Anda di halaman 1dari 33

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN PENYAKIT MENULAR

Disusun oleh :
KELOMPOK 5
ANNISA F. MOHAMMAD
FADLI HUSAIN
MERYANTI LAHAY
MUTMAINAH RASULU
NUR OKTAVIANI DATAU
RIVALDI MOKODOMPIT
TANTRI MUHARAM
VIDRIAN KASIM

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan, karena atas
pengetahuan dan ilmu yang telah di anugerahkan-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit Menular dengan baik.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna dan


dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi pembaca dimasa yang akan
datang, serta sebagai bahan referensi bagi mereka yang membutuhkan informasi.

Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami
dalam menyusun makalah ini,

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan oleh karena
itu, kami mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat
membangun agar lebih baik lagi. 

Gorontalo, 03 agustus 2020

Kelompok 5

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
A. Konsep Dasar Keluarga.......................................................................................3
B. Konsep Dasar Tuberkulosis...............................................................................11
C. Asuhan Keperawatan Keluarga Penyakit Menular (Tbc)..................................21
BAB III...........................................................................................................................29
PENUTUP.......................................................................................................................29
A. Kesimpulan..........................................................................................................29
Daftar Pustaka...............................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional serta mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga. Setiap keluarga mempunyai masalah
baik internal ataupun eksternal. Salah satu masalah yang biasanya terjadi di
dalam keluarga adalah masalah kesehatan yang beragam. Apalagi masalah
kesehatan yang bersifat menular yang tentunya akan mengancam kondisi
kesehatan di dalam keluarga. Salah satu penyakit menular yang sering
dijumpai dan menjadi ancaman kesehatan dalam sebuah keluarga adalah
penyakit Tuberkulosis (TBC). Tuberkulosis atau biasa disingkat TBC
merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari individu satu ke individu yang
lain melalui udara, luka dan lain-lain.

Berdasarkan Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001


di Indonesia TBC menduduki rangking ketiga sebagai penyebab kematian
(9,4% dari total kematian) setelah penyakit jantung dan sistem pernafasan.
Hasil survei tuberkulosis Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka
insidensi tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA) positif secara nasional 105
per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2012).
Hal ini tentunya perlu perhatian khusus terhadap penyakit menular
tersebut terutama di dalam lingkungan keluarga karena akan mengancam
kesehatan anggota keluarga yang lain jika tidak tahu cara dalam
penatalaksanaan penyakit tersebut agar tidak menular kepada anggota yang
lain. Oleh karena itu penulis membuat asuhan keperawatan keluarga dengan
penyakit menular (Tuberkulosis).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari sebuah keluarga ?
2. Bagaimana konsep dasar penyakit menular (Tuberkulosis) ?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga dengan penyakit menular
(Tuberkulosis) ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan konsep dasar keluarga
2. Menjelaskan konsep dasar tuberkulosis
3. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan penyakit menular
(Tuberkulosis)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga

Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga


adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 1992,
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-
istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Definisi lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang
dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN
1999, cit Setyowati 2008).
2. Ciri-Ciri Keluarga
a. Diikat tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Tanggung jawab masing –masing
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama
g. Interaksi
h. Tinggal dalam suatu rumah
3. Struktur Keluarga
a. Struktur peran keluarga, formal dan informal

3
b. Nilai/ norma keluarga, norma yang diyakini oleh keluarga.
Berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua
anak, ayah ibu, & anggota lain
d. Struktur kekuatan Keluarga, kemampuan Mempengaruhi dan
mengendalikan orang lain untuk kesehatan

Ciri - Ciri Struktur Keluarga


Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy (1998),
dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan
antara anggota keluarga.
b. Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya masing -masing.
b. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing - masing.
Struktur Keluarga (Ikatan Darah) :
a. Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan Itu berasal dari
jalur ayah
b. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan Itu berasal dari
jalur ibu
b. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri
c. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami
d. Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami
dan istri
Pemegang Kekuasaan
a. Patriakal, dominan dipihak ayah

4
b. Matriakal, dominan di pihak ibu
c. Equalitarian, ayah dan ibu
4. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut
Nasrul Effendy (1998), adalah sebagai berikut :
a. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak,
berperan sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai
pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c. Peran anak: Anak – anak melaksanakan peranan psikososial
sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spiritual.
5. Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu:
(Suprajitno, 2004)
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya
terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti
ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

5
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tipe keluarga
selain kedua keluarga di atas berkembang menjadi: (Suprajitno, 2004)
a. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga
baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangannya.
b. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang
terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage
mother).
d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri
tanpa pernah menikah (the single adult living alone).
Kecendrungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak
mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya kelak jika
menikah.
e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the
nonmarital heterosexual cohabiting family).
f. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin
sama (guy and lesbian family).
Sedangkan Menurut Nasrul Effendy (1998), tipe keluarga terdiri dari :
a. Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
b. Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ;
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga
inti.

6
d. Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation)
Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
6. Fungsi Keluarga
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai
berikut:
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga
yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and
social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di
luar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi
untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care
function). Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk
melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk

7
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan
(Setyowati, 2008).
7. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2004)
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak
boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak
akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan
sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua/ keluarga.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini
termasuk mengambil keputusan untuk mengobati sendiri.

8
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang
tepat dan benar. Tetapi keluarga mempunyai keterbatasan
yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian,
anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga
telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya
bagi keluarga.
8. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan (Duval)
a. Keluarga baru menikah
1) membina hubungan Intim
2) bina hubungan dengan keluarga lain: teman dan
kelompok sosial
3) mendiskusikan rencana punya anak
b. Keluarga dengan anak baru lahir
1) persiapan menjadi orang tua
2) adaptasi keluarga baru , interaksi keluarga, hubungan
Seksual
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
1) memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa
aman
2) membantu anak untuk bersosialisasi
3) mempertahankan hubungan yang sehat keluarga intern
dan luar

9
4) pembagian tanggung jawab
5) kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
1) membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
2) mempertahankan keintiman pasangan
3) memenuhi kebutuhan yang meningkat
e. Keluarga dengan anak remaja
1) memberikan kebebasan seimbang dan bertanggung
jawab
2) mempertahankan hubungan Intim dengan keluarga
3) komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
4) persiapan perubahan Sistem peran
f. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
1) perluas jaringan Keluarga dari keluarga inti ke
extended
2) pertahankan keintiman pasangan
3) membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
4) penataan kembali peran orang tua
g. Keluarga usia pertengahan
1) pertahankan kesehatan Individu dan pasangan usia
pertengahan
2) hubungan Serasi dan memuaskan dengan anak-
anaknya dan sebaya
3) meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia tua
1) pertahankan suasana saling menyenangkan
2) adaptasi perubahan : kehilangan pasangan,kekurangan
Fisik,penghasilan
3) pertahankan keakraban pasangan
4) melakukan life review masa lalu
9. Keluarga Sebagai Sistem

10
Keluarga merupakan sistem sosial yg terdiri kumpulan 2 atau
lebih yang punya peran sosial yang berbeda dengan ciri saling
berhubungan dan tergantung antar individu
Alasan keluarga sebagaisistem:
a. Keluarga punya subsistem : anggota, fungsi, peran aturan ,
budaya
b. Saling berhubungan dan ketergantungan
c. Unit terkecil dari masyarakatsebagai suprasistem
Komponen Sistem Keluarga
a. Input, anggota keluarga, struktur, fungsi, aturan, link, budaya,
agama
b. Proses, proses pelaksanaan fungsi keluarga
c. Output, hasil berupa perilaku : sosial, agama, kesehatan.
d. Feedback, pengontrol perilaku keluarga
Karakteristik Keluarga Sebagai Sistem
a. Sistem terbuka, sistem yang punya kesempatan dan mau
menerima/memperhatikan lingkungansekitar
b. Sistem tertutup, kurang punya kesempatan, kurang mau
menerima /memberi perhatian pada lingkungansekitar
B. Konsep Dasar Tuberkulosis
a) Definisi
Penyakit TB Paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh “Mycobacterium Tuberculosis” yang secara khusus ditandai oleh
pembentukkan Granuloma dan menimbulkan Nekrosis Jaringan. Kuman
ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4/um tebal 0,3 – 0,6/um.
Kuman ini bersifat tahan asam yang merupakan organisme pathogen dan
saprofit.
b) Tanda dan Gejala
Untuk mengetahui tentang penderita tuberkulosis dengan baik
harus dikenali tanda dan gejalanya.Seseorang ditetapkan sebagai
tersangka penderita tubekulosis paru apabila ditemukan gejala klinis

11
utama (cardinalsymptom) pada dirinya.Gejala penyakit TBC dapat dibagi
menjadi gejala umum dan gejala khusus yang khusus sesuai dengan
organ yang terlibat.

 Gejala sistemik/umum
1. Penderita mengalami demam tidak terlalu tinggi tetapi berlangsung
lama
2. Penderita mengalami penurunan berat badan dan dikarenakan
penurunan nafsu makan
3. Ketika penderita batuk atau berdahak biasanya disertai keluarnya
darah
4. Perasaan tidak enak (malaise)
5. Urin penderita berubah warna menjadi kemerahan atau keruh
6. Penderita mengalami sesak napas dan nyeri pada bagian dada
7. Penderita berkeringatan pada waktu malam hari tanpa penyebab yang
jelas
 Gejala khusus

1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi


sumbatan sebagai bronkus(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara ”mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

12
c) Patofisiologi

Port desentri kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran


pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan
infeksi terjadi melalui udara (air bone), yaitu melalui inhalasi dropplite
yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang terinfeksi.Basil
tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi biasanya terdiri atas satu
sampai tiga gumpalan.Basil yang lebih besar cenderung bertahan
disaluran hidung dan cabang besar bronkus, sehingga tidak menyebabkan
penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, kuman akan mulai
mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak
memfagosit bakteri ditempat ini, namun tidak membunuh organisme
tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terangsang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut, pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya,
sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus
dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag
yang mengadakan infitrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu,
sehingga membentuk sel turberkel epiteloit yang dikelilingi oleh
limfosit.Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10-20 jam.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif


padat di sebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi
lebih fibrosa, membentuk jaringan parut kalogenosa yang akhirnya akan
membentuk suatu kapsul mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya


kelenjar getah bening regional dan lesi primer disebut kompleks
ghon.Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada

13
orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radio gram rutin,
namun kebanyakan infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau
radiografi.

Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah


pencairan, yaitu bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan
dan menimbulkan kavitas. Bahan tuberkular yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk kedalam percabangan trakeobronkial. Proses ini
dapat berulang kembali di bagian lain paru, atau basil dapat terbawa
sampai kelaring, telinga tengah atau usus.

Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan


meninggalkan jaringan parut fibrosis.Bila peradangan mereda, lumen
bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
dekat dengan taut bronkus dan rongga.Bahkan perkijuan dapat mengental
dan tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas
penuh dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang
tidak terlepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
perandangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh


darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai
aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat
menimbulkan lesi pada bagian organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal
sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh
sendiri.Penyebaran hematogen merupakan suatau fenomena akut yang
biasanya menyebabkan TB milier, ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
d) Pengobatan Tuberkulosis

14
Pengobatan TB terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam
jangka waktu lama.Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi.

CDC(2000a) melaporkan bahwa perhatian baru dipusatkan pada


pentingnya infeksi laten TB (LTBI) sebagai sesuatu yang penting dalam
mengontrol dan menghilangkan TB di Amerika Serikat.

ATS (1994) menekankan 3 prinsip dalam pengobatan TB yang


berdasarkan pada :

1. Regimen harus termasauk obat-obat multipel yang sensitif terhadap


mikroorganisme
2. Obat-obatan harus diminum secara teratur
3. Terapi obat harus dilakukan terus menerus dalam waktu yang cukup
untuk menghasilkan terapi yang paling efektif dan paling aman pada
waktu yang paling singkat.

1. Obat Anti Tuberkulosisi (OAT)


a. Jenis Obat Utama (line 1) yang digunakan adalah :
 Rifampisin
Dosis 10 mg/kg BB, maksimal 600mg 2-3x / minggu atau BB > 60
kg : 600 mg, BB 40-60 kg : 450 mg, BB < 40 kg : 300 mg . Dosis
intermiten 600 mg / kali
 INH
Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300 mg, 10 mg/ kg BB 3 kali
seminggu, 15 mg/ BB 2 kali seminggu atau 300 mg/hari untuk
dewasa. Intermiten 600 mg/ kali
 Pirazinamid
Dosis fase intensife 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50
mg/kg bb 2 kali seminggu atau BB > 60 kg : 1500 mg, BB 40-60
kg : 1000mg, BB < 40 kg : 750 mg

15
 Streptomisin
Dosis 150 mg/kg BB atau BB > 60 kg : 1000 mg, BB 40-60 mg :
750 mg, BB < 40 kg : sesuai BB
 Etambutol
Dosis fase intensif 20 mg/kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30
mg/kg BB 3x seminggu, 45 mg/kg BB 2x seminggu atau BB > 60 kg
: 1500 mg, BB 40-60 kg : 1000mg, BB < 40 kg : 750 mg. Dosisi
intermiten 40 mg/kg BB/kali
b. Petunjuk untuk pengobatan

Pada tahun 1994 CDC dan ATS mempublikasikan petunjuk baru


untuk pengobatan penyakit dan infeksi TB, yaitu :

1. Regimen obat 6 bulan yang terdiri isoniazid (hidrazida asam


isonikotinat [INH]), rifampisin, pirazinamid diberikan selama
2bulan, kemudian diikuti dengan INH dan rifampisin selama 4bulan
adalah regimen yang direkomendasikan untuk terapi awal TB pada
pasien yang organismenya sensitif terhadap pengobatan. Etambutol
(atau streptomisin pada anak terlalu muda harus diawasi ketajaman
matanya) seharusnya termasuk dalam regimen awal hingga terdapat
hasil study kerentanan obat, paling tidak kemungkinan terdapat
resistensi obat (yaitu kurang dari 4% resistensi primer terhadap INH
dalam masyarakat; pasien belum pernah mendapat pengobatan
dengan obat anti TB, tidak berasal dari negara dengan prevalensi
tinggi resistensi obat, dan diketahui belum pernah terpajan dengan
kasus resisten obat).
2. INH dan refimpisin regimen 9bulan sensitif pada orang yang tidak
boleh atau tidak bisa mengonsumsi pirazinamid. Etambutol (atau
streptomisin pada anak terlalu muda harus diawasi ketajaman
penglihatannya) seharusnya termasuk dalam regimen awal sehingga
terdapat hasil study kerentanan obat, paling tidak sedikit
kemungkinan terdapat resistensi obat. Bila resistensi INH telah

16
terlihat, rifampisin dan etambutol harus diminum secara terus
menerus diminum minimal selama 12bulan.
3. Mengobati semua pasien DOT adalah rekomendasi utama.
4. TB resisten banyak obat (MDR TB) yang resisten terhadap INH dan
rifampisin sulit untuk diobati. Pengobatran harus berdasarkan pada
riwayat pengobtan dan hasil study kerentanan.
5. Anak – anak harus diberikan regimen yang sama denagan orang
dewasa, dengan dosis obat yang disesuaikan.
6. INH dan rifampisin regimen 4 bulan, lebih cocok bila ditamabah
dengan pirazinamid untuk 2 bulan pertama, regimen ini
direkomendasikan untuk orang dewasa dengan TB aktif dan untuk
orang dengan pulasan dan biakan negatif, bila terdapat sedikit
kemungkinan resistentsi obat.

Faktor penting untuk keberhasilan pengobatan adalah ketaatan


pasien minum regimen obat. DOT adalah satu cara untuk memastikan
bahwa pasien taat menjalankan pengobatan. Dengan DOT, pekerja
perawat kesehatan atau seseorang yang ditunjuk mengawasi pasien
menelan masing –masing dosis pengobatan TB. Langkah-langkah seperti
DOT dipilih untuk meningkatkan ketaatan dan memastikan bahwa
pasien meminum oabat yangt dianjurkan.

Respons terhadap pengobatan anti TB pada pasien dengan biakan


sputum yang positif dinilai dengan mengulang pemeriksaan sputum.
Sedian biakan harus di ambil setiap bulan sampai hasil biakan negatif.
Pasien yang hasil biakan sputum hasil biakan nya negatif setelah 2 bulan
pengobatan harus dilakukuan sedikitnya satu kali lagi hapusan dan
biakan sputum diakhir regimen terapi obat . sputum pasien dengan MDR
TB harus dibiak setiap bulan sepanjang pengobatan. Radiografi dada
pada saat akhir terapi merupakan dasar untuk perbandingan foto dada
dimasa depan. Namun, pasien dengan sputum negatif sebelum
pengobatan seharusnya menjalani radiografi dada dan pemeriksaan

17
klinis.Jarak untuk prosedur tersebut bergantung pada keadaan klinis dan
diagnosis banding.

Tindak lanjut rutin setelah terapi tidak diperlukan pada pasien yang
respons bakteriologisnya adekuat setelah 6 hingga 9 bulan terapi dengan
INH dan rifampisin.Pasien yang organismenya ternyata sensitif terhadap
pemberian obat seharusnya memberikan laporan berbagai gejala TB
seperti batuk yang berkepanjangan, demam atau penurunan berat
badan.Pada pasien dengan organisme TB yang resisten terhadap INH
atau rifampisin atau keduanya, diperlukan tindak lanjut perorangan.

INH juga dipakai untuk mengobati infeksi laten TB (LTBI) dengan


dosis 300 mg/hari untuk dewasa, paling baik selama 9bulan. Bukti
terbaru mengindikasikan bahwa 6bulan pengobatan LTBI memberikan
perlindungan kuat dalam melawan keganasan infeksi TB (LTBI) menjadi
penyakit TB.Seseorang dengan infeksi HIV dan anak-anak harus selalu
mendapatkan 9bulan pengobatan.Paling penting bahwa kemungkinan
awal adalah mencegah penyakit TB sebelum pengobatan untuk LTBI
(CDC2000a, 2000c).

Semua orang dengan tes kulit TB yang positif adalah calon-calon


untuk mendapatkan pengobatan LTBI.

c. Jenis obat tambahna lainnya (lini 2)


 Kanamison
 Kuinolon
 Obat lain masih dalam penelitian; makrolid, amoksilin + asam klavulant
 Derifat rivampisin dan INH

Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan


tanpa efek samping.Namun sebagian kecil dapat mengalami efek
samping.Oleh karena itu pemantauan terjadinya efek samping sangat
penting dilakukan saat pengobatan.Efek samping yang terjadi dapat

18
ringan atau berat, bila efek samping ringan dapat diatasi dengan obat
simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.Efek samping obat
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Efek samping ringan dari OAT

Efek samping Penyebab Penanganan


Tidak nafsu makan, Rifampisin Obat diminum malam
mual, sakitperut sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazimid Beri aspirin/allopurinol
Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin b6
terbbakar dikaki (pridoksin)n100 mg
perhari
Warna kemerahan pada Rifampisin Beri penjelasan tidak perlu
air seni diberi apa-apa

19
Efek samping berat dari OAT

Efek samping Penyebab Penanganan


Gatal dan kemerahan Beri antihistamin &
Semua jenis OAT
pada kulit dievaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan
Hentikan semua OAT
Ikterik Hampir semua OAT sampai Ikterik
menghilang
Bingung dan muntah- Hentikan semua OAT &
Hampir semua OAT
muntah lakukan uji fungsi hati
Gangguan penglihatan Ethambutol Hentikan ethambutol
Purpura dan renjatan
Rifampisin Hentikan rifampisin
(syok)

Dampak masalah Tuberkulosis terhadap keluarga

1) Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurang


pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB paru serta kurang
pengetahuan penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan
penularan penyakit.

2) Produktivitas menurun, terutama bila mengenai kepala keluarga yang


berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghemat
biaya hidup sehari-hari terutama biaya pengobatan.

3) Psikologis, peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang
lain.

4) Sosial, keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar
masyarakat belum tahu pasti tentang penyakit TB paru.

e) Perawatan dan Pencegahan Penularan TBC


 Perawatan penderita TBC

20
a) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan adalah
orang terdekat yaitu keluarga.
b) Mengetahui adanya gejala samping atau efek samping obat dan
merujuk bila diperlukan.
c) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
d) Istirahat teratur minimal 8 jam perhari
e) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan
kedua, kelima dan keenam
f) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan
pencahayaan yang baik
 Pencegahan penularan TBC
a) Menutup mulut bila batuk
b) Membuang dahak tidak disembarang tempat, buang dahak pada
wadah tertutup yang diberi lisol
c) Makan makanan yang bergizi
d) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
e) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang
baik
f) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG

C. Asuhan Keperawatan Keluarga Penyakit Menular (Tbc)


1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
a) Kaji data umum terkait penderita beserta anggota keluarga lain
berikut stenogram, tipe keluarga dan suku dari keluarga
tersebut.
b) Kaji faktor sosio-budaya-ekonomi dari keluarga
 Penghasilan dan pengeluaran keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan keluarga setiap hari.
 Pendidikan dari setiap anggota keluarga terkait tentang
pengetahuan penyakit menular yang diderita mengenai

21
bagaimana penularan penyakit tersebut serta pencegahan
penularan.
 Suku dan Agama berkaitan dengan ketaatan dalam
beribadah
c) Kaji kegiatan sehari-hari keluarga
 Nutrisi, berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan gizi
keluarga seperti pola makan dan alat masak yang
digunakan.
 Eliminasi, berkaitan dengan pola, gangguan dan tempat
BAB.
 Olahraga, terkait kebiasaan olahraga keluarga setiap hari
 Kebersihan diri, bagaimana keluarga menjaga kebersihan
diri seperti mandi, serta pencegahan penularan dari
penderita.
 Pemanfaatan Waktu senggang keluarga
 Pola istirahat
 Kebiasaan sosial masyarakat keluarga
d) Kaji riwayat perkembangan keluarga
 Tahap perkembangan keluarga
 Riwayat keluarga inti, seperti riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan anggota keluarga serta kebiasaan
keluarga dalam mengatasi sakit
e) Kaji faktor lingkungan
 Karakteristik lingkungan seperti luas perumahan,
pekarangan, struktur rumah, ventilasi dan pencahaan,
pembuangan limbah dan kebiasaan keluarga menjaga
kebersihan rumah.
 Karakteristik tetangga dan komunikasinya
 Mobilitas geografis keluarga
 Interaksi keluarga dengan masyarakat

22
 Sistem pendukung keluarga seperti penjaminan
pemeliharaan kesehatan keluarga (askeskin).
f) Kaji struktur keluarga
 Pola komunikasi keluarga(bahasa,waktu komunikasi,dll)
 Struktur kekuatan keluarga (peran dalam
masyarakat,kekuatan dalam mempertahankan derajat
kesehatan,pengobatan,dll)
 Struktur peran formal dan informal
 Nilai dan norma keluarga khususnya yang bertentangan
dengan kesehatan
g) Kaji Fungsi Keluarga, seperti fungsi afektif, fungsi sosialisasi
dalam keluarga, fungsi perawatan kesehatan dalam
meningkatkan derajat kesehatan keluarga dalam hal ini
penyakit menular, fungsi reproduksi dan fungsi ekonomi
keluarga.
h) Kaji Stress dan Koping Keluarga seperti stressor jangka pendek
dan panjang, kemampuan keluarga dalam merespon terhadap
situasi ataupun stressor serta strategi keluarga dalam adaptasi
disfungsional.
i) Pengkajian fisik seluruh anggota keluarga
 Kaji kelainan-kelainan pada anggota keluarga sehingga
ditemukan masalah-masalah kesehatan
 Kaji kelainan-kelainan yang beresiko penularan
terhadap anggota keluarga lain
j) Kaji harapan keluarga terhadap penyakit menular
b. Analisa Data
Dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan
dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga, yaitu :
1) Keadaan kesehatan normal setiap anggota keluarga
(keadaan kesehatan fisik, mental, sial anggota keluarga)
keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga,

23
keadaan gizi anggota keluarga status imunisasi anggota
keluarga kehamilan dan keluarga berencana.
2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, meliputi :
rumah(ventilasi,penerangan, kebersihan, konstruksi, luas
rumah dengan jumlah anggota keluarga,dll), sumber air
minum, jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah
dan pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya.
3) Karakteristik keluarga :sifat sifatkeluarga,dinamika dalam
keluarga ,komunikasi dalam keluarga,interaksi
keluarga,dan kesanggupan keluarga dalam membiasakan
nilai nilai yang berlaku dalam keluarga
c. Perumusan Masalah
Perumusan masalah keluarga kesehatan keluarga dapat
menggambarkan keadaan dan status kesehatan keluarga, karena
merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan tentang situasi
kesehatan lingkungan,norma,nilai,kultur keluarga dalam hal ini
mengenai bagaimana tindakan keluarga mengatasi penyakit
menular tuberkulosis
d. Tipologi masalah kesehatan dari keperawatan keluarga
Dalam Tipologi masalah kesehatan keluarga ada 3
kelompok masalah besar yaitu :
1) Ancaman kesehatan adalah keadaan yang
memungkinkan terjadinya penyakit , kecelakaan dan
kegagalan dalam pencapaian potensi
kesehatan.Dalam hal ini dimaksudkan bagaimana
keluarga dan anggota keluarga mengatasi ancaman
penyakit menular agar tidak menular ke anggota
keluarga yang lain ,pemenuhan gizi anggota
keluarga meningkatkan pengetahuan dan sanitasi
lingkungan serta perilaku kesehatan yang baik.

24
2) Kurang /tidak sehat adalah kegagalan dalam
memantapkan kesehatan keluarga
3) Situasi krisis adalah saat saat yang banyak menuntut
individu atau keluarga dalam menyesuaikan diri
terhadap dalam sumber daya keluarga
2. Diagnosa keperawatan Penyakit menular
1) Resiko penyebaran infeksi pada keluarga berhubungan pada
perilaku Kurang higienis
2) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit menular
berhubungan dengan kurang informasi
3. Perencanaan
1) Resiko penyebaran infeksi pada keluarga berhubungan pada
perilaku Kurang higienis

Tujuan :

a. Jangka panjang : setelah dilakukan tindakan keperawatan


diharapkan keluarga mampu mengubah perilaku kurang higienis
anggota keluarga yang mengalami penyakit menular tuberkulosis
b. Jangka pendek : terhindarnya penularan dan penyebaran kuman ke
orang-orang terdekat maupun masyarakat sekitar
 Intervensi
 Kaji cara keluarga dalam pengambilan keputusan untuk
mencegah terjadinya penularan tuberkulosis
 Menjelaskan dengan bahasa sederhana tentang cara penularan
tuberkulosis melalui percikan ludah atau ketika penderita
bersin, batuk dan menguap. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh
usia, nutrisi dan faktor faal
 Menjelaskan bahwa pengobatan tuberkulosis perlu kesabaran
karena harus berobat paling sedikit 6 bulan
 Menjelaskan dan mendemonstrasikan tentang rumah yang
mendukung tidak terjadi penularan seperti menjaga kebersihan

25
lingkungan dari polusi udara, ventilasi yang cukup,
pencahayaan rumah yang cukup, dan sinar matahari bisa
masuk.
 Memberikan dukungan dari keluarga dekat.
2) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit menular
berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan :
a. Jangka panjang : setelah diberikan penyuluhan kesehatan,
keluarga dapat melaksanakan tindakan perawatan,
pencegahan dan cara mengatasi penyakit tuberkulosis
b. Jangka pendek : setelah dilakukan pertemuan 1x30 menit
keluarga dapat menjelaskan pengertian, faktor resik
tuberkulosis,tanda dan gejala serta cara pengobatan
tuberkulosis
 Intervensi
 Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang
penyakit tuberkulosis
 Berikan penjelasan secara singkat pengertian
penyakit tuberkulosis.
 Berikan penjelasan singkat penyebab dan faktor
resik tuberkulosis.
 Berikan penjelasan tanda dan gejala tuberkulosis
 Berikan penjelasan cara pengobatan tuberkulosis
 Berikan penjelasan secara singkat cara
pencegahan penyakit tuberkulosis.
 Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
 Evaluasi pengetahuan keluarga tentang penyakit
tuberkulosis
 Berikan pujian jika keluarga dapat menjelaskan
kembali tentang tuberkulosis.

26
4. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan. Apabila dalam penilaian
tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor :
 Tujuan tidak realitas.
 Tindakan keperawatan yang tidak tepat.
 Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
a. Dimensi dalam penilaian
1) Keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dikaitkan dengan
pencapaian tujuan.
2) Ketepatgunaan yang berkaitan dengan biaya apakah dalam
bentuk uang, waktu, tenaga dan bahan/alat yang diperlukan.
3) Kecocokan dikaitan dengan kesanggupan tindakan yang tidak
dilakukan untuk memecahkan masalah dengan baik sesuai
dengan pertimbangan profesional.
4) Kecukupan menyinggung kelengkapan dari tindakan apakah
semua tindakan dilakukan untuk mencapai hasil yang
diingikan.
b. Kriteria dan Standar
Kriteria adalah gambaran tentang faktor-faktor yang tidak tetap
yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar
menunjukkan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk
membandingkan pelaksanaan yang sebenarnya. Standar akan
memberitahukan apakah tingkat pelaksanaan yang diterima atau
keadaan yang bagaimana agar dapat mengatakan bahwa tindakan
yang dilakukan berhasil atau tujuan tercapai.
c. Pengukuran hasil penelitian
Hasil asuhan keperawatan dapat diukur dari 3 dimensi :
1) Keadaan fisik

27
2) Psikologis dan sikap, misalnya berkembang sikap positif
keluarga terhadap perawatan dalam memberikan asuhan
dirumah.
3) Pengetahuan dan perubahan perilaku, misalnya keluarga
melaksanakan petunjuk-petunjuk yang berkaitan dengan
perawatan payudara sewaktu menyusui bayi.
d. Alasan pentingnya penilaian
1) Menghentikan tindakan/kegiatan yang tidak berguna.
2) Untuk menambah ketepatgunaan tindakan keperawatan.
3) Sebagai bukti hasil dari tindakan kelewatan.
4) Untuk pengembangan dan penyempurnaan praktisi
keperawatan.
e. Metode penelitian
1) Observasi langsung.
2) Wawancara.
3) Memeriksa laporan.
4) Laporan simulasi.

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah
dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan
ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian
dari keluarga.Penyakit TB Paru adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh “Mycobacterium Tuberculosis” yang secara khusus
ditandai oleh pembentukkan Granuloma dan menimbulkan Nekrosis

 Perawatan penderita TBC


a) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan adalah
orang terdekat yaitu keluarga.
b) Mengetahui adanya gejala samping atau efek samping obat dan
merujuk bila diperlukan.
c) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
d) Istirahat teratur minimal 8 jam perhari
e) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan
kedua, kelima dan keenam
f) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan
pencahayaan yang baik
 Pencegahan penularan TBC
a) Menutup mulut bila batuk
b) Membuang dahak tidak disembarang tempat, buang dahak pada
wadah tertutup yang diberi lisol
c) Makan makanan yang bergizi
d) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
e) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang
baik
f) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG

29
Daftar Pustaka

http://andaners.wordpress.com/2009/04/27/konsep-keperawatan-keluarga/

Friedman, Marilyn m. (1998).Keperawatan Keluarga teori dan praktisi edisi


3.Jakarta :EGC

Smeltzer, Suzane C dan Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddart Edisi 8 volume 1. Jakarta: EGC

Bengkalis Island. 2015. Asuhan Keperawatan dengan Pasien Tuberkulosis Paru.


Dalam. 6 September

Khaidir. (2012). Laporan Asuahan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit


Tuberkulosis

30

Anda mungkin juga menyukai