Anda di halaman 1dari 9

GASTER Vol. XV No.

1 Februari 2017

PENATALAKSANAAN TRANSPORTASI PASIEN


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT

Rudi Kurniawan, Irpan Ali Rahman, Rd. Linda Nataligunawati


STIKes Muhammadiyah Ciamis
Email :akhrud2008@yahoo.com

ABSTRAK
Latar Belakang. Kesalahan dalam pelaksanaan transportasi pasien dapat merugikan
perawat, instansi terkait terutama pasien.Transportasi pasien kasus trauma maupun non
trauma seharusnya dapat mencegah cedera atau tidak memperparah cedera.Penelitian ini

Metode
penelitian.Penelitian ini menggunakan desain.Populasi pada penelitian yaitu pasien trauma

penelitian ini berjumlah 40 responden.Teknik yang digunakan adalah accidental sampling.


Instrumen penelitian berupa lembar observasi yang diisi oleh peneliti.Pengkategorian
penatalaksanaan transportasi pasien trauma dan non trauma setiap variabel dikatakan sesuai
standar prosedur operasional (SPO) jika semua prosedur dilakukan dan dikatakan tidak sesuai
SPO jika salah satu atau lebih prosedur tidak dilakukan.Analisa univariat menggunakan
perhitungan distribusi frekuensi.Hasil penelitian.Penatalaksanaan transportasi pasien tahap
persiapan alat sejumlah 29 (72,5 %) responden melaksanakan sesuai SPO dan 11 (27,5 %)
responden tidak sesuai SPO. Penatalaksanaan transportasi pasien tahap persiapan pasien
sejumlah
SPO. Penatalaksanaan transportasi pasien tahap pelaksanaan sejumlah 9 (22,5 %) responden
melaksanakan sesuai SPO dan 31 (77,5 %) responden tidak sesuai SPO. Kesimpulan.
Sebagian kecil petugas belum melakukan Penatalaksanaan transportasi sesuai SPO sehingga
membahayakan pasien.Pihak rumah sakit lebih meningkatkan kualitas maupun kemampuan
dalam transportasi pasien dengan memberian pelatihan kepada perawat sebaiknya secara
berkala.

Kata Kunci: gawat darurat, transportasi pasien, trauma.

ABSTRACT
Background. Errors in implementation Patient’s Transportation can give negative effect to
nurse, stake holder especially the patient. Transportation of patient both trauma and non-
trauma cases should prevent injury or aggravate the injury in emergency room in Regional
Public Hospital in West Java. This study aims to identify the transportation management of
trauma and non-trauma patients in the Emergency Room sat General Hospital in West Java.
Research methods. This research use design method, the population in this research is trauma
and non-trauma patient in one of emergency department at Regional Public Hospital district
in West Java in 2016. The sample in this study amounted to 40 respondents. The technique

researcher. Categorizing the management of transport trauma and non trauma patients in each
variable based on standard operating procedures (SOP) if all of the procedures are done and

frequency of distribution calculation.Research result. Management of patient transportation


equipment preparation phase is 29 (72.5%) of respondents did based on SOP and 11 (27.5%)
of respondents are not based on SOP. Management of patient transportation preparatory phase

44 Penatalaksanaan Transportasi Pasien ...


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

not based on SOP. Management of implementation patient transportation stages amount of 9


(22.5%) of respondents did based on SOP and 31 (77.5%) of respondents are not based on SOP.

based on SOP thus endangering the patient. The hospital further has to improve the quality
and the ability to patient’s transportation by giving nurses a training periodically.

Keyword: Patient transportation, trauma, emergency

A. PENDAHULUAN pelaksanaantransportasi pasien dari brankar


ke tempat tidur dan dari kursi roda ke tempat
Transportasi pasien antar ruangan maupun
tidur (RSUD Kabupaten Ciamis, 2011).
transportasi pasien dari kendaraan atau
sebaliknya merupakan salah satu keterampilan Menurut Nelson et al (2003), Royal
yang wajib dimiliki setiap perawat terutama College of Nursing (2003) dan Waters et al
dalam kasus kegawatdaruratan, karena itu (2007), kecelakaan saat transportasi pasien
perawat memiliki peranan penting dalam antara tempat tidur dan kursi, antara tempat
transportasi pasien (Krisanty, et al., 2009). tidur dan brankar, merubah posisi pasien di
Tidak semua orang dapat melakukan tempat tidur, merubah posisi pasien di kursi
transportasi kecuali petugas kesehatan roda dan mencoba berdiri ketika dalam posisi
maupun orang yang telah mendapat pelatihan duduk disebabkan oleh ketidakseimbangan
tentang transportasi pasien (Stratis Health, tubuh pasien dengan tidak adanya tumpuan.
2014). Tidak jarang transportasi pasien Insiden yang terjadi ketika transportasi
dilakukan oleh bukan petugas kesehatan pasien cukup tinggi, tercatat sebanyak 40
baik saat pasien pertama kali datang ke insiden terjatuh terjadi saat transportasi
Rumah Sakit maupun akan dipindahkan dari pasien ke tempat tidur, yang menjadi deretan
ruangan ke ruangan lain dan tidak jarang pula paling atas di Rumah Sakit - Rumah Sakit
transportasi pasien dilakukan oleh perawat Australia (Johnson, George, & Tran, 2011).
dengan tidak memenuhi standar prosedur Pada tahun 2014, tercatat sebuah insiden
operasional. yang berujung kematian terjadi akibat dari
Standar prosedur operasional (SPO) kelalaian dalam transportasi pasien yang
transportasi pasien merupakan hal yang wajib akan di transportasikan dari IGD ke ruang
dipatuhi dan dilakukan agar memperlancar rawat inap. Kelalaian ini berupa kondisi alat
tugas perawat sebagai dasar hukum bila terjadi yang tidak memenuhi standar yang kurang
penyimpangan serta mengetahui dengan menjadi perhatian petugas terutama perawat
jelas hambatan-hambatannya dan mudah (Kabar Priangan, 2014).Penanganan ataupun
dilacak (Tambunan, 2011).Standar prosedur pelaksanaan transportasi pasien yang tidak
operasional transportasi pasien meliputi sesuai dengan prosedur akan menyebabkan
tahap persiapan alat, tahap persiapan pasien berbagai masalah seperti halnya keadaan
dan tahap pelaksanaan.Tahap pelaksanaan pasien memburuk atau bahkan berujung
transportasi pasien terbagi menjadi dua yaitu
Penatalaksanaan Transportasi Pasien ... 45
GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017
pada kematian.Kesalahan dalam pelaksanaan Peran perawat dalam hal transportasi
transportasi pasien dapat merugikan perawat pasien sangatlah besar. Peran tersebut
itu sendiri maupun instansi terkait terutama meliputi sebelum dilakukannya transportasi
merugikan pasien.Transportasi pasien baik sampai setelah dilakukannya transportasi
kasus trauma maupun kasus non trauma yang mencakup berbagai hal yakni dalam
memilki resiko tersendiri, namun yang komunikasi antara perawat yang akan
terpenting dalam transportasi adalah dengan mentraspor dan perawat yang akan menerima
mencegah cedera maupun memperparah transpor tentang pemeriksaan kesiapan
cedera dimana kualitas dan keamanan pasien ruangan, persiapan alat untuk transportasi
menjadi prioritas utama (Potter & Perry, pasien, serta dokumen-dokumen terkait
2010). transportasi pasien (Picton, 2012)..
Kelalaian dalam pemberian pelayanan Studi yang dilakukan oleh Taylor (1970)
kesehatan yang dapat mengancam dalam Chard & Makary (2015), menjelaskan
keselamatan pasien dapat disebabkan bahwa transportasi dapat menimbulkan
oleh berbagai faktor, seperti beban kerja komplikasi pada penyakit pasien, hal ini
perawat yang tinggi, alur komunikasi yang dapat diminalisir dengan adanya kontribusi
kurang tepat dan penggunaan sarana yang perawat yang melakukan tugasnya dengan
kurang tepat (Nursalam, 2012).Komunikasi, benar.Studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti di berbagai Rumah Sakit
keselamatan menjadi faktor penting terkait termasuk IGD RSUD Ciamis menunjukkan
transportasi pasien (Hains, Marks, Georgiou, bahwa pelaksanaan transportasi pasien tidak
& Westbrook, 2011).Menurut Wadgure, dilakukan oleh seluruh perawat di IGD dan
Ashkedkar, & Mujbaile (2013), untuk prosedur pelaksanaannya terkadang tidak
meminimalisir masalah atau kejadian yang sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
tidak diinginkan tentu harus sesuai dengan (SPO). Hasil studi pendahuluan menunjukkan
standar prosedur salah satunya yaitu dari bahwa kejadian yang tidak diinginkan selama
segi penolong. Penolong yakni perawat harus proses transportasi tercatat 1 kasus pada
yang memiliki postur tubuh yang sama dan tahun 2014 dan tidak ada kasus pada tahun
mempunyai tenaga agar tubuh pasien tetap 2016. Transportasi pasien harusnya dilakukan
sejajar dan tubuh pasien dapat dipindahkan oleh perawat atau orang yang telah mendapat
tanpa adanya masalah. Selain itu Katkar, pelatihan dan harus sesuai standar prosedur
Nagarhalli, & Desle (2015) mengemukakan operasional agar tidak terjadi kecelakaan
bahwa kecelakaan ataupun masalah yang yang dapat mengancam jiwa pasien.
terjadi saat transportasi pasien dapat diatasi Berdasarkan uraian diatas, maka
dengan memantau atau membatasi pergerakan rumusan masalahnya yaitu “Bagaimana
pasien yang mempunyai kemungkinan besar Penatalaksanaan Transportasi Pasien
untuk terjatuh. Trauma dan Non Trauma di IGD RSUD

46 Penatalaksanaan Transportasi Pasien ...


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

di Jawa Barat?”Penelitian ini bertujuan memenuhi kriteria inklusi yang disebabkan


oleh berbagai alasan (Nursalam, 2013).
pasien trauma dan non trauma di IGD RSUD Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
di Jawa Barat. adalah pasien trauma maupun non trauma
yang ditransportasikan bukan oleh petugas.
B. BAHAN DAN METODE Instrumen penelitian yang digunakan adalah
lembar observasi. Lembar observasi adalah
Penelitian ini menggunakan desain
teknik pengumpulan data secara aktif
penelitian deskriptif yaitu suatu metode
dalam mengamati objek penelitian (Hasmi,
penelitian dengan tujuan utama membuat
2016). Lembar observasi ini digunakan
gambaran suatu objek (Notoatmodjo, 2010).
untuk memperoleh informasi tentang
Penelitian ini hanya melihat gambaran
penatalaksanaan transportasi pasien trauma
penatalaksanaan transportasi pasien trauma
maupun non trauma dari brankar ke tempat
maupun non trauma di IGD RSUD di Jawa
tidur atau dari kursi roda ke tempat tidur yang
Barat tahun 2016.Populasi merupakan jumlah
dilakukan dari IGD ke ruang rawat inap.
dari seluruh sampel dalam penelitian (Sabri
Lembar observasi diisi oleh peneliti.Analisis
& Hastono, 2014).Populasi pada penelitian
univariat dilakukan untuk mendeskripsikan
yaitu pasien trauma dan non trauma di salah
semua variabel penelitian.Umumnya
satu IGD RSUD Kabupaten di Jawa Barat
pada analisis ini hanya menghasilkan
tahun 2016.Sampel merupakan sebagian
distribusi dan presentase dari tiap variabel
dari populasi yang memiliki karakteristik
(Notoatmodjo, 2010).Untuk pengkategorian
yang akan di ukur dalam penelitian (Sabri
penatalaksanaan transportasi pasien trauma
& Hastono, 2014). Sampel dalam penelitian
dan non trauma setiap variabel dikatakan
ini adalah pasien trauma dan non trauma di
sesuai SPO jika semua prosedur dilakukan
IGD yang akan di pindahkan ke ruang rawat
dan dikatakan tidak sesuai SPO jika salah
inap sebanyak 40 responden. Teknik yang
satu atau lebih prosedur tidak dilakukan.
digunakan adalah accidental sampling yakni
Analisa univariat menggunakan perhitungan
teknik pengambilan sampel berdasarkan
distribusi frekuensi.Penelitian ini telah
kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan
mendapat persetujuan direktur rumah sakit.
bertemu dan cocok sebagai sumber data
dapat dijadikan sampel (Notoatmodjo S. ,
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
2012).Kriteria inklusi adalah kriteria dimana
subjek penelitian dapat mewakili dalam Dari hasil pengumpulan data mengenai
sampel penelitian yang memenuhi syarat penatalaksanaan transportasi pasien trauma
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).Yang dan non trauma di IGD RSUD Kabupaten di
termasuk kriteria inklusi adalah Pasien Jawa Barat adalah sebagai berikut:
trauma maupun non trauma.Kriteria eksklusi 1. Penatalaksanaan Tahap Persiapan
adalah mengeluarkan subjek penelitian yang Alat di IGD RSUD Kabupaten di Jawa

Penatalaksanaan Transportasi Pasien ... 47


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

Barat. sesuai Tidak sesuai


Kategori
Tabel 1 Distribusi Frekuensi F % f %
Penatalaksanaan Transportasi Pasien
Trauma 3 7,5 0 0
Tahap Persiapan Alat Di IGD RSUD
Non Trauma 6 15,0 31 77,5
Kabupaten Di Jawa Barat
Total 9 22,5 31 77,5
Sesuai Tidak sesuai
Kategori
f % f % Pada tahap pelaksanaan masih ada
Trauma 3 7,5 0 0 sebagian kecil yang tidak sesuai SPO.
Non Trauma 26 65 11 27,5

Total 29 72,5 11 27,5 Pada tahap persiapan alat masih ada


Pada tahap persiapan alat masih ada sebagian kecil pasien tidak diselimuti.Selimut
sebagian kecil tidak sesuai SPO. merupakan alat yang diperlukan untuk
2. Penatalaksanaan Transportasi Pasien pasien selain untuk menjaga privasi klien,
Tahap Persiapan PasienDi IGD RSUD penggunaan selimut juga berguna menjaga
Kabupaten di Jawa Barat kestabilan suhu tubuh pasien terutama pada
pasien hipotermia yang salah satunya dapat
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
disebabkan oleh adanya trauma pada tubuh
Penatalaksanaan Transportasi Pasien
pasien (Potter and Perry, 2005).Sebagian
Tahap Persiapan Di IGD RSUD Kabupaten
besar tidak menggunakan bantal hal ini
di Jawa Barat
karena penggunaan bantal dilakukan ketika
sesuai Tidak sesuai
Kategori dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi pasien
f % f %
yaitu ketika pasien menggunakan kursi roda.
Trauma 3 7,5 0 0
Menurut sir Liam Donaldson (2007),
Non Trauma 29 72,5 8 20,0
pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien
Total 32 80 8 20,0
bukan sebuah pilihan tetapi merupakan hak
Pada tahap persiapan pasien masih pasien untuk mendapatkan kepercayaan
ada sebagian kecil yang tidak sesuai SPO. terhadap sebuah pelayanan kesehatan oleh
3. Penatalaksanaan Transportasi Pasien suatu sistem pelayanan kesehatan maka dari
Tahap Pelaksanaan Di IGD RSUD itu penggunaan alat dalam transportasi pasien
Kabupaten di Jawa Barat merupakan hal yang tidak boleh diabaikan
dan harus sesusai SPO sebagaimana yang
Table 3 Distribusi Frekuensi
dikemukakan oleh Alano (2002), bahwa
Penatalaksanaan Transportasi Pasien
menentukan kondisi atau kesiapan alat
Tahap Pelaksanaan Di IGD RSUD
sangatlah penting hal ini dilakukan karena
Kabupaten Di Jawa Barat.
terkait dengan keselamatan pasien.
Pada tahap persiapan pasien sebagian

48 Penatalaksanaan Transportasi Pasien ...


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

kecil tidak memberikan penjelasan kepada dengan SPO. Pelaksanaan yang tidak sesuai
pasien dan keluarga tentang hal-hal yang SPO ini tentu akan menimbulkan masalah,
akan dilakukan, hal ini tidak sesuai dengan urutan perawat yang diatur agar perawat
hak pasien yang tercantum dalam UU No. tidak kesulitan dalam menolong pasien dan
44 tahun 2009.Menurut Alano (2002), posisi pasien dapat termonitor dengan jelas
merapikan maupun memberikan penjelasan hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
kepada keluarga maupun pasien termasuk Rosyidi M. N. & Wulansari (2013). 85,7%
dalam tahapan transportasi pasien yang melakukan pemindahan dengan posisi lengan
tidak boleh diabaikan. Hal ini berhubungan perawat sesuai SPO dan 17,3% melakukan
dengan privasi pasien dan hak pasien untuk pemindahan dengan posisi lengan perawat
mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan tidak sesuai SPO. Posisi lengan perawat
pada pasien itu sendiri.Penjelasan kepada yang tidak sesuai SPO akanmenyebabkan
pasien merupakan hal yang wajib dilakukan, kesalahan dalam pemindahan dan mengancam
karenanya menurut Potter & Perry (2005), jiwa pasien dimana menurut Perry & Potter
penjelasan kepada pasien dapat memberikan (2010), proses pemindahan transportasi pasien
stimulus yang baik untuk proses kesembuhan baik kasus trauma maupun kasus non trauma
pasien karena pasien turut serta dalam proses memiliki prinsip dengan tidak memperparah
kesembuhannya yang terstruktur dalam atau mencegah cedera dimana kualitas dan
rencana keperawatan maupun tindakan medis. keamanan pasien menjadi prioritas utama serta
Pada tahap pelaksanaan pemindahan dalam hal ini tidak sesuai dengan hak pasien
dari brankar ke tempat tidur diperoleh hasil untuk mendapatkan perawatan atau pelayanan
85,7% memindahkan pasien dengan diangkat yang semestinya yang tercantum dalam UU
oleh 3 orang dan 14,3% tidak diangkat oleh 3 No. 44 tahun 2009. 100% memberikan aba-
orang. Menurut Rosyidi M. N. & Wulansari aba untuk melakukan pengangkatan pasien
(2013) bahwa pemindahan yang dilakukan dan dipindahkan. 57,1% perawat menjaga
oleh minimal 3 orang bertujuan agar posisi privasi klien seperti merapikan pakaian atau
pasien stabil atau tidak berubah terutama selimut dan memberikan posisi yang nyaman
pada pasien trauma dan agar perawat dapat untuk klien sedangkan 42,9% perawat tidak
mengangkatnya dengan mudah tanpa ada merapikan atau menyelimuti pasien dan tidak
hambatan dari berat badan pasien. 71,4 % memberikan pasien posisi yang sesuai dengan
ketiga perawat berdiri pada sisi kanan pasien keadaannya atau nyaman. Menurut potter &
dengan urutan perawat yang paling tinggi perry (2005), pemberian posisi yang sesuai
berdiri dibagian kepala, 1 orang perawat dengan keadaan pasien akan menghindari
berdiri dibagian pinggang dan 1 orang kesalahan atau memperburuk keadaan pasien,
perawat berdiri dibagian kaki sedangkan dimana setiap posisi memiliki kegunaannya
28,6% ketiga perawat berdiri pada sisi kanan masing-masing untuk jenis keadaan pasien.
pasien tetapi urutan perawatnya tidak sesuai Hasil analisis item lembar observasi pada

Penatalaksanaan Transportasi Pasien ... 49


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

tahap pelaksanaan pemindahan dari kursi membantu pasien untuk memberikan tumpuan
roda ke tempat tidur diperoleh hasil 61,5% dan berjalan bersama ke tempat tidur serta
kursi roda direm dan 38,5% tidak direm. membantu pasien untuk bersandar padasisi
Menurut Rosyidi M. N. & Wulansari (2013). tempat tidur. Kecelakaan saat transportasi
26,9% kedua tangan perawat menopang sisi pasien dikarenakan tidak dilakukannya
lemah pasien dan menganjurkan pasien untuk penguncian pada roda dapat berupa kursi roda
bertumpu pada sisi yang kuat sedangkan 73,1 yang akan terbalik atau bergeser mundur.
% kedua tangan perawat tidak menopang Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan
sisi lemah pasien dan menganjurkan pasien bahwa penatalaksanaan transportasi pasien
untuk bertumpu pada sisi yang kuat. 69,2% trauma mapun non trauma termasuk
perawat memimpin pasien untuk turun dari kategori dilakukan sesuai SPO sebanyak
kursi roda dan berjalan bersama menuju 57,5%. Prosedur dalam transportasi pasien
tempat tidur sedangkan 30,8% perawat tidak harus sesuai dengan SPO karena menurut
memimpinpasien untuk turun dari kursi roda Potter & Perry (2013), SPO merupakan
dan berjalan bersama menuju tempat tidur. suatu proses kerja yang telah ditetapkan
80,8% membantu pasien untuk bersandar pada dan harusdikerjakan sesuai urutan kerja
sisi tempat tidur sedangkan 19,2% perawat untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tidak membantu pasien untuk bersandar pada tertentu agar dapat mengetahui dengan jelas
sisi tempat tidur. 57,7% memberikan pasien hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
posisi yang nyaman atau sesuai kebutuhan Prosedur yang tidak sesuai dengan
dan merapikannya sedangkan 42,3% perawat SPO dapat diminimalisir atau dapat diatasi
tidak memberikan pasien posisi yang nyaman dengan perawat membagi waktu dan dapat
atau sesuai kebutuhan dan merapikannya. diperhitungkan antara kegiatan satu dengan
Hal ini tentu tidak sesuai dengan yang yang lainnya, perawat harus lebih sabar serta
dikemukakan oleh potter & perry (2005), memperlakukan pasien secara manusiawi,
bahwa pemberian posisi yang sesuai dapat harus lebih memupuk kesadaran dalam diri
menghindari kesalahan atau memperburuk akan tanggungjawab, mengadakan pelatihan
keadaan pasien, dimana setiap posisi yang diadakan secara berkala dan harus
memiliki kegunaannya masing-masing untuk diadakan pengawasan dari K3 di Rumah
jenis keadaan pasien. Sakit yang bersangkutan yang bertujuan
Menurut Nelson et al (2003), Royal untuk mengawasi petugas dalam melakukan
College of Nursing (2003) dan Waters et tugasnya dan menegur atau menasehati atau
el (2007), kecelakaan dapat terjadi ketika memberi sanksi terhadap petugas yang lalai
proses transportasi dipengaruhi oleh atau tidak melakukan tugasnya sebagaimana
ketidakseimbangan tubuh pasien maka untuk mestinya.Kelemahan dalam penelitian ini
meminimalisir kecelakaan perawat harus terletak pada penilaian yang dilakukan yakni
melakukan penguncian pada kursi roda, menggunakan mean yang akan berpengaruh

50 Penatalaksanaan Transportasi Pasien ...


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

pada hasil penelitian. Penilaian penelitian Kabupaten di Jawa Barattahun 2016sebagian


dengan menggunakan Standar Prosedur kecil petugas belum belum melakukan
Operasional (SPO) sebagai instrumen transportasi pasien sesuai SPO sesuai SPO
penelitian harus 100%, jika salah satu atau sehingga membahayakan pasien.
tidak 100% maka dianggap tidak memenuhi Pihak rumah sakit lebih meningkatkan
SPO. kualitas maupun kemampuan dalam
transportasi pasien karena hal ini dapat
D. SIMPULAN DAN SARAN
mempengaruhi keselamatan pasien.
Penatalaksanaan transportasi pasien Pemberian pelatihan transportasi pasien bagi
trauma dan non trauma di IGD RSUD perawat sebaiknya dilakukan secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA

Alano, A. (2002). Basic Clinical Nursing Skill.


Berman, A. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Koizer & Erb. Jakarta: EGC.
Chard, R., & Makary, M. A. (2015). Transfer-of-Care Comunication: Nursing Best Practice.
Hains, I. M., Marks, A., Georgiou, A., & Westbrook, J. I. (2011). Non-emergency Patient
Transport: What are the Quality and Safety Issues? a Systematic Review. International
Journal for Quality in Health Care .
Hasmi.(2016). Metode Penelitian Epidemiologi. Jakarta: Trans Info Medika.
Hidayat, A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.
Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2010).Keperawatan Kritis.(J. J. Benz, Ed., M. Ester, M. Kariasa,

Hilmy, F. (2014). Memindahkan Pasien, Jangan Memperparah cedera. [internet]. Tersedia


dalam http://tbmfkui.org/archives/1010 [Diakses 25 Februari 2016]
Johnson, M., George, A., & Tran, D. T. (2011). Analysis of Falls Incidents: Nurse and Patient
Preventive Behaviours. International Journal of Nursing Practice.
Kabar Priangan. (2014). Ciamis: Kabar
Priangan.[internet]. Tersedia dalam http://www.kabar-priangan.com/news/detail/12867
[Diakses 25 Februari 2016]
Katkar, R. P., Nagarhalli, M. V., & Desle, P. S. (2015). Development and Analysis of Wheelchair
Cum Stretcher Using CAE Software. InternationalEngineering Research Journal , 2083-
2087.
Krisanty, P., Manurung, S., Suratun, Wartonah, Sumartini, M., Ermawati, et al. (2009).Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Penatalaksanaan Transportasi Pasien ... 51


GASTER Vol. XV No. 1 Februari 2017

Nelson, A., Lloyd, J. D., Menzel, N., & Gross, C. (2003).Preventing Nursing Back Injuries:
Redesigning Patient Handling Tasks.AAOHN Journal .
Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan (3 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Picton, C. (2012). Keeping Patient Safe When They Transfer Between CareProvider. London:
Royal Pharmaceutical Society.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005).Fundamental Keperawatan: Konsep, Prosesdan Praktik
(4 ed., Vol. 2). (E. Monica, D. Yulianti, I. Parulian, Eds., R.Komalasari, D. Evriyani, E.
Novieastari, Alfrina, & S. Kurnianingsih, Trans.) Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).Fundamental Of Nursing (7 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Rosyidi M N, K., & Wulansari, N. D. (2013).Prosedur Praktik Keperawatan . Jakarta: CV
Trans Info Media.
Royal College of Nursing.(2003). Manual Handling Assessments in Hospitalsand the
Community. London: Royal College of Nursing.
Sabri, L., & Hastono, S. P. (2014).Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Stratis Health. (2014). Quality Improvement Toolkit for Emergency Department Transfer
ommunication Measures.
Tambunan, R. M. (2011). Pedoman Teknis Penyusunan SOP. Jakarta: Maiestas Publishing.
Wadgure, A. T., Ashkedkar, R. D., & Mujbaile, V. N. (2013).Design and Development of
Mechanical Department.
Waters, T. R., Nelson, A., & Proctor, C. (2007). Patient Handling Tasks With High Risk For
Musculoskeletal Disorder In Critical Care. 131-143.

52 Penatalaksanaan Transportasi Pasien ...

Anda mungkin juga menyukai