Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KDI 2

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN FISIOLOGIS IBU SELAMA KEHAMILAN

Kebutuhan gizi ibu selama kehamilan berbeda dengan pada masa normal. Kebutuhan
gizi selama hamil menjadi lebih tinggi dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi
pada fisiknya. Perubahan fisiologi selama kehamilan meliputi bertambahnya volume plasma,
meningkatnya persediaan cadangan makanan, meningkatnya aliran darah uterine, serta
bertambahnya berat janin, cairan amniotik dan plasenta.

Bagi seorang ibu yang hamil sangat banyak membutuhkan gizi atau zat-zat makanan
yang baik dan sehat melalui plasenta bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam
kandungan, dalam keadaan hamil ibu harus dapat memasukan zat-zat makanan yang baik
untuk diri sendiri maupun untuk kesehatan janinnya. Selain itu perlu juga ditambahkan
dengan zat-zat makanan lain sehingga pertumbuhan janin dapat berkembang dan tumbuh
dengan baik, oleh sebab ibu dalam keadaan hamil mengalami banyak perubahan dalam
tubuhnya, sehingga dengan perubahan-perubahan ini maka seorang yang sementara hamil
haruslah selalu menjaga kondisi tubuhnya dengan jalan mengkomsumsi bahan makanan 
yang memiliki kadar gizi yang cukup dan seimbang sehingga kesehatannya tetap terjamin.

Konsumsi protein selama sembilan belas minggu pertama kehamilan dapat


mendukung pertumbuhan sel otak bayi. Namun kelebihan protein juga berdampak negatif
pada kehamilan dan bayi yang akan dilahirkan, meski dukungan data untuk hal ini masih
terbatas. Perspektif Islam mengenai hal tersebut terdapat dalam surah Al-Maidah :87-88

Yang artinya :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas."

Melalui firman dalam ayat tersebut, mengandung pesan untuk tetap proposional
dalam mengonsumsi, sesuai kebutuhan yang disyaratkan. Tak jarang, ada ibu hamil yang
melahap melebihi kebutuhan nutrisi, karena beranggapan makan yang banyak berdampak
pada janin. Padahal ilmu gizi telah memberi takaran, agar kita melampaui batas, sehingga
dapat membuat tubuh kian melar.

Secara teoritis, kebutuhan protein bisa dipenuhi dengan mengonsumsi susu, daging,
ikan, dan unggas, juga tempe dan tahu. Namun, berbagai riset mengungkapkan mengonsumsi
ikan terutama ikan laut, pada masa hamil sangat dianjurkan. Ini karena ikan laut mengandung
asam lemak omega 3 yang berperan pada pertumbuhan dan perkembangan sel otak dan
proses pengelihatan (retina mata) pada janin. Selain itu ikan juga mengandung asam amino
esensial yang sangat baik bagi pertumbuhan janin, disamping kandungan vitamin dan
mineralnya yang cukup tinggi.

Anjuran berdasarkan hasil riset itu ternyata telah tersurat di Al Quran. Dalam surah
Al-Nahl: 14 yang artinya : "Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu
dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan
itu perhiasan yang dapat kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar di atasnya, dan
supaya kamu mencari dari karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur."

Kajian gizi secara sederhana menyarankan, ibu hamil untuk makan empat sampai lima
porsi sehari dengan menu sehat seimbang. Yaitu terdiri atas nasi, lauk pauk hewani (daging,
ikan, udang, telur, ayam), laukpauk nabati (tahu, tempe), dan sayuran berwarna, serta
usahakan untuk mengonsumsi buah-buahan. Dianjurkan pula bagi ibu hamil untuk minum
susu antara 2 - 4 gelas sehari. Dari 2 gelas susu menyumbang 15 gr protein, 0,75 gr kalsium
dan 160 kkal (skim milk), 320 kkal (whole milk).

Hal lain yang perlu diperhatikan, ibu hamil harus mendapatkan makanan yang halal
dan thayyib, dan berasal dari rizki yang halal. Allah memerintahkan kita untuk memakan
makanan yang halal dan baik / Halalan Thoyyiban. Al Qur’an, Surat Al Maidah : 88 yang
artinya:
“dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya”  

Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang bukan cuma halal, tapi juga
baik (Halalan Thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh kita. Bahkan perintah ini
disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah, sebagai sebuah perintah yang sangat tegas dan
jelas. Perintah ini juga ditegaskan dalam ayat yang lain, seperti yang terdapat pada Surat Al
Baqarah : 168 yang artinya:
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu
adalah musuh yang nyata bagimu”.

Makanan yang halal adalah semua makanan yang disediakan Allah SWT kecuali yang
diharamkan seperti bangkai, darah yang memancar, daging babi, atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-An'am: 145. Namun
terdapat pengecualian untuk binatang yang hidup di air (tawar maupun laut seperti ikan).
Begitu juga dengan belalang, walaupun bangkai yang mati dengan sendirinya.

Seperti sabda Nabi Muhammad SAW ''Laut itu suci airnya, halal bangkainya.'' Namun
makanan yang halal belum tentu thayyib. Dijelaskan pula bahwa yang thayyibah ialah semua
binatang yang tidak menjijikkan. Makanan yang thayyib adalah makanan yang aman dan
sehat. Makanan yang halal dan thayyib tersebut harus pula berasal dari rizki yang halal.

Bila kita makan dan minum yang berasal dari rizki yang haram, maka Allah SWT
tidak akan menerima doanya, seperti yang diungkapkan hadis sebagai berikut: Rasulullah
SAW bersabda: ''Hai manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik. Ia tidak akan menerima
(sesuatu) kecuali yang baik. Dan bahwa Ia memerintahkan kepada orang-orang mukmin
sebagaimana Ia memerintahkan kepada para Rasul-Nya; kemudian beliau membacakan ayat
yang artinya: "Hai para Rasul makanlah olehmu rizki yang baik yang telah kami anugerahkan
kepadamu".

Halal itu bukan sekedar halal makanannya, tapi juga dari sumber bagaimana
mendapatkannya pun harus halal. Kalau sumbernya haram seperti korupsi, mencuri,
merampok, menggusur tanah rakyat dengan harga yang rendah, maka makanan yang dimakan
pun meski sebetulnya halal, tetap haram. Dan akan membuat si pemakannya disiksa di api
neraka.

Kriteria Makanan Halal:


Pada prinsipnya dalam Islam, segala sesuatu itu diperbolehkan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya (lihat Halal dan Haram: Yusuf Qardhawi) dengan mengambil kaidah
ushul fiqh (al-Ashl fil Asy-ya’ al-ibahah, yatta yadul ad-daliil ‘ala tahrimih). Maka
sesungguhnya yang diharamkan itu amatlah sempit dan yang dihalalkan sangatlah terhampar
luas. Termasuk dalam hal makanan dan minuman. Maka jika tidak kita temukan dalil yang
mengharamkan, kita kembalikan kepada hukum asalnya, yaitu boleh.

Allah swt telah menghamparkan dan menyediakan makanan dan minuman untuk
dinikmati oleh hamba-Nya. Ini sebagai bentuk dari sifat-Nya yang Maha Penyayang kepada
setiap makhluk. Kita menikmati makanan dan minuman yang Allah sediakan salah satu
sebagai bentuk syukur dan merupakan perintah agar menjadi orang bertakwa (QS. An-Nahl
114), sebaliknya jika kita mengkonsumsi makanan haram maka kita telah mengikuti langkah
syaitan (QS. Al-Baqarah 178). Oleh karena itu kita perlu memperhatikan kriteria makanan
yang telah diharamkan.

Ada empat kriteria makanan yang diharamkan terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat
173. Pertama, Bangkai, hewan yang mati dengan tidak disembelih; termasuk yang tercekik,
dipukul, ditanduk, diterkam binatang buas kecuali yang sempat disembelih. Selain ikan dan
belalang, semua bangkai haram dikonsumsi. Kedua, Darah, maksudnya adalah darah yang
mengalir ketika disembelih. Ketiga, Babi, para ulama sepakat terhadap keharaman seluruh
komponen babi baik dikonsumsi ataupun dimanfaatkan untuk hal yang lain (obat-obatan,
kosmetika, ataupun bahan pangan lain). Keempat, Binatang yang disembelih dengan nama
selain Allah, ataupun yang dijadikan sesajen.

Kriteria Makanan Thayyib:

Dalam kehidupan manusia sehari-hari membutuhkan makanan dan minuman yang


tidak sekedar teruji halal juga harus dipastikan bergizi tinggi (thayyiban) yang dapat
mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh. Soekidjo Notoatmojo dalam bukunya Kesehatan
Masyarakat, Ilmu, dan Seni menjelaskan empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan
manusia, yaitu Pertama, memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan
serta mengganti jaringan tubuh yang rusak. Kedua, memperoleh energi guna melakukan
kegiatan sehari-hari. Ketiga, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan
air, mineral, dan cairan tubuh yang lain. Empat, berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh
terhadap penyakit.

Agar makanan yang kita makan berfungsi sesuai dengan fungsi pokok, maka makanan
yang kita makan tidak sekedar makanan. Makanan tersebut harus mengandung zat-zat yang
sangat diperlukan tubuh seperti protein, karbohidrat, vitamin-vitamin, lemak (HDL), dan
mineral. Atau secara ringkas disebut makanan bergizi (thayyiban).

Sumber:
Artikelsiana. 23 Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil Menurut Islam & Medis. artikelsiana.com.
(Diskses pada 30 Oktober 2019, pukul 09.25 WIB).
Alvin Nur Choironi. 2019. Ini Makanan yang Perlu Dikonsumsi Ibu Hamil Menurut Ulama.
islami.co. (Diakses pada 30 Oktober 2019, pukul 09.20 WIB).
Khazanah Tafsir. 2016. Perintah Makan Makanan yang Baik dan Halal (Surat Al-Baqarah
ayat 168-171). suaramuhammadiyah.id. (Diakses pada 30 Oktober 2019, pukul 09.15
WIB).
Media Islam. 2012. Makanan yang Halal dan Baik (Halalan Thoyyibab). media-islam.or.id.
(diakses pada 30 Oktober 2019, pukul 09.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai