Anda di halaman 1dari 7

Ketidakstabilan Aliran Sekunder pada Saluran Lengkung

Berpenampang Persegi

Nursubyakto
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Merdeka Malang, Malang
Email: nursubyakto@yahoo.com

ABSTRAK

Aliran sekunder (secondary flow) adalah aliran yang berpusar. Aliran ini terjadi pada aliran
fluida yang melewati saluran yang melengkung atau berbelok, lebih singkat disebut dengan
saluran lengkung, dan profil aliran adalah kembar dan saling berlawanan arah. Terjadinya
aliran sekunder ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara tekanan dan gaya sentrifugal di
dinding luar saluran. Aliran sekunder menimbulkan turbulensi meski dalam aliran laminer.
Dengan meningkatnya kecepatan aliran melewati saluran lengkung akan muncul aliran
sekunder baru (aliran sekunder tambahan) dengan intensitas lebih rendah dari aliran sekunder
utama dan proses demikian disebut dengan ketidakstabilan aliran sekunder. Aliran sekunder
tambahan ini lebih lemah dari aliran sekunder utama. Ketidakstabilan aliran sekunder dapat
terjadi dan menghilang tergantung pada lemah kuatnya aliran sekunder tambahan. Saluran
lengkung dengan penampang persegi dengan variasi rasio kelengkungan merupakan tinjauan
dalam penelitian ini. Rasio kelengkungan 1 sampai 10 dipelajari. Hasil numerik menunjukkan
bahwa ketidakstabilan aliran sekunder sangat bergantung pada rasio kelengkungan di mana
semakin besar rasio kelengkungan aliran sekunder tambahan cenderung mudah muncul.
Pengaruh adanya Aliran Sekunder tambahan terhadap faktor gesekan juga ditunjukkan.

Kata kunci: Aliran sekunder, saluran lengkung, penampang persegi.

ABSTRACT

Secondary flow is the counter rotating vortex that appears in the channel when a fluid flows in
a curved channel. The occurence of this secondary flow is caused by imbalance between centrifugal
force and pressure on the outer wall of the channel. When Dean number is increased the additional
secondary flow appears to the main secondary flow and/or disappears. This paper investigated
the occurence of the additional secondary flow to the main flow with rectangular cross section and
the radius of curvature varied from 1 to 10. The result shows that increament of curvature ratio the
additional Dean voritces appears and beyond of ratio of 4 is constant. The effect of the additional
secondary flow to the friction factor is also predicted.

Keywords: Secondary flow, curved channel, rectangular cross section.

PENDAHULUAN Pola aliran yang sama dapat pula disebabkan


oleh gaya apung pada arah gravitasi atau medan
Pipa lengkung atau pipa berbelok digunakan putaran. Pola tersebut dibangkitkan karena adanya
secara luas dalam peralatan industri seperti penukar gaya apung atau gaya Coriolis. Pengaruh gaya
kalor spiral, mesin-mesin pendingin, reaktor-reaktor apung pada saluran ditimbulkan karena adanya
pembangkit panas dan banyak ditemui pula pada perbedaan densitas fluida dengan adanya per-
mesin-mesin panas. Aliran pada saluran lengkung
bedaan temperatur antar partikel fluida yang
dikarakteristikkan dengan bilangan Dean dengan
melewati saluran sedang pengaruh gaya Coriolis
ditunjukkan oleh pusaran kembar yang berputar
berlawanan arah yang tegak lurus pada aliran lebih disebabkan karena saluran bergerak melalui
utama. Pusaran kembar yang berputar berlawanan fluida. Paper ini lebih menitikberatkan pengaruh
arah ini umumnya disebut dengan aliran sekunder gaya sentrifugal dari pada pengaruh gaya apung
(secondary flow). Timbulnya aliran sekunder ini gaya Coriolis dengan alasan tanpa adanya perlaku-
disebabkan oleh adanya gaya sentrifugal sewaktu an temperatur dan saluran dalam kondisi diam
aliran melewati belokan. tetapi fluida yang mengalir melewati saluran.

76
Nursubyakto, Ketidakstabilan Aliran Sekunder pada Saluran Lengkung Berpenampang Persegi

METODE PENELITIAN identik dengan pipa lurus dan karakteristiknya


dapat diasumsikan mengikuti pipa lurus. Oleh
Aliran sekunder pertama kali dianalisa oleh karena itu untuk menimbulkan aliran sekunder
Dean [1] yang menggunakan teori pertubasi dalam yang disebabkan oleh gaya sentrifugal maka per-
studi teoritisnya pada gerakan fluida yang melewati bandingan kelengkungan harus tertentu/terbatas.
pipa lengkung. Dean mengemukakan karakteristik Paper ini merupakan penjelasan secara simulasi
pusaran kembar dan simetri dari aliran sekunder. hasil eksperimen yang telah dilakukan oleh Cheng
Dean menunjukkan bahwa keserupaan dinamika dan timbulnya ketidakstabilan aliran sekunder
aliran yang mana aliran sekunder muncul sebagai tidak saja diakibatkan oleh bentuk penampang
aliran turbulen di dalam aliran yang laminer. namun juga dipengaruhi oleh rasio kelengkungan.
Munculnya aliran sekunder adalah akibat dari Penampang lintang saluran hanya diamati ber-
ketidakseimbangan antara gaya sentrifugal dan bentuk persegi (bujur sangkar) serta peristiwa awal
tekanan saat fluida mengenai dinding sisi luar. timbulnya aliran sekunder tambahan diamati.
Aliran semacam itu didefinisikan dengan bilangan Gambar 1 memperlihatkan sketsa aliran mele-
tanpa dimensi K = Re (a/R)1/2, dan sekarang wati saluran lengkung dengan penampang persegi.
dinamai dengan bilangan Dean, di mana Re adalah Persamaan umum yang dijabarkan menggunakan
bilangan Reynolds, a adalah diameter pipa, dan R gambar tersebut sebagai referensi. Secara umum
adalah jari-jari kelengkungan pipa. Hasil analisanya persamaan yang diturunkan berikut ini merupakan
terjadi pada jari-jari kelengkungan yang kecil. persamaan Navier-Stoke [7] dengan melakukan
Pengertian secara fisik dari bilangan Dean adalah beberapa penyesuaian dan koordinat saluran
perbandingan akar dari perkalian gaya inersia lengkung semacam ini disebut koordinat toroidal.
dengan gaya sentrifugal terhadap gaya hambat. Persamaan kontinuitas
Pada awalnya aliran sekunder diamati terjadi  V
[ R  X U ] 
1 (1)
pada pipa lengkung namun penelitian-penelitian 0
dengan penampang bukan bulat (pipa) mulai
R  X   X Y
banyak dilakukan. Secara eksperimen Cheng [2]
melaporkan bahwa aliran sekunder dipengaruhi Momentum-X:
oleh penampang lintang bentuk saluran dan U U 1 P  U  W2
menunjukkan adanya aliran sekunder tambahan U V     2 U  2
 (2)
X Y  X  R  X   R  X 
(additional secondary flow) yang memiliki intensitas 2
yang lebih rendah dari aliran sekunder utama. dimana, suku W menunjukkan gaya sentrifugal
 R  X
Cheng [3] menjelaskan peristiwa ini sebagai
ketidakstabilan aliran sekunder yang terjadi. Cheng dalam arah X,
menjelaskan bahwa kemunculan aliran sekunder
Momentum-Y
tambahan terjadi pada bilangan Dean sama dengan
143 untuk saluran persegi seperti halnya yang V V 1 P
U  V      2V (3)
dikerjakan oleh Ghia [4]. Namun tidak dijelaskan X Y  Y
pada paper mereka ketidakstabilan itu terhadap
variasi rasio kelengkungan. Momentum-Z:
Bentuk penampang L juga diamati oleh Asan [5]  
W W P
yang memperlihatkan aliran sekunder berpasangan V 
UW

R
   2 W 
W
(4)
( R  X ) 2 
U
X Y ( R  X )   R  X   Z 
dan berlawanan arah. Dari pengamatan tersebut
terlihat bahwa aliran sekunder tidak simetri karena
menyesuaikan bentuk penampang saluran. Juga
tidak diperlihatkan adanya aliran sekunder
tambahan dengan penampang L seperti ini.
Fellouah [6] melakukan kaji eksperimental dan
numerik dengan rasio aspek 8 dan rasio keleng-
kungan 10. Fellouah menunjukkan bahwa ketidak-
stabilan aliran sekunder terjadi sepasang aliran
sekunder tambahan atau lebih. Deskripsi ketidak-
stabilan aliran sekunder ditampilkan pada serang-
kaian fotografi hasil eksperimen yang sesuai dengan
kajian eksperimen dengan fluida Newton.
Bilangan Dean adalah perkalian bilangan
Reynolds dengan akar dari perbandingan diameter
pipa dan diameter kelengkungan. Semakin besar
diameter kelengkungan maka pipa lengkung akan Gambar 1. Sketsa Aliran Melewati Saluran Lengkung

77
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 12, No. 2, Oktober 2010: 76–82

UW  P 
dimana
R  X  adalah gaya Coriolis dalam arah Z, De2  z 
 Z 
U W didefinisikan dengan, C   . Parameter,
dan serta adalah gaya-gaya hambat. W
R  X2  R  X 2
2
Perlu dicatat di sini bahwa semua suku-suku gaya  W De   De 
K 2    
  , memberikan gambaran pengaruh
hambat diabaikan dalam persamaan momentum     R 
karena aliran diasumsikan dalam kondisi ber- dari gaya sentrifugal pada aliran.
kembang mantap (hydrodynamically fully developed) Nilai C untuk aliran ditentukan dengan meng-
dan dengan evaluasi kontiunitas global pada suatu penampang
1    2 lintang saluran seperti diberikan pada persamaan
2  (R  X)  berikut.
(R  X) X X Y2
 x a b
Sebelum menyelesaikan persamaan umum
dalam penyelesaian numerik maka persamaan
    w  dx  dy 
   De2
(9)

umum dalam bentuk berdimensi perlu diubah ke dimana pada sisi sebelah kiri menunjukkan laju
dalam bentuk persamaan tanpa dimensi dengan fluks volume pada penampang lintang saluran dan
menggunakan parameter-parameter seperti yang sisi sebelah kanan menunjukkan laju aliran fluks
dilakukan oleh Hwang [8] sebagai berikut. Sebagai total. Fluida mengalir diasumsikan tidak terjadi slip
catatan, parameter dengan huruf kecil menunjuk- pada dinding-dinding saluran sehingga seluruh
kan parameter tanpa dimensi. kecepatan pada dinding sama dengan nol. Selain itu
R υ fluida yang digunakan adalah fluida yang tak-
X  De  x Y  De  y β U  K2   u
De  De  mampu mampat.
2
Faktor gesekan (friction factor) saluran lengkung
 υ  υ  seperti yang dilakukan oleh Hwang [8] adalah
V  K2    v W  Ww P  Pz (z)  ρK 2   p

 De   De  sebagai berikut.

dimana De adalah diameter hidrolik saluran,    x w


f Re  2   (10)
adalah rasio kelengkungan saluran, W kecepatan  n
aksial rata-rata, Pz(Z) adalah distribusi tekanan
Persamaan umum bentuk tanpa dimensi
fluida dan K adalah bilangan Dean. Persamaan
kemudian diformulasikan ke dalam bentuk fungsi
umum tanpa dimensi ditunjukkan seperti berikut,
arus-vortisitas lalu didiskritasasi dengan mengguna-
kan metode volume atur (control volume). Perubahan
Persamaan kontinuitas:
persamaan umum ke fungsi arus-vortisitas adalah

1
  x u   v  0 (5) untuk menyederhanakan persamaan umum dari
  x  x y bentuk 3 dimensi menjadi 2 dimensi tanpa
mengurangi ketelitian eksekusi program. Kelebihan
Persamaan momentum-x:
dari pendiskritisasian dengan volume atur adalah
 u u  p  
K 2 u v  
1
   x  u   ketidaktergantungan yang signifikan terhadap
 x y  x   x  x  x  jumlah nodal. Setelah persamaan umum diubah ke
 2u u  bentuk diskrit kemudian secara aljabar diskritasi
  w2 (6)
y 2   x    x  dibentuk dalam bentuk matrik yaitu matrik koefisien
dan matrik variabel serta matrik konstanta. Cara
Persamaan momentum-y: pengubahan diskritisasi menjadi bentuk matrik
 v v  p   aljabar adalah untuk menerjemahkan diskritasi
  x  v    v2
2
1
K 2 u v    (7)
 x y  y   x  x  x  y dalam algoritma numerik sehingga dengan algoritma
ini penulisan program dapat dilakukan. Program
Persamaan momentum-z: simulasi numerik diselesaikan dengan mengguna-
kan jumlah nodal 40 x 40 dengan menerapkan
 w w  C   w 
    x     x  x   x  x  
1
K 2 u v aturan staggered grid.
 x y    Urutan algoritma numerik yang telah ditulis ke
 2w w uw dalam bahasa pemorograman adalah sebagai
  K2 (8)
y 2   x 2   x  berikut: Matrik koefisien dipecah menjadi dua
bagian yaitu menjadi matrik segitiga bawah dan
dimana C adalah konstanta yang menunjukkan matrik segitiga atas untuk mempercepat proses
penurunan tekanan dalam arah aksial z dan konvergensi perhitungan.

78
Nursubyakto, Ketidakstabilan Aliran Sekunder pada Saluran Lengkung Berpenampang Persegi

Pemecahan matrik dan penyelesaiannya meng- sehingga ketiganya sulit mencapai konvergensi dan
gunakan cara yang dikembangkan oleh Peric [9] nilainya perlu diatur sedemikian rupa agar
yaitu dengan Simple Implicite Procedure dan konvergensi tercapai.
rangkaian keseluruhan program mengikuti aturan Contoh hasil simulasi program yang digambar
yang dikembangkan oleh Patankar [10] yaitu sebagai fungsi arus dapat dilihat pada Error!
metode SIMPLER. Tingkat konvergensi hitungan Reference source not found. dengan rasio
dihentikan ketika seluruh parameter telah men- kelengkungan sama dengan 3 (beta) dan variasi
capai 10-3 dengan faktor relaksasi untuk penyelesai- bilangan Dean (K). Sampai dengan bilangan Dean
an matrik diberi nilai tetap dan faktor relaksasi 360 aliran sekunder utama tampak stabil yaitu
untuk parameter kecepatan berubah-ubah guna dengan ditunjukkannya sepasang pusaran kembar
mencapai syarat konvergensi. Bahasa pemrograman yang saling berlawanan arah. Pada bagian atas
yang digunakan adalah Visual Basic dan untuk dalam saluran pusaran berlawan arah dengan
memvisualisasikan hasil program menggunakan jarum jam bernilai positif dan digambar dengan
perangkat lunak ploting. garis kontinu sedang pada sisi bawah pusaran
searah dengan arah jarum jam digambar dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN garis putus-putus dan bernilai negatif.
Pada bilangan Dean sama dengan 380 mulai
Kriteria konvergensi untuk matrik, kecepatan tampak ketidakstabilan aliran sekunder dengan
arah x, dan kecepatan arah y telah ditetapkan munculnya aliran sekunder tambahan yang terlihat
sebesar 0,9. Begitu juga kriteria konvergensi untuk lebih kecil ukurannya dan muncul dari dinding luar
vortisitas, fungsi arus dan kecepatan aksial masing- saluran. Kemunculan aliran sekunder tambahan
masing adalah 0,1 dan 0,8 dan 0,7. Ketiga kriteria mulai akan menghilang pada bilangan Dean 400.
konvergensi yang terakhir ini sangat sensitif karena Ketika bilangan Dean mencapai 500 aliran sekunder
vortisitas, fungsi arus, dan kecepatan aksial tambahan lenyap dan kenaikan bilangan lebih
merupakan turunan pertama (the first derivative) lanjut bilangan Dean aliran sekunder tampak lebih

Gama:1-Beta:3-K:100 Gama:1-Beta:3-K:200 Gama:1-Beta:3-K:300 Gama:1-Beta:3-K:320

Gama:1-Beta:3-K:340 Gama:1-Beta:3-K:360 Gama:1-Beta:3-K:380 Gama:1-Beta:3-K:400

Gama:1-Beta:3-K:500 Gama:1-Beta:3-K:700 Gama:1-Beta:3-K:800 Gama:1-Beta:3-K:1000

Gambar 2. Rangkaian Simulasi Fungsi Arus Hasil Perhitungan dengan  = 1,  = 3 dan Variasi
Bilangan Dean

79
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 12, No. 2, Oktober 2010: 76–82

Gama:1-Beta:3-K:100 Gama:1-Beta:3-K:200 Gama:1-Beta:3-K:300 Gama:1-Beta:3-K:320

Gama:1-Beta:3-K:340 Gama:1-Beta:3-K:360 Gama:1-Beta:3-K:380 Gama:1-Beta:3-K:400

Gama:1-Beta:3-K:500 Gama:1-Beta:3-K:700 Gama:1-Beta:3-K:800 Gama:1-Beta:3-K:1000

Gambar 3. Rangkaian Simulasi Kecepatan Aksial Melewati Saluran dengan  = 1,  = 3 dan Variasi Bilangan
Dean

stabil. Munculnya aliran sekunder tambahan ini bervariasi untuk mengamati nilai kritis bilangan
menunjukkan bahwa aliran sekunder tidak stabil Dean di mana terjadinya aliran sekunder tambahan
(ketidakstabilan aliran sekunder). Hal ini juga mulai muncul. Nilai bilangan Dean kritis cenderung
menunjukkan tambahan turbulensi pada aliran. terus menurun dengan naiknya variasi rasio
Error! Reference source not found. kelengkungan dan pada nilai rasio kelengkungan
memperlihatkan serangkaian simulasi numerik lebih dari 4 nilai bilangan Dean kritis relatif
kecepatan aksial dengan peningkatan bilangan konstan. Grafik pada Gambar 5 menunjukkan
Dean yang berhubungan dengan Error! Reference hubungan antara nilai bilangan Dean kritis
source not found.. Pada dinding luar, dinding luar terhadap variasi rasio kelengkungan di mana dapat
terletak pada sisi sebelah kanan dari penampang disimpulkan bahwa di bagian bawah kurva
saluran, terlihat bahwa perubahan adanya aliran merupakan daerah stabil dan daerah di atas kurva
sekunder tambahan menyebabkan timbulnya merupakan daerah tidak stabil atau area ketidak-
tonjolan yang makin besar kemudian menghilang. stabilan yang pertama aliran sekunder bila aliran
Proses demikian menunjukkan bahwa sekunder tambahan dapat muncul dan menghilang.
ketidakseimbangan antara gaya sentrifugal dan Hilangnya aliran sekunder tambahan menunjukkan
tekanan pada dinding luar terjadi. bahwa gaya sentrifugal dengan tekanan pada
Ketidakstabilan aliran sekunder muncul secara dinding luar terjadi ketidakseimbangan awal.
sedikit demi sedikit kemudian menghilang dalam Gambar 6 memperlihatkan faktor gesekan
aliran. Ketidakstabilan ini telah banyak diamati terhadap bilangan Dean dengan variasi rasio
oleh beberapa peneliti namun pertumbuhan terjadi- kelengkungan. fRe-3, misalnya, menunjukkan faktor
nya ketidakstabilan belum ada laporan yang men- gesekan dengan rasio kelengkungan 3. Secara
jelaskan secara rinci. Pengaruh aliran sekunder umum faktor gesekan akan cenderung naik dengan
tambahan pada faktor gesekan sangat kecil karena kenaikan bilangan Dean dan rasio kelengkungan.
aliran sekunder tambahan intensitasnya sangat Perlu dicatat di sini bahwa pada rasio kelengkungan
kecil jika dibandingkan dengan aliran sekunder lebih besar dari 4 faktor gesekan cenderung relatif
utama. memiliki pola yang sama sehingga peningkata rasio
Pada Error! Reference source not found. kelengkungan lebih lanjut faktor gesekan akan
memperlihatkan tampilan fungsi arus sebagai hasil berimpit.
simulasi numerik dengan rasio kelengkungan

80
Nursubyakto, Ketidakstabilan Aliran Sekunder pada Saluran Lengkung Berpenampang Persegi

Gama:1-Beta:1-K:661 Gama:1-Beta:2-K:432 Gama:1-Beta:3-K:380 Gama:1-Beta:4-K:360

Gama:1-Beta:5-K:360 Gama:1-Beta:6-K:360 Gama:1-Beta:7-K:340 Gama:1-Beta:8-K:340

Gama:1-Beta:9-K:340 Gama:1-Beta:10-K:340

Gambar 4. Rangkaian Awal Terjadinya Ketidakstabilan Aliran Sekunder Melewati Saluran Lengkung
dengan Variasi Rasio Kelengkungan

700 KESIMPULAN
600
Ketidakstabilan aliran sekunder (utama) pada
Bilangan Dean (K)

500
saluran lengkung berpenampang persegi ditunjuk-
400 kan dengan adanya aliran sekunder tambahan di
300 mana kemunculannya dipengaruhi oleh rasio
kelengkungan dan bilangan Dean. Aliran sekunder
200
tambahan bisa muncul dan hilang bila bilangan
100 Dean dinaikkan lebih lanjut. Ketidakstabilan aliran
0
sekunder pada nilai bilangan Dean kritis dengan
adanya aliran sekunder tambahan kurang ber-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pengaruh pada faktor gesekan karena intensitasnya
Rasio Jari-jari Kelengkungan
sangat rendah dibandingkan dengan aliran sekunder
Gambar 5. Nilai Kritis Ketidakstabilan Aliran utama. Namun rasio kelengkungan sangat mem-
Sekunder pengaruhi faktor gesekan sampai pada rasio
kelengkungan 4 dan bila lebih dari rasio ini kurang
35
signifikan pengaruhnya.

30 fre-1
DAFTAR PUSTAKA
fre-2
fre-3 1. W. R. Dean, "The Stream-Line Motion of Fluid in
25
fre-4
a Curved Pipe", Philosophical Magazine, Vol. 5
fRe

fre-5
fre-6 no. 30, pp. 673-695, 1928.
20
fre-7
fre-8 2. K. C. Cheng and S. Y. Mok, "Flow Visualisation
15
fre-9 Studies on Secondary Flow Patterns and
fre-10
Centrifugal Instability Phenomena in Curved
10
Tubes", 1970.
3. K. C. Cheng, L. Ran Chau, and O. Jenn Wuu,
100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
K
"Fully Developed Laminar Flow in Curved
Gambar 6. Faktor Gesekan Terhadap Bilangan Dean Rectangular Channels", Transactions of the

81
JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 12, No. 2, Oktober 2010: 76–82

ASME. Series I, Journal of Fluids Engineering, 7. R. B. Bird, W. E. Stewart, and E. N. Lightfoot,


Vol. 98, pp. 41-48, 1976. "Transport Phenomena", John Wiley & Sons,
4. K. N. Ghia and J. S. Sokhey, "Laminar 1960.
Incompressible Viscous Flow in Curved Ducts of 8. G. J. Hwang and C. H. Chao, "Forced Laminar
Regular Cross-Sections", Transactions of the Convection in a Curved Isothermal Square Duct",
ASME, Vol. Series I, p. 1977, 1977. Trans. of the ASME, Vol. 113, pp. 48-55, 1991.
5. H. Asan and H. Kucuk, "A Numerical Compu- 9. M. Peric, "Efficient Semi-Implicit Solving
tation of Heat and Fluid Flow in L-Shaped Curved Algorithm for Nine-Diagonal Coefficient Matrix",
Channel", Heat Transfer Engineering, Vol. 28 (2),
Numerical Heat Transfer, Vol. 11, pp. 251-79,
pp. 112-119, 2007.
1987.
6. H. Fellouah, C. Castelain, A. O. E. Moctar, and
H. Peerhossaini, "Detection of the Onset of Dean 10. S. V. Patankar, "Numerical Heat Transfer and
Instability and Effects of the Rheological Fluid Flow", Washington D.C.: Hemisphere
Behavior in Non-Newtonian Fluids", Journal of Publishing Corporation, 1980.
Physics: Conference Series 137, 2008.

82

Anda mungkin juga menyukai