Anda di halaman 1dari 10

JURNAL/PENELITIAN TENTANG HIV

(TERUTAMA KELOMPOK RESIKO)

OLEH :
KELOMPOK VI

ATIKA REZKIA ARSYAD 751430116006


ERIK PRASETYA USMAN 751430116012
SONIA FRANSISKA MOHI 751430116039

KELAS IV-A

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
T.A 2019/2020
1. JUDUL PENELITIAN
“TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK)
DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DI PAGUYUBAN BUNGA SEROJA
YOGYAKARTA”

2. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan terbesar yang dihadapi hampir di semua negara saat ini
adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui hubungan seksual, jarum suntik
dari seseorang yang tertular HIV, transfusi darah yang tercemar HIV atau dengan
adanya hubungan perinatal antara ibu dengan bayi yang dikandung atau disusuinya.
Penyakit ini menjadi penyakit berbahaya karena belum ditemukannya obat yang
dapat menyembuhkan penderita HIV/AIDS sehingga pada akhirnya berakhir pada
kematian (Departemen Kesehatan RI, 2011).
Pada tahun 2014, 36,9 juta manusia hidup dengan HIV. Sekitar 2 juta kasus
baru infeksi HIV teridentifikasi sementara 1,2 juta manusia meninggal karena
penyakit penyerta AIDS(UNAIDS, 2016a). Di Indonesia sendiri, pada tahun 2014
sejumlah 660 ribu penduduk terinfeksi HIV/AIDS. Sebagian besar (97%) adalah
penduduk usia produktif. Kematian karena AIDS sendiri pada tahun tersebut adalah
34 ribu jiwa (UNAIDS, 2016c). Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkapkan total jumlah kasus HIV di DIY
dari tahun 1993 sampai dengan September 2015 adalah 3.146 kasus dengan
penemuan kasus baru pada tahun 2015 sebanyak 311. Kota Yogyakarta adalah
wilayah domisili yang paling banyak ditemukan kejadian HIV setelah Kabupaten
Sleman (Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DIY, 2016).
Daerah Sosromenduran atau yang lebih dikenal dengan “Pasar Kembang”
adalah salah satu tempat transaksi seks wanita pekerja seks (WPS) komersial terbesar
di kota Yogyakarta yang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Sampai tahun
2012 tercatat 348 WPS di Sosromenduran (PKBI-DIY, 2012). Data menunjukkan
bahwa prevalensi HIV adalah 12 kali lebih besar pada populasi pekerja seks
komersial dibandingkan populasi umum (UNAIDS, 2016b). Paguyuban Bunga Seroja
adalah komunitas sosial yang terdiri dari WPS di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Paguyuban ini mempunyai program-program terkait pencegahan infeksi virus HIV
dan penanggulangan penyakit AIDS berupa pendidikan kesehatan, dukungan
psikososial, pemeriksaan kesehatan rutin, dan lain-lain. Studi ilmiah diperlukan untuk
mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan yang dimiliki oleh wanita pekerja
seks komersial yang telah terpapar dalam suatu komunitas positif, dalam hal ini
adalah Paguyuban Bunga Seroja, dengan perilaku mereka dalam mencegah infeksi
virus HIV

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi. Sampel diambil dengan
menggunakan teknik consecutive sampling dengan melibatkan 36 responden wanita
pekerja seks komersial yang tergabung dalam Paguyuban Bunga Seroja Yogyakarta.
Kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan dan perilaku wanita pekerja seks
komersial terdiri dari 41 pernyataan dengan dua pilihan jawaban (ya/tidak) yang telah
diuji validatas dan reliabilitasnya pada responden dengan karakteristik yang sama di
Bong Suwung, Yogyakarta. Kuesioner telah memenuhi syarat kevalidan (r hitung >
0,514) dan kereliabilitasannya (α=0.898). Analisa data menggunakan uji statistik
Kendall Tau.

4. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan yang dimiliki oleh
wanita pekerja seks komersial yang telah terpapar dalam suatu komunitas positif,
dalam hal ini adalah Paguyuban Bunga Seroja, dengan perilaku mereka dalam
mencegah infeksi virus HIV.

5. JUMLAH SAMPEL, WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 dengan melibatkan 36 responden
wanita pekerja seks komersial yang tergabung dalam Paguyuban Bunga Seroja di
Bong Suwung, Yogyakarta.

6. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden yang memiliki
pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS memiliki perilaku pencegahan HIV yang
positif (77,8%). Akan tetapi terdapat informasi yang menarik dimana ada 2 responden
(5,6%) dengan tingkat pengetahuan yang cukup tetapi memiliki perilaku pencegahan
yang negatif. Apabila dilihat lebih dalam diperoleh data bahwa kedua responden yang
memiliki pengetahuan cukup dan berperilaku negatif memiliki latar belakang
pendidikan SD dan hanya mendapatkan sumber informasi dari televisi serta memiliki
pengalaman bekerja 2 tahun.
Berdasarkan tabel silang, responden yang memiliki pengetahuan tentang
penyakit HIV/AIDS kategori baik memiliki perilaku pencegahan penularan penyakit
HIV dalam kategori positif dan responden yang memiliki pengtahun tentang penyakit
HIV/AIDS kategori kurang memiliki perilaku pencegahan penularan HIV dalam
kategori negatif. Hal tersebut menunjukan adanya kecenderungan tingkat pegetahuan
tentang penyakit HIV/AIDS berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan
penyakit HIV. Kecenderungan danhubungan itu telah dibuktikan dengan uji Kendall
Tau dengan bantuan komputer yang menunjukan adanya hubungan singnifikan antara
tingkat pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan
penularan penyakit HIV di paguyuban Bunga Seroja.
Dari tabel 2 juga dapat dilihat bahwa terdapat 1 responden (2,8%) yang
memiliki pengetahuan kurang tetapi memiliki perilaku yang positif. Setelah dikaji
lebih dalam ternyata responden tersebut berlatar belakang SD tetapi mengaku
memperoleh informasi tentang HIV/AIDS dari lima macam sumber dan telah
berpengalaman kerja sebagai WPS selama 5 tahun.
Peran pemberian informasi, tingkat pendidikan dan pengalaman bekerja sangat
penting dalam menunjang peningkatan pengetahuan agar menghasilkan perilaku yang
positif atau baik. Hal ini sesuai dengan teori faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang adalah sumber informasi, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja
(Wawan & Dewi, 2010).

7. MANFAAT PENELITIAN UNTUK KEPERAWATAN


Hasil penelitian ini diharapkanmenjadi sumber dan referensi bagi keperawatan
komunitas terutama di Puskesmas Daerah guna mencegah angka kejadian HIV/AIDS
meningkat terutama pada pekerja seks komersial yang dimana menjadi orang yang
paling beresiko terjangkit virus HIV. Selain itu, manfaat dari penelitian ini menjadi
bahan acuan kepada perawat komunitas agar terus menerus melakukan promosi
kesehatan, penyuluhan, dan pendidkan kesehatan yang tepat guna dan tepat sasaran
mengenai pengetahuan tentang tanda dan gejala serta pencegahan HIV/AIDS yang
masih kurang diketahui oleh para pekerja seks komersial. Pengetahuan dianggap
penting karena tingkat pengetahuan yang baik merupakan salah satu upaya
pencegahan penularan HIV/AIDS terutama melalui hubungan seksual, kurangnya
pegetahuan tentang HIV/AIDS bisa menjadi salah satu penyebab tertularnya HIV.
TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DAN
PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY
VIRUSDI PAGUYUBAN BUNGA SEROJA YOGYAKARTA
Wenny Savitri, Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes A. Yani Yogyakarta
e-mail: wenny_savitri2007@yahoo.com
Dikki Setiyawan, Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes A. Yani Yogyakarta
e-mail: Setiyawan.diki@yahoo.com
Sri Purwaningsih, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
e-mail: Purwaningsih_S@yahoo.com

ABSTRACT
Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus which damages immune system in the
human body that can lead to death. The virus can be transmitted by sexual activity. Evidence
shows that HIV prevalence among sex workers is 12 times greater than among the general
population. Bunga Seroja Community is a social community consists of female sex workers
in Yogyakarta, Indonesia. This community arranges programs to promote health of female
commercial sex workers to prevent HIV/AIDS including health education, psychosocial
support, routine health check-up, and many other activities. Scientific study is needed to see
the correlation between the knowledge of female commercial sex workers, who have been
exposed regularly with positive environment (Bunga Seroja Community) , with their
behaviour to prevent HIV/AIDS infection.
A descriptive correlation study, involving 36 female commercial sex workers was taken
place at Bunga Seroja Community in Yogyakarta, Indonesia. Questionnaires consisted of 21
questions of information regarding HIV/AIDS and 20 questions to find out the respondents’
behaviour in preventing HIV infection were used. The data were then analyzed by using
Kendall Tau statistical analysis.
The study revealed that most respondents had high level of knowledge (77.8%) and
positive behaviour regarding prevention of HIV infection (88.9%).
Kendall Tau analysis showed the coefficient value of correlation was 0.663 (p<.05). It
shows that there is strong correlation between the level of knowledge of the female
commercial sex workers in Bunga Seroja Community with their behaviour in preventing HIV
infection.

Keywords: HIV, AIDS, knowledge, sehingga pada akhirnya berakhir pada


behaviour. kematian (Departemen Kesehatan RI, 2011).
Pada tahun 2014, 36,9 juta manusia hidup
dengan HIV. Sekitar 2 juta kasus baru infeksi
PENDAHULUAN HIV
Masalah kesehatan terbesar yang
dihadapi hampir di semua negara saat ini
adalah Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) yang disebabkan oleh
Human teridentifikasi sementara 1,2 juta manusia
Immunodeficiency Virus (HIV) yang meninggal karena penyakit penyerta AIDS
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. (UNAIDS, 2016a). Di Indonesia sendiri,
Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui pada tahun 2014 sejumlah 660 ribu
hubungan seksual, jarum suntik dari penduduk terinfeksi HIV/AIDS.
seseorang yang tertular HIV, transfusi darah Sebagian besar (97%) adalah
yang tercemar HIV atau dengan adanya penduduk usia produktif. Kematian karena
hubungan perinatal antara ibu dengan bayi AIDS sendiri pada tahun tersebut adalah
yang dikandung atau disusuinya. Penyakit ini 34 ribu jiwa (UNAIDS, 2016c). Komisi
menjadi penyakit berbahaya karena belum Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi
ditemukannya obat yang dapat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
menyembuhkan penderita HIV/AIDS mengungkapkan total jumlah kasus HIV di
DIY dari tahun 1993 sampai dengan HASIL PENELITIAN
September 2015 adalah 3.146 kasus 1. Karakteristik Responden
dengan penemuan kasus baru pada tahun Karakteristik responden disajikan dalam
2015 sebanyak 311. Kota Yogyakarta tabel 1
adalah wilayah domisili yang paling banyak
ditemukan kejadian HIV setelah Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik Responden f %
Kabupaten Sleman(Komisi
Umur
Penanggulangan AIDS Provinsi DIY,
< 20 tahun 3 8.3
2016). 20 - 35 Tahun 24 66.7
Daerah Sosromenduran atau yang > 35 Tahun 9 25
lebih dikenal dengan “Pasar Kembang” Pendidikan N %
SD 11 30.6
adalah salah satu tempat transaksi seks SMP 12 33.3
wanita pekerja seks (WPS) komersial SMA 13 36.1
terbesar di kota Yogyakarta yang sudah Lama Bekerja
ada sejak masa penjajahan Belanda. < 1 Tahun 10 27.8
1 - 5 Tahun 20 55.6
Sampai tahun 2012 tercatat 348 WPS di > 5 Tahun - 10 Tahun 4 11.1
Sosromenduran (PKBI-DIY, 2012). > 10 Tahun 2 5.6
Data menunjukkan bahwa prevalensi Jumlah 36 100
HIV adalah 12 kali lebih besar pada
populasi pekerja seks komersial Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas
dibandingkan populasi umum (UNAIDS, responden berusia 20 – 35 tahun dengan
2016b). Paguyuban Bunga Seroja adalah pendidikan SMA dan telah bekerja selama
komunitas sosial yang terdiri dariWPS di 1 – 5 tahun.
Daerah Istimewa Yogyakarta. Paguyuban
ini mempunyai program-program terkait 2. Tingkat Pengetahuan WPS Tentang
pencegahan infeksi virus HIV dan Penyakit HIV/AIDS Dengan Perilaku
penanggulangan penyakit AIDS berupa Pencegahan Penularan Penyakit
pendidikan kesehatan, dukungan Hubungan antara kedua variabel ini dapat
psikososial, pemeriksaan kesehatan rutin, dilihat pada tabel 2.
dan lain-lain. Studi ilmiah diperlukan untuk
mengidentifikasi hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki oleh wanita
pekerja seks komersial yang telah terpapar
dalam suatu komunitas positif, dalam hal
ini adalah Paguyuban Bunga Seroja,
dengan perilaku mereka dalam mencegah
infeksi virus HIV.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi.
Sampel diambil dengan menggunakan
teknik consecutive sampling dengan Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh
melibatkan 36 responden wanita pekerja responden yang memiliki pengetahuan
seks komersial yang tergabung dalam yang baik tentang HIV/AIDS memiliki
Paguyuban Bunga Seroja Yogyakarta. perilaku pencegahan HIV yang positif (77,8
Kuesioner untuk mengukur tingkat % ). Sedangkan Perilaku pencegahan HIV
pengetahuan dan perilaku wanita pekerja yang negatif didukung oleh pengetahuan
seks komersial terdiri dari 41 pernyataan WPS yang cukup (5,6%) dan kurang
dengan dua pilihan jawaban (ya/tidak) yang (5,6%). Hasil uji korelasi kendall tau
telah diuji validatas dan reliabilitasnya pada menunjukkan bahwa terdapat hubungan
responden dengan karakteristik yang sama antara tingkat pengetahuan WPS tentang
di Bong Suwung, Yogyakarta. Kuesioner HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan
telah memenuhi syarat kevalidan (r hitung > penularan penyakit HIV di paguyuban
0,514) dan kereliabilitasannya (α=0.898). Bunga Seroja Yogyakarta ( =.663 , p<.05).
Analisa data menggunakan uji statistik
Kendall Tau. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelumnya yang dilakukan oleh Anes
seluruh responden yang memiliki (2012) pengetahuan dianggap penting
pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS karena tingkat pengetahuan yang baik
memiliki perilaku pencegahan HIV yang merupakan salah satu upaya pencegahan
positif (77,8%). Akan tetapi terdapat penularan HIV/AIDS terutama melalui
informasi yang menarik dimana ada 2 hubungan seksual, kurangnya pegetahuan
responden (5,6%) dengan tingkat tentang HIV/AIDS bisa menjadi salah satu
pengetahuan yang cukup tetapi memiliki penyebab tertularnya HIV. Berbeda
perilaku pencegahan yang negatif. Apabila dengan penelitian dilakukan Nasir (2011)
dilihat lebih dalam diperoleh data bahwa yang menyatakan tidak ada hubungan
kedua responden yang memiliki antara pengetahuan dengan sikap
pengetahuan cukup dan berperilaku pencegahan HIV/AIDS pada pekerja seks
negatif memiliki latar belakang pendidikan komersial. Pengetahuan dan pemahaman
SD dan hanya mendapatkan sumber tentang HIV/AIDS tetap perlu
informasi dari televisi serta memiliki diinformasikan agar menjadi benteng
pengalaman bekerja 2 tahun. pertahanan dalam upaya pencegahan
Berdasarkan tabel silang, responden penularan HIV.
yang memiliki pengetahuan tentang Dari tabel 2 juga dapat dilihat bahwa
penyakit HIV/AIDS kategori baik memiliki terdapat 1 responden (2,8%) yang memiliki
perilaku pencegahan penularan penyakit pengetahuan kurang tetapi memiliki
HIV dalam kategori positif dan responden perilaku yang positif. Setelah dikaji lebih
yang memiliki pengtahun tentang penyakit dalam ternyata responden tersebut
HIV/AIDS kategori kurang memiliki berlatar belakang SD tetapi mengaku
perilaku pencegahan penularan HIV dalam memperoleh informasi tentang HIV/AIDS
kategori negatif. Hal tersebut menunjukan dari lima macam sumber dan telah
adanya kecenderungan tingkat berpengalaman kerja sebagai WPS
pegetahuan tentang penyakit HIV/AIDS selama 5 tahun.
berhubungan dengan perilaku Peran pemberian informasi, tingkat
pencegahan penularan penyakit HIV. pendidikan dan pengalaman bekerja
Kecenderungan dan hubungan itu telah sangat penting dalam menunjang
dibuktikan dengan uji Kendall Tau dengan peningkatan pengetahuan agar
bantuan komputer yang menunjukan menghasilkan perilaku yang positif atau
adanya hubungan singnifikan antara baik. Hal ini sesuai dengan teori faktor-
tingkat pengetahuan tentang penyakit faktor yang mempengaruhi perilaku
HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan seseorang adalah sumber informasi,
penularan penyakit HIV di paguyuban tingkat pendidikan, pengalaman bekerja
Bunga Seroja. (Wawan & Dewi, 2010).
Penelitian ini mendukung hasil
penelitian Riftikasari (2008) dimana wanita SIMPULAN
pekerja seks yang mempunyai tingkat Berdasarkan paparan di atas maka dapat
pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS disimpulkan bahwa ada hubungan
akan memahami bahaya penyakit signifikan antara tingkat pengetahuan
HIV/AIDS sehingga perilaku pencegahan wanita pekerja seks tentang penyakit
penularan HIV nya baik atau positif. Tetapi HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan
wanita pekerja seks yang memiliki tingkat penularan penyakit HIV di Paguyuban
pengetahuan, sumber informsi yang Bunga Seroja Yogyakarta.
kurang dan pengalaman bekarja yang
kurang akan memiliki pemahaman yang
DAFTAR PUSTAKA
kurang juga sehingga bersiko untuk
Anes, G. Y. P. (2012). Hubungan
memiliki perilaku pencegahan HIV yang
TIngkat Pengetahuan Waria Tentang
kurang baik atau negatif. Hal ini dapat
menjadi suatu masalah yang masalah HIV/AIDS Dengan Perilaku Pencegahan
yang besar jika tidak segera ditangani Penularan HIV/AIDS di LSM Kebaya
maka dapat berakibat buruk bagi wanita Yogyakarta. ( Sarjana Keperawatan),
pekerja seks tersebut. Hasil penelitian ini Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta,
sejalan pula dengan penelitian Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2011).
Penanggulangan HIV/AIDS di
Indonesia, Respon Saat Ini Menangkal
Ancaman Bencana Nasional AIDS
Mendatang.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi


DIY. (2016). Data Kasus HIV/AIDS s/d
Sept. 2015. Retrieved 15th May, 2016,
from http://aidsyogya.or.id/category/data-
hivaids/

Nasir, M. (2011). Hubungan


Pengetahuan Dengan Sikap Tentang
HIV/AIDS pada Pekerja Seks Komersial di
Wilayah Kerja Puskesmas Manahan
Surakarta. ( Sarjana Keperawatan),
Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.

Riftikasari, M. (2008). Hubungan Antara


Pengetahuan dengan Sikap Bagi Wanita
Penghuni Panti Karya Wanita “Wanita
Utama” Surakarta Tentang Pencegahan
HIV/AIDS. (Sarjana Keperawatan),
Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.

UNAIDS. (2016)a. AIDS By The


Numbers 2015. Retrieved 15th May, 2016,
from
http://www.unaids.org/sites/default/files/me
dia_asset/AIDS_by_the_numbers_2015_e
n.pdf

UNAIDS. (2016)b. The GAP Report


2014: Sex Workers. Retrieved 15th May,
2016, from
http://www.unaids.org/sites/default/files/me
dia_asset/06_Sexworkers.pdf
UNAIDS. (2016)c. HIV and AIDS estimates Wawan & Dewi. (2010). Teori dan (2014).
Retrieved 15th May, 2016, from PengukuranPengetahuan, Sikap, dan
http://www.unaids.org/en/regionscountries/ Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
countries/indonesia/ Medika.

Anda mungkin juga menyukai