Aditya Kuntawirawan
1701001
PROGRAM SI KEPERAWATAN
2019
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Halusinasi merupakan suatu kondisi individu menganggap jumlah serta pola
stimulus yang datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak sesuai dengan
kenyataan, disertai distorsi dan gangguan respons terhadap stimulus tersebut baik
respons yang berlebihan maupun yang kurang memadai (Townsend, 2017).
Halusinasi adalah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada (Keliat, Akemat, 2014).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2014; Laraia, 20016). Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi.
B. Rentang Respon
Respon adaptif Respon mal adaptif
C. Faktor Predisposisi
a. Biologis :
1) Genetik: Diturunkan melalui kromosom orangtua (kromosom keberapa masih
dalam penelitian). Diduga kromosom no.6 dengan kontribusi genetik
tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22. Pada anak yang kedua orangtuanya tidak
menderita, kemungkinan terkena penyakit adalah satu persen. Sementara pada
anak yang salah satu orangtuanya menderita kemungkinan terkena adalah
15%. Dan jika kedua orangtuanya penderita maka resiko terkena adalah 35
persen. Kembar indentik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%,
sedangkan kembar fraterna berisiko mengalami gangguan 15%
2) Kelainan fisik: Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik.
Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin
3) Riwayat janin pada saat prenatal dan perinatal meliputi trauma, penurunan
oksigen pada saat melahirkan, prematur, preeklamsi, malnutrisi, stres, ibu
perokok, alkohol, pemakaian obat-obatan, infeksi, hipertensi dan agen
teratogenik. anak yang dilahirkan dalam kondisi seperti ini pada saat dewasa
(25 tahun) mengalami pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek otak. Anak
yang dilahirkan dalam lingkungan yang dingin sehingga memungkinkan
terjadinya gangguan pernapasan
4) Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan BB,
rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
5) Keadaan kesehatan secara umum: misalnya kurang gizi, kurang tidur,
gangguan irama sirkadian, kelemahan, infeksi, penurunan aktivitas, malas
untuk mencari bantuan pelayanan kesehatan
6) Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat halusinogen, riwayat terkena
infeksi dan trauma serta radiasi dan riwayat pengobatannya
7) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan
dan riwayat keracunan CO, asbestos karena mengganggu fisiologi otak
b. Psikologis
1) Intelegensi: riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dan kurangnya suplay
oksigen terganggu dan glukosa sehingga mempengaruhi fungsi kognitif sejak
kecil misalnya: mental retardasi (IQ rendah)
2) Ketrampilan verbal
a) Gangguan keterampilan verbal akibat faktor komunikasi dalam keluarga,
seperti : Komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, komunikasi
dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup,
b) Adanya riwayat gangguan fungsi bicara, akibatnya adanya riwayat Stroke,
trauma kepala
c) Adanya riwayat gagap yang mempengaruhi fungsi sosial pasien
d) Moral : Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral
individu, misalnya lingkungan keluarga yang broken home, konflik, Lapas.
e) Kepribadian: mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan
menutup diri
f) Pengalaman masa lalu :
1) Orangtua yang otoriter dan selalu membandingkan
2) Konflik orangtua sehingga salah satu orang tua terlalu menyayangi
anaknya
3) Anak yang dipelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi,
dingin dan tak berperasaan
4) Ayah yang mengambil jarak dengan anaknya
5) Mengalami penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien baik sebagai korban, pelaku maupun saksi
6) Penilaian negatif yang terus menerus dari orang tua
7) Konsep diri : adanya riwayat ideal diri yang tidak realistis, identitas
diri tak jelas, harga diri rendah, krisis peran dan gambaran diri negative
8) Motivasi: riwayat kurangnya penghargaan dan riwayat kegagalan
9) Pertahanan psikologi: ambang toleransi terhadap stres rendah dan
adanya riwayat gangguan perkembangan
10) Self control: adanya riwayat tidak bisa mengontrol stimulus yang
datang, misalnya suara, rabaan, penglihatan, penciuman, pengecapan,
gerakan
c. Social cultural
1) Usia : Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2) Gender : Riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender
3) Pendidikan : Pendidikan yang rendah, riwayat putus sekolah dan gagal sekolah
4) Pendapatan : Penghasilan rendah
5) Pekerjaan : Pekerjaan stresful, Pekerjaan beresiko tinggi
6) Status sosial : Tuna wisma, Kehidupan terisolasi
7) Latar belakang Budaya : Tuntutan sosial budaya seperti paternalistik dan
adanya stigma masyarakat, adanya kepercayaan terhadap hal-hal magis dan
sihir serta adanya pengalaman keagamaan
8) Agama dan keyakinan : Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan
secara rutin dan kesalahan persepsi terhadap ajaran agama tertentu
9) Keikutsertaan dalam politik: riwayat kegagalan dalam politik
10) Pengalaman sosial : Perubahan dalam kehidupan, misalnya bencana, perang,
kerusuhan, perceraian dengan istri, tekanan dalam pekerjaan dan kesulitan
mendapatkan pekerjaan
11) Peran sosial: Isolasi sosial khususnya untuk usia lanjut, stigma yang negatif
dari masyarakat, diskriminasi, stereotype, praduga negative
D. Faktor Presipitasi
a. Nature
Enam bulan terakhir terjadi hal-hal berikut ini:
1) Faktor biologis : kurang nutrisi, Ada gangguan kesehatan secara umum
(menderita penyakit jantung, kanker, mengalami trauma kepala atau sakit
panas hingga kejang-kejang), sensitivitas biologi (terpapar obat halusinogen
atau racun, asbestosis, CO)
2) Faktor psikologis : mengalami hambatan atau gangguan dalam ketrampilan
komunikasi verbal, ada kepribadian menutup diri, ada pengalaman masa lalu
tidak menyenangkan (misalnya: menjadi korban aniaya fisik, saksi aniaya fisik
maupun sebagai pelaku, konsep diri yang negatif (harga diri rendah, gambaran
citra tubuh, keracuan identitas, ideal diri tidak realistis, dan gangguan peran),
kurangnya penghargaan, pertahanan psikologis rendah (ambang toleransi
terhadap stres rendah), self control (ada riwayat terpapar stimulus suara,
rabaan, penglihatan, penciuman dan pengecapan, gerakan yang berlebihan dan
klien tidak bisa mengontrolnya
3) Faktor social budaya : usia, gender, pendidikan rendah/putus atau gagal
sekolah, pendapatan rendah, pekerjaan tidak punya, status social jelek (tidak
terlibat dalam kegiatan di masyarakat, latar belakang budaya, tidak dapat
menjalankan agama dan keyakinan, keikutsertaan dalam politik tidak bisa
dilakukan, pengalaman sosial buruk, dan tidak dapat menjalankan peran sosial.
b. Origin
1) Internal : Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya.
2) Eksternal : Kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, dan kurang dukungan
kelompok/teman sebaya
3) Timing: stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulang-ulang/
terus menerus
4) Number: Sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai masalah
yang sangat berat
F. Psikodinamika
Faktor predisposisi pada teori yaitu, Gangguan sensori persepsi disebabkan oleh tugas
perkembangan yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya
diri, dan lebih rentan terhadap stress. Seseorang yang tidak diterima lingkungannya
sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa, adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP).
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya neurotransmitter otak.
Misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine.
Tipe kepribadian lemah juga menyebabkan terjadinya Gangguan Sensori Persepsi
karena mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
G. Mekanisme Koping
a. Regresi (Kembali kemasa sebelumnya.)
b. Proyeksi (Mencoba menjelaskan gangguan persepsi dan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau suatu suatu benda.)
c. Menarik diri (Sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal).
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien.
H. Sumber Koping
Menurut Stuart Sundeen sumber koping dapat meliputi :
1) Aset ekonomi.
2) Kemampuan dan keahlian.
3) Teknik defensif.
4) Sumber sosial.
5) Motivasi.
Sumber koping yang dapat dilakukan pasien dengan halusinasi adalah
a. Personal ability: Ketidakmampuan memecahkan masalah, ada gangguan dari
kesehatan fisiknya, ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain,
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang
tidak adekuat.
b. Social support: Hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat tidak
adekuat, komitmen dengan jaringan sosial tidak adekuat
c. Material asset: Ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros atau santa
pelit, tidak mempunyai uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki
kekayaan dalam bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat
tinggal
d. Positif belief: Distress spiritual, tidak memiliki motivasi, penilaian negatif
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menganggap itu suatu gangguan.
I. Penatalaksanaan
a. Menciptakan lingkukan yang terapeutik untuk mengarungi tingkat kecemasan,
kepanikan dan keatkutan klien akibat halusinasi. Sebaiknya pada kecemasan,
kepanikkan dan ketakutan klien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan
pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata,
kalau bisa klien disentuh atau diisolasi secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk kekamar atau mendekati klien, bicaralah dengan begitu juga bila akan
meninggalkan hendaklah klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang akan
dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan saran yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong klien untuk berhubungan dengan realitas. Misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, dan majalah.
b. Melaksanakan program terapi dokter
Seringkali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuasive tapi
intruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul-betul
ditelannya serta reaksi obat yang diberikan.
c. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada. Setelah
klien lebih kooperatif dan komunikatif perawat dapat menggali masalah pasien
yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi mengatasi masalah yang ada.
d. Memberi aktivitas klien
e. Melibatkan keluarga dan petugas dalam proses keperawatan
J. Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
K. Intervensi
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Perubahan Setelah Pasien mampu : Intervensi untuk pasien
persepsi dilakukan 1. Mengidentifikas :
sensori: tindakan i halusinasi : Sp 1
halusinasi keperawata isi,waktu 1. Identifikasi
n selama 12 terjadi,frekuensi halusinasi :
x 30 menit ,situasi isi,frekuensi,waktu
di harapkan pencetus,perasa terjadi,situasi
klien an,respon pencetus,perasaan,r
mampu 2. Pasien mampu espon
mengontrol mengulang cara 2. Jelaskan cara
halusinasin mengontrol mengontrol
ya halusinasi : halusinasi :
hardik,obat,caka hardik,obat,cakap-
p-cakap,dan cakap,kegiatan
melakukan harian
kegiatan 3. Latih cara
mengontrol
halusinasi dgn
menghardik
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik
SP 2
1. Evaluasi kegiatan
menghardik. Beri
pujian
2. Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
obat ( jelaskan 6
benar :
jenis,guna,dosis,fre
kuensi,cara,kontinu
itas minum obat)
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik dan
minum obat
Sp 3
1. Evaluasi kegiatan
latihan menghardik
dan minum obat.
Beri pujian
2. Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
saat terjadi
halusinasi
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik,minu
m obat dan
bercakap-cakap
Sp 4
1. Evaluasi kegiatan
menghardik,minu
m obat dan latihan
bercakap-cakap.
Beri pujian
2. Laihan cara
mengntrol
halusinasi dgn
melakukan
kegiatan harian
( mulai 2 kegiatan )
3. Masukkan pada
jadwal kegiatan
latihan
menghardik,minu
m obat,berckap-
cakap dan kegiatan
harian
Sp 5 s.d 12
1. Evaluasi kegiatan
latihan menghardik
dan minum
obat,bercakap-
cakap dan kegiatan
harian. Beri pujian
2. Latih kegiatan
harian
3. Nilai kemampuan
yang telah mandiri
4. Nilai apakah
halusinasi
terkontrol
Intervensi untuk
keluarga:
Sp 1
1. Diskusikan
masalah yang
dirasakan dalam
merawat pasien
2. Jelaskan pengertian
, tanda & gejala ,
dan proses
terjadinya
haluusinsi
3. Jelaskan cara
merawat halusinasi
( gunakan booklet )
4. Latih cara merawat
halusinasi : hardik
5. Anjurkan
membantu pasien
sesuai jadwal dan
beri pujian
Sp 2
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat atau
melatih pasien
menghardik. beri
pujian
2. Jelaskan 6 benar
cara memberikan
obat
3. Latih cara
memberikan atau
membbimbing
minum obat
4. Anjurkan
membantu pasien
sesuai jadwal saat
besuk dan beri
puian
Sp 3
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat atau
melatih pasien
menghardik dan
memberikan obat.
Beri pujian
2. Jelaskan cara
bercakap-cakap
dan melakukan
kegiatan dalam
mengontrol
halusinasi
3. Latih dan sediakan
waktu bercakap-
cakap dengan
pasien terutama
saat terjadi
halusinasi
4. Anjurkan
membantu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian
Sp 4
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat atau
melatih pasien
menghardik,minu
m obat.cakap-
cakap dan kegiatan
harian. Beri puian
2. Jelaskan Follow up
ke RSJ/PKM ,
tanda kambuh,
rujukan
3. Anjurkan
membantu pasien
sesuai jadwal
kegiatan dan
memberikan pujian
Sp 5 s.d 12
1. Evaluasi kegiatan
kelurga dalam
merawat atau
melatih pasien
mengharfik,minum
obat,cakap-cakap
dan melakukan
kegiatan
2. Nilai kemampuan
keluarga dalam
merawat klien
3. Nilai kemampuan
keluarga
melakukan control
ke RSJ/PKM
BAB II
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Proses Keperawatan
1. Intervensi untuk Pasien
a) Kondisi Klien
a. Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
b. Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
c. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan
isinya tidak jelas serta melihat setan-setan.
b) Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
c) Tujuan khusus
1) Pasien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya: isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon.
2) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat.
4) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
5) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas.
d) Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon terhadap halusinasi.
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
a. Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau
penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku pasien.
b. Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan
cara mendapat obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan
prinsip 6 benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum
obat).
B. Strategi Pelaksanaan
SP 1 PASIEN MENGENAL HALUSINASI DAN MENGONTROL
HALUSINASI
a. Fase Orientasi
Salam
Selamat pagi, Pak. Perkenalkan, nama saya Denny Ricky, panggil saja Denny.
Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Evaluasi
Apa yang Bapak rasakan saat ini?
Validasi
Apa yang Bapak sudah lakukan?
Kontrak (topik, Tempat, waktu), Tujuan
Nah, bagaimana kalau kita mengobrol di teras depan selama 30 menit tentang apa
yang terjadi di rumah sehingga Bapak dibawa ke sini dan saya akan mengajarkan
cara mengontrol suara-suara yang Bapak dengar selama ini agar suara-suara tadi
bisa berkurang atau bahkan tidak terdengar lagi.
b. Fase Kerja
Coba Bapak ceritakan apa yang terjadi di rumah sehingga Bapak di bawa ke sini?
Jadi, Bapak mendengar suara-suara ya? Apa yang suara-suara itu katakan kepada
Bapak? Kapan suara-suara itu terdengar? Seberapa sering Bapak mendengar
suara-suara itu? Apa yang Bapak rasakan saat suara-suara itu terdengar? Apakah
cara yang Bapak lakukan mengurangi suara-suara tadi?
Nah, apa yang Bapak alami dan rasakan adalah halusinasi. Ada empat cara
menghilangkan suara-suara tadi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap
dan melakukan aktifitas. Sekarang kita akan belajar satu cara untuk
menghilangkan suara-suara tadi yaitu menghardik. Nah sekarang bayangkan suara
itu terdengar oleh Bapak. Cara menghardiknya adalah seperti ini: menghardik
dalam hati dengan mengatakan “Pergi..! kamu suara palsu/suara tidak jelas/suara
mengganggu. Saya tidak mau mendengar..!, jika masih seperti ada suara yang ada
ditelinga maka boleh sambil menutup telinga
Sekarang saya akan memperagakan caranya. Bayangkan suara-suara itu terdengar,
kemudian saya lakukan seperti ini (peragakan cara menghardik).
Nah sekarang coba Bapak lakukan kembali seperti yang telah saya ajarkan tadi.
Bagus Pak....coba ulangi sekali lagi...Betul Pak.
c. Fase Terminasi
Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan Bapak setelah tadi latihan cara menghardik suara-suara?
Evaluasi Objektif
Apa yang telah Bapak pelajari tadi?coba ceritakan (boleh mencoba lagi)
Rencana Tindak Lanjut (planing klien )
Berapa kali Bapak mau latihan menghardik? Bagaimana kalau tiga kali sehari?
Bagaimana kalau jam 08.00 – 12.00-17.00 dan jika suara-suara tadi terdengar?
Kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Bapak ya...
Kontrak yang akan datang (RTL untuk perawat dan klien)
Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi di sini jam 10.00 pagi untuk berbincang-
bincang cara kedua mengatasi suara-suara tadi? Sampai ketemu besok Pak.
Selamat siang.
SP 2 PASIEN : MENGONTROL HALUSINASI MINUM OBAT
a. Fase Orientasi
Selamat pagi Pak Agus
bagaimana perasaannya hari ini, apakah tanda dan gejala halusinasinya masih ada
atau sudah berkurang.., baik, apa Pak Agus masih mendengar bisikan,
frekuensinya apa masih sering, waktunya masih malam, saat sendirian, perasaan
takut/ cemas/ terancam/ senang, masih mengikuti isi bisikan
Bagaimana latihan menghardiknya sudah dicoba? Apa ada kesulitan? Berapa kali
dicoba? Apa manfaatnya yang Pak Agus rasakan?\
Bagus sekali ternyata Pak Agus sudah melatihnya dan merasakan manfaatnya
Bagaimana jika sekarang kita latih cara kedua mengontrol halusinasi dengan
menggunakan obat?...
Kita latihannya didepan saja, setuju?
Bagaimana jika 15 menit kita latihannya?...
Tujuannya supaya Pak Agus teratur minum obat dan tidak lupa minum obat,
kemudian halusinasinya bisa dicegah.
b. Fase kerja
Baik Pak Agus, cara kedua mengontrol halusinasi adalah dengan menggunakan
obat. Untuk itu Bapak harus tahu 6 benar tentang obat (benar jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, dan kontinuitas minum obat)…, nah kalau Pak Agus obatnya ada
3 jenis warnanya putih, pink, dan orange. Yang putih namanya THP gunanya
untuk supaya tidak kaku, pink namanya HP gunanya supaya tidak mendengar
bisikan, dan orange namanya CPZ gunanya supaya lebih rileks dan bisa istirahat
tidur. Obatnya diminum 3 x sehari (pagi jam 07.00, siang jam 13.00, dan malam
jam 20.00). nah…, supaya tidak terjadi putus obat sebaiknya 2 hari sebelum obat
habis Bapak harus kontrol ulang guna mendapatkan obat lagi… bagaimana apa
Pak Agus sudah mengerti?....., bagus sekali… baik sekarang kita buat jadwal
minum obatnya dan kita masukan dalam jadual kegiatan harian bapak supaya
tidak lupa..
c. Fase Terminasi
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tentang obat?...
Coba Pak Agus sebutakan jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, dan kontinuitas
minum obat…. Bagus sekali Pak Agus sudah mengerti tentang obat yang dapat
mengontrol halusinasi
baik Pak Agus, nanti coba latihan sendiri ya menggunakan obat untuk mengontrol
halusinasinya,, Bapak bisa minum obat sesuai dengan jadual yang telah kita buat
Bagaimana kalau besok kita latih cara ketiga yakni bercakap-cakap?..., disini
lagi ..kita ketemu jam 09.00 pagi …. Baik Pak Agus, saya rasa cukup untuk
latihan hari ini, sampai ketemu besok, selamat pagi…..
SP 3 PASIEN : MENGONTROL HALUSINASI BERCAKAP-CAKAP
a. Fase Orientasi
Salam
Selamat pagi,Pak Agus masih ingat dengan saya?
Selama 30 menit kita akan bercakap-cakap tentang masalah yang Bapak
rasakan,di tempat ini ya pak
Evaluasi
Baiklah Pak Agus,bagaimana perasaan Bapak hari ini?Apakah Bapak masing
sering mendengar suara-suara?berapa kali Bapak dengar hari ini? saat kondisi apa
bapak dengar suara tersebut? apa yang bapak rasakan ketika suara itu
datang,apakah Bapak telah melakukan apa yang sudah kita pelajari dua hari yang
lalu. Bagaimana apakah dengan menghardik suara-suara yang Bapak dengar
berkurang?apakah Bapak sudah minum obat hari ini?
Validasi
Baiklah Pak Agus,tadi bapak mengatakan kalau Bapak sudah melakukan
mengahardik saat suara-suara itu datang,sekarang coba Bapak praktekan kembali
bagaimana bapak melakukannya?..bagus sekali,coba sekarang Bapak perlihatkan
pada suster jadwal kegiatan latihan mengahardik yang Bapak lakukan,bagus
sekali...,hari ini Bapak sudah minum obat?berapa obat yang bapak minum?coba
tolong sebutkan lagi hari ini Bapak minum obat apa saja? warnanya apa?...berapa
kali Bapak minum obat setiap hari?...bagus sekali.
Kontrak (Topik dan tujuan)
Baiklah, pada hari ini kita akan belajar cara yang ketiga dari cara mengendalikan
hallusinasi/suara-suara yang Bapak dengar yaitu dengan bercakap-cakap.
Tujuannya agar suara yang bapak dengar semakin berkurang,bagaimana Bapak?
b. Fase Kerja
Caranya begini Pak,ketika bapak mendengar suara-suara,coba Bapak alihkan
dengan mengajak orang lain bercakap-cakap,topiknya bisa apa saja yang Bapak
sukai,dengan cara contohnya begini..”Tolong,saya ingin bicara..saya sedang
mendengar suara-suara...ayo..kita bercakap-cakap”. Kalau Bapak di rumah dan
mendengar suara-suara tersebut Bapak bisa mengajak keluarga di rumah untuk
bercakap-cakap,misalnya dengan ibu.contohnya begini..”ibu saya mendengar
suara-suara ayo kita bercakap-cakap”...nah bagamana Bapak mengerti?coba
sekarag Bapak praktikan cara yang tadi sudah di ajarkan...bagus..bagus sekali..
c. Fase Terminasi
Evalusi Subyektif
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berlatih tentang cara mengontrol suara-
suara dengan bercakap-cakap?
Evaluasi obyektif
Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara?coba
sebutkan? bagus...(jika benar)
RTL
Mari sekarang kita masukan ke jadwal harian Bapak ya berapa kali bapak mau
latihan bercakap-cakap...oh 2 kali ya!jam berapa?dengan jam berapa? jangan lupa
Bapak lakukan 3 cara yang sudah kita pelajari agar hallusinasi tidak menggangu
Bapak lagi ya!
Kontrak Akan datang (topik,waktu,tempat)
Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk melihat manfaat bercakap-cakap,dan
berlatih cara yang ke 4 untuk mengotrol hallusinasi dengan mekukan aktifitas,apa
yang akan kita lakukan oh..baiklah besok kita akan merapihkan tempat tidur dan
membereskan meja makan ya,mau jam berapa? Mau dimana? Baiklah samapai
bertemu besok ya.selamat pagi...