Anda di halaman 1dari 3

Setelah lebih dari sebulan Kusno, suami Inggit meringkuk dalam bui Banceuy, akhirnya

Inggit diizikan untuk menemui suaminnya. Sebelum itu, Inggit harus memutar-balikan otak
untuk mengatur urusan dapur dan kebutuhan hidup di rumah selama suaminya di dalam bui.
Pertemuan berlanjut dengan sebuah percakapan kecil yang terpisahkan oleh sebuah kawat
pembatas. Cobaan demi cobaan berdatangan kepada Inggit. Mulai dari meninggalnya ayah
Supriadinata, dan anaknya, Omi terbaring sakit.
Selama dua bulan sekali pemerintah bertindak sangat keras terhadap para tahanan bui
Banceuy. Inggit bertemu dengan seorang istri Sipir Belanda bernama Bos bahwa istri Bos suka
mengobrol dengan suaminya, Kusno.
Sebuah surat kabar mengumumkan kejadian tentang keputusan pengajuan Soekarno,
Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata ke pengadilan Landraad Bandung. Keempat
orang tersebut dituduh bermaksud berbuat tindakan kejahatan oleh pihak berkuasa berserikat.
Dengan adanya kejadian ini justru menyatukan, mempererat rasa kebangsaan, mempererat
rasa perjuangan bersama karena sikap senasib sepenanggungan. Mereka tidak sendiri, terdapat
empat pembela yang akan membantu mereka yaitu, Mr. Sartono, Mr. Suyudi, Mr.
Sastromulyono, dan Idih Prawiradiputra. Kusno meminta Inggit untuk mengambil naskah dan
bahan-bahan lainnya guna menyusun naskah pembelaan dari Mr. Sartono di Jakarta. Setelah
melewati berbagai rintangan akhirnya naskah tersebut sampai di tangan Kusno.
Hari sidang pun tiba. Banyak orang berkerumun dan polisi bahkan para wartawan yang
ikut menghadiri sidang tersebut. Jaksa Kepala Sumadisurya membacakan tuduhannya sebagai
komplotan yang akan melakukan pemberontakan dan mencoba menjatuhkan Pemerintahan
Hinda Belanda dengan jalan tidak sah. Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh hakim seperti,
“Tuan mau mencapai Indonesia merdeka dengan satu revolusi? Artinya dengan tindakan
kekerasan? Dengan pertumpahan darah?” dan Kusno menjawab dengan tegas “ Tidak, Dengan
jalan musyawarah”. Kusno sangat pandai dalam menjawab dan menangkis pertanyaan-
pertanyaan yang dilontarkan oleh hakim kepadanya.
Sidang berlanjut setiap hari. Kecakapan Kusno dalam menjawab berbagai pertanyaan
dan membela diinya membuat hakim terus berusaha memojokkan Soekarno. Dalam beberapa
pertanyakan yang diajukan oleh hakim tetrdapat salah satu pertanyaan yang menegaskan cita-
cita Soekarno. “Aturan negeri yang bagaimana yang Tuan maksudkan jika kemerdekaan
Indonesia sudah datang?” “ Cita-cita saya adalah suatu Democratische Republic (Republic yang
Demokratis) dan bukan Soviet Republick (Republik Soviet)!”. Sampailah hari dimana
pemeriksaan saksi dilakukan. Terdapat lebih dari tiga puluh saksi ditanya yang dilanjut dengan
Soekarno naik pada sebuah mimbar untuk berbicara membela dirinya. Terdakwa Soekarno
berbicara dengan gaya bahasanya sendiri yang terkesan tegas, lugas, dan semangat. Dimulai
dari permohonan maaf Soekarno kepada para hadirin lalu mulailah topik ini yaitu pembelaan
dirinya terkait tuduhan yang menimpa diri dan kawan separtainya.
Pidato pembelaan itu berlangsung berjam-jam lamanya. Kusno berhasil mengubah cara
pendang dan berpikir para hadirin dengan pidato tersebut. Rasanya seperti si terdakwa yang
telah menjadi pihak mendakwa dan si pendakwa menjadi yang terdakwa. Selagi Kusno turun
dari mimbar dan duduk di kursinya, hakim memukulkan palunya tanda sidang dihentikan,
ditunda lagi, dan akan disambung pada hari berikutnya. Para terdakwa bersamaan dengan para
pembela naik ke dalam kendaraan tertutup khusus yang di potret dan di abadikan oleh para
wartawan dan reporter.
Semalam sebelum keputusan pengadilan diumumkan, Anwari, Dr. Samsi, Mr. Ali
Satroamidjojo selaku teman Kusno datang untuk bertukar pendapat tentang nasib Bung Karno
dan kawannya yang diadili itu dan bagaimana nanti bagi pergerakan kemerdekaan nasional. Mr.
Sastromulyono berpendapat bahwa kesalahan Bung Karno dan kawan-kawan tidak terbukti
maka dari itu mereka harus dibebaskan. Mr. Sartono berpendapat bahwa keempat tertuduh
pasti akan dijatuhi hukuman meskipun bertenntangan dengan hokum yang berlaku.
Halaman gedung pengadilan penuh dan sesak saat akan diberlangsungkannya hasil
sidang. Pembacaan vonis akhir yang dijatuhkan kepada Bung Karno yaitu hukuman penjara
empmat tahun, Gatot Mangkupradia dua tahun, Maskun satu tahun delapan bulan dan
Supriadinata satu tahun tiga bulan. Keputusan tersebut menimbulkan kegelisahan yang cukup
besar di dalam partai. Keputusan Landraad Bandung juga mendapatkan banyak kritik dari pers
nasional. Bung Karno dan kawannya disalahkan melanggar pasal 169. Keempat terpidana
dipindahkan dari rumah tahanan Banceuy ke rumah tahanan baru, Sukamiskin.
Saat melewati masa-masa di rumah tahanan, Kusno mulai memperdalam ilmu
agamanya. Setiap malam ia selalu mencari-Nya dan bersembahyang dengan tenang. Inggit
menceritakan bahwa PNI selaku partai Soekarno mengadakan konferensi luar biasa yang
hasilnya memutuskan untuk membubarkan diri.
Berkat bantuan pembelaan yang dilakukan oleh Thamrin dan Sartono, Desember 1931
kabar berita dibebaskannya Soekarno tersebar. Proses penjemputan Soekarno dilakukan
dengan beramai-ramai dan beriringan. Porak poranda sorakan tentang kebebasan Soekarno
dari rumah tahanan yang disambut oleh istrinya, anaknya, dan kawan-kawannya. Soekarno
mendatangi rumah Gatot Mangkupradja dengan maksud membahas perkara partai PNI yang
terpaksa membubarkan diri. Yang pada akhirnya Soekarno memutuskan untuk tidak bergabung
ke dalam partai manapun dan akan terus berusaha untuk mempersatukan kedua golongan agar
pulih dan utuh kembali, serta kekuatan politik sayap kiri dan kemutlakan prinsip politik
perjuangan kemerdekaan bisa ditegakkan kembali.
Soekarno menghadiriri Kongres Indonesia Raya yang diadakan di Gedung Nasional,
Surabaya. Rapat umum kongres tersebut dipimpin oleh Dr. Soetomo. Dalam rapat itu Soekarno
membahas tentang persatuan perjuangan melawan penjajahan dan penyesalan terhadap
perpecahanyang telah terjadi antara para pejuang pergerakan.
Banyak pengalaman yang terjadi dalam hidup Ingit seperti, menemani Soekarno yang
mulai berkeliling ke berbagai penjuru Indonesia untuk menghidupkan semangat orang ke arah
kemerdekaan. Datang lagi sebuah kabar buruk yang sampai kepada Inggit bahwa sang suami
kembali di tangkap sewaktu di rumah Thamrin, Jakarta. Beliau ditangkap karena penyebar
luasan risalah “Mencapai Indonesia Merdeka” yang ditulisnya di Pangalengan dan Fikiran
Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai