a. Majas Personifikası
Personifiksi adalah majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang
1. Dukuh Paruk masih diam membisu meskipun beberapa jenis satwanya sudah terjaga. (hlm.
111)
Tohari melukiskan proses datangnya pagi hari menjelang cahaya matahari terbit dari timur
Di Dukuh Paruk. Dukuh Paruk dilukiskan pada suasana pagi yang masih sepi dan belum
2. Tetes-tetes embun jatuh menimbulkan suara desahan desahan musik yang serempak. (hlm.
11)
Suasana pagi tampak di segala pepohonan terdapat embun yang secara bergantian menetes,
Menggambarkan kehidupan Dukuh Paruk yang masih alami sama sekali belum tersetuh
Teknologi modern, setiap pagi hanya dihiasi, dihibur oleh suara musik dari tetes-tetes
Tohari menggambarkan sebuah pohon dengan daunnya yang tampak subur, rimbun, segar
4. Dukuh Paruk kembali menjatuhkan pundak-pundak yang berat, kembali bersimbah air
Di kutipan diatas kita mengetalhui bahwa Dukuh Paruk hanyalah sebuah desa yang tidak
b. Majas Simile
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada novel yang berjudul * Ronggeng Dukuh
1. Di bagian langit lain, seekor burung pipit sedang berusaha mempertahankan nyawanya. Dia
Terbang bagai batu lepas dari ketapel sambil menjerit-jerit sejadinya. (hlm. 9
2. Bii dadap yang telah tua menggunakan kulit polongnya untuk terbang sebagai balıng-
Baling. Bila angin berembus tampak seperti ratusan kupu terbang menuruti arah angin
4. Ibarat meniti sebuah titian panjang berbahaya, aku hanya bisa menceritakannya kembali,
5. Emak sudah mati, ketika hidup ia secantik Srintil, tampilan emak bagai citra perempuan
6. Dengar, pak. Serintil masih segar sepeiti kecambah. “sambung nyai kartareja sambil
7. Arif seperti sepasang perkutut itu adalah Wirsiter dan Ciplak, istrinya. (hlm. 128)
8. Latar sejarahnya yang melarat dan udik ibant beribil. (hlm. 185)
9. Tetapi Srintil tenang seperti awan putih bergerak di akhir musim kemarau. (hlm. 190)
10. Matanya berkilatseperti kepik emas hinggap di atas daun. (hlm. 190)
T1. Dia menari seperti mengapung di udara; incah dan bebas lepas. Kadang sepeti burung
Beranjangan, berdıri di atas satu titık meski sayap dan paruhnya terus bergetar. Kadang
13. Di hadapan mereka Dukuh Paruk kelihatan remang seperti seekor kerbau besar sedang
14. Kadang suara Srintil penuh semangat, garakannya cekatan, seperti seorang ibu yang
15. Padahal sejak semula Rasus mengerti pekerjaan semacam itu ibarat mendongkel sejarah
16. Bila ternyata dirinya masih mewujud, pikir Srintil, itu karena aib adalah salah satu faset
Kehidupan dan dia harus mewujud disana. Seperti tinja yang harus ada di dalam usus
17. Dukuh Paruk merambat perlahan seperti akar ilalang menyusuri cadas. (hlm. 275)
18. Dan bila ditiup menentang arus angin, suara puput jadi muncul tenggelam seperti bulan
20. Namun setiap kali diurungkannya; batu-batu di atas jalan pegunungan itu bergerak_seperti
Mata gergaji besar yang akan menggorok apa saja yang jatuh ke permukaannya. (hlm. 297)
21. Dari jauh udara di permukaan tanah kelihatan berbinar seperti riak-riak panas pada telaga
22. Malam hari berlatar langit kemarau, langit seperi akan menelan segalanya kecuali apa-apa
c. Majas Metafora
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam
1. Di pelataran yang membantu di bawah pohon nangka ketika angin tenggara bertiup dingin
Menyapu harum bunga kopi yang selalu mekar di musim kemarau (hlm. 13)
Maknanya:
Melukiskan keadaan dukuh paruk yang masih asri, ketika malam hari pada musim kemarau
2. Mereka pantas berkejaran, bermain dan bertembang. Mereka sebaiknya tahu masa kanak-
Maknanya:
Melukiskan keindahan dunia anak-anak di dukuh kecil yang serba gembira, bebas bermain
Dan belum memiliki tanggung jawab. Dunia anak-anak merupakan fase kehidupan yang
3. Wirsiter bersama istrinya pergi ke sana kemari menjajakan musik yang memanjakan rasa,
Yang sendu, dan yang melankolik. Musiknya tidak membuat orang bangkit berjoget,
Maknanya:
Musik tradisional siter yang kini sudah langka dalam masyarakat, yang dimainkan oleh
Sepasang suami istri, Wirsiter dan Ciplak. Tohari menempatkan musik yang memanjakan
Membuat pesan tersirat bahwa musik siter adalah budaya kuno yang harus dilestarikan
d. Majas Metonimia
Majas metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan
Orang, barang atau hal sebagai penggantinya, kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya
Jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya ataupun kita menyebut bahannya jika yang
1. Di sana di dalam kurung klambu yang tampak dari tempatku berdiri, akan terjadi
Kata “mustika pada kutipan di atas artinya sebuah keperawanan seorang gadis.
2. Pelita kecil dalam kamar itu melengkapi citra punahnya kemanusiaan pada dii bekas
Kata “Citra” pada kutipan di atas adalah gambaran kepribadian dari seorang onggeng yaitu
Tokoh srintil, citra tersebut telah hilang karena suatu deraan, cobaan hingga muncullah
Kegoncangan jiwa pada srintil yang semula mendapat sebutan scorang mahkota Dukuh
Paruk.
e. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu pernyataan yang berlebihan
1. Ini cukup untuk kukatakan bahwa yang terjadi pada dirinya seribu kali lebih hebat daripada
Kematian karena kematian itu sendiri adalah anak kandung kehidupan manusia. (hlm. 386)
2. Aku bisa mendengar semua bisik hati yang paling lirih sekalipun. (hlm. 394)
3. Aku dapat melihat mutiara-mutiara jiwa dalam lubuk yang paling pingit. (hlnm. 394)
4. Kedua unggas kecil itu telah melayang berates-ratus bahkan beribu-ribu kilometer mencari
5. Dalam pemukinman yang sempit, hitam, gelap, gulita, pekat, terpencil itu lengang sekali,
6. Aku membiarkan Dukuh Paruk tetap cabul, kere, bodoh, dungu dan sumpah serapah. (hlm.
391)
7. Srintil meratap, meronta, menangıs, melolong lolong di kamamya yang persis bui. (hlm.
402)
8. Langit dan matahari menyaksikan luka pada lutut dan mata kaki yang bertambah parah
serta darahnya mengalir lebih banyak, menetes netes menggenangi batu batu. (hlm. 304)
f. Majas Sinckdoke
Majas sinekdoke adalah majas yang mempergunakan scbagian dari suatu hal yang
menyatakan keseluruhan (pars prototo) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan
1. Celoteh di sudut pasar itu berhenti karena kehabisan bahan. (hlm. 126)
Penggambaran majas sinekdoke terdapat pada kata di sudut pasar" padahal yang
dimaksudkan tidak hanya sudut pasar tetapi seluruh wilayah pasar, ungkapan ini termasuk
2. Sampean hanya memikirkan diri sendıri dan tidak mau mengerti urusan perut orang. (hm.
288)
Majas sinekdoke pada kutipan tersebut terdapat pada kata *perut orang yang maksud
3. Dua ckor anak kambing melompat lompat dalam gerakan amat lucu. (hlm. 118)
Majas sinekdoke pada kutipan tersebut terdapat pada kata "dua ekor anak kambing'
padahal yang sebenarnya adalah seluruh jiwa raga kambing bukan hanya ekornya.
Litotes adalah majas yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri.
Sesuatu hal kurang dari keadaan sebenamya atau suatu pikiran dinyat akan dengan
1. Aku sadar betul diriku terlalu kecil bagi akam. (hlm. 66)
2. Aku terkejut menyadari semua orang di tanah airku yang kecil ini memenuhi segala
Majas litotes muncul dalam kata tanah airku yang kecil ini.
3. Kita ini memang buruk rupa tapi punya suami dan anak anak. (hlm. 339)
Majas litotes pada kutipan tersebut terdapat pada kata buruk rupa.
Repetisi adalah majas yang mengandung pengulangan berkali-kali kata atau kelompok kata
yang sama.
1. Mereka hanya ingin melihat Srintil kembali menari, menari dan menari (hlm. 140)
Pada data kutipan di atas majas repetisi ditemukan pada kata kembali menari, menari dan
Menari,
2. Srintil sedang berada dalam haribaan Dukuh Pauk yang tengah tidur lelap selelap
Lelapnya, merenung dan terus merenung (hlm. 156)
Pada kutipan di atas majas repetisi terlihat pada kata tidur lelap selelap lelapnya, merenung
Pada kutipan di atas repetisi tergambar pada kata perempuan perempuan pekerja,
Dimaksudkan untuk penegasan gagasan tertentu. Dengan gaya bahasa repetisi terciptalah
Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Ia adalah suatu
Acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Dalam RDP majas sarkasme
1. Dower merasa berat dan mengutuk Kartareja dengan sengit”Si tua bangka ini sungguh
Majas sarkasme pada kutipan tersebut ada pada kata “si tua bangka sungguh tengik’.
2. Kertareja memang bajingan. Bajul buntung, “jawabku, mengumpat dukun ronggeng itu.
(hlm. 49)
Majas sarkasme pada kutipan tersebut ada pada kata “bajingan. Bajul buntung’.
3. Kalian mau mampus mampuslah tapi jangan katakan tempeku mengandung racun (hlm.
28)
Majas sarkasme pada kutipan tersebut ada pada kata” mampus mampuslai.