak siswa yang

ingin mencoba sendiri di depan kelas.

Dalam pembelajaran siklus II keaktifan siswa semakin meningkat. Siswa

mulai terbiasa dengan diskusi kelompok. Pada siklus II ini kerjasama dalam

kelompok sudah mulai terlihat. Siswa dengan kemampuan tinggi mau

bekerjasama dan menjadi tutor bagi temannya yang mempunyai kemampuan lebih

rendah. Siswa dengan kemampuan yang lebih rendah sudah mulai mau mencoba

yaitu dengan bimbingan peneliti. Selama pembelajaran berlangsung peneliti selalu

mengaktifkan siswa dan menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Melalui

kegiatan diskusi peneliti menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan

bermakna bagi siswa, karena siswa menemukan sendiri pengetahuan yang

dipelajarinya. Di samping itu waktu yang digunakan dalam diskusi menjadi lebih
76

efektif karena siswa sudah mempersiapkan dulu materi yang akan diajarkan

melalui pemberian tugas awal.

Kuis diberikan setiap akhir pertemuan yaitu dengan jumlah soal 1 yang

harus dikerjakan dalam waktu 10 menit. Hal ini bertujuan agar peneliti segera

mengetahui materi yang belum dikuasai oleh siswa sehingga peneliti dapat segera

memberikan umpan balik. Pemberian umpan balik tidak hanya berupa jawaban

yang benar tetapi juga ditambah dengan pejelasan. Dengan demikian, siswa akan

lebih memahami umpan balik yang diberikan dan dapat menerima umpan balik

tersebut. Dari penjelasan dalam umpan balik yang diberikan oleh peneliti, siswa

dapat mempelajari lagi materi pelajaran dan cara mengerjakan soal yang belum

dia dikuasai.

Hasil tes siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami

peningkatan dari siklus I. Nilai rata-rata siswa mencapai 76,66, ini lebih tinggi

dari siklus I yaitu 67,26. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat 12,09%, dari

80,95% menjadi 92,86%. Peningkatan hasil belajar siswa karena siswa sudah bisa

memanfaatkan umpan balik kuis yang diberikan oleh peneliti. Bahkan siswa

menanyakan kembali umpan balik yang diberikan oleh peneliti, apabila ia tidak

memahami penjelasan dalam umpan balik. Siswa juga lebih aktif dalam kegiatan

belajar. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi bahwa siswa yang memperoleh

nilai afektif dengan kriteria baik meningkat menjadi 90%. Persentase aktifitas

peneliti pada pembelajaran juga meningkat menjadi 76%. Ini berarti aktifitas

peneliti dinilai baik oleh guru mitra.


77

Meskipun hasil belajar pada siklus II sudah memenuhi indikator

keberhasilan kerja penelitian, namun proses pembelajaran kimia masih perlu

dioptimalkan. Siswa harus dilatih cara memberi umpan balik pada dirinya sendiri

sehingga siswa akan semakin memahami materi pelajaran yang berikan oleh

peneliti dan dapat memperbaiki kesalahannya sendiri.

Pada siklus II ini masih ada 3 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan dari

hasil sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada siswa tersebut mereka mengaku

bahwa sebenarnya mereka kurang berminat dengan jurusan IPA. Satu diantara

mereka hanya menuruti kehendak orang tuanya yang menginginkan mereka

masuk IPA meskipun kemampuan mereka rendah, sedangkan yang lain hanya

ikut-ikutan teman. Pada siklus II, perlu dioptimalkan lagi hasil belajar siswa

sehingga semua siswa dapat tuntas belajar. Peneliti harus lebih memotivasi siswa

sehingga siswa lebih bersemangat untuk meningkatkan hasil belajarnya dan

memberikan bimbingan khusus pada siswa yang belum tuntas belajar.

Siklus III dilaksanakan untuk lebih memantapkan peningkatan hasil

belajar siswa. Siklus III terdiri atas 3 kali pertemuan (5 jam pelajaran) dengan

materi pokok pengaruh pH terhadap Hasil Kali Kelarutan dan Reaksi

Pengendapan. Metode yang digunakan dalam siklus ini lebih bervariasi yaitu

metode tanya jawab, drill soal, diskusi kelompok, dan praktikum. Penggunaan

metode praktikum dalam siklus ini agar siswa lebih terlibat langsung untuk

melakukan percobaan dan untuk meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini juga

bertujuan agar siswa tidak bosan dengan pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan

praktikum ini siswa tampak lebih aktif dan kemampuan psikomotorik siswa juga
78

lebih baik dari sebelumnya, yaitu siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria

terampil 100%.

Kuis pada siklus III diberikan 2 kali yaitu pada pokok bahasan Pengaruh

pH terhadap Ksp dan pokok bahasan Reaksi Pengendapan. Dalam memberikan

umpan balik, peneliti tidak hanya memberikan penjelasan mengenai jawaban yang

benar tetapi juga memberi motivasi, komentar dan saran. Peneliti juga melatih

siswa memberikan umpan balik pada dirinya sendiri, dengan cara siswa harus

mengerjakan lagi soal kuis di rumah dan juga bisa dengan cara berdiskusi dengan

teman. Dengan demikian siswa akan mengetahui lebih dahulu, apakah jawaban

kuisnya ada kesalahan apa tidak. Selanjutnya untuk memastikan, umpan balik

siswa harus dicocokkan dengan umpan balik yang diberikan oleh peneliti. Dengan

memberi umpna balik pada diri sendiri kemudian mempelajari umpan yang

diberikan oleh peneliti berarti siswa berulang-ulang mempelajari materi pelajaran.

Sesuai dengan prinsip-prinsip belajar (Darsono 2000:4) bahwa mengulang-ulang

materi pelajaran dapat mempermudah siswa dalam mengingat dan memahami

materi pelajaran. Hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dibuktikan

dengan hasil tes siswa pada siklus III. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada

siklus III adalah 80,1 dengan ketuntasan belajar 95,24% secara klasikal. Jika

dibandingkan dengan pencapaian hasil belajar siklus I dan II hasil belajar siswa

tersebut menunjukkan peningkatan. Hal tersebut menunjukkan adanya

peningkatan pemahaman konsep yang sedang dibahas.

Pada pelaksanaan siklus III peneliti telah mampu menyajikan proses

pembelajaran yang dapat merangsang seluruh siswa untuk aktif. Aktifitas guru
79

meningkat menjadi 81%. Ini menunjukkan bahwa aktifitas peneliti dinilai baik

oleh guru mitra. Kerja sama dalam kelompok terlihat kental mewarnai aktifitas

siswa, baik saat melakukan diskusi maupun presentasi hasil diskusi. Siswa lebih

antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari hasil observasi aktifitas dan

keaktifan siswa meningkat dan menyebabkan suasana kelas saat pembelajaran

berlangsung tampak hidup. Dalam mengerjakan latihan soal, siswa mengerjakan

soal di depan kelas tanpa harus ditunjuk oleh peneliti. Siswa yang memperoleh

kriteria baik meningkat menjadi 100%. Hal ini membuktikan siswa merasa

senang, tidak takut dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil angket tanggapan terakhir siswa mengenai pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan diberi umpan balik kuis, siswa yang menyukai pembelajaran

STAD sebanyak 48% pada pilihan sangat setuju, 33% pada pilihan setuju dan

19% pada pilihan biasa saja. Penerimaan siswa terhadap umpan balik meningkat

yaitu 45% pada pilihan sangat setuju, 34% pada pilihan setuju dan 21% pada

pilihan biasa saja. Hal ini menunjukkan siswa lebih menyukai cara guru mengajar

dalam pembelajaran STAD yang diberi umpan balik kuis.

Pada akhir siklus III masih ada 2 siswa yang belum tuntas yaitu

memperoleh nilai 60. Kedua siswa ini memang mempunyai kemampuan lebih

rendah dibandingkan yang lain dan dibutuhkan bimbingan khusus untuk

menanganinya. Meskipun demikian, kedua siswa ini mengalami peningkatan hasil

belajar dari siklus I dengan nilai 40 sampai siklus III dengan nilai 60.

Pada proses pembelajaran siklus III terjadi perubahan-perubahan seperti

yang diharapkan, diantaranya yaitu hasil belajar siswa lebih meningkat, motivasi
80

siswa meningkat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, serta suasana

pembelajaran menjadi lebih kondusif. Siswa-siswa yang pada pembelajaran siklus

I dan II terlihat pasif pada pembelajaran siklus III tampak lebih aktif bekerjasama

dan mengemukakan pendapatnya dalam kelompok serta berani mengerjakan dan

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi

dalam pembelajaran di kelas XI-IPA1 yaitu siswa kurang memahami materi

pelajaran karena enggan bertanya kepada guru sudah dapat diatasi. Dalam

pembelajaran kelompok siswa yang belum memahami materi pelajaran dapat

bertanya kepada siswa yang lain untuk membantunya dalam memahami materi

pelajaran. Peneliti juga menciptakan suasana yang tidak menegangkan sehingga

siswa tidak takut lagi bertanya kepada peneliti jika mengalami kesulitan belajar.

Pencapaian ketuntasan belajar siswa sudah sesuai yang diharapkan yaitu

85% siswa memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 65. Selain itu, hasil

belajar siswa mengalami peningkatan secara bertahap dari siklus I hingga siklus

III. Keaktifan siswa juga meningkat setiap siklusnya. Dengan demikian model

pembelajaran yang diterapkan peneliti, yaitu memberikan umpan balik kuis dalam

model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI-IPA1

SMA Negeri 1 Lubuk Sikaping . Semakin baik teknik pemberian umpan balik dan

semakin baik tanggapan siswa terhadap hasil umpan balik maka hasil belajar siswa

akan semakin meningkat. Selain itu adanya penghargaan kelompok akan

lebih memotivasi siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Yang

terpenting
81

dalam model pembelajaran ini adalah sikap kerjasama, tolong menolong, saling

menghargai dan kekeluargaan terlihat pada sikap siswa.

Peningkatan hasil belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa

digambarkan dalam bentuk diagram berikut.


82

Diagram Hasil Belajar Siswa


Nilai tertinggi

120
Nilai terendah
100
100
100 90 Nilai Rata-rata
76.66 80.1 siswa
Nilai Siswa 80
70 67.26
60
60
55
40 40
35.54
20
15
0
Data awal Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 2. Diagram peningkatan hasil belajar siswa

Diagram Ketuntasan Belajar Siswa

120 Jumlah siswa


yang tuntas
100 92.84 95.24 belajar
Ketuntasan Belajar

80.95
80 Persentase
ketuntasan
60
39 40
40 34

20 12
5
0
Data awal Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 3. Diagram ketuntasan belajar siswa


82

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

diambil simpulan sebagai berikut.

Melalui pemberian umpan balik kuis dalam model pembelajaran STAD

dapat meningkatkan hasil belajar kimia pada pokok bahasan Hidrolisis, Kelarutan

dan Hasil Kali Kelarutan pada siswa kelas XI-IPA1 semester 2 SMA Negeri 1

Lubuk Sikaping Tahun ajaran 2017/2018 . Peningkatan ini terlihat dari nilai rata-

rata yang diperoleh siswa yaitu 67,26 pada siklus I, kemudian meningkat

menjadi 76,66 pada siklus II dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 80,1.

Ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I adalah

80,95%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 92,86% dan meningkat lagi

pada siklus III 95,24%. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah terpenuhi

yaitu 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai lebih besar atau sama

dengan 65. Namun secara individual masih ada 2 siswa yang belum tuntas

belajar.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan:

(1) Dalam menggunakan model pembelajaran STAD diperlukan manajemen

waktu yang baik, sehingga siswa benar-benar bisa memanfaatkan waktu

untuk berdiskusi dan memahami materi yang dipelajari.

82
83

(2) Guru hendaknya menggunakan beberapa metode pembelajaran yang lebih

bervariasi melalui model pembelajaran STAD, sehingga siswa tidak menjadi

cepat bosan dengan materi yang diajarkan. Misalkan, dengan menggunakan

metode permainan atau dengan metode karyawisata.

(3) Guru hendaknya meningkatkan teknik pemberian umpan balik sehingga

umpan balik dapat diterima dan direspon oleh siswa. Antara lain, pemberian

umpan balik tidak hanya dilakukan secara individual pada lembar jawaban

siswa tetapi juga secara klasikal setelah tes selesai. Pemberian umpan balik

dapat ditindak lanjuti dengan pemberian tugas pada siswa untuk

mengerjakan kembali jawaban yang salah kemudian dikumpulkan. Dengan

demikian siswa akan mencoba sendiri memperbaiki jawabannya dengan

petunjuk yang diberikan oleh guru. Umpan balik tidak hanya diberikan

kepada siswa yang melakukan kesalahan namun juga pada siswa yang sudah

menjawab benar yaitu dengan memberikan komentar/motivasi.


84

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Semarang press.

Apitasari, Rina. 2005. Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe


Student Teams Achievement Division (STAD) dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stokiometri
Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran
2004/2005. Skripsi. Semarang: UNNES.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi


Aksara

Darsono, Marx. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Pres

Dimyati, Mahmud. 1994. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta

Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama

Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


Sistem. Jakarta: Bumi aksara.

Ibrahim, H. Muslimin, Fida R., M. Nur, Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif.


Surabaya: University Pres

Kardi, Soeparman dan Nur, Muhammad. 2001. Pengajaran Langsung. Surabaya:


University Press.

Lie, Anita. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: Grasindo.

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.


Bandung: Bumi Aksara

84
85

Prabowo. Andi. 2005. Komparasi Hasil Belajar Materi Pokok Perhitungan Kimia
Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang antara yang Diberi
Pembelajaran Menggunakan Metode Problem Posing dan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan
Metode Konvensional. Skripsi. Semarang: UNNES

Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperatif Learning. Boston London, Allyn and Bacon

Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya

Suherman, Erman, Turmudi, Didi S., Tatang H., Suhendra, Nurjanah. 1990.
Petunjuk Praktis Evaluasi Pendidikan. Bandung: Wijaya Kusuma

Suherman, Erman, Turmudi, Didi S., Tatang H., Suhendra, Sufyani Prabowo,
Nurjanah, Ade Rohayati. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA

Yuliati. 2005. Pemberian Umpan Balik Hasil Ulangan Kimia dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pengaruhnya terhadap Hasil
Belajar Kimia Siswa Kelas I Semester 2 SMA Negeri I Purworejo Tahun
Pelajaran 2003/2004. Skripsi. Semarang: UNNES
ANGKET SISWA
Nama :
Kelas :
No. Absen :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom yang tersedia menurut pernyataan yang
jawabannya paling sesuai dengan keadaan anda:
No. Pertanyaan SS S BS TS STS
1. Saya tertarik mengikuti pelajaran kimia
subpokok bahasan kelarutan dan hasil kali
kelarutan
2. Saya memahami materi dengan subpokok
bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan
3. Saya menyukai percobaan tentang kelarutan
dan hasil kali kelarutan
4. Saya menyukai belajar dalam kelompok
(STAD)
5. Saya tertarik dalam melakukan diskusi
kelompok pada pembelajaran di kelas
6. Dalam diskusi kelompok saya dan teman
saya saling membantu dalam memahami
materi pelajaran pokok bahasan kelarutan
dan hasil kali kelarutan
7. Saya belajar sungguh agar nilai saya dan
kelompok saya bagus pada sub pokok
bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan
8. Saya bangga jika kelompok saya
memperoleh nilai tertinggi pada sub bahasan
kelarutan dan hasil kali kelarutan
9. Saya termotivasi untuk belajar dengan
penghargaan kelompok yang dilakukan
dalam pembelajaran kooperatif
10. Saya menyukai pemberian umpan balik hasil
kuis, karena saya mengetahui kesalahan saya
saat mengerjakan kuis dan saya dapat
memperbaiki kesalahan saya.
11. Saya menyukai cara guru mengajar dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD

K e t e r a nga n:
SS : sangat setuju TS : tidak setuju
S : setuju STS : sangat tidak setuju
BS : biasa saja
ANGKET PENELITIAN

Nama :
Kelas :
No. Absen :

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom yang tersedia menurut pertanyaan yang
jawabannya paling sesuai dengan keadaan anda:
No. Pertanyaan Ya Tidak
Kerjasama
1. Apakah dengan pembelajaran kelompok membuat
kamu senang?
2. Apakah dengan pembelajaran kooperatif STAD dapat
meningkatkan kerjasama dalam tim-mu?
Kemampuan bertanya
3. Dengan adanya pembelajaran kooperatif STAD?
apakah membuat kamu lebih berani untuk bertanya?
4. Dengan adanya pembelajaran kooperatif STAD, apakah
kamu berani menanggapi pendapat teman?
Penguasan materi
5. Apakah pendekatan pembelajaran kooperatif STAD
membuat kamu lebih bersemangat dalam belajar?
6. Apakah pendekatan pembelajaran kooperatif STAD,
materi hidrolisis dapat dipahami dengan baik?
Presentasi
7. Apakah dengan presentasi di depan kelas membuat
kamu lebih paham metri yang diajarkan ?
8. Apakah presentasi didepan kelas membuat kamu lebih
berani tampil di depan kelas?
Motivasi
9. Apakah kamu termotivasi untuk belajar lebih giat
dengan adanya pembelajaran kelompok (STAD)?
Kuis
10. Apakah dengan adanya kuis yang dilakukan setiap
selesai pertemuan membuat kamu bersemangat dalam
belajar?
11. Apakah kamu senang dengan adanya kuis, karena dapat
mengukur kemampuan kamu dalam pertemuan
tersebut?
Umpan balik kuis
12. Apakah umpan balik kuis dapat membuat kamu lebih
bersemangat dalam menemukan jawaban yang benar
atas kesalahan dalam menjawab kuis?
Penghargaan kelompok
13. Dengan penghargaan kelompok pada pembelajaran
kooperatif STAD, apakah membuat kamu lebih
bersemangat dalam belajar?
Jawaban Kuis 1
-5 -4
Diketahui: Kb NH4OH= 1.10 dan Ka HF= 1.10
Rumus Basa Asam Sifat
No. kimia pembentuk pembentuk larutan Hidrolisis
garam ( jenis ) ( jenis )
1. NaCN NaOH HCN Basa Hidrolisis
(Basa kuat) (Asam lemah) parsial
2. KNO3 KOH HNO3 Netral Tdk
(Basa kuat) (Asam kuat) terhidrolisis
3. NH4Br NH4OH HBr Asam Hidrolisis
(Basa lemah) (Asam kuat) parsial
4. NH4F NH4OH HF Basa Hidrolisis
(Basa lemah) (Asam lemah) total

Jawaban Kuis 2
-9
1. Diketahui: Kh (NH4)2SO4 = 1x10 M
[G] = 0,05
Ditanya pH garam?
Dijawab:
+
[H ] = K h . Val.[G]
-9 −10 −5
= 1.10 . 2.0,05 = 1.10 =10
-5
pH = - log 10 = 5
Jadi pH larutan (NH4)2SO4 tersebut adalah 5

2. Diket: 50 ml lar CH3COOH 2 M + 50 ml lar KOH 2 M


-8
Kh CH3COOK = 1.10
Ditanya: pH campuran?
Dijawab:
n CH3COOH = M . V= 2 x 50 = 100 mmol = 0,1 mol
n KOH = M . V = 2 x 50 = 100 mmol = 0,1 mol
HCOOH + NaOH HCOONa + H2O
M: 0,1 mol 0,1 mol - -
R: 0,1 mol 0,1 mol 0,1 mol 0,1 mol
S - - 0,1 mol 0,1 mol

n 0,1mol
[G] = = =1M
v 0,1L
+
[OH ] = K h . Val.
[G]
−8 −4
= 1.10 =10
-8
1.10 .1.1 =
-4
pOH = - log 10 = 4
pH = 14 - 4 = 10
Jadi pH campuran di atas adalah 10

Jawaban Kuis 3

1. Diketahui: larutan NH4CN 0,1 M


-7
Ka HCN =1x10
-5
Kb NH4OH =1x10
Ditanya pH larutan?
Dijawab:
+ K w .K a
[H ] =
Kb
-14 −7
+
[H ] = 10 .10 −16 -8
-5 = 10 =10
10
-8
pH = - log 10 = 8
Jadi pH larutan NH4CN adalah 8

2. Diketahui: massa NH4Cl = 5,35 gram


V campuran = 1000 ml
-5
Ka NH4Cl = 1.10
Mr NH4Cl = 53,5
+
Ditanya [H ] ?
Dijawab:
massa 1000
[G] = x
Mr V
5,35 1000
= x = 0,1 M
53,5 1000

+ K w . Val.
[H ] =
[G] K b

+ 10
−14 .1.0,1
[H ] = −5
= 1.10 −10 = 10 −5 M
10
+ -5
Jadi konsentrasi ion H dalam larutan NH4Cl adalah 10 M
-8
3. Diketahui: Kh (CH3COO)2Ba = 1.10
pH = 9
Ditanya konsentrasi (CH3COO)2Ba?
Dijawab:
pH = 9
pOH = 14 – 9 = 5
-
pOH = -log [OH ]
- -5
[OH ] = 10

[OH ] = K h . Val.[G]
-5
10 = 10 -8.2.[G]
-10 -8
10 = 2 .10 . [G]
-3
[G] = 5 x 10 M
-3
Jadi konsentrasi (CH3COO)2Ba adalah 5 x 10 M

Jawaban Kuis 4

1. Diketahui: Senyawa Li3PO4


Kelarutan = s
Ditanya reaksi kesetimbangan dan rumus Ksp ?
Dijawab:
a. reaksi kesetimbangan ion
+ 3-
Li3PO4 3Li + PO4
s 3s s
+ 3 3-
b. Ksp Li3PO4 = [Li ] [PO4 ]
3
= (3s) . s
3 4
= 27s . s = 27 s

Jawaban Kuis 5

-3
1. Diketahui: kelarutan CuS dalam 100 ml air adalah 1,92 x 10 gram
Mr CuS = 96
Ditanya Ksp?
Dijawab:
massa 1000
[CuS] = x
Mr v
-
1,92 x 10 1000 −5
= x = 8 x 10 M
96 250
2+ 2-
CuS Cu + S
s s s
2+ 2-
Ksp CuS = [Cu ] [S ]
=s.s
2
=s
-5 -10
= (8 x 10 )
-10
= 64 x10
-9
= 6,4 x 10

Jawaban Kuis 6
-3 -1
1. Diketahui: kelarutan (s) PbCl2 dalam air = 2x10 molL
Ditanya kelarutan PbCl2 dalam NaCl 0,1 M?
Dijawab:
2+ -
PbCl2 Pb + 2Cl
s s 2s
2+ - 2
Ksp PbCl2 = [Pb ] [Cl ]
2
= s . (2s)
3
= 4s
-3 2 -9
= 4 . (2x10 ) = 32x10
kelarutan dalam NaCl 0,1 M
+ -
NaCl Na + Cl
0,1 0,1 0,1
2+ - 2
Ksp PbCl2 = [Pb ] [Cl ]
-9 2
32x10 = s . (0,1)
-9
32x10
s=
0,01
−6
= 3,2 x 10
−1
molL

Jawaban Kuis 7

1. Diketahui: pH larutan Ba(OH)2 jenuh = 9


Ditanya Ksp Ba(OH)2?
Dijawab:
pH = 9
pOH = 14 – 9 = 5
- -5
[OH ] = 10
2+ -
Ba(OH)2 Ba + 2OH
s s 2s
- -5
[OH ] = 2s = 10
1 −5 −6 -1
s = x10 = 5 x10 molL
2
2+ - 2
Ksp Ba(OH)2 = [Ba ] [OH ]
2
= s . (2s)
3
=4s
3 3
= 4 . (5x10 )
9
= 4 x 125 x10
-16
= 5 x 10

Jawaban Kuis 8

1. Diketahui: 100 ml larutan MgCl2 0,01 M + 100 ml larutan NaOH 0,02 M


-12
Ksp Mg(OH)2 = 4 x 10
Ditanya peristiwa yang terjadi?
Dijawab:
100 ml larutan MgCl2 0,01 M
n MgCl2 = M . V
= 0,01 x 100 = 1 mmol
2+ -
MgCl2 Mg + 2Cl
1 mmol 1 mmol 1mmol

100 ml larutan NaOH 0,02 M


n NaOH = M . V
= 0,02 x 100 = 2 mmol
+ -
NaOH Na + OH
2 mmol 2 mmol 2 mmol

MgCl2 + NaOH Mg(OH)2 + NaCl


2+ -
Mg(OH)2 Mg + 2OH
2+ 1 −3
[Mg ] = = 5.10 M
200
- 2 −2
[OH ] = =1.10 M
200
2+ - 2 -3 -2 2 -7
[Mg ] [OH ] = 5 . 10 x (1 . 10 ) = 5 x 10
-12
Ksp Mg(OH)2 = 4 x 10
+ -
Ksp Mg(OH)2 < [Ag ] [I ]
-12 -7
4 x 10 < 5 x 10
dalam peristiwa di atas terjadi pengendapan.
PENILAIAN AFEKTIF

Aspek yang dinilai dan kriteria penyekoran hasil belajar Afektif:


I. Kehadiran di kelas
5 : selalu masuk dan tidak pernah terlambat
4 : selalu masuk dan pernah terlambat
3 : pernah tidak masuk dan tidak pernah terlambat
2 : pernah tidak masuk dan sering terlambat
1 : sering tidak masuk

II. Kerjasama
5 : selalu bekerjasama dalam kelompok dan selalu menyumbangkan ide
4 : bekerjasama dalam kelompok dan kadang menyumbangkan ide
3 : bekerjasama dalam kelompok dan tidak menyumbangkan ide
2 : jarang bekerjasama dalam kelompok
1 : tidak pernah bekerjasama dalam kelompok

III.Kejujuran
5 : tidak pernah bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes
4 : pernah bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes
3 : kadang-kadang bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes
2 : sering bertanya pada teman sewaktu mengerjakan tes
1 : selalu bertanya pada teman sewaktu mngerjakan tes

IV. Tanggung Jawab


5 : aktif melaksanakan tugas dari guru dengan baik dan selesai tepat waktu
4 : aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah selesai tidak tepat waktu
3 : aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tidak tepat waktu
2 : kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak selesai
1 : tidak aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak pernah selesai

V. Perhatian mengikuti pelajaran


5 : dalam mengikuti pelajaran penuh perhatian dan sering menyampaikan
pendapat
4 : dalam mengikuti pelajaran perhatian tetapi jarang menyampaikan pendapat
3 : dalam mengikuti pelajaran perhatian tetapi tidak menyampaikan pendapat
2 : dalam mengikuti pelajaran kurang perhatian dan jarang menyampaikan
pendapat
1 : dalam mengikuti pelajaran kurang perhatian dan tidak pernah
menyampaikan pendapat

VI. Bertanya di kelas


5 : selalu bertanya saat mengikuti pelajaran
4 : sering bertanya saat mengikuti pelajaran
3 : kadang-kadang bertanya saat mengikuti pelajaran
2 : jarang bertanya saat mengikuti pelajaran
1 : tidak pernah bertanya saat mengikuti pelajaran

VII. Kerapian dan kelengkapan buku catatan


5 : buku catatan rapi dan lengkap
4 : buku catatan kurang rapi tetapi lengkap
3 : buku catatan rapi tetapi kurang lengkap
2 : buku catatan kurang rapi dan kurang lengkap
1 : buku catatan tidak rapi dan tidak lengkap

VIII. Kerajinan membawa buku referensi


5 : selalu membawa buku referensi
4 : pernah tidak membawa buku referensi
3 : kadang-kadang tidak membawa buku referensi
2 : jarang membawa buku referensi
1 : tidak pernah membawa buku referensi

IX. Partisipasi dalam kegiatan praktikum


5 : selalu berpartisipasi dalam kegiatan praktikum
4 : sering berpartisipasi dalam kegiatan praktikum
3 : kadang-kadang berpartisipasi dalam kegiatan praktikum
2 : jarang berpartisipasi dalam kegiatan praktikum
1 : tidak pernah berpartisipasi dalam kegiatan praktikum

X. Menghargai pendapat orang lain


5 : selalu menghargai pendapat orang lain, tidak ramai sendiri, dan
mendengarkan pendapat orang lain
4 : pernah tidak menghargai pendapat orang lain, tidak ramai sendiri dan
mendengarkan pendapat orang lain
3 : kadang tidak mengahargai pendapat orang lain, tetapi tidak ramai sendiri
dan mendengarkan pendapat orang lain
2 : sering tidak menghargai pendapat orang lain, ramai sendiri dan pernah
tidak mendengarkan pendapat orang lain
1 : tidak mendengarkan pendapat orang lain, ramai sendiri dan tidak
menghargai pendapat orang lain
PENILAIAN PSIKOMOTORIK

Aspek yang dinilai dan kriteria penyekoran hasil belajar Psikomotorik

I. Menyiapkan alat dan bahan


5 : dapat menyiapkan alat dan bahan, lengkap tanpa bantuan guru
4 : dapat menyiapkan alat dan bahan, lengkap dengan sedikit bantuan guru
3 : dapat menyiapkan alat dan bahan, lengkap dengan bantuan guru
2 : dapat menyiapkan alat dan bahan tetapi kurang lengkap
1 : tidak menyapkan alat dan bahan

II. Menyusun rancangan percobaan


5 : membuat rancangan percobaan dengan runtut, sestematis dan rapi
4 : membuat rancangan percobaan dengan runtut, sistematis, kurang rapi
3 : membuat rancangan percobaan dengan runtut tetapi kurang sistematis
2 : membuat rancangan percobaan kurang runtut dan kurang sistematis
1 : tidak membuat rancangan percobaan

III. Melakukan percobaan


5 : melakukan percobaan dengan sangat terampil
4 : melakukan percobaan dengan terampil
3 : melakukan percobaan dengan kurang terampil
2 : melakukan percobaan dengan tidak terampil
1 : tidak melakukan percobaan

IV. Mengamati hasil percobaan


5 : membaca hasil percobaan dengan teliti dan benar tanpa bantuan guru
4 : membaca hasil percobaan dengan teliti dan benar dengan bantuan guru
3 : membaca hasil percobaan kurang teliti
2 : membaca hasil percobaan tidak teliti
1 : tidak dapat membaca hasil percobaan

V. Menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil percobaan


5: dapat membuat kesimpulan dengan benar, lengkap dan berani
mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas
4: dapat membuat kesimpulan dengan benar, lengkap tetapi tidak berani
mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas
3: dapat membuat kesimpulan dengan benar, kurang lengkap dan tidak
berani mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas
2: dapat membuat kesimpulan dengan kurang benar, kurang lengkap dan
tidak berani mengkomunikasikan hasil pengamatan di depan kelas
1: tidak dapat membuat kesimpulan
KUIS 1
Kerjakan soal-soal berikut secara individu!
Lengkapilah tabel berikut ini:
No. Rumus Basa Asam Sifat Hidrolisis
kimia pembentuk pembentuk larutan
garam ( jenis ) ( jenis )
1. NaCN

2. KNO3

3. NH4Br

4. NH4F

-5 -4
Diketahui: Kb NH4OH= 1.10 dan Ka HF= 1.10

Selamat
Mengerjakan

KUIS 2
Kerjakan soal-soal berikut secara individu!
-9
1. Tetapan hidrolisis dari (NH4)2SO4 adalah 10 . Berapakah pH dari 0,05 M
larutan tersebut!
2. Berapakah pH larutan yang terbentuk jika 50 ml CH3COOH 2 M dicampur
dengan 50 ml KOH 2 M. Jika diketahui tetapan hidrolisis (Kh CH3COOH
-8
=1.10 )?

Selamat Mengerjakan
KUIS 3
Kerjakan soal-soal berikut secara individu!
-7
1. Tentukan pH dari larutan NH4CN 0,1 M jika diketahui Ka HCN= 1x10 dan
-5
Kb NH4OH= 1x10 !
2. Sebanyak 5,35 gram NH4Cl dilarutkan dalam air hingga volumenya menjadi
+
1000 mL. Berapakah [H ] dalam larutan tersebut?
-5
(diketahui Mr NH4Cl= 53,5 dan Kb NH4OH: 1.10 )
3. Berapakah konsentrasi larutan (CH3COO)2Ba yang memiliki pH=9, jika
-8
diketahui tetapan hidrolisis (Kh) larutan tersebut adalah 1.10 ?

Selamat
Mengerjakan

KUIS 4
Kerjakan soal-soal berikut secara individu!
1. Tuliskan reaksi kesetimbangan ion dan rumusan Ksp untuk senyawa Li3PO4 ,
jika kelarutan Li3PO4 dinyatakan dengan s!

Selamat
Mengerjakan

KUIS 5
Kerjakan soal-soal berikut secara individu!
1. Kelarutan CuS dalam 250 ml air adalah 1,92 mg. Bila Mr CuS= 96, maka Ksp
CuS adalah….

Selamat
Mengerjakan
KUIS 6
Kerjakan soal-soal berikut secara individu!
-3 -1
1. Jika Kelarutan PbCl2 dalam air adalah 2x10 molL . Berapakah kelarutan
PbCl2 dalam larutan NaCl 0,1 M?

Selamat
Mengerjakan

KUIS 7
Kerjakan soal-soal berikut secara individu!
1. Larutan jenuh Ba(OH)2 mempunyai pH= 9. Harga Ksp basa tersebut adalah….

Selamat
Mengerjakan

KUIS 8
Kerjakan soal-soal berikut secara individu!
1. Sebanyak 100 mL larutan MgCl2 0,01 M dicampur dengan 100 ml larutan
NaOH 0,02 M. Peristiwa yang akan terjadi adalah…
-12
( Ksp Mg(OH)2 = 4x10 )

Selamat
Mengerjakan
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
SIKLUS :
PERTEMUAN :
NO. ASPEK YANG DIAMATI SKOR JUMLAH
1 2 3 4 5 SKOR
1. Kesiapan menerima pelajaran
a. Membuat catatan/rangkuman
materi yang akan disajikan
b. Membawa buku paket
c. Membawa buku referensi lain
yang relevan
d. Membawa buku catatan kimia
2. Proses kegiatan belajar mengajar
a. Memperhatikan penjelasan
guru
b. Bekerjasama dalam kelompok
c. Aktif memecahkan masalah
menggunakan referensi yang
ada
d. Menyelesaikan tugas
e. Aktif dan mampu menjawab
pertanyaan guru
f. Aktif menjawab pertanyaan
teman

JUMLAH SKOR
NILAI

Keterangan skor : Keterangan nilai :


Skor 1 : jumlah siswa 1-8 A: sangat baik : jumlah skor 43 – 50
Skor 2 : jumlah siswa 9 – 17 B: baik : jumlah skor 35 – 42
Skor 3 : jumlah siswa 18 – 26 C: cukup : jumlah skor 27 – 34
Skor 4 : jumlah siswa 27 – 34 D: kurang : jumlah skor 19 – 26
Skor 5 : jumlah siswa 35 – 42 E: sangat kurang : jumlah skor 10 – 18
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN TINDAKAN GURU
SIKLUS :
PERTEMUAN :
NO. ASPEK YANG DIAMATI KETERANGAN Skor
1 2 3 4 5
1. Persiapan
a. Silabus * ( ada/tidak ada)
b. Rencana Pembelajaran * (sesuai/tidak sesuai)
2. Pendahuluan
a. motivasi * (ada/tidak ada)
b. mengorganisasi kelas * (tertib/tidak tertib)

3. Pengembangan
a. penguasaan materi * (baik/cukup/kurang)
b. kesesuaian urutan materi * (sesuai/tidak sesuai)
dengan indikator
c. penguasaan metode * (baik/cukup/kurang)
pembelajaran
d. memberikan bimbingan * (ya/tidak
kepada individu
e. memberikan pertanyaan * (sesuai/tidak sesuai)
kepada siswa
f. menjawab pertanyaan dari * (sesuai/tidak sesuai)
siswa
g. pengelolaan waktu * (sesuai/tidak sesuai)
4. Penerapan
a. kesesuaian evaluasi * (sesuai/tidak sesuai)
dengan indikator
b. kesesuaian evaluasi * (sesuai/tidak sesuai)
dengan waktu
5. Penutup
a. memberi bimbingan * (ya/tidak)
dalam menarik
kesimpulan
b. pemberian tugas * ( ada/tidak ada)

Jumlah skor dan Persentase


Keterangan: pada * coret pilihan yang tidak sesuai

Kriteria penilaian:
Sangat baik : 64 – 75
Baik : 52 – 63 Lubuk Sikaping , Mei 2018
Cukup : 40 – 51
Kurang : 28 – 39
Sangat kurang: 15 – 27
OBSERVASI KEGIATAN PRAKTIKUM I

Jenis Penilaian : Psikomotorik


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI IPA-1/ 2

Pokok Bahasan : Hidrolisis


Percobaan : Menentukan Sifat-sifat Larutan Garam

Aspek yang dinilai

No. Nama Siswa Mempersiap Menyusun Melaku- Menga- Menarik kesimpu- Jml. Penca- Nilai Ket.
kan bahan rancangan kan mati hasil lan dan mengko- Skor paian
percobaan percobaan percobaan percobaan munikasikan hasil (%)
percobaan
1. Ab 4 4 4 5 3 20 80 B
2. Ac 4 4 4 4 3 19 76 B
3. Ai 4 4 3 5 3 19 76 B
4. An 4 3 3 4 4 18 72 B
5. Ari 4 4 3 4 4 19 76 B
6. Ari 4 4 4 4 3 19 76 B
7. Dar 4 3 3 5 4 19 76 B
8. Deb 4 3 4 4 4 19 76 B
9. Dh 4 4 4 5 3 20 80 B
10. Di 4 4 4 4 3 19 76 B
11. Din 4 4 4 4 3 19 76 B
12. Dw 4 4 3 4 3 18 72 B
13. Erv 4 3 3 4 3 17 68 C
14. Fau 4 4 3 4 4 19 76 B
15. Gu 4 4 3 3 3 17 68 C
16. Ha 4 4 4 4 3 19 76 B
17. Ha 4 4 3 3 4 18 72 B
18. He 4 4 3 4 3 18 72 B
19. Ir 4 4 3 5 3 19 76 B
20. Jam 4 4 4 3 4 19 76 B
21 Ma 4 4 4 4 3 19 76 B
22 Mo 4 4 4 5 3 20 80 B
23 Muh 4 4 4 4 3 19 76 B
24 Mu 4 3 3 4 3 17 68 C
25 Mul. 4 4 4 5 4 21 84 B
26 Muk 4 4 4 4 4 20 80 B
27 Mus 4 4 3 5 3 19 76 B
28 Nad 4 3 4 5 3 19 76 B
29 Nd 4 3 4 5 3 19 76 B
30 Nur 4 4 4 4 3 19 76 B
31 Puji 4 4 4 4 3 19 76 B
32 Puj 4 3 4 4 4 19 76 B
33 Rin 4 3 4 5 3 19 76 B
34 Rin 4 3 4 4 4 19 76 B
35 Riy 4 4 4 4 3 19 76 B
36 Riz 4 3 4 5 3 19 76 B
37 Ryi 4 4 4 4 4 20 80 B
38 Sri 4 3 4 5 3 19 76 B
39 Suh 4 3 3 4 3 17 68 C
40 Sult 4 3 3 4 3 17 68 C
41 Suw 4 4 3 4 4 19 76 B
42 Zeti 4 4 4 4 3 19 76 B
Skor maksimal: ∑ aspek yang dinilai x 5
∑ skor yang diperoleh
Pencapaian : x100 Kriteria Penilaian: skor dan pencapaian
%
skor maksimal A: Sangat terampil : 43 – 50 dan 86 – 100
B: Terampil : 35 – 42 dan 70 – 85
C: Cukup : 27 – 34 dan 54 – 69
D: Kurang terampil : 19 – 26 dan 37 – 53
E: Sangat kurang : 10 – 18 dan 20 – 37
OBSERVASI KEGIATAN PRAKTIKUM II

Jenis Penilaian : Psikomotorik


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI IPA-1/ 2
Pokok Bahasan : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Percobaan : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Aspek yang dinilai

No. Nama Siswa Mempersiap Menyusun Melaku- Menga- Menarik kesimpu- Jml. Penca- Nilai Ket.
kan bahan rancangan kan mati hasil lan dan mengko- Skor paian
percobaan percobaan percobaan percobaan munikasikan hasil (%)
percobaan
1. Ab 5 4 4 5 4 22 88 A
2. Ac 4 4 4 3 4 19 76 B
3. Ai 4 4 4 5 3 20 80 B
4. An 4 4 3 4 4 19 76 B
5. Ari 4 4 4 4 4 20 80 B
6. Ari 4 4 4 4 3 19 76 B
7. Dar 4 4 3 4 4 20 80 B
8. Deb 5 3 4 4 4 20 80 B
9. Dh 4 4 4 5 4 21 84 B
10. Di 4 4 4 4 4 20 80 B
11. Din 4 4 4 4 4 20 80 B
12. Dw 4 4 3 4 4 19 76 B
13. Erv 4 3 3 4 4 18 72 B
14. Fau 4 4 4 4 4 20 80 B
15. Gu 4 4 3 4 4 18 72 B
16. Ha 4 4 4 5 4 21 84 B
17. Ha 4 4 4 3 4 19 76 B
18. He 5 4 4 3 3 19 76 B
19. Ir 4 4 4 4 4 20 80 B
20. Jam 4 3 4 4 4 19 76 B
21 Ma 4 4 4 4 4 20 80 B
22 Mo 5 4 4 5 4 22 88 B
23 Muh 4 4 4 4 4 20 80 B
24 Mu 4 3 3 4 4 18 72 B
25 Mul. 5 4 4 5 4 22 88 B
26 Muk 4 4 4 4 4 20 80 B
27 Mus 4 4 4 4 4 20 80 B
28 Nad 4 4 4 4 3 19 76 B
29 Nd 4 3 4 4 4 19 76 B
30 Nur 4 4 4 4 4 20 80 B
31 Puji 4 3 4 4 4 19 76 B
32 Puj 4 4 4 4 4 20 80 B
33 Rin 5 3 4 4 4 20 80 B
34 Rin 4 4 4 5 4 21 84 B
35 Riy 4 3 4 4 4 19 76 B
36 Riz 4 4 4 4 3 19 76 B
37 Ryi 5 4 4 4 4 21 84 B
38 Sri 4 3 4 4 4 19 76 B
39 Suh 4 4 3 4 4 19 76 B
40 Sult 4 3 3 4 4 18 72 B
41 Suw 4 4 4 4 4 20 20 B
42 Zeti 4 4 4 3 4 19 76 B
Skor maksimal: ∑ aspek yang dinilai x 5
∑ skor yang diperoleh
Pencapaian : x100 Kriteria Penilaian: skor dan pencapaian
%
skor maksimal A: Sangat terampil : 43 – 50 dan 86 – 100
B: Terampil : 35 – 42 dan 70 – 85
C: Cukup : 27 – 34 dan 54 – 69
D: Kurang terampil : 19 – 26 dan 37 – 53
E: Sangat kurang : 10 – 18 dan 20 – 37
OBSERVASI SIKLUS I

Jenis Penilaian : Afektif


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI IPA-1 / 2
Pokok Bahasan : Hidrolisis

No. Nama Siswa Aspek yang dinilai Skor Pencapaian Nilai Ket.
1 II III IV V VI VII VIII IX X (%)
1. Ab 3 2 5 4 4 4 3 5 5 3 38 76 B
2. Ac 4 3 4 4 3 2 2 5 4 4 35 70 B
3. Ai 5 3 4 4 3 1 3 5 3 4 35 70 B
4. An 5 2 4 2 3 3 2 5 3 3 32 64 C
5. Ari 5 2 4 3 3 2 3 5 3 3 33 66 C
6. Ari 4 3 5 4 3 1 4 4 4 4 36 72 B
7. Dar 5 2 5 4 3 2 4 5 3 4 36 72 B
8. Deb 5 2 5 4 3 1 3 5 4 3 35 70 B
9. Dh 5 4 5 4 3 2 4 4 5 5 41 82 B
10. Di 4 4 4 4 3 1 5 5 5 5 40 80 B
11. Din 5 3 5 4 3 2 3 5 4 4 38 76 B
12. Dw 4 3 5 3 3 2 4 4 3 4 35 70 B
13. Erv 5 1 4 3 1 1 4 5 2 2 28 56 C
14. Fau 4 3 5 3 3 1 3 5 4 5 36 72 B
15. Gu 4 2 4 2 1 1 3 5 3 3 26 52 C
16. Ha 3 4 4 3 4 3 2 5 4 4 36 72 B
17. Ha 3 1 5 3 2 1 2 5 3 3 28 58 C
18. He 5 3 5 3 3 1 3 4 4 5 36 72 B
19. Ir 3 2 5 3 3 1 2 5 3 4 31 62 C
20. Ab 4 3 4 2 2 1 4 4 3 4 31 62 C
21 Ac 5 4 5 4 3 2 3 5 5 5 41 82 B
22 Ai 4 4 5 3 5 4 2 4 5 3 39 78 B
23 An 4 2 5 3 2 2 3 4 3 2 30 60 C
24 Jam 4 2 5 2 1 1 3 5 3 2 28 56 C
25 Ma 3 4 5 5 4 3 4 4 5 5 42 84 B
26 Mo 4 3 4 4 3 1 3 5 3 5 35 70 B
27 Muh 5 2 5 3 2 1 3 5 4 2 32 64 C
28 Mu 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 29 58 C
29 Mul. 5 3 4 4 3 1 3 4 4 5 36 72 B
30 Muk 5 2 4 3 1 1 3 5 4 2 30 60 C
31 Mus 4 3 5 4 3 2 4 5 4 4 38 76 B
32 Nad 5 3 5 4 3 1 3 5 4 4 37 74 B
33 Nd 5 2 5 4 3 1 5 5 3 3 36 72 B
34 Nur 5 3 5 4 3 2 3 5 4 4 38 76 B
35 Puji 5 3 5 4 3 1 3 4 4 5 37 74 B
36 Puj 4 2 4 3 3 2 3 5 3 3 32 64 C
37 Rin 4 3 5 4 3 3 3 4 5 4 38 76 B
38 Rin 5 2 5 4 3 1 3 5 4 4 36 72 B
39 Riy 5 1 4 4 2 1 3 5 2 2 30 60 C
40 Riz 4 2 4 3 2 2 2 5 3 3 30 60 C
41 Ryi 4 3 5 3 3 1 3 5 3 5 35 70 B
42 Sri 5 2 4 4 3 1 4 5 3 4 35 70 B

Skor maksimal: ∑ aspek yang dinilai x 5


∑ skor yang diperoleh
Pencapaian : x100 Kriteria Penilaian: skor dan pencapaian
%
skor maksimal A: Sangat baik : 43 – 50 dan 86 – 100
B: Baik : 35 – 42 dan 70 – 85
C: Cukup : 27 – 34 dan 54 – 69
D: Kurang : 19 – 26 dan 37 – 53
E: Sangat kurang : 10 – 18 dan 20 – 37
OBSERVASI SIKLUS II

Jenis Penilaian : Afektif


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI IPA-1 / 2
Pokok Bahasan : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

No. Nama Siswa Aspek yang dinilai Skor Pencapaian Nilai Ket.
1 II III IV V VI VII VIII IX X (%)
1. Ab 3 4 5 4 4 4 4 5 5 5 43 86 A
2. Ac 4 3 5 4 4 2 4 5 4 4 39 78 B
3. Ai 5 3 5 4 3 1 5 4 4 5 39 78 B
4. An 4 3 4 4 3 2 4 5 3 5 37 74 B
5. Ari 5 3 5 4 3 1 2 5 4 5 37 74 B
6. Ari 5 3 5 4 3 1 4 5 4 5 39 78 B
7. Dar 5 3 4 4 3 2 4 4 4 5 38 76 B
8. Deb 5 3 5 4 3 1 3 5 5 5 39 78 B
9. Dh 5 4 5 4 3 2 5 4 5 5 42 84 B
10. Di 5 4 5 4 3 1 4 5 5 5 41 82 B
11. Din 5 4 5 4 3 2 5 4 5 5 42 84 B
12. Dw 4 3 5 4 3 2 4 4 4 5 38 76 B
13. Erv 4 3 4 4 3 1 3 5 3 4 34 68 C
14. Fau 5 3 5 4 3 2 4 4 4 5 39 78 B
15. Gu 4 3 4 4 3 1 4 5 3 4 35 70 B
16. Ha 3 4 5 4 4 3 4 5 4 4 40 80 B
17. Ha 5 3 4 4 3 1 3 5 3 5 36 72 B
18. He 5 3 5 4 3 1 3 5 4 5 38 76 B
19. Ir 5 3 5 4 3 2 4 5 3 5 39 78 B
20. Ab 4 3 5 3 3 1 4 4 3 4 34 68 C
21 Ac 4 4 5 4 3 2 4 4 5 5 41 82 B
22 Ai 3 4 5 4 4 4 3 5 5 4 41 80 B
23 An 4 4 5 4 3 2 4 4 4 4 38 76 B
24 Jam 4 3 5 3 3 1 4 4 3 4 34 68 C
25 Ma 4 4 5 5 4 3 4 5 5 5 44 88 B
26 Mo 5 3 5 4 3 1 5 5 3 5 38 76 B
27 Muh 5 3 4 3 3 1 3 5 3 5 35 70 B
28 Mu 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4 35 70 B
29 Mul. 5 3 4 4 3 1 4 4 4 5 37 74 B
30 Muk 5 3 4 3 3 1 3 5 4 5 36 72 B
31 Mus 5 3 4 4 3 2 4 5 4 5 40 80 B
32 Nad 3 3 5 4 3 1 3 5 4 5 36 72 B
33 Nd 5 3 4 4 3 1 5 4 4 5 38 76 B
34 Nur 4 4 5 4 3 2 4 4 5 5 40 80 B
35 Puji 5 3 5 4 3 1 4 4 4 5 38 76 B
36 Puj 4 4 5 3 3 2 4 5 4 4 38 76 B
37 Rin 3 4 5 4 3 3 4 5 4 5 39 78 B
38 Rin 5 3 5 4 3 1 3 5 4 4 38 76 B
39 Riy 5 3 4 4 3 2 3 4 3 5 36 72 B
40 Riz 4 3 4 4 3 1 4 4 3 4 34 66 C
41 Ryi 5 3 5 3 3 2 4 5 3 4 38 76 B
42 Jam 5 3 5 4 3 1 5 4 3 5 38 76 B

Skor maksimal: ∑ aspek yang dinilai x 5


∑ skor yang diperoleh
Pencapaian : x100 Kriteria Penilaian: skor dan pencapaian
%
skor maksimal A: Sangat baik : 43 – 50 dan 86 – 100
B: Baik : 35 – 42 dan 70 – 85
C: Cukup : 27 – 34 dan 54 – 69
D: Kurang : 19 – 26 dan 37 – 53
E: Sangat kurang : 10 – 18 dan 20 – 37
OBSERVASI SIKLUS III

Jenis Penilaian : Afektif


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI IPA-1 / 2
Pokok Bahasan : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

No. Nama Siswa Aspek yang dinilai Skor Pencapaian Nilai Ket.
1 II III IV V VI VII VIII IX X (%)
1. Ab 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 45 90 A
2. Ac 4 4 5 4 4 2 4 5 4 4 40 80 B
3. Ai 5 3 5 4 4 1 5 4 4 5 40 80 B
4. An 5 3 5 4 3 1 4 5 3 4 37 74 B
5. Ari 4 3 5 4 4 2 4 5 4 4 39 78 B
6. Ari 5 4 5 4 3 1 4 5 5 5 40 80 B
7. Dar 4 4 4 4 3 2 4 5 4 5 40 80 B
8. Deb 5 3 5 4 3 2 4 5 5 5 41 82 B
9. Dh 5 4 5 4 3 2 5 4 5 5 42 84 B
10. Di 5 4 5 4 3 2 4 5 5 5 42 84 B
11. Din 5 4 5 4 3 2 5 5 5 5 43 86 A
12. Dw 5 3 5 4 3 1 4 5 4 5 39 78 B
13. Erv 5 3 4 4 3 1 4 4 3 5 36 72 B
14. Fau 4 3 5 4 3 2 5 5 4 5 40 80 B
15. Gu 5 3 5 4 3 1 4 5 3 5 38 76 B
16. Ha 5 4 5 4 4 3 4 5 5 4 43 86 A
17. Ha 5 3 5 4 3 1 4 5 3 5 38 76 B
18. He 5 3 5 4 3 2 4 4 4 5 39 78 B
19. Ir 5 3 5 4 3 2 4 5 3 5 39 78 B
20. Ab 5 3 5 3 3 1 4 4 3 4 35 70 B
21 Ac 5 4 5 4 3 2 4 5 5 5 42 84 B
22 Ai 5 4 5 4 4 3 4 5 5 4 43 86 A
23 An 5 4 5 4 3 1 4 5 4 5 40 80 B
24 Jam 5 3 5 3 3 2 4 4 3 4 35 70 B
25 Ma 5 4 5 5 4 3 4 5 5 5 45 90 A
26 Mo 5 3 5 4 3 1 5 4 3 5 38 76 B
27 Muh 5 3 4 3 3 2 3 5 3 4 35 70 B
28 Mu 4 3 4 4 3 2 4 5 3 4 36 72 B
29 Mul. 5 3 4 4 3 2 4 4 4 5 38 76 B
30 Muk 5 3 4 3 3 1 3 5 4 5 36 72 B
31 Mus 5 3 5 4 3 2 4 5 4 5 40 80 B
32 Nad 4 3 5 4 3 2 3 5 4 5 38 76 B
33 Nd 5 3 4 4 3 1 5 5 4 5 38 76 B
34 Nur 3 3 5 4 3 1 4 5 5 5 38 76 B
35 Puji 4 3 5 4 3 2 4 5 4 5 39 78 B
36 Puj 5 4 5 3 3 2 4 5 4 4 39 78 B
37 Rin 5 4 5 4 3 3 4 5 4 4 41 82 B
38 Rin 5 3 5 4 3 1 4 5 4 4 39 78 B
39 Riy 4 3 4 4 3 2 4 5 3 5 37 74 B
40 Riz 5 3 4 4 3 1 4 5 3 5 36 72 B
41 Ryi 5 3 5 4 3 2 4 5 3 5 39 78 B
42 Jam 5 3 4 4 3 1 5 5 3 5 38 78 B

Skor maksimal: ∑ aspek yang dinilai x 5


∑ skor yang diperoleh
Pencapaian : x100 Kriteria Penilaian: skor dan pencapaian
%
skor maksimal A: Sangat baik : 43 – 50 dan 86 – 100
B: Baik : 35 – 42 dan 70 – 85
C: Cukup : 27 – 34 dan 54 – 69
D: Kurang : 19 – 26 dan 37 – 53
E: Sangat kurang : 10 – 18 dan 20 – 37
RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS I

Mata Pelajaran : Kimia


Kelas / Semester : XI / 2
Materi Pokok : Hidrolisis
Pertemuan ke :I
Waktu : 1 x 45 menit

I. Standar Kompetensi
Mendiskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya

II. Kompetensi Dasar


Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan mengukur
serta menghitung pH larutan garam tersebut

III. Indikator
Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam
air.

IV. Sarana dan Sumber Belajar


Buku kimia SMA, LKS, tabel klasifikasi larutan asam dan basa

V. Materi Pokok
Hidrolisis Garam:
- sifat larutan garam
- konsep hidrolisis

VI. Skenario Pembelajaran


Model pembelajaran: Kooperatif tipe STAD

No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu


1. Pendahuluan 5 menit
- Guru memberi salam.
- Guru mengecek presensi siswa.
- Dengan metode tanya jawab guru
menjelaskan pengertian garam dan
mengingatkan kembali tentang reaksi
penggaraman.
2. Kegiatan Inti
- Guru menyampaikan materi tentang sifat- 10 menit
sifat larutan garam dan konsep hidrolisis
- Guru membagikan LKS kepada siswa untuk
dikerjakan secara berkelompok
- Siswa mengerjakan soal dan berdiskusi 15 menit
dalam kelompoknya
- Secara acak siswa ditunjuk untuk menyajikan 5 menit
pekerjaannya di depan kelas
- Guru membahas hasil pekerjaan siswa 5 menit
3. Penutup 5 menit
- Guru membantu siswa menyimpulkan materi
pelajaran yang telah disampaikan
- Guru memberikan tugas kepada siswa
- Salam

VII. Penilaian
Aspek kognitif:
- kuis
- tugas
- ulangan harian
Aspek afektif:
- sikap siswa selama mengikuti KBM
- keaktifan siswa selama mengikuti KBM
- Minat siswa selama mengikuti KBM
Tindak lanjut
- siswa dinyatakan tuntas belajar jika memperoleh nilai ≥ 65
- siswa yang belum tuntas diadakan remidi
RENCANA PEMBELAJARAN
SIKLUS I

Mata Pelajaran : Kimia


Kelas / Semester : XI / 2
Materi Pokok : Hidrolisis
Pertemuan ke :2
Waktu : 2 x 45 menit

I. Standar Kompetensi
Mendiskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya

II. Kompetensi Dasar


Menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis dalam air dan mengukur
serta menghitung pH larutan garam tersebut

III. Indikator
Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam
air.

IV. Sarana dan Sumber Belajar


Buku kimia SMA, LKS, tabel klasifikasi larutan asam dan basa

V. Materi Pokok
Hidrolisis Garam:
- sifat larutan garam
- konsep hidrolisis

VI. Skenario Pembelajaran


Model pembelajaran: Kooperatif tipe STAD

No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu


1. Pendahuluan
- Guru memberi salam. 2 menit
- Guru mengecek presensi siswa.
- Guru memberikan kuis kepada siswa untuk 7 menit
dikerjakan secara individu
- Guru memberikan pretes mengenai 7 menit
praktikum sifat-sifat larutan garam dan
konsep hidrolisis secara lisan

2. Kegiatan Inti
- Guru membagikan LKS kepada siswa untuk 2 menit
dikerjakan secara berkelompok
- Guru menjelaskan kegiatan praktium yang 5 menit
akan dilakukan siswa di dalam kelompok
praktikum
- Siswa dalam kelompoknya melakukan 40 menit
kegiatan praktikum. Guru membimbing
siswa dalam melakukan praktikum
- Siswa mempresentasikan hasil kerja 15 menit
kelompoknya dan ditanggapi oleh kelompok
lain 5 menit
- Guru memberikan umpan balik mengenai
hasil praktikum siswa
3. Penutup
- Guru membantu siswa menyimpulkan 5 menit
mengenai kegitan praktikum
- Guru memberikan tugas kepada siswa 2 menit
- Salam

VII. Penilaian
Aspek kognitif:
- kuis
- tugas
- ulangan harian
Aspek afektif:
- sikap siswa selama mengikuti KBM
- keaktifan siswa selama mengikuti KBM
- Minat siswa selama mengikuti KBM
Tindak lanjut
- siswa dinyatakan tuntas belajar jika memperoleh nilai ≥ 65
- siswa yang belum tuntas diadakan remidi
SILABUS
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Lubuk Sikaping
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Program : XI/Ilmu Alam
Semester :2
Tahun Ajaran : 2017/2018

Standar Kompetensi: Mendiskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran suatu terapannya.


Kompetensi Materi Penilaian Alokasi Sumber
Dasar Pokok Pengalaman Belajar Indikator Jenis Bentuk waktu Bahan
tagihan instrumen
Menentukan jenis Hidrolisis - Merancang dan - Menentukan ciri-ciri Tugas Laporan 8 x 45 Buku
garam yang garam melakukan percobaan beberapa jenis garam kelompok tertulis Kimia
mengalami untuk menentukan yang dapat
hidrolisis dalam garam yang dapat terhidrolisis dalam air
air dan terhidrolisis . melalui percobaan
m,enghitung pH - Membuat laporan dan
larutan garam mempresentasikan
tersebut hasil laporan.
- Mendiskripsikan - Menyatakan Kuis dan Uraian
hubungan antara Kh, hubungan antara Ulangan Obyektif
+
Kw, dengan H larutan tetapan hidrolisis harian
garam yang (Kh), tetapan ionisasi
terhidrolisis. air (Kw) dan
-
konsentrasi OH atau
+
H larutan garam
yang terhidrolisis.
- Menentukan pH atau - Menghitung pH Kuis dan Uraian
pOH larutan garam larutan garam yang Ulangan Obyektif
yang terhidrolisis. terhidrolisis harian

Mendiskripsikan Kelarutan - Diskusi informasi - Menjelaskan Kuis dan Uraian , 10 x 45 Buku


terbentuknya dan Hasil untuk mendiskusikan kesetimbangan dalam Ulangan Obyektif Kimia
endapan dari Kali kesetimbangan dalam larutan jenuh atau Harian
suatu reaksi Kelarutan larutan garam yang larutan garam yang
sukar larut. sukar larut.
- Mengkorelasikan - Menghubungkan Kuis dan Uraian ,
hubungan antara hasil tetapan hasil kali Ulangan Obyektif
kali kelarutan dengan kelarutan dengan harian
tingkat kelrutan dan tingkat kelarutan atau
menuliskan ungkapan pengendapannya.
berbagai Ksp. Kuis dan
- Menentukan harga - Menghitung kelarutan Ulangan Uraian ,
kelarutan berdasarkan suatu elektrolit yang harian Obyektif
harga Kspnya atau sukar larut
menentukan Ksp berdasarkan harga Kuis dan
berdasarkan kelarutan. ksp atau sebaliknya Ulangan
Ion - Menentukan pengaruh - Menjelaskan harian Uraian ,
senama penambahan ion pengaruh Obyektif
senama terhadap penambahan ion
kelarutan garam senama dalam larutan
dan penerapannya
pH - Mengkorelasikan - Menjelaskan Kuis dan Uraian ,
larutan hubungan antara Ksp hubungan harga Ksp Ulangan Obyektif
dengan pH larutan dengan pH harian
Tugas
Reaksi - Merancang dan - Memperkirakan kelompok Laporan
pengenda melakukan percobaan terbentuknya endapan praktikum
pan untuk menentukan berdasarkan harga
Hasil Kali Kelarutan tetapan hasil kali
kelarutan (Ksp) dan
membuktikan dengan
percobaan

Anda mungkin juga menyukai