Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM

PENCEGAHAN MISKOMUNIKASI DAN KENAKALAN REMAJA


BAGI KEMAJUAN PENDIDIKAN ANAK

Oleh:

Agus Budiansyah (1807565)

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra


Prodi Pendidikan Bahasa Arab
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2020
Komunikasi Keluarga dan Masyarakat Dalam Pencegahan
MisKomunikasi dan Kenakalan Remaja Bagi Kemajuan Pendidikan Anak

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung


Email : agusbudiansyah11@yahoo.com
Abstrak

Proses komunikasi selalu hadir dalam setiap elemen kehidupan, termasuk dalam lapisan
masyarakat dan lapisan keluarga. Ketika terdapat hubungan manusia dengan manusia lainnya
pasti akan terjadi interaksi sosial, sering terlihat mengarah pada MisKomunikasi.
Miskomunikasi bukan lagi sebuah fenomena yang baru lagi, khususnya di salah satu
kampung di Kota Bandung Barat. Komunikasi merupakan kunci rotasi semua kehidupan
sosial. Karena memang suatu masyarakat sosial terdiri dari individu-individu, setiap
individunya adalah manusia, dan manusia adalah makhluk sosial yang bersifat kapitalis,
misalnya Ibu dengan Anaknya dan Masyarakat dengan Lingkungannya. Disinilah letak
keunikan data deskripsi ini. Komunikasi keluarga dan Masyarakat harus mampu menjadi
pondasi utama untuk meningkatkan jiwa simpatisme dan mencegah terjadinya perilaku
MisKomunikasi bagi kemajuan pendidikan Anak. Penulis melihat fenomena ini merupakan
masalah yang unik dan menarik untuk ditelusuri. Berdasarkan fenomena tersebut, penulis
tertarik untuk mengangkat “Komunikasi Keluarga dan Masyarakat Dalam Pencegahan
Miskomunikasi Bagi Kemajuan Pendidikan Anak”. Hasil dari informasi deskripsi ini
menunjukkan bahwa komunikasi keluarga dan masyarakat dalam pencegahan Miskomunikasi
bagi kemajuan pendidikan Anak meliputi: [1] Untuk mencegah MisKomunikasi harus
diupayakan proses komunikasi keluarga dan lingkungan masyarakat yang produktif (efisien)
yaitu: respek, simpati, audible; [2] Adapun faktor terjadinya MisKomunikasi adalah tidak
diterapkannya komunikasi pendidikan dalam keluarga dan lingkungan masyarakat dengan
baik.

Kata Kunci: Komunikasi, Keluarga, Masyarakat, Pencegahan, MisKomunikasi, Pendidikan,


Anak

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Dalam buku Pengantar Ilmu komunikasi karangan (Prof. Dr. Hafied Cangara, M.
Sc) Dikatakan bahwa (David K. Berlo) Mendefinisikan komunikasi sebagai instrumen dari
interaksi sosial, yang berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, serta
mengetahui keberadaan diri sendiri. Dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan
keseimbangan dalam masyarakat. Sejalan dengan pernyataan (Onong Uchjana Effendy)
komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan seseorang kepada orang
lain, dengan tujuan untuk memberitahukan, mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang
tersebut. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan (langsung) maupun melalui media
(tidak langsung).
Kata keluarga secara etimologisnya terdiri dari kata “kula” dan “warga” disatukan
menjadi keluarga artinya saya, hamba, seorang ahli yang tugasnya berkewajiban
mengabdikan diri, sedangkan warga artinya anggota, ia berkewajiban menyelenggarakan
segala sesuatu dengan baik.
Dari arti kata kula dan warga ini disatukan menjadi keluarga., maka dapatlah
dirumuskan sebagai suatu kesatuan dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri untuk
kepentingan dan tujuan yang sama, yaitu:

1. Keluarga merupakan suatu lembaga sosial yang terkecil dari masyarakat.


2. Keluarga berarti sekelompok manusia yang hidup bersama karena adanya ikatan
perkawinan, hubungan darah dan biasanya hidup dalam satu rumah.
3. Keluarga adalah suatu pergaulan sosial karenanya menimbulkan perasaan-perasaan sosial
dari anggota keluarga.

Dalam konteks keluarga, setiap individu melakukan interaksi satu sama lainnya,
seringkali terlihat perilaku MisKomunikasi. MisKomunikasi bukanlah fenomena yang asing
lagi, khususnya dalam sebuah keluarga dan masyarakat. Masyarakat tersebut kerap kali
menyepelekan MisKomunikasi dengan Anak dan Lingkungannya karena dianggap itu hal
biasa-biasa saja, apalagi kalau perilaku MisKomunikasi ini sudah terjadi sejak dini pada anak
yang dianggap pendewasaan bagi mereka oleh keluarga dan masyarakat. Ada juga sikap
orang tua dan masyarakat disana yang terlihat menganggap sepele ketika ketika Anak
dibawah umur bermain terlalu larut malam dianggapnya sebagai bentuk pendewasaan diri,
acuh pada lingkungan sekitar dianggapnya sebagai kewaspadaan dan keamanan lingkungan
yang harmonis.
Terjadi kerumunan anak dibawah umur yang kurang bermakna di luaran rumah pada
pukul 22:00 WIB itu dianggap wajar jika dipakai untuk kajian Agama Islam, belajar Al-
Qur’an, DLL. Tetapi orang tua dan masyarakat juga perlu melakukan pemantauan dan
waspada jika setiap kerumunan tidak mengandung hal positif di dalamnya perilaku tersebut
lambat laun akan menjurus pada perilaku Dis-Interaksi Sosial bagi kemajuan pendidikan
Anak.
Usia anak-anak adalah usia yang sangat baik untuk menanamkan nilai-nilai moral
dan budaya baik pada dirinya untuk lingkungannya. Dalam sosiologi anak-anak akan
mengalami masa preparatory stage (tahap persiapan, usia 1-5 tahun) dan play stage (tahap
meniru, usia 6-12 tahun) yang akan memungkinkan anak-anak untuk rekognisi hal-hal yang
akan membentuk kebiasaan baik mereka. Selanjutnya game stage (tahap mulai menyadari
tindakan, usia 13-17 tahun) dan generalized stage (Tahap penerimaan norma kolektif, usia 17
tahun ke atas) akan membuat anak-anak memahami arti penting berinteraksi dengan makhluk
sosial lainnya dan mampu menjadi agen sosialisasi yang baik terhadap generasi yang baru
dalam suatu masyarakat.

Rumusan Masalah
1. Masalah dalam data deskripsi ini cara mencegah MisKomunikasi keluarga dan masyarakat
pada kemajuan pendidikan Anak.
2. Masalah yang akan diambil data deskripsinya adalah faktor terjadinya MisKomunikasi
keluarga dan masyarakat pada kemajuan pendidikan Anak

PEMBAHASAN

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teoritis


Moor (1993:13) mengemukakan definisi tentang komunikasi, yaitu bahwa
komunikasi adalah Penyampaian pengertian antar individu. Dikatakannya semua manusia
dilandasi kapasitas untuk menyampaikan maksud, hasrat, perasaan, pengetahuan dan
pengalaman dari orang yang satu kepada orang yang lain. Pada pokoknya komunikasi adalah
pusat minat dan situasi perilaku dimana suatu sumber menyampaikan pesan kepada seorang
penerima dengan berupaya mempengaruhi perilaku penerima tersebut. Dalam konteks ini,
komunikasi dilakukan dengan sengaja oleh seseorang untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain demi memenuhi kebutuhannya, seperti membujuk atau menjelaskan sesuatu.
Dengan demikian, pemahaman komunikasi sebagai proses satu arah tersebut
mengabaikan komunikasi yang tidak sengaja atau direncanakan, seperti mimik muka, nada
suara, gerakan tubuh dan sebagainya yang dilakukan secara spontan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa konsep komunikasi sebagai proses satu arah memfokuskan pada penyampaian pesan
secara efektif dan menjelaskan bahwa kegiatan komunikasi bersifat persuasif (Mulyana,
2001:61-62).
Tujuan Pengambilan Data Deskripsi Komunikasi Keluarga dan Masyarakat
1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita harus
menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat
mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.
2. Memahami orang lain. Sebagai orang tua harus mengerti apa yang diinginkan anaknya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Sebagai orang tua harus berusaha menerima
gagasan dari orang lain (anak) melalui pendekatan persuasif lewat komunikasi dalam
keluarga.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu dapat berupa kegiatan yang
mendorong dan bermanfaat.

Pengertian komunikasi keluarga dalam Rosnandar (1992;4) adalah proses penyampaian


pernyataan atau pesan komunikasi kepada anggota keluarga dengan tujuan untuk
mempengaruhi atau membentuk sikap sesuai isi pesan yang disampaikan Bapak atau Ibu
sebagai Komunikator.
Idris Sardi (1992;2), komunikasi keluarga pada hakekatnya adalah suatu proses
penyampaian pesan bapak atau ibu sebagai komunikator kepada anak-anak sebagai
komunikan tentang norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga dengan tujuan
keutuhan dan pembentukan keluarga yang harmonis.
Sedangkan pemahaman Komunikasi Keluarga menurut Evelyn Suleman, (1990:34)
adalah bahwa komunikasi keluarga merupakan penyampaian pesan-pesan komunikasi dalam
keluarga sebagai suatu proses komunikasi yang dilancarkan antara bapak, ibu serta anak-
anaknya antara lain seperti masa depan anak, pekerjaan anak, pendidikan anak dan
pengeluaran rumah tangga.
Adapun menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam Rakhmat (2000)
menyimpulkan beberapa hal yang mendasari Komunikasi Yang Efektif, adalah:
1. Pengertian: Penerimaan yang cepat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh
komunikator.
2. Kesenangan: Kesenangan yang di maksud ialah membina hubungan yang hangat, akrab
dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi Sikap: Komunikasi disini adalah bagaimana proses mempengaruhi
pendapat, sikap,dan tindakan seperti yang diinginkan komunikator.
4. Hubungan Sosial Yang Baik: Komunikasi ditujukan untuk menumbuhkan sosial yang baik
artiya terbina komunikasi antara komunikator dan komunikan sehingga menghasilkan
komunikasi yang baik.
5. Tindakan : Persuasi yang ditunjukkan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.
Selanjutnya 5 cara komunikasi keluarga agar efektif yang dipaparkan dalam
(multiply.com/jurnal/item/26), yaitu:

1. Respek
2. Empati
3. Audibel
4. Jelas
5. Tepat
6. Rendah Hati

1. Dalam (Artikel Insight Talenta) terdapat faktor penyebab terjadinya MisKomunikasi.


Miskomunikasi terjadi karena berbagai faktor, seperti perbedaan persepsi antara pengirim
informasi dan penerima informasi, perbedaan pengetahuan, pengalaman serta perbedaan
gaya bahasa yang digunakan. Seringkali, miskomunikasi ini diselesaikan dengan salah
satu diantara kedua orang tersebut lebih berusaha memahami satu orang lainnya. Jika
MisKomunikasi terus menerus terjadi, tentu kemajuan pendidikan bagi Anak ini akan
mengakibatkan hal yang fatal. Keharmonisan keluarga dan lingkungan masyarakat tidak
berjalan dengan lancar, penerima informasi salah mengakibatkan nilai moral pada Anak
akan hilang hingga akan merugikan keluarga, diri si Anak dan lingkungannya, jika itu
menyangkut psikologinya.
2. Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja
Perilaku “nakal” bisa disebabkan oleh dari faktor dirinya sendiri (internal) maupun
faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remajam memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama; terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam
kehidupannya. Kedua; tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja
gagal mencapai masa integrasi. Ketiga; Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa
mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun
tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

Faktor eksternal:
- Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan
yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab
terjadinya kenakalan remaja
- Teman sebaya yang kurang baik.
- Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Kenakalan Remaja
Kartono, Ilmuwan Sosiologi kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang Anak-anak remaja yang ikut-ikutan mengambil bagian dalam aksi aksi
perkelahian beramai-ramai antar geng dan antar sekolah, yang acap kali secara tidak sadar
melakukan tindak kriminal. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka
yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak,
namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa
transisi.

Hal-hal yang bisa dilakukan/cara mengatasi kenakalan remaja:


a. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladanan.
b. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang
telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
c. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.

Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis
dapat dirumuskan sebagai berikut: “Diduga bahwa komunikasi keluarga dan masyarakat
sangat berperan dalam mencegah MisKomunikasi dan Kenakalan Remaja Bagi Kemajuan
Pendidikan Anak”.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Sebagai kesimpulan khusus berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh daur analisis data
adalah:
1) Intensitas Komunikasi masih sering dilakukan antara orangtua, anak, kakak/adik dan
keluarga yang tinggal serumah.
2) Perhatian dari keluarga masih dirasakan oleh para remaja dalam bentuk kepedulian orang
tua sekaligus pengawasan.
3) Untuk kebutuhan sebagai remaja terutama di bidang jasmani dan pendidikan masih
terpenuhi.
4) Tingkat keharmonisan dalam keluarga masih terasa, walaupun harus diakui tetap ada
konflik internal namun masih teratasi dengan komunikasi.
5) Demikian pula dengan kenakalan remaja yang dilakukan para remaja adalah kebut-kebutan
di jalan dengan motor.
6) Tetap mengikuti kegiatan religi, terutama dalam beribadah.

Saran
- Disarankan kepada remaja, agar tidak mudah terjebak dan terpengaruh terhadap pergaulan
remaja zaman sekarang, dengan cara membekali diri dengan agama yang kuat dan wawasan
yang luas, disertai dengan berbagai kegiatan yang berguna bagi diri sendiri dan bagi orang
lain.
- Disarankan kepada orangtua supaya lebih memperhatikan jiwa moral Anak didiknya dan
lebih mementingkan cita mulianya seperti: pendidikan formal, maupun informalnya, (Agamis
dan Non Agamisnya).

DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito, 1998, “Kenakalan Anak (Juvenile Deliquency)”, Andi Offset, Yogyakarta.

Topo Santoso, 1999, “Krisis dan Kriminalitas Pasca Reformasi”, Pustaka Sinar Harapan
Jakarta.

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam Rakhmat 2000, “Komunikasi Yang Efektif”.

Evelyn Suleman, (1990:34), “Komunikasi Keluarga”.

Idris Sardi (1992;2), “Komunikasi Keluarga dan Hakikatnya”.

Moore (1993:13), “Definisi Komunikasi”.

Mulyana, (2001:61-62), “Komunikasi Efektif”.

Rosnandar (1992;4), “ Definisi Komunikasi Keluarga”.

Anda mungkin juga menyukai