Anda di halaman 1dari 7

Gambar 1. Citra Satelit Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. RA.

Habibie

Pembahasan

1. Pengukuran Kualitas Udara Ambien


Kondisi lingkungan udara di lingkungan Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A.
Habibie, diukur berdasarkan hasil analisis konsentrasi gas SO 2, NO2, H2S, O3 dan NH3 pada
2 titik. Adapun hasil pengukuran, seperti dibawah ini,

a. Titik 1
Lokasi : Halaman Depan RSKG Ny. R.A. Habibie,

Titik kordinat : 06o 53’ 06.2” S; 1070 37’ 14.8” E

Suhu Rata-Rata : 31.75 oC

Kecepatan angin : 0,67 m/det

Arah Angin : Barat

Kelembaban : 51 %

Tekanan : 694.35 mmHg


Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di titik 1.

Parameter Konsentrasi Baku Mutu Peraturan Metode


PP RI no. 41
SOx 31.15357 µg/Nm3 900 µg/Nm3
Tahun 1999
PP RI no. 41
NOx 16.22947 µg/Nm3 400 µg/Nm3
Tahun 1999
KEPMENLH
NH3 0.01863 ppm 2 ppm No. 50 Tahun
1996
KEPMENLH
H2S 0.0015 ppm 0.02 ppm No. 50 Tahun
1996
PP RI no. 41
O3 33.1988 µg/Nm3 235 µg/Nm3
Tahun 1999
Sumber : Hasil Sampling dan analisis LPKL PDAM Tirtawening Bandung, Tahun 2020.

a. Titik 2
Lokasi : Halaman Belakang RSKG Ny. R.A. Habibie,

Berdekatan dengan lokasi IPAL

Titik kordinat : 060 53’ 08.4” S; 1070 37’ 16,04” E

Suhu Rata-Rata : 31.75 oC

Kecepatan angin : 0,67 m/det

Arah Angin : Barat

Kelembaban : 51 %

Tekanan : 694.35 mmHg


Tabel 2. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di titik 2.

Parameter Konsentrasi Baku Mutu Peraturan Metode


PP RI no. 41
SOx 37.57771 µg/Nm3 900 µg/Nm3
Tahun 1999
PP RI no. 41
NOx 18.36859 µg/Nm3 400 µg/Nm3
Tahun 1999
KEPMENLH
NH3 0.00957 ppm 2 ppm No. 50 Tahun
1996
KEPMENLH
H2S 0.001 ppm 0.02 ppm No. 50 Tahun
1996
PP RI no. 41
O3 21.143 µg/Nm3 235 µg/Nm3
Tahun 1999
Sumber : Hasil Sampling dan analisis LPKL PDAM Tirtawening Bandung, Tahun 2020.

Konsentasi parameter SO2, NO2, H2S, O3 dan NH3 pada tabel diatas meunjukkan nilai
yang relatif rendah di kedua titik pemantauan dan masih memenuhi baku mutu udara
ambien sesuai dengan regulsi yang berlaku, artinya tingkat kualitas udara tidak begitu
berpengaruh pada kesehatan manusia, hewan , ataupun tumbuhan.

2. Garis Besar Usaha yang Menimbulkan Dampak pada Tahap Operasi Rumah Sakit
Pengoperasian rumah sakit yang berpotensi menimbulkan dampak pencemaran pada
udara ambien, meliputi :
a. Instalasi Pengelolaan Limbah Padat
Menurut SNI 3242 tahun 2008 tentang limbah padat/sampah untuk pemukiman
kota menunjukan bahwa rata-rata limbah padat per hari sebesar 5 ltr/org/hr atau sebesar
2,5 kg /hari. Berdasarkan standar tersebut, untuk limbah padat rumah sakit diperkirakan 3
ltr/org/hr untuk sampah medis dan 2,5 ltr/org/hr untuk limbah non medis. Dengan
demikian jumlah sampah medis yang dihasilkan sebesar = 356 x 3 ltr/org/hr = 1.095 ltr/hr
atau = 1,095 m3/hr (dihasilkan oleh fasilitas pelayanan medis). Sedangkan untuk sampah
non medis sebesar 343 x 2,5 ltr/org/hr = 857,5 ltr/hr atau = 0,8575 m 3/hr (dihasilkan oleh
fasilitas pelayanan non medis).

Untuk pengelolaan limbah padat medis tersebut, pihak rumah sakit bekerjasama
dengan pihak ketiga (jasa pengangkutan limbah medis padat). Sedangkan limbah padat
non medis pengelolaannya bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota. Dampak dari
kegiatan pengelolaan limbah padat medis maupun non medis berupa kebauan, polusi
udara, gas buangan dari hasil pembakaran.

b. Power Suply
Agar dapat beroperasi secara maksimal, Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. RA.
Habibie membutuhkan suplay arus listrik dari PT PLN. Untuk menjaga kesinambungan
operasi rumah sakit saat terjadi pemadaman bergilir yang dilakukan PT PLN Persero
Kota Bandung maka disediakan Genset. Dampak yang timbul dari instalasi dan
operasinya berupa polusi dari emisi genset. Selain itu, cemaran dari kebisingan ceceran
oli, dan lain-lain.

c. Tahap Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit


Pemeliharaan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang usia layanan,
meliputi pemeliharaan unit medis, non medis, sanitasi dan fasilitas penunjang. Dari
parameter udara, Kegiatan ini menimbulkan polusi udara dan kebauan, meskipun tidak
begitu berdampak terhadap lingkungan.

d. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Operasional Rumah Sakit Tahap


Operasi
1) Sasaran Pengelolaan
Sasaran pengelolaan kualitas udara pada manajemen rumah sakit, sistem
pengelolaan rumah sakit dan sarana prasarana pendukung Rumah Sakit Khusus
Ginjal Ny. RA. Habibie.

2) Upaya Pengelolaan
Upaya pengelolaan kualitas udara dengan memelihara pohon yang sudah
ada dan menanam kembali atau menyediakan tanaman dapat menyerap polutan
yang ada maupun menyerap polutan. Pengelolaan polutan dengan menggunakan
tanaman out door yaitu Puring/croton ; menurut hasil penelitian Ir Suparwoko
Univ. Islam Indonesia, Yokyakarta, croton paling baik dalam menyerap Timbal.
Sehelai daun Puring mampu menyerap 2,05 mg/l timbal, beringin (Ficus
benjamina) hanya 1,025 mg/l dan Tanjung (Mimusops elengi) 0,505 mg/l
(Trubus ,Agts 2008). Disamping itu perlu menyiapkan tempat/ ruang terbuka
bagi perokok dengan tanaman seperti di atas.

Upaya pengelolaan untuk tujuan mengurangi timbunan sampah padat


dilakukan dengan cara memasang tanda larangan membuang sampah
sembarangan, menyediakan tempat sampah dan TPS Rumah Sakit dengan
peruntukan sebagai berikut: sampah umum dalam kantong plastik warna hitam,
semua sampah akan diteruskan ke incenerator disimpan di dalam plastik berwarna
kuning strip hitam. Limbah sebaiknya di incinerasi dan dapat dibuang ke Landfill.
Limbah yang harus disterilisasi di tempatkan dalam kantong biru muda.
Sedangkan limbah padat radioaktif disimpan di dalam kotak yang dilapisi logam
Pb dan beri identitas khusus bahan radioaktif (selanjutnya diolah di Badan Tenaga
Atom (BATAN) dan limbah radiokatif cair dengan waktu paruh pendek di simpan
dalam kotak berlapis Pb sampai aktivitasnya.

Pembuatan sebuah TPS rumah sakit memudahkan saat menjalin kerjasama


dengan Dinas Kebersihan Kota agar pengangkutan sampah dari TPS Rumah Sakit
dilakukan secara rutin.

3) Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan fasilitas berada dalam lokasi rumah sakit.

4) Waktu dan Durasi Pengelolaan :


Menganalisa kualitas udara minimal dua kali dalam setahun pada Laboratorium
terakreditasi di tingkat provinsi atau laboratorium lingkungan pada Dinas
Kesehatan Kota dan dilaporkan ke BPLHD Kota Bandung tiap 6 (enam) bulan.
e. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Operasional Rumah Sakit dan
Fasilitasnya.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan pada kegiatan ini adalah manajemen rumah sakit, sarana
dan prasarana pendukung aktifitas rumah sakit.

2) Parameter Yang Dipantau.


Dalam rangka pencegahan dan meminimalisir dampak penemaran udara ambien
maka parameter lingkungan yang dipantau adalah kondisi IPAL, pohon
peneduh , tanda larangan / himbauan, serta SOP, jalan, fasilitas umum.

Pemantauan terhadap pengelolaan timbulan sampah dilaksanakan dengan


melihat jumlah dan kondisi Tempat sampah atau TPS, tanda larangan dan
himbauan. Pemantauan terhadap kualitas udara dilakukan dengan mengukur
kadar NO2, SO2, H2S, NH3, dan O3 dan membandingkan tingkat pencemaran pada
saat sebelum operasi dengan tahap operasi rumah sakit.

3) Tolak Ukur Pemantauan.


Kualitas udara pada kondisi awal lokasi sebelum ada kegiatan yang telah
dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk Rumah Sakit pada tahap
operasi.

4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara, pengujian ke laboratorium kualitas udara

5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Rumah Sakit Khusus Ginjal Ny. R.A. Habibie dan sekitarnya.

6) Waktu dan Durasi Pemantauan.


Pemantauan dilakukan tiap 6 (enam) bulan selama rumah sakit beroperasi dan
dilaporkan ke BPLHD Kota Bandung serta instansi terkait.

Anda mungkin juga menyukai