Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan,

sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi

(Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Berdasarkan definisi tersebut tampak

bahwa konsep kimia begitu luas, mulai dari yang sederhana sampai yang

kompleks, dari yang konkrit sampai yang abstrak.

Dari hasil temuan Anna Poedjiadi (1999) menunjukkan daya serap IPA

khususnya kimia sangat rendah dan penyebab utamanya belum diketahui secara

pasti. Mata pelajaran kimia dianggap sulit dan susah dimengerti oleh sebagian

besar siswa. Kemungkinan konsep kimia yang kompleks dan abstrak inilah yang

menyebabkan siswa sulit memahami pelajaran kimia.

Kimia sebagai salah satu pendidikan sains memiliki tiga level representasi,

yaitu makroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Level makroskopik meliputi

proses kimia yang dapat diamati, misalnya sifat larutan penyangga dapat

mempertahankan harga pH akibat dari penambahan sedikit asam, basa atau

pengenceran dapat dilihat dari nilai pH dengan menggunakan pH meter. Pada

level mikroskopik, proses kimia tersebut dijelaskan dengan susunan dan gerakan

molekul, atom atau partikel sub atom. Untuk level simbolik, kimia ditunjukkan

dengan lambang, nomor, rumus, persamaan, dan struktur (Gabel dan Johnston

dalam Wu, 2001).

1
Pemahaman pada level mikroskopik dalam pelajaran kimia seringkali

diabaikan. Padahal gejala kimia yang dapat diamati pada level makroskopik dapat

dijelaskan dengan perilaku dan sifat-sifat atom pada level mikroskopik. Walaupun

sudah banyak siswa yang melakukan praktikum kimia namun mereka terkadang

tidak dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi sesungguhnya (mikroskopik). Oleh

karena itu, level mikroskopik menjadi sangat penting diajarkan sehingga siswa

memiliki pemahaman yang benar tentang gejala makroskopis yang diamatinya.

Larutan penyangga adalah konsep yang sangat penting dalam pokok

bahasan larutan. Larutan penyangga tergolong konsep yang abstrak. Miskonsepsi

pada konsep-konsep yang abstrak lebih besar kemungkinannya dibandingkan

konsep-konsep yang konkrit (Sofyan dalam Wahyu, 1996).

Dari hasil penelitian Murniati (2007) ditemukan bahwa untuk larutan

penyangga terdapat 40,5 % siswa yang paham sebagian dengan spesifik

miskonsepsi dan 56,7 % siswa miskonsepsi penuh dalam pemahaman terhadap

level mikroskopis larutan penyangga. Miskonsepsi yang paling banyak adalah

dalam memberikan gambaran partikel-partikel yang terdapat dalam larutan

penyangga. Dari penelitian tersebut, diperoleh bahwa berdasarkan angket dan

wawancara, miskonsepsi yang terjadi dikarenakan jarang terdapatnya gambar

model partikel-partikel dalam buku sumber yang digunakan siswa, bahkan tidak

sedikit siswa yang tidak menemukan gambar-gambar tersebut serta tidak adanya

alat bantu seperti gambar atau animasi yang menampilkan keadaan partikel pada

saat pembelajaran.

2
Berdasarkan temuan tersebut, maka kemungkinan minimnya pemahaman

siswa terhadap level mikroskopik dan juga adanya miskonsepsi baik miskonsepsi

penuh maupun sebagian untuk materi larutan penyangga disebabkan oleh level

mikroskopik yang belum digunakan dalam pembelajaran. Hal ini bisa terjadi

karena guru yang tidak menggunakan level mikroskopik tersebut atau pun karena

buku sumber yang digunakan tidak mengandung pembahasan level mikroskopik.

Guru yang tidak mengajarkan level mikroskopik pun bisa jadi disebabkan karena

buku sumbernya yang tidak mengandung pembahasan level mikroskopik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian terhadap

penggunaan level mikroskopik dalam buku teks kimia SMA, pembelajaran, dan

pemahaman siswa pada materi larutan penyangga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan

masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

(1) Bagaimana penggunaan level mikroskopik dalam buku teks kimia SMA

pada materi larutan penyangga?

(2) Bagaimana pembelajaran level mikroskopik pada materi larutan

penyangga di sekolah?

(3) Bagaimana pemahaman level mikroskopik siswa pada materi larutan

penyangga?

3
1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi dalam beberapa hal sebagai berikut:

(1) Buku teks yang dikaji dalam penelitian ini adalah buku teks kimia SMA

yang mengandung materi larutan penyangga dari pengarang yang berbeda

dan beredar di kota Bandung dan sekitarnya. Jika ada pengarang yang

menulis buku lebih dari satu kali maka diambil buku yang terakhir

diterbitkan.

(2) Pembelajaran dan pemahaman siswa yang dianalisis hanya berasal dari

satu kelas.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(1) Memetakan penggunaan level mikroskopik dalam buku teks kimia SMA

pada materi larutan penyangga.

(2) Mengetahui pembelajaran level mikroskopik pada materi larutan

penyangga di sekolah.

(3) Mengetahui pemahaman level mikroskopik siswa pada materi larutan

penyangga.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang

penggunaan level mikroskopik dalam buku teks Kimia SMA, pembelajaran dan

pemahaman siswa pada materi larutan penyangga sebagai bahan pertimbangan

4
bagi seluruh pihak yang terkait dengan pendidikan yaitu guru, siswa, penulis

buku, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), dan Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan (LPTK).

1.6 Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran mengenai sejumlah

istilah yang ada pada penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah-istilah

berikut ini:

(1) Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu hal untuk mengetahui keadaan

yang sebenarnya (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002).

(2) Level mikroskopik adalah suatu konsep dalam kimia yang

merepresentasikan tentang susunan dan pergerakan partikel-partikel zat

dalam suatu fenomena yang tidak langsung teramati dan berfungsi untuk

menjelaskan konsep makroskopik (Raviolo, 2001).

(3) Buku Teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang

merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu

untuk maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang dilengkapi dengan

sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para

pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat

menunjang sesuatu program pengajaran (Tarigan dan Tarigan, 1986).

(4) Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran

yang melibatkan level mikroskopik pada materi larutan penyangga sebagai

salah satu representasinya.

5
(5) Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa

untuk menjelaskan sebuah fenomena yang dapat diindera dengan

menggunakan level mikroskopik pada materi larutan penyangga.

Anda mungkin juga menyukai