Sekunder
Christian Fisang, Ralf Anding, Stefan C. Müller, Stefan Latz, Norbert Laube
RINGKASAN
Metode: Ulasan ini didasarkan pada publikasi yang diperoleh dengan pencarian
selektif di PubMed dengan kata kunci "urolithiasis," "batu kemih," "epidemiologi,"
"litogenesis," "biomineral," "faktor risiko," dan "diagnosis, terapi, metafilaksis.
“Publikasi ini dievaluasi dengan bantuan pedoman urolithiasis dari European
Association of Urology.
Hasil: Kolik renal akut biasanya dapat didiagnosis tanpa peralatan canggih. Batu
dapat ditangani dengan berbagai teknik bergantung pada ukuran dan lokasi, yang
meliputi penanganan dengan: extracorporeal shock-wave lithotripsy,
ureterorenoskopi, percutaneous nephrolitholapaxy, dan operasi terbuka. Sebagian
besar batu ureter berdiameter hingga 5 mm dapat keluar secara spontan. 75%
pasien tidak memiliki komplikasi. Evaluasi dasar yang diperlukan untuk
pencegahan sekunder dapat dilakukan oleh dokter mana pun dalam rawat jalan.
Pada 25% pasien yang mengalami komplikasi, evaluasi interdisiplin yang lebih
luas dari parameter metabolik harus dilakukan di pusat klinis untuk batu kemih.
Sekitar 97% batu saluran kemih ditemukan di ginjal dan ureter (batu ginjal),
sisanya 3% di kandung kemih dan uretra (3). Ukuran batu saluran kemih bervariasi
mulai dari mikrometer hingga beberapa sentimeter. Batu ini seringkali tetap tidak
diketahui dalam waktu yang lama sebelum terdapat keluhan berupa nyeri hebat,
atau ditemukan secara insidental pada radiografi atau ultrasonografi (Gambar 1).
Batu saluran kemih adalah gejala dari faktor eksogen dan endogen dan biasanya
asalnya multifaktorial. Keluarnya batu secara alami atau pengangkatan batu secara
bedah tidak dapat menghilangkan penyebabnya, dan banyak pasien mengalami
rekurensi (4).
Karena diversitas etiologi dari batu saluran kemih, banyak komposisi yang berbeda
dapat ditemukan. Kalsium oksalat (whewellite, weddellite; prevalensi> 80%),
kalsium fosfat (karbonat apatit, 5%), magnesium ammonium phosphate ("batu
infeksi"; struvite, 5%), dan asam urat (13%) adalah yang biomineral paling umum.
Sementara sistin, amonium urat, dan brushite jarang terjadi (semua ≤1%) (5, 6).
Faktor risiko eksogenik seperti pola nutrisi dan gaya hidup yang ditandai dengan
rendahnya aktivitas fisik yang dikombinasikan dengan asupan energi tinggi dari
makanan yang kaya lemak, protein, karbohidrat, dan purin (13, 14) semakin
penting, seperti halnya merokok, penyalahgunaan alkohol, dan stres kronis (15).
Oleh karena itu, terjadi peningkatan insidensi dan prevalensi urolithiasis, terutama
di Eropa dan Amerika Serikat (7).
Gejala utama yang paling umum terjadi adalah nyeri kolik menjalar di
hipokondrium. Rasa nyeri bervariasi bergantung pada posisi batu di ureter dan
dapat mencapai intensitas yang luar biasa (16). Nyeri terburuk disebabkan oleh
batu yang terletak tinggi di sudut costovertebral. Rasa nyeri dari batu yang terletak
lebih rendah dirasakan di daerah hipogastrik, dan dapat menjalar ke alat kelamin
(16). Pasien merasa gelisah dan tidak dapat menemukan posisi yang mengurangi
rasa sakit mereka. Reaksi vegetatif yang menyertai seperti mual dan muntah dapat
terjadi. Bergantung pada presentasi, diagnosa banding meliputi diagnosa akut
abdomen, yaitu pielonefritis, divertikulitis, apendisitis, kolesistitis, dan
pankreatitis. Kehamilan ekstrauterin dan torsi kista ovarium, gejala vertebrogenik,
pneumonia, aneurisma aorta abdominal, dan infark miokard juga harus
dipertimbangkan karena konsekuensi potensialnya.
Pemberian analgesik harus diikuti dengan pemeriksaan fisik yang berorientasi pada
gejala atau diagnosis diferensial, dan harus meliputi palpasi renal dan perut.
Pemeriksaan ini harus diikuti dengan pemeriksaan urin yang diekskresikan secara
spontan dengan strip tes urin (dipstick). Mikrohematuria adalah tanda kolik ginjal.
Sonografi adalah tes diagnostik non-invasif yang bermakna, dengan sensitivitas 61
hingga 93% dan spesifisitas 84 hingga 100% (6, 22). Dalam kebanyakan kasus
batu di ureter, satu-satunya temuan sonografi adalah akumulasi urin. Batu sering
kali tidak tervisualisasi secara langsung karena adanya gas usus di atasnya. Triad
nyeri panggul kolik, ektasia yang didiagnosis secara sonografis dari kaliks ginjal,
dan mikrohematuria secara praktis bersifat patognomonik untuk ureterolitiasis.
Sensitivitas mikrohematuria dalam konteks triad ini adalah 0,95 pada fase akut
(23).
Biokimia darah klinis harus meliputi elektrolit, asam urat, kreatinin, protein C-
reaktif (CRP), hitung darah lengkap tanpa diferensial, dan parameter global
koagulasi (rekomendasi grade A) (6)
Jika batu saluran kemih dikonfirmasi sebagai penyebab gejala pasien, pilihan
penanganan bergantung pada lokasi dan ukuran batu (6). Penangan berikut ini
tersedia:
● Perawatan konservatif
● Extracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL)
● Ureterorenoskopi (URS)
● Percutaneous nephrolithotomy (PCNL)
● Laparoskopi
● Operasi terbuka
Strategi yang paling sering dilakukan untuk pengobatan kolik renal akut adalah
penatalaksanaan konservatif dengan tujuan mencapai pasase spontan batu saluran
kemih (terapi ekspulsi medis) (bukti level 1a, rekomendasi grade A). Perhatian
harus diberikan pada kasus peningkatan parameter retensi atau parameter infeksi.
Selain itu, pengobatan konservatif tidak sesuai jika pasien terus menderita rasa
nyeri atau gejala vegetatif seperti mual dan muntah yang tetap ada setelah
diberikan analgesik yang adekuat. Alpha-blocker meningkatkan pasase spontan dan
mengurangi episode kolik (tingkat bukti 1a, tingkat rekomendasi A) (6, 20, 27-29).
Tingkat pasase spontan sebesar 71 hingga 98% untuk batu distal ≤5 mm dan 25
hingga 79% untuk batu berukuran antara 6 dan 10 mm telah dilaporkan dalam
literatur. Batu ureter proksimal berukuran ≤5 mm keluar secara spontan pada 29
hingga 98%, batu ≤10 mm pada 10 hingga 53% kasus (30).
Bentuk lain dari perawatan konservatif adalah kemolitolisis batu asam urat dan
"watchful waiting" pada kasus batu ginjal tanpa gejala (30).
Intervensi batu
Karena alasan anatomi, ESWL memberikan stone free rate yang lebih rendah
daripada batu di kaliks yang lebih rendah. Bergantung pada perawatan
sebelumnya, risiko kekambuhan, komorbiditas, dan keadaan anatomi, di antara
faktor-faktor lain, mini-PCNL dengan diameter 11 hingga 21 Charrière adalah
pilihan yang semakin umum untuk batu sekecil 10 mm (rekomendasi grade B) (6).
URS fleksibel bersaing dengan ESWL dalam penanganan batu hingga ukuran 10
mm (6). Revisi pedoman EAU April 2014 memberikan kepentingan endoskopi
lebih besar daripada pada 2013. Intervensi endoskopik, yaitu URS dan PCNL,
sekarang tampaknya sama validnya dengan ESWL untuk penanganan batu dengan
ukuran apa pun di lokasi ini. Namun, karena tidak terdapat studi acak yang relevan,
rekomendasi untuk peningkatan teknik endoskopi ini adalah B, bertumpu pada
konsensus ahli.
Batu staghorn
Batu ginjal yang menempati sebagian besar panggul renal atau mengisi setidaknya
satu kaliks disebut batu staghorn. Pilihan penanganan adalah PCNL, dapat
dikombinasikan dengan ESWL dan URS fleksibel, atau pada kasus tertentu
dikombinasikan dengan nefrolitotomi. Jika ginjal tidak lagi berfungsi, nefrektomi
dapat dipertimbangkan (6).
Ureter proksimal
Metode penanganan yang disukai untuk batu ≤ 10 m pada ureter proksimal adalah
ESWL, yang mencapai pembebasan batu pada 70 hingga 90% kasus (rekomendasi
grade A) (6). Jika ESWL in-situ primer tidak dimungkinkan atau
dikontraindikasikan oleh temuan laboratorium, misalnya, gagal ginjal atau infeksi
saluran kemih, splinting ureter yang diikuti oleh ESWL merupakan pilihan. Perlu
dicatat bahwa sekitar 20% pasien harus mengambil cuti kerja karena splinting
ureter saja (31).
URS adalah metode pilihan untuk batu ureter > 10 mm. Kemajuan terbaru dalam
URS semirigid dan fleksibel yang meliputi diameter instrumen yang lebih kecil
dan sudut fleksi yang lebih tinggi, telah mengubah pengobatan batu pada ureter
proksimal. Pembebasan total batu saat ini dapat mencapai hingga 82% dari kasus
dengan tingkat komplikasi yang rendah (6).
Ureter distal
ESWL dan endoskopi adalah pilihan pengobatan yang valid untuk batu ≤ 10 mm
pada ureter distal, dengan pembebasan total batu yang dicapai masing-masing
sebesar 86% dan 97% kasus. Endoskopi lebih disukai untuk batu berukuran > 10
mm, dengan eliminasi total batu pada 93% pasien, dibandingkan 74% untuk ESWL
(rekomendasi grade A) (6).
Metafilaksis
Analisis ini harus dilakukan setelah setiap kejadian batu, karena komposisi batu
berturut-turut pada pasien yang sama dapat berubah mengikuti perubahan secara
klinis (bukti level 2, rekomendasi grade B) (6). Namun, dalam praktiknya hal ini
sering terlupakan, sehingga pasien dalam jangka panjang dapat menerima
penanganan yang tidak lagi sesuai.
Pengetahuan mengenai riwayat pasien dan perawatan diet dan obat spesifik
terhadap suatu jenis batu, bersama dengan investigasi berorientasi biokimia dan
deteksi kemungkinan penyebab anatomi, sangat penting dalam metafilaksis
postintervensional. Hal ini berlaku baik untuk pasien dengan kejadian batu pertama
dan bagi mereka dengan urolithiasis rekuren. Tingkat rekurensi berkurang secara
signifikan dengan pengobatan yang ditargetkan (10-15% vs 50-80%) (39, 40).
Urolithiasis uncomplicated
Sekitar 75% pasien dengan batu saluran kemih dapat dikategorikan sebagai
uncomplicated. Dasar untuk mengklasifikasikan kasus urolithiasis sebagai
complicated atau tidak adalah berdasarkan riwayat medis pasien (Tabel 1). Secara
sederhana, setiap pasien yang tidak memenuhi setidaknya satu dari kriteria yang
tercantum dalam Tabel 2 berisiko rendah kambuh.
Diagnosis metabolik yang ekstensif tidak perlu dilakukan pada pasien batu saluran
kemih uncomplicated; bagaimanapun bergantung kepada jenis batu, beberapa
langkah umum harus dilakukan. Hal ini meliputi anamnesis komprehensif untuk
mencatat faktor risiko potensial sedini mungkin:
Predisposisi keluarga
Karakteristik sindrom metabolik, misal, obesitas, hipertensi, dislipoproteinemia,
hiperglikemia.
Kondisi mental dan fisik, misal masalah mental seperti kegelisahan, desensitisasi,
ketidaktertarikan dan kehilangan motivasi, dan masalah fisik seperti mobilitas
terbatas.
Infeksi saluran kemih berulang
Faktor sosial dan pekerjaan seperti rekan kerja, pengangguran, shift kerja, waktu
istirahat, istirahat makan, perjalanan bisnis dan perjalanan yang sering.
Gangguan metabolisme, misal gangguan reabsorpsi dan transportasi ginjal:
kebocoran renal (kalsium, fosfat); asiduria (pH urin secara permanen <6,0; terkait
misalnya dengan sindrom metabolik dan eh konsumsi protein hewani yang
berlebihan); sistinuria; hiperabsorpsi enteral dari zat litogenik (misal, kalsium,
oksalat); gangguan hormonal (misal, tingkat parathormon dan kortisol);
peningkatan kadar vitamin D3; defisiensi enzim.
Anomali urodinamik: Anamnesis dapat mencakup nyeri panggul setelah asupan
cairan meningkat, perasaan pengosongan kandung kemih yang tidak lampias, nyeri
panggul saat berkemih, infeksi saluran kemih berulang, atau deteksi sonografi
insidental dari gangguan transport urin, bahkan mungkin di uterus selama
pemeriksaan antenatal rutin. Jika dari hal tersebut ada yang ditemukan,
penyelidikan lebih lanjut dalam anomali urodinamik diindikasikan.
Komorbiditas kausatif, misalnya penyakit Crohn, short bowel syndrome, cystic
fibrosis, osteoporosis, atau metabolisme katabolik, misal karena tumor, pankreas,
atau penyakit hati.
Skrining untuk gangguan metabolik yang berat adalah keharusan pada pasien
berisiko tinggi, dan karena tidak terdapat garis pemisah yang jelas antara risiko
rendah dan tinggi dalam praktik klinis, kami juga merekomendasikannya pada
pasien berisiko rendah:
Selama setidaknya 3 hari pasien harus menyimpan buku harian nutrisi, mencatat
semua makanan dan minuman yang disertai dengan rincian jumlah dan waktu.
Buku ini dapat menggambarkan fitur khusus apa pun dari diet, misalnya, apakah
orang tersebut omnivora, karnivora, vegetarian, atau vegan.
Sampel urin harus diambil dari setiap mikturisi selama seminggu dalam kondisi
normal dan diuji pHnya. Profil pH urin yang dihasilkan dapat mengeksklusi,
misalnya, asidosis tubulus renal (RTA). Pasien dengan RTA memiliki kelainan
tubulus ekskresi proton atau resorpsi bikarbonat, yang menyebabkan asidosis
metabolik. pH urin biasanya secara permanen <5,8. Selain itu, fluktuasi terkait pH
pada hari kerja atau yang terkait dengan gaya hidup (misal hari kerja dibandingkan
akhir pekan) dapat dideteksi.
Tes darah (standard blood count ditambah kalsium, kreatinin, dan asam urat)
(rekomendasi grade A); penentuan parathormon secara hati-hati pada semua pasien
kecuali kasus yang sama sekali tidak rumit (e6).
Investigasi setidaknya satu sampel urin 24-jam (e7): volume, pH (Gambar 3),
natrium, kalium, kalsium, magnesium, amonia, klorida, oksalat, sitrat, fosfat, asam
urat, dan kreatinin (rekomendasi ulang kelas A). Jika terdapat tanda-tanda infeksi,
sampel urin harus dipersiapkan untuk kultur bakteri (14).
Perhitungan indeks risiko empiris untuk pembentukan batu urin dari parameter urin
yang disebutkan di atas (e8, e9) dan / atau penentuan tambahan risiko kristalisasi
menggunakan BONN Risk Index (BRI) (e10-e12). Hal ini memungkinkan evaluasi
yang lebih rinci dari kedua profil risiko dan perjalanan penyakitnya.
Urolithiasis complicated
Sekitar 25% pasien batu saluran kemih dikategorikan sebagai complicated. Pasien-
pasien ini, diklasifikasikan oleh pedoman sebagai risiko tinggi, menunjukkan
setidaknya satu dari karakteristik yang tercantum dalam Tabel 2.
Investigasi dasar seperti yang dilakukan pada pasien uncomplicated diikuti dengan
skrining metabolik diperpanjang yang dijelaskan di atas. Hal ini melibatkan
diagnostik interdisiplin yang kompleks yang harus dilakukan di pusat spesialis.
Jika pembentukan batu saluran kemih pasien individu telah sepenuhnya
tergambarkan dan pengobatan diperlukan, berbagai agen telah tersedia. Obat-obat
paling penting tercantum dalam Tabel 3.
Kesimpulan
Pesan Kunci
● Urolithiasis adalah gejala dari berbagai penyakit ginjal, endokrin, usus, dan
kadang-kadang bahkan keganasan. Pembentukan batu seringkali dipicu dan
dipengaruhi oleh faktor risiko eksternal.
● Pilihan dan keberhasilan metode untuk menghilangkan batu saluran kemih
bergantung pada lokasi, ukuran, dan komposisi batu dan pada komorbiditas lain
Konflik Kepentingan
Para penulis menyatakan bahwa tidak terdapat konflik kepentingan.
Tabel 1 Klasifikasi pasien batu saluran kemih non komplikasi berdasarkan riwayat
medis mereka (6, 37)
Ginjal tunggal
Malformasi saluran kemih
Department of Urology and Pediatric Urology, Bonn University Hospital : Dr. med. Fisang, Dr. med.
Anding, Prof. Dr. med. Müller, Dr. med. Latz Deutsches Harnsteinzentrum, Urological Center Bonn
Friedensplatz, Bonn: PD Dr. rer. nat. Laube