BAB III
HASIL ANALISIS
Soendari Batik And Art Gallery mengoleksi beberapa karya batik tradisional
yang tidak dijual maupun karya-karya seni seperti lukisan, patung, keramik, dan
lain sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa selain sebagai industri, Soendari Batik
And Art Gallery juga menyediakan sarana edukasi bagi masyarakat yang ingin
belejar. Soendari Batik And Art Gallery mempunyai tiga batik dengan motif khas
Malangan yaitu Batik Topeng Malang, Batik Motif Teratai, dan Batik Trembesi.
Selain itu, Soendari Batik And Art Gallery juga memproduksi batik-batik lain
dengan motif yang beragam serta menjual berbagai batik yang dikirim dari berbagai
daerah seperti Solo, Jogja, Indramayu dan lain-lain. Dalam hal produksi, Soendari
Batik and Art Gallery tidak hanya memproduksi batik dalam bentuk kain saja, tetapi
juga memproduksi berbagai aksesoris batik seperti masker, balngkon, tas, sandal,
dan lain sebagainya.
Selain produksi, Soendari Batik and Art Gallery seringkali melakukan
pameran sekaligus edukasi seperti pameran di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Krida Budaya, pameran di makassar dan Palembang, dan lain-lain. Soendari Batik
and Art juga telah meraih banyak sertifikat dan penghargaan baik sebagai juara,
partisipan, narasumber, maupun penghargaan-penghargaan lain. Salah satu contoh
penghargaan yang pernah diraih oleh Soendari Batik and Art Gallery antara lain
Juara 3 Stand Terbaik Pameran kreatif Ngalam Mbois Disbudpar Kota Malang
2016, Juara Favorit Stand Terbaik Pameran Batik Ngalam Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata 2018, dan lain-lain.
Motif Topeng
Malangan
Motif Bunga
Trembesi (tampak
atas)
Motif Daun Trembesi
Motif Bunga Trembesi
(tampak samping)
Motif Truntum
Motif Sekar Kanjuruhan
Isen-isen Cacah Gori
Motif Garis-garis
Gambar 41 Motif Batik Trembesi Kombinasi Motif Sekar Kanjuruhan dan Motif
Topeng Malangan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 42 Desain Motif Batik Trembesi Kombinasi Motif Sekar Kanjuruhan dan
Motif Topeng Malangan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
a. Ragam Visualisasi
Berdasarkan hasil wawancara, Motif Trembesi Kombinasi Motif Sekar
Kanjuruhan dan Topeng Malangan merupakan motif yang menggambarkan ikon
khas Kota Malang. Motif-motif tersebut antara lain Motif Daun Trembesi, Motif
Sekar Kanjuruhan, dan Motif Topeng Malangan. Motif Trembesi pada batik ini
diangkat dari pohon heritage Kota Malang yaitu pohon trembesi. Bagian trembesi
yang digunakan untuk diangkat pada motif ini yaitu pada bagian daun dan
bunganya. Hal tersebut dikarenakan bagian daun merupakan hal utama yang
menjadi khas dari pohon peneduh yaitu pohon trembesi, sedangkan bunga trembesi
dipilih karena merupakan salah satu objek atau bagian yang estetik dari pohon
tersebut. Pohon ini bermakna kekuatan dan menjadi pohon pusaka Kota Malang
dimana telah menjadi saksi bisu tiga zaman yaitu pada zaman penjajahan Belanda,
penjajahan Jepang, dan Masa Kemerdekaan Indonesia. Motif lain yang
menggambarkan ikon khas Kota Malang yaitu Motif Topeng Malangan dimana
motif tersebut penciptaannya terinspirasi dari Tari Topeng Malangan. Berdasarkan
wawancara, Motif Topeng Malangan memiliki makna keanggunan dan keindahan.
Selain motif tersebut, Motif yang menggambarkan ikon khas Kota Malang yaitu
Motif Sekar Kanjuruhan. Motif Sekar Kanjuruhan merupakan motif yang diangkat
dari bunga mawar yang berada di lingkungan Candi Badut dan Motif Gerbang
Candi Badut. Motif ini menggambarkan juga tentang kekuatan dan keindahan.
Gerbang Candi Badut merupakan salah satu candi yang ada di daerah Malang,
sehingga objek tersebut diangkat menjadi motif karena bertujuan mengenalkan ikon
Kota Malang selain dari pohon trembesi dan Topeng Malangan. Berdasarkan
wawancara, motif Candi Badut memiliki makna yang sama dengan motif trembesi
yaitu kekuatan. Motif-motif tersebut mempunyai hubungan dengan Motif
Trembesi. Hubungan tersebut yaitu sama-sama menggambarkan tentang ikon khas
Kota Malang dan dimaksudkan untuk mengenalkan ikon Kota Malang melalui
motif batik. Selain motif yang menggambarkan tentang ikon khas Kota Malang,
terdapat juga motif yang bukan merupakan ikon khas Kota Malang. Motif tersebut
yaitu Motif Truntum. Berdasarkan wawancara, motif truntum pada batik ini
dimasukkan karena desainer ingin memasukkan unsur batik klasik pada Batik
Trembesi. Motif tersebut dimasukkan dengan tujuan untuk mengenalkan motif
klastik yaitu Motif Truntum melalui batik ini. Karena motif truntum pada Batik
Trembesi ini merupakan motif pendukung, jadi hanya berfungsi sebagai pengisi
dari motif utama dan tidak memiliki makna khusus. Makna khusus pada motif ini
berlaku pada batik dengan Motif Truntum yang asli.
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan pada produk batik, Motif
Batik Trembesi Kombinasi Sekar Kanjuruhan dan Topeng Malangan merupakan
motif yang menggambarkan motif daun trembesi dengan berbagai kombinasi motif
lainnya dimana diantaranya merupakan hasil stilasi dari ikon Kota Malang.
Penamaan batik ini didasarkan pada motif yang dipakai yaitu berupa tanaman
trembesi, Topeng Malangan, serta gabungan objek Gerbang Candi Badut dan
Bunga Mawar. Seperti yang terlihat pada gambar, terdapat motif yang berasal dari
objek daun trembesi, bunga trembesi yang dilihat dari nampak atas dan samping,
Topeng Malangan, stilasi bunga mawar dan gerbang Candi Badut (Motif Sekar
Kanjuruhan), Motif Truntum, dan motif tambahan berupa garis-garis. Batik
Trembesi Kombinasi Motif Sekar Kanjuruhan dan Motif Topeng Malangan
merupakan jenis batik cap. Pada saat pengamatan, ditemukan banyak motif yang
bentuk dan ukuranya sama persis serta tebal garis yang sama besar. Selain itu,
dalam pembuatannya Soendari Batik And Art Gallery memakai cetakan untuk
membuat motif pada permukaan kain. Motif tersebut antara lain mulai dari motif
utama, motif pendukung, dan isen-isennya.
Motif utama pada batik ini adalah Motif Daun Trembesi, Motif Topeng
Malangan, dan Motif Sekar Kanjuruhan. Salah satu motif utama pada batik ini
adalah Motif Daun Trembesi dimana motif ini merupakan tema utama atau ciri khas
dari salah satu karya batik di Soendari Batik and Art. Seperti yang terlihat pada
gambar, Motif Daun Trembesi mendominasi sebagian besar bagian kain batik.
Motif Daun Trembesi berbentuk semacam sulur-sulur dengan panjang tangkai yang
bervariasi. Motif utama yang lain dari batik ini adalah Motif Sekar Kanjuruhan dan
Motif Topeng Malangan dimana Motif Sekar Kanjuruhan tersebut terdapat pada
bagian bawah kain, sedangkan Motif Topeng Malangan terdapat pada sela-sela dari
Motif Daun Trembesi. Berdasarkan hasil wawancara, Motif Sekar Kanjuruhan
merupakan transformasi dan stilasi dari gabungan dua objek yaitu bunga mawar
(terletak di bagian tengah) dan Gerbang Candi Badut (pada sisi-sisinya). Selain
kedua motif tersebut, terdapat juga motif utama lain yaitu Motif Topeng Malangan
dimana merupakan hasil stilasi dari objek Topeng Malang. Topeng Malangan juga
merupakan salah satu ikon dari Kota Malang.
Selain motif utama, batik ini memiliki motif pendukung antara lain yaitu
Motif Bunga Trembesi yang dilihat dari tampak atas, Motif Bunga Trembesi yang
dilihat dari tampak samping 1 dan 2, Motif Truntum, dan pendukung lain berupa
garis-garis. Motif pendukung memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan motif
utama. Motif Bunga Trembesi tampak atas dan tampak samping terletak pada
bagian sela-sela Motif Daun Trembesi dan tersebar di hampir seluruh bagian kain
kecuali bagian bawah. Motif Truntum merupakan salah satu motif tradisional dari
Surakarta yang juga disematkan pada batik ini. Motif ini terletak pada bagiah bawah
di antara sela-sela Motif Sekar Kanjuruhan. Ornamen pendukung yang terakhir
yaitu ornamen berupa garis-garis yang terdapat pada tepian bawah kain.
Isen-isen yang terdapat pada Batik Trembesi Kombinasi Sekar Kanjuruhan
dan Topeng Malangan yaitu isen-isen cacah gori. Isen-isen cacah gori ini terdapat
pada bagian dalam Motif Sekar Kanjuruhan. Penggayaan motif ini terdapat pada
tangkai Motif Daun Trembesi yang dibentuk dengan pola garis lengkung.
Penggayaan lain dilakukan pada Motif Sekar Kanjuruhan yang mana mengangkat
dari gabungan objek Gerbang Candi Badut dan bunga mawar. Setelah
ditransformasi dan digayakan, motif tersebut hampir tidak nampak seperti objek
pada aslinya dan nampak seperti satu objek yang menjadi satu motif. Selain itu,
Motif Topeng Malangan dan Motif Bunga Trembesi juga mengalami penggayaan
sehingga terdapat perbedaan dengan objek aslinya. Komposisi penyusunan batik ini
menggunakan struktur desain horizontal karena motif disusun menyamping.
Sedangkan untuk pola penyusunan motifnya, batik ini memiliki susunan simetris
dengan memperhatikan prinsip kesatuan, keselarasan, kesebandingan, ritme,
keseimbangan, dan penekanan.
Tabel 3.1 Keterangan Ragam Visualisasi Batik Trembesi Kombinasi Motif Sekar
Kanjuruhan dan Motif Topeng Malangan
No Aspek Gambar Nama Penjelasan
1. Motif Motif Daun Motif Daun Trembesi merupakan motif
Utama Trembesi yang diadaptasi dari daun trembesi itu
sendiri. Motif ini terbentuk dari garis
nyata non geometris. Motif dalam batik
ini digambarkan dalam bentuk tangkai
yang melengkung-lengkung dan
bercabang dengan panjang yang
bervariasi.
b. Visualisasi Estetik
1. Unsur
a. Cecekan/Titik
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, batik ini tidak
memiliki cecekan sama sekali baik sebagai isen-isen motif utama, pendukung,
maupun pada latarnya. Berdasarkan wawancara, unsur titik pada batik ini hanya
sebagai unsur dasar pembentuk klowongan atau garis pada motif dan tidak
menjadi sebuah titik yang berdiri sendiri.
b. Klowongan/Garis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, klowongan pada
motif batik ini terdapat pada keseluruhan motif baik motif utama, pendukung,
maupun isen-isen. Klowongan pada batik ini seluruhnya merupakan hasil dari
proses pengecapan malam menggunakan alat cap batik. Klowongan pada batik ini
memiliki warna coklat muda. Berdasarkan hasil wawancara, warna coklat muda
tersebut dibuat menggunakan teknik laseman atau teknik menumpuk warna dngan
warna yang lebih cerah. Pewarnaan pada saat selesai tahap pelorotan pertama.
Pada Motif Daun Trembesi, klowongan digambarkan dalam bentuk garis yang
melengkung ke arah kanan, kiri, atas, dan bawah dimana merupakan garis pada
tangkai daun trembesi. Garis tersebut dibuat bercabang dengan dilengkapi
ornamen daun kecil-kecil berbentuk semacam oval yang berjajar di kiri dan kanan
d. Ruang
Berdasarkan hasil wawancara, ruang pada motif batik ini tidak tercipta
karena bentk motif karena penggambaran keseluruhan motif tidak didasarkan pada
teori persepektif. Dalam hal tersebut, motif-motif pada batik ini dibuat flat atau
datar karena memang disengaja agar tidak seperti objek pada aslinya. Menurut
keterangan narasumber, motif batik yang baik itu bukan seperti lukisan yang
nampak nyata, akan tetapi terbentuk dari stilasi objek dimana kemudian dapat
membentuk sebuah ornamen. Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan, batik ini
memang tidak mempunyai ruang nyata dikarenakan batik ini merupakan produk
dua dimensi. Kesan ruang pada batik ini merupakan kesan ruang semu. Pada batik
ini, ditemukan penataan motif yang tumpang tindih serta perbedaan intensitas
warna pada sehingga pada saat diamati muncul kesan ruang. Motif tersebut adalah
Motif Sekar Kanjuruhan dan Motif Topeng Malangan serta warna tersebut adalah
warna biru dongker dengan warna coklat muda.
e. Warna
Dalam pemilihan warnanya, batik ini menggunakan warna biru dongker
dan warna coklat muda. Berdasarkan wawancara dengan narasumber, kombinasi
kedua warna ini menunjukkan ketenangan dan keanggunan. Warna biru dongker
mewakili ketenangan, sedangkan warna coklat muda mewakili keanggunan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, warna biru dongker
pada batik ini terdapat pada keseluruhan latar dan isi motif, sedangkan warna
coklat muda terdapat pada keseluruhan garis motif. Warna biru dongker sangat
mendominasi sebagian besar dari area kain batik. Menurut keterangan
narasumber, warna biru dongker merupakan warna yang dihasilkan dari pewarna
remazol. Warna tersebut merupakan warna yang dibuat pada proses pewarnaan
tahap pertama. Sedangkan warna warna coklat tua merupakan warna yang
dihasilkan dari proses pewarnaan tahap kedua dengan menerapkan teknik
laseman. Setelah proses pewarnaan tahap pertama dengan menggunakan warna
biru dongker, kemudian kain batik diberi waterglass untuk mengunci warna.
selanjutnya kain tersebut dilorot dengan cara direbus ke dalam air panas kemudian
dikeringkan. Setelah kering, masuk proses pewarnaan tahap kedua menggunakan
warna coklat muda yang merupakan pewarna remazol. Warna coklat muda
Tabel 3.2 Keterangan Unsur Batik Trembesi Kombinasi Motif Sekar Kanjuruhan dan Motif
Topeng Malangan
No. Unsur Gambar Keterangan Keterangan Unsur
Gambar
1. Cecekan/Titik - - Batik ini tidak memiliki cecek-
cecek atau titik sebagai isen-
isennya.
2. Klowongan/ Contoh Klowongan digambarkan
Garis klowongan dengan garis lengkung dengan
pada motif variasi arah dan ukuran. Selain
utama yaitu klowongan dalam bentuk garis
motif lengkung, klowongan juga
trembesi. ditemukan dalam bentuk garis
tebal karena adanya teknik
blok.
3. Bidang Contoh Bidang cenderung bebas tetapi
bidang terkonsep membentuk bidang
pada Motif sebuah motif tertentu misal
Sekar motif utama dan motif
Kanjuruhan pendukung.
4. Ruang Contoh Penataan Motif yang
kesan diletakkan seakan di atas motif
ruang pada yang lain memberikan kedan
Motif ruang. Warna biru dongker
Topeng dan warna coklat muda juga
Malangan memberikan kesan ruang
2. Prinsip
a. Kesatuan
Berdasarkan hasil pengamatan, unsur-unsur pada motif batik ini membentuk
satu kesatuan yang teratur. Terlihat dari visualnya, Motif Sekar Kanjuruhan, Motif
Daun Trembesi dan Motif Topeng Malangan merupakan motif utama yang menjadi
daya tarik utama. Dalam penggambarannya, terdapat motif pendukung seperti
Motif Bunga Trembesi, Motif Truntum, dan garis-garis. Semua motif tersebut
mempunyai hubungan satu sama lain karena jika dihilangkan salah satu atau lebih
dari motif tersebut, maka akan terkesan kurang padu.
b. Keselarasan
Berdasarkan hasil observasi, keselarasan pada batik ini muncul dari
persamaan warna dari berbagai komponen seperti warna biru dongker pada
keseluruhan bagian latar dan isi motifnya serta warna coklat muda pada
keseluruhan garis motif. Selain itu, terdapat perulangan bentuk dari Motif Daun
Trembesi yang dibuat berulang-ulang dengan jumlah banyakdan motif lain seperti
Motif Sekar Kanjuruhan dan Motif Topeng Malangan yang dibuat berulang tetapi
lebih sedikit jumlahnya
c. Kesebandingan
Berdasarkan hasil observasi, kesebandingan batik ini terlihat dari ukuran-
ukuran motif, penataan-penataan yang rapi, sesuai, dan menyesuaikan ukuran-
ukuran pada motif berdasarkan jenisnya. Motif Daun Trembesi dibuat lebih
banyak daripada motif pendukung, Motif Sekar Kanjuruhan dibuat lebih besar dari
motif pendukung, serta Motif Topeng Malangan dibuat lebih berbeda dibandingkan
motif lain. Dari hal tersebut, Motif utama tetap mendominasi dari batik ini dan tidak
dikalahkan oleh motif pendukung maupun isen-isennya. Dari hal tersebut,
kesebandingan ukuran pada motif sudah ideal.
d. Keseimbangan
Berdasarkan pengamatan, motif pada batik ini terlihat seimbang karena
penataan motif nya yang mempunyai space teratur, perbandingan jumlah motif di
tiap-tiap tatanan yang sama dan berulang. Jika dilihat pada bagian kanan dan
bagian kiri, jumlah dan rupa unsur pada batik akan terlihat sama. Jumlah Motif
Daun Trembesi, Motif Sekar Kanjuruhan, dan Motif Topeng Malangan serta
motif-motif pendukung lain memiliki jumlah yang sama banyak pada sisi kanan
dan kiri. Selain itu, warna dan bentuk Motif Daun Trembesi, Motif Sekar
Kanjuruhan, dan Motif Topeng Malangan serta motif-motif pendukung lain juga
sama bagian kiri kain dan bagian kanan kain.
e. Ritme
Berdasarkan hasil observasi, ritme pada batik ini terbentuk melalui
penataan motif dan karena perulangan jumlahnya. Terlihat jika Motif Daun
Trembesi ditata berjajar melintang kemudian diulang-ulang lagi pada bagi
bawahnya terus menerus. Selain itu, Motif Sekar Kanjuruhan dan Motif Topeng
Malangan juga ditata demikian tetapi terdapat space yang lebih luas dan
perulanganya tidak sebanyak Motif Daun Trembesi. Dilihat pada visualnya, Motif
Daun Trembesi ditata dua kali kemudian diikuti Motif Topeng Malangan satu
kali. Pada bagian bawahnya, Motif Daun Trembesi ditata dua kali kemudian
diikuti satu Motif Sekar Kanjuruhan. Hal tersebut dilakukan terus menerus sampai
habisnya ruang kain. Dari tatanan motif-motif tersebut muncul efek gerak dari
kanan ki kiri atau dari kiri ke kanan.
f. Penekanan
Berdasarkan hasil observasi, penekanan pada batik ini sangat terlihat dari
ukuran motif utama yang besar dan banyak. Motif yang besar tersebut menjadi
daya tarik utama pada batik ini. Motif-motif tersebut antara lain Motif Daun
Trembesi dan Motif Sekar Kanjuruhan. Kesan lain juga ditimbulkan karena
adanya perbedaan motif yaitu pada Motif Topeng Malangan yang seakan melihat
apresiator karena motif tersebut memiliki ornamen mata pada bagian dalamnya.
a. Ragam Visualisasi
Berdasarkan hasil wawancara, Motif Batik ini juga menggambarkan
tentang ikon khas Kota Malang walaupun dalam perpaduannya tidak
menggunakan Motif Khas Malangan yang lain. Motif yang diangkat pada batik ini
yang merupakan hasil stilasi dari objek ikon khas Kota Malang yaitu Motif Daun
Trembesi dan Motif Bunga Trembesi. Tanaman trembesi ini diangkat menjadi
motif karena dianggap sebagai pohon pusaka Kota Malang yang mempunyai
makna kekuatan. Hal tersebut dikarenakan pohon tersebut menjadi saksi bisu 3
zaman yang masih hidup sampai sekarang. Zaman tersebut ialah masa penjajahan
Belanda, masa penjajahan Jepang, dan waktu Kemerdekaan Republik Indonesia.
Seperti pada batik sebelumnya, Motif ini diangkat dari dua unsur pohon trembesi
yaitu daun dan bunga trembesi. Hal tersebut dikarenakan desainer mengambil
sesuatu yang khas dari pohon trembesi sebagai pohon peneduh. Bagian tersebut
ialah terdapat pada daun trembesi. Sedangkan bunga trembesi dipilih karena
dianggap sebagai bagian yang estetik pada pohon tersebut. Motif utama lain yang
terdapat pada batik ini tetapi tidak menggambarkan ikon Khas Kota Malang yaitu
Motif Dele Kecer. Berdasarkan wawancara, Motif Dele Kecer memiliki makna
banyaknya rejeki. Alasan dikombinasikannya Motif Dele Kecer dengan Motif
Trembesi karena Motif Dele Kecer ini merupakan motif khas Jawa Timur dan
desainer ingin mengombinasikan antara dua makna pada motif. Dua makna pada
motif tersebut menjadikan Motif Batik Trembesi Kombinasi Motif Dele Kecer
memiliki penggambaran mengenai kekuatan dan kerejekian. Pemilihan warna
pada motif ini didasarkan pada penggambaran alam.
Berdasarkan hasil pengamatan pada produk batik, Motif Batik
Trembesi Kombinasi Motif Dele Kecer merupakan batik yang menggambarkan
motif daun dan bunga trembesi dengan berbagai kombinasi motif lainnya.
Penamaan batik ini didasarkan pada motif yang dipakai yaitu berupa objek
tanaman trembesi dan dele kecer (kedelai yang berserakan). Seperti yang terlihat
pada gambar, terdapat motif yang berasal dari stilasi objek daun trembesi, bunga
trembesi yang dilihat dari nampak atas dan samping, serta kedelai. Batik
Trembesi Kombinasi Motif Dele Kecer merupakan jenis batik cap kombinasi
batik tulis. Pada saat pengamatan, ditemukan sebagian besar bentuk dan ukuran
motifnya sama persis serta tebal garisnya sama besar. Hal ini menunjukkan bahwa
motif tersebut dibuat dengan menggunakan teknik cap. Selain itu juga terdapat
motif dengan hasil goresan yang kurang sama yaitu terletak pada bagian isen-isen
pembatas antara bagian tengah dan pinggir. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pembuatan isen-isen tersebut menggunakan canting. Pada batik ini, pembatik
Soendari Batik And Art Gallery memakai cetakan yang dibuat untuk membentuk
seluruh motif kecuali isen-isen pada pembatas.
Motif utama pada batik ini adalah Motif Daun Trembesi dan Motif Dele
Kecer. Seperti yang terlihat pada gambar, Motif Daun Trembesi mendominasi
sebagian besar bagian kain batik sedangkan Motif Dele Kecer terdapat pada bagian
tepi kain. Motif Daun Trembesi berbentuk semacam sulur-sulur dengan panjang
tangkai yang bervariasi. Selain motif utama, batik ini memiliki motif pendukung
antara lain yaitu Motif Bunga Trembesi yang dilihat dari tampak atas dan Motif
Bunga Trembesi yang dilihat dari tampak samping 1 dan 2. Motif pendukung
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan Motif Daun Trembesi. Motif Bunga
Trembesi yang dilihat dari tampak atas serta Motif Bunga Trembesi yang dilihat
dari tampak samping 1 dan 2 terletak pada bagian sela-sela Motif Daun Trembesi
dan tersebar di hampir seluruh bagian kain kecuali bagian tepi. Antara bagian
tengah dan tepi kain, terdapat garis pembatas yang membatasi antara Motif Daun
Trembesi, Motif Bunga Trembesi dengan Motif Dele Kecer.
Isen-isen yang terdapat pada Batik Trembesi Kombinasi Motif Dele Kecer
yaitu isen-isen mlinjon. Isen-isen mlinjon ini terdapat di dalam pembatas antara
bagian tengah dan tepi dengan posisi berjajar. Isen-isen ini berbentuk belah ketupat
dengan titik di tengahnya. Penggayaan motif ini terdapat pada tangkai Motif Daun
Trembesi yang dibentuk dengan pola garis lengkung. Selain itu, Motif Bunga
Trembesi juga mengalami penggayaan sehingga terdapat perbedaan dengan objek
aslinya. Komposisi penyusunan batik ini menggunakan struktur desain horizontal
karena motif disusun dari samping kanan ke samping kiri atau sebaliknya. Selain
itu, pola penyusunan pada batik ini adalah pola simetris yang disususun dengan
memperhatikan prinsip kesatuan, keselarasan, kesebandingan, ritme,
keseimbangan, dan penekanan.
Tabel 3.3 Keterangan Ragam Visualisasi Batik Trembesi Kombinasi Motif Dele Kecer
No Aspek Gambar Nama Penjelasan
1. Motif Motif Daun Motif Daun Trembesi merupakan motif
Utama Trembesi yang diadaptasi dari daun trembesi itu
sendiri. Motif ini terbentuk dari garis
nyata non geometris. Motif dalam batik
ini digambarkan dalam bentuk tangkai
yang melengkung-lengkung dan
bercabang dengan panjang yang
bervariasi.
b. Visualisasi Estetik
1. Unsur
a. Cecekan/Titik
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, batik ini hanya
memiliki cecekansedikit sekali yaitu terdapat pada isen-isen mlinjon. Selain itu,
berdasarkan wawancara dengan narasumber, unsur titik pada batik ini merupakan
unsur dasar pembentuk klowongan atau garis pada motif dan tidak menjadi sebuah
titik atau isen-isen cecekan yang berdiri sendiri.
b. Klowongan/Garis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, klowongan pada
motif batik ini terdapat pada keseluruhan motif baik motif utama, pendukung,
maupun isen-isen. Sama seperti pada batik sebelumnya, Klowongan pada batik ini
seluruhnya merupakan hasil dari proses pengecapan malam menggunakan alat cap
batik. Klowongan pada batik ini memiliki warna hijau muda. Berdasarkan hasil
wawancara dengan narasumber, warna muda muda tersebut dibuat menggunakan
teknik laseman atau teknik menumpuk warna dengan warna yang lebih cerah.
Pewarnaan pada saat selesai tahap pelorotan pertama. Pada Motif Dele Kecer,
klowongan digambarkan dengan teknik blok yang membentuk bidang oval
Tabel 3.4 Keterangan Unsur Batik Trembesi Kombinasi Motif Dele Kecer
No. Unsur Gambar Keterangan Keterangan Unsur
Gambar
1. Cecekan/Titik - - Batik ini tidak memiliki cecek-
cecek atau titik sebagai isen-
isennya.
2. Klowongan/ Contoh Seperti pada batik
Garis klowongan sebelumnya, klowongan
pada motif digambarkan dengan garis
utama yaitu lengkung dengan variasi arah
Motif Daun dan ukuran. Selain klowongan
Trembesi. dalam bentuk garis lengkung,
klowongan juga ditemukan
dalam bentuk garis tebal yang
membentuk bidang karena
adanya teknik blok.
3. Bidang Contoh Terdapat bidang dengan tipe
bidang yang teratur, bentuk sama
pada Motif besar, dan sama panjang serta
Dele Kecer bidang dengan tipe bebas
dan Motif tetapi terkonsep membentuk
Bunga bidang sebuah motif tertentu.
Trembesi
tampak
samping
4. Ruang Contoh Warna hijau muda, hita,
kesan sedikit merah dan warna
ruang pada coklat memberikan kesan
Motif ruang pada batik.
Bunga
Trembesi
5. Warna Hijau Warna hijau muda terdapat
Muda pada garis-garis motif. Warna
hijau merupakan hasil dari
teknik pewarnaan laseman
yang merupakan hasil
pewarnaan tahap kedua.
2. Prinsip
a. Kesatuan
Berdasarkan hasil pengamatan, unsur-unsur pada motif batik ini juga
membentuk satu kesatuan yang teratur dan rapi. Terlihat dari visualnya, Moti Daun
Trembesi dan Motif Dele Kecer merupakan motif utama yang menjadi komponen
utama pada batik utama. Dalam penggambarannya, terdapat motif pendukung
seperti Motif Bunga Trembesi dan terdapat isen-isen mlinjon. Semua motif tersebut
mempunyai hubungan satu sama lain karena jika dihilangkan salah satu atau lebih
dari motif tersebut, maka akan terkesan kurang dan kurang satu padu. Warna yang
ada pada batik ini yaitu seperti hitam, coklat, dan hijau muda juga saling
melengkapi. Jika tidak ada dari salah satu dari warna tersebut maka akan terlihat
kurang karena antara motif, warna, dan unsur lain memiliki hubungan yang erat.
b. Keselarasan
Berdasarkan hasil observasi, keselarasan pada batik ini muncul dari
persamaan bentuk dan warnanya. Warna-warna yang digunakan sangat selaras
seperti memberikan kesan alami dan natural. Warna-warna tersebut yaitu warna
hijau muda, warna coklat, dan warna hitam dimana merupakan yang terdapat pda
unsur alam dengan tema yang sama. Selain itu, terdapat perulangan bentuk dari
Motif Daun Trembesi dan Motif Dele Kecer dengan jumlah banyak dan motif
pendukung lain yang dibuat berulang walaupun lebih sedikit jumlahnya
c. Kesebandingan
Berdasarkan hasil observasi, kesebandingan batik ini terlihat dari
perbandingan area tengah dan tepi yang sesuai. Area pada tepi tidak dibuat lebih
luas karena agar tidak mendominasi kain batik. sekain itu, kesebandingan juga
terbentuk dari ukuran-ukuran motif, penataan-penataan yang rapi, sesuai, dan
menyesuaikan ukuran-ukuran pada motif berdasarkan jenisnya. Motif Daun
Trembesi dibuat lebih besar daripada motif pendukung serta Motif Dele Kecer
dibuat lebih banyak dari motif pendukung.
d. Keseimbangan
Motif Kawung
a. Ragam Visualisasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, Batik ini
mengangkan tentang pohon heritae Kota Malang yaitu pohon trembesi dimana
desainer ingin mengenalkan ikon tersebut melalui batik. Motif ini melambangkan
tentang kekuatan dikarenakan seperti pada keterangan sebelumnya yaitu bahwa
pohon trembesi merupakan pohon pusaka yang masih hidup dan menjadi saksi
bisu tiga zaman yaitu masa penjajahan Belanda, Jepang, dan pada saat
kemerdekaan Indonesia. Selain itu, batik ini dikombinasikan dengan Kawung
dimana motif tersebut merupakan motif klasik. Pada umumnya, Alasan dari
narasumber mengkombinasikan motif Kawung ke dalam Motif Trembesi
dikarenakan desainer ingin memasukkan unsur klasik sebagai sarana pengenalan
kepada masyarakat tentang salah satu batik klasik yaitu Batik Kawung. Selain itu,
alasan lain dimasukkannya Motif Kawung karena Motif Kawung ini juga
ditemukan dalam perwujudan Ken Dedes yang menjadi candi. Candi tersebut
terdapat di daerah Singosari Malang. Dari hal tersebut, desainer ingin
menunjukkan bahwa Motif Kawung juga ada di Malang dan tidak hanya ada di
Jawa Tengah di wilayah kerajaan. Pemilihan Motif Kawung sebagai kombinasi
Motif trembesi juga didasarkan pada keinginan desainer untuk menggabungkan
dua unsur historis masa Hindu-Buddha hingga masa penjajahan Belanda, Jepang,
dan Kemerdekaan Indonesia dimana diwakili oleh Motif Trembesi. Pemilihan
gaya batik Pagi-Sore pada batik ini diadaptasi dari gaya Batik Pagi-Sore yang
populer pada masa penjajahan Jepang. Pada saat itu, pasokan kain sangat minim
sehingga dibuatlah dua sisi motif pada satu kain untuk dipakai masing-masing
pada saat pagi dan sore hari. Berdasarkan wawancara, pemilihan gaya Pagi-Sore
mempunyai tujuan untuk menghidupkan kembali gaya motif lama pada Batik
Trembesi. Narasumber juga mengatakan bahwa gaya Pagi-Sore memiliki historis
atau sejarah yaitu pada saat masyarakat Indonesia berjuang menghadapi krisis
ekonomi yang melanda pada tahun 1930-an. Dari hal tersebut, desainer ingin agar
pengguna atau penikmat batik ini tetap terinspirasi agar masyarakat tetap tangguh
sekalipun di masa krisis dan masa yang kurang baik sehingga gaya ini dimaknai
sebagai ketangguhan di berbagai kondisi dan situasi.
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan pada produk batik, Motif
Batik Trembesi Kombinasi Motif Kawung Pagi-Sore merupakan perpaduan motif
yang menggambarkan motif daun trembesi dan bunga trembesi dengan motif
tradisional Kawung. Penamaan batik ini didasarkan pada motif dan pola
penyusunan yang dipakai yaitu berupa objek tanaman trembesi dan Motif
Kawung. Nama lainnya juga didasarkan pada pola penyusunannya yaitu seperti
penyusunan Batik Pagi-Sore sehingga batik ini dibuat dengan susunan setengah
bagiannya adalah corak Batik Kawung dan setengah bagian lainnya adalah Batik
Trembesi. Antara dua motif ini dibatasi oleh sebuah garis semu dengan posisi
diagonal. Dikarenakan batik ini merupakan batik kreasi atau modern, fungsinya
tidak seperti batik tradisional tetapi lebih ke fungsi praktis.
Seperti yang terlihat pada gambar, terdapat motif yang berasal dari
objek daun trembesi serta bunga trembesi yang dilihat dari nampak atas dan
samping. Pada sisi lainnya, Motif Kawung diadaptasi dari salah satu motif
tradisional Yogyakarta . Batik Trembesi Kombinasi Motif Kawung Pagi-Sore
merupakan jenis batik cap. Pada saat pengamatan, ditemukan pada sebagian besar
bentuk dan ukuran motifnya sama persis serta tebal garisnya yang sama besar. Hal
ini menunjukkan bahwa motif tersebut dibuat dengan menggunakan cap. Pada
batik ini, Soendari Batik And Art Gallery memakai cetakan yang dibuat untuk
membentuk keseluruhan motif.
Motif utama pada batik ini adalah Motif Daun Trembesi dan Motif Kawung.
Motif Daun Trembesi berbentuk sulur-sulur dengan panjang tangkai yang
bervariasi, sedangkan Motif Kawung berbentuk seperti pada Motif Tradisional
Kawung pada umumnya. Selain motif utama, batik ini memiliki motif pendukung
antara lain yaitu Motif Bunga Trembesi yang dilihat dari tampak atas serta Motif
Bunga Trembesi yang dilihat dari tampak samping 1 dan 2. Motif pendukung
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan motif utama. Motif Bunga
Trembesi yang dilihat dari tampak atas dan Motif Bunga Trembesi yang dilihat dari
tampak samping terletak pada bagian sela-sela Motif Trembesi dan tersebar di
hampir seluruh bagian area Motif Trembesi.
Isen-isen yang terdapat pada Motif Batik Trembesi Kombinasi Motif
Kawung Pagi-Sore adalah cecek dan mlinjon. Kedua isen-isen tersebut terdapat
pada Motif Kawung. Isen-isen cecek terdapat pada setiap kelopak Motif Kawung
dengan jumlah dua titik pada setiap kelopaknya. Sedangkan isen-isen Mlinjon
terdapat pada sela-sela Motif Kawung. Penggayaan motif ini terdapat pada tangkai
Motif Daun Trembesi yang dibentuk dengan pola garis lengkung. Selain itu, Motif
Bunga Trembesi juga mengalami penggayaan sehingga terdapat perbedaan dengan
objek aslinya. Komposisi penyusunan batik ini menggunakan struktur desain
diagonal dikarenakan Motif Pagi-Sore umumnya terdapat dua jenis batik yang
dibagi menjadi dua area pada satu kain. Pada batik ini, pembagian area dilakukan
secara diagonal. Selain itu, desain struktur penyusunan motif pada batik ini adalah
sentral pada Motif Kawung dan horizontal pada Motif Trembesi. Penyusunan motif
secara sentral tersebut dikarenakan Motif Kawung disusun dengan perpaduan
vertikal dan horizontal sedangkan struktur desain horizontal pada Motif Trembesi
dikarenakan motif tersebut disusun dari kanan ke kiri atau sebaliknya. Pola
penyusunan pada batik ini menggunakan pola penyusunan asimetris dimana tetap
memperhatikan prinsip kesatuan, keselarasan, kesebandingan, ritme,
keseimbangan, dan penekanan.
Tabel 3.5 Keterangan Ragam Visualisasi Batik Trembesi Kombinasi Motif Kawung Pagi-Sore
No Aspek Gambar Nama Penjelasan
1. Motif Motif Daun Motif Daun Trembesi merupakan
Utama Trembesi motif yang diadaptasi dari daun
trembesi itu sendiri. Motif ini
terbentuk dari garis nyata non
geometris. Motif dalam batik ini
digambarkan dalam bentuk tangkai
yang melengkung-lengkung dan
bercabang dengan panjang yang
bervariasi.
b. Visualisasi Estetik
1. Unsur
a. Cecekan/Titik
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, batik ini memiliki
unsur titik yang terdapat pada bagian dalam Motif Kawung. Titik atau cecekan
tersebut digambarkan dengan teratur masing-masing berjumlah dua titik pada tiap
area. Cecek-cecek tersebut terdapat pada keseluruhan Motif Kawung. Menurut
keterangan dari narasumber, titik tersebut bukanlah titik yang dibuat berdasarkan
kreasi tetapi titik tersebut memang terdapat pada Motif Kawung pada aslinya.
Berdasarkan wawancara dengan narasumber selain unsur titik sebagai isen-isen,
unsur titik pada batik ini juga merupakan unsur dasar pembentuk klowongan atau
garis pada motif.
b. Klowongan/Garis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, klowongan pada
motif batik ini terdapat pada keseluruhan motif baik motif utama, pendukung,
maupun isen-isen. Sama seperti pada batik-batik sebelumnya, Klowongan pada
batik ini seluruhnya merupakan hasil dari proses pengecapan malam
menggunakan alat cap batik. Klowongan pada batik ini memiliki warna putih.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, warna putih tersebut muncul
karena hasil pelorotan malam. Pada Motif Kawung, klowongan digambarkan
dengan teknik blok yang membentuk bidang oval dengan ukuran yang lebih luas
daripida motif batik sebelumnya. Sama seperti sebelumnya, pada Motif Daun
Trembesi, klowongan digambarkan dalam bentuk garis yang melengkung ke arah
kanan, kiri, atas, dan bawah dimana merupakan garis pada tangkai daun trembesi.
Pada bagian daun di Motif Daun Trembesi, klowongan terlihat dibentuk menjadi
bentuk-bentuk oval yang sangat kecil dan banyak dengan menggunakan teknik
blok dengan malam. Garis tersebut dibuat bercabang dengan dilengkapi ornamen
daun kecil-kecil berbentuk semacam oval yang berjajar di kiri dan kanan garis
tangkai tersebut. Pada motif pendukung seperti Motif Bunga Trembesi tampak
samping dan atas, klowongan digambarkan dengan bentuk lengkung yang
membentuk motif bunga yang lebih sederhana dari bunga trembesi pada aslinya.
c. Bidang
Sama seperti batik sebelumnya, bidang pada motif ini mengombinasikan
dua tipe bidang yaitu bebas tetapi terkonsep membentuk sebuah motif dan bidang
dengan bentuk yang tetap dan teratur. Bentuk bidang yang teratur ditunjukkan pada
Motif Kawung dimana berdasarkan hasil pengamatan terlihat semacam bentuk-
bentuk bangun datar oval yang ditata membentuk Motif Kawung, berjumlah banyak
dan ditata secara sentral. Sedangkan untuk tipe bidang yang bebas dibentuk dari
garis-garis lengkung-lengkung dan tidak terikat pada bangun tertentu. Bidang yang
terbentuk dari garis-garis yang melengkung yaitu seperti bidang Motif Daun
Trembesi dan Motif Bunga Trembesi tampak atas dan samping. Berdasarkan hasil
wawancara, bidang pada Motif Trembesi ini tidak secara khusus dibuat sebagai
bidang yang menggambarkan bangun tertentu seperti segitiga, segiempat, atau
lingkaran. Akan tetapi pada Motif Kawung memang dibuat seperti bangun datar
oval karena menyesuaikan dengan bentuk Motif Kawung pada aslinya dengan tidak
mengubah pakem motif tersebut.
d. Ruang
Seperti batik pada keseluruhan di penelitian, batik ini tidak mempunyai
ruang nyata dikarenakan batik ini merupakan produk dua dimensi. Pada dasarnya
kesan ruang pada batik ini merupakan kesan ruang tidak nyata. Pada batik ini,
ditemukan perbedaan intensitas warna yang sangat jauh berbeda pada visualnya
sehingga pada saat diamati muncul kesan ruang. Warna tersebut adalah warna
coklat tua dan putih. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara, ruang pada motif
batik ini tidak tercipta karena bentuk motif karena penggambaran keseluruhan
motif tidak digambarkan secara persepektif. Dalam hal tersebut, motif-motif pada
batik ini dibuat flat atau datar karena memang disengaja agar lebih indah dan
tidak seperti objek pada aslinya. Menurut keterangan narasumber, motif batik
yang baik itu bukan seperti lukisan yang nampak nyata, akan tetapi terbentuk dari
stilasi objek dimana kemudian dapat membentuk sebuah ornamen.
e. Warna
Berdasarkan hasil observasi, batik ini menggunakan warna putih dan
coklat tua. Warna coklat pada batik ini terdapat pada keseluruhan latar dan isi
motif di bagian tengah kain, sedangkan warna puith terdapat pada keseluruhan
klowongan atau garis motif baik Motif Trembesi maupun Motif Kawung. Warna
coklat tua terlihat lebih banyak daripada warna putih. Berdasarkan hasil
wawancara, warna pada batik ini merupakan warna yang dihasilkan dari pewarna
remazol. Menurut keterangan narasumber, warna latar pada batik ini yaitu warna
coklat tua merupakan warna yang dibuat pada proses pewarnaan tahap pertama.
Sedangkan warna putih pada batik ini muncul karena adanya proses pelorotan
pada kain. Pemilihan warna pada motif ini didasarkan pada lambang
kesederhanaan. Berdasarkan wawancara, penggunaan warna coklat didasarkan
pada warna tanah dimana tanah merupakan suatu objek alam yang berada di
bawah. Warna putih pada batik ini merupakan warna kesucian. Dari kedua warna
tersebut, desainer ingin menciptakan dua kombinasi warna dengan makna kescian
dan kesederhanaan hati.
Tabel 3.6 Keterangan Unsur Batik Trembesi Kombinasi Motif Kawung Pagi-Sore
No. Unsur Gambar Keterangan Keterangan Unsur
Gambar
1. Cecekan/Titik Cecekan Batik memiliki cecekan yang
pada Motif berdiri sendiri maupun unsur
Kawung titik sebagai pembentuk garis
2. Prinsip
a. Kesatuan
Berdasarkan hasil pengamatan, unsur-unsur dan kedua area pada motif batik
ini membentuk satu kesatuan yang padu dan seimbang. Terlihat dari visualnya,
Motif Daun Trembesi dan Motif Kawung merupakan daya tarik utama. Dalam
penggambarannya, terdapat motif pendukung seperti Motif Bunga Trembesi.
Semua motif tersebut mempunyai hubungan satu sama lain karena jika dihilangkan
salah satu atau lebih dari motif tersebut, maka akan terkesan kurang dan kurang satu
padu. Dua area pada batik ini juga memiliki hubunga mengingat tipe batik ini
merupakan batik pagi-sore. Sehingga dalam penggambarannya, batik ini harus
memiliki dua sisi yang bersandingan dimana kedua sisi tersebut berada pada satu
kesatuan.
b. Keselarasan
Berdasarkan hasil observasi, keselarasan pada batik ini muncul dari
persamaan warna dari berbagai komponen seperti coklat tua pada keseluruhan
bagian latar dan isi motifnya serta putih pada keseluruhan garis motif. Selain itu,
terdapat perulangan bentuk dari Motif Daun Trembesi dan Motif Kawung yang
dibuat berulang-ulang dengan jumlah banyak.
c. Kesebandingan
Gambar 47 Motif Batik Trembesi Kombinasi Motif Teratai dan Motif Gerbang
Candi Badut I
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 48 Desain Motif Batik Trembesi Kombinasi Motif Teratai dan Motif
Gerbang Candi Badut I
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Kota Malang serta ikon dari Soendari Batik and Art Gallery sekaligus, serta Motif
Gerbang Candi Badut dimana merupakan motif yang diangkat dari Gerbang Candi
Badut yang ada di Malang. Berdasarkan dari wawancara dengan narasumber dan
seperti pada keterangan di batik sebelumnya, Motif Daun Trembesi merupakan
motif yang memiliki makna kekuatan dimana secara historis, pohon trembesi di
Kota Malang ini menjadi saksi bisu tiga zaman mulai masa penjajahan Belanda,
Jepang, Kemerdekaan Indonesia, dan masih hidup hingga saat ini. Pemilihan
Motif Trembesi pada batik ini diambil hanya dari bagian daunnya saja.
Berdasarkan wawancara, perlu diketahui jika Batik Trembesi yang ada di
Soendari Batik and Art Gallery mempunyai dua tipe bentuk dimana didasarkan
pada teknik pembuatannya. Tipe yang pertama yaitu seperti pada motif-motif
sebelumnya dimana Motif Trembesi dibuat menggunakan alat cap dengan
susunan motif yang terdiri dari Motif Daun Trembesi dan Motif Bunga Trembesi
motif ini disusun dengan rapi dan penataan antara Motif Daun dan Motif Bunga
sangat teratur. Untuk tipe yang kedua, yaitu Motif Trembesi yang dibuat
menggunakan teknik tulis atau menggunakan canting dimana tipe ini hanya
menampilkan Motif Daun Trembesi saja tanpa menyertakan Motif Bunga
Trembesi seperti pada tipe sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan pada tipe kedua
ini, desainer ingin menciptakan motif dari daun trembesi dengan susunan yang
lebih dinamis, dominan dan bebas, serta berkata bahwa untuk unsur motif bunga
pada batik ini telah diwakili oleh Motif Bunga Teratai. Pemilihan Motif Teratai
dan Gerbang Candi Badut sebagai kombinasi dari Batik Trembesi bertujuan untuk
mengenalkan ikon Kota Malang yang lain selain pohon trembesi kepada penikmat
atau pengguna melalui penciptaan motif pada Batik Trembesi. Selain itu, desainer
juga ingin menggabungkan antara tiga makna dari motif-motif tersebut. Dalam hal
ini desainer ingin menggabungkan makna kekuatan, ketangguhan, dan kejayaan.
Berdasarkan hasil wawancara, Motif Teratai pada batik ini memiliki pemaknaan
untuk selalu tangguh walaupun berada pada tempat dan masa yang paling sulit.
Hal tersebut dikarenakan teratai dapat hidup di manapun dan dalam kondisi
apapun. Selain itu, Motif Gerbang Candi Badut bermakna kejayaan di masa
lampau, tepatnya pada masa Hindu-Buddha sehingga kita diharapkan untuk tidak
melupakan jati diri serta sejarah dari leluhur yang hebat pada masa lalu hingga
dapat mewariskan sesuatu hingga saat ini.
Berdasarkan hasil pengamatan pada produk batik, Motif Batik
Trembesi Kombinasi Motif Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut I merupakan
motif yang menggambarkan motif daun trembesi dengan berbagai kombinasi
motif lainnya dimana diantaranya merupakan objek ikon Kota Malang seperti
bunga teratai dan Candi Badut. Penamaan batik ini didasarkan pada motif yang
dipakai yaitu berupa objek tanaman trembesi, objek Gerbang Candi Badut dan
Bunga Teratai. Seperti yang terlihat pada gambar, terdapat motif yang berasal dari
objek daun trembesi, stilasi bunga teratai dan gerbang Candi Badut. Motif
Trembesi Kombinasi Motif Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut I merupakan
jenis batik tulis. Pada saat pengamatan, ditemukan banyak motif yang bentuk dan
ukurannya kurang sama persis serta tebal garis yang tidak sama besar. Selain itu,
dalam pembuatannya Soendari Batik And Art Gallery memakai malam yang
dicanting untuk membentuk motif utama, motif pendukung, dan isen-isennya.
Motif utama pada batik ini adalah Motif Daun Trembesi dan kumpulan dari
Motif Bunga Teratai tampak atas dan samping serta Motif Gerbang Candi Badut.
Motif Daun Trembesi merupakan salah satu motif utama yang berperan sebagai
tema utama atau ciri khas dari salah satu karya batik di Soendari Batik and Art.
Seperti yang terlihat pada gambar, Motif Daun Trembesi mendominasi sebagian
besar bagian kain batik. Motif Daun Trembesi berbentuk semacam sulur-sulur
dengan panjang tangkai yang bervariasi. Motif utama yang lain dari batik ini adalah
kumpulan dari Motif Teratai tampak atas dan samping serta Motif Gerbang Candi
Badut. Ketiga motif ini membentuk susunan melingkar dengan posisi Motif Teratai
tampak atas berada di tengah kemudian Motif Gerbang candi Badut melingkar di
tepinya disusul Motif Teratai tampak samping. Ketiga motif tersebut tersusun
berjajar di antara Motif Trembesi.
Selain motif utama, batik ini memiliki motif pendukung yaitu Motif Teratai
tampak samping. Motif ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan motif
utama. Motif pendukung tersebut terletak di sela-sela Motif Daun Trembesi. Isen-
isen yang terdapat pada Batik Trembesi Kombinasi Motif Teratai dan Motif
Gerbang Candi Badut I yaitu isen-isen cecek dan galaran. Isen-isen cecek terdapat
pada bagian dalam kelopak Motif Teratai bagian bawah dan beberapa kelopak di
bagian tengah Motif Bunga Teratai tampak atas. Sedangkan isen-isen galaran
terdapat pada bagian dalam kelopak Motif Teratai bagian atas dan Motif Gerbang
Candi Badut.
Penggayaan motif ini terdapat pada tangkai Motif Daun Trembesi yang
dibentuk dengan pola garis lengkung. Penggayaan lain dilakukan pada Motif
Trembesi dengan memberi tambahan berupa isen-isen dan Motif Gerbang Candi
Badut yang distilasi menjadi bentuk dengan garis-garis lengkung. Komposisi
penyusunan batik ini menggunakan struktur desain horizontal karena motif
tersebut disusun dari samping ke samping. Selain itu, pola penyusunan pada batik
ini adalah pola penyusunan asimetris. Penyusunan motif pada batik ini
memperhatikan prinsip kesatuan, keselarasan, kesebandingan, ritme,
keseimbangan, dan penekanan.
Tabel 3.7 Keterangan Ragam Visualisasi Batik Trembesi Kombinasi Motif Bunga Teratai dan
Gerbang Candi Badut I
No. Aspek Gambar Nama Penjelasan
1. Motif Motif Daun Motif Daun Trembesi merupakan
Utama Trembesi motif utama yang diadaptasi dari
daun trembesi itu sendiri. Motif
ini terbentuk dari garis nyata non
geometris dan titik-titik lonjong.
Motif dalam batik ini
digambarkan dalam bentuk
semacam tangkai yang
melengkung-lengkung dan
bercabang dengan panjang yang
bervariasi.
Desain Desain Motif Daun Trembesi
Motif Daun pada batik ini digambarkan
Trembesi terpisah antara daun trembesi
yang berbentuk titik-titik lonjong
dengan tangkainya. Tangkai pada
motif ini dibuat semacam sulur-
suluran dengan panjang dan
cabang yang bervariasi. Pada
batik ini kebanyakan satu
susunan daun tersusun dari 5
tangkai yang saling tersambung
dan bercabang ke kiri dan ke
kanan. Panjang setiap tangkai
umumnya relatif hampir sama.
Akan tetapi juga terdapat
b. Visualisasi Estetik
1. Unsur
a. Cecekan/Titik
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, batik ini memiliki
unsur titik yang terdapat pada bagian dalam Motif Teratai. Titik atau cecekan
tersebut digambarkan dengan acak dengan jumlah yang banyak memenuhi ruang
motif. Cecek-cecek tersebut terdapat pada keseluruhan bagian bawah Motif Bunga
Trembesi. Menurut keterangan dari narasumber, titik tersebut difungsikan sebagai
penghias motif. Berdasarkan wawancara dengan narasumber selain unsur titik
sebagai isen-isen, unsur titik pada batik ini juga merupakan unsur dasar pembentuk
klowongan atau garis pada motif.
b. Klowongan/Garis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, klowongan pada
motif batik ini terdapat pada keseluruhan motif baik motif utama, pendukung,
maupun isen-isen. Berbeda dengan batik sebelumnya, klowongan pada batik ini
seluruhnya merupakan hasil dari proses pencantingan malam menggunakan alat
canting. Klowongan pada batik ini memiliki warna putih. Berdasarkan hasil
wawancara dengan narasumber, warna putih tersebut muncul karena hasil
pelorotan malam. Pada Motif Daun Trembesi, klowongan digambarkan dalam
bentuk garis yang melengkung ke arah kanan dan kiri mengikuti garis pada
tangkai daun trembesi. Pada bagian daun di Motif Daun Trembesi, klowongan
terlihat dibentuk menjadi bentuk-bentuk oval yang sangat kecil dan banyak
dengan menggunakan teknik blok dengan malam. Bentuk-bentuk ini terpisah
dengan garis tangkai. Pada Motif Bunga Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut,
garis-garis digambarkan dengan lengkungan-lengkungan hingga membentuk
Motif Bunga Teratai. Di dalam motif tersebut terdapat garis-garis isen-isen
galaran. Pada motif pendukung seperti Motif Bunga Teratai tampak samping,
klowongan digambarkan dengan bentuk lengkungan yang saling bertemu dan
hingga terbentuk motif bunga tersebut.
c. Bidang
Sama seperti batik sebelumnya, bidang pada motif ini mengombinasikan
dua tipe bidang yaitu bebas tetapi terkonsep membentuk sebuah motif dan bidang
dengan bentuk yang tetap dan teratur. Bentuk bidang yang teratur ditunjukkan pada
isen-isen galaran Motif Gerbang Candi Badut yang ditata berjajar ke atas dimana
berdasarkan hasil pengamatan terlihat semacam bentuk-bentuk bangun datar
persegi panjang. Sedangkan untuk tipe bidang yang bebas dibentuk dari garis-garis
lengkung-lengkung dan tidak terikat pada bangun tertentu. Bidang yang terbentuk
dari garis-garis yang melengkung yaitu seperti bidang Motif Daun Trembesi dan
Motif Bunga Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut. Berdasarkan hasil
wawancara, motif-motif pada batik ini dibuat berdasarkan bentuk-bentuk yang
disesuaikan dengan objek aslinya tetapi tetap mengalami proses stilasi.
d. Ruang
Seperti batik pada keseluruhan di penelitian, batik ini tidak mempunyai
ruang nyata dikarenakan batik ini merupakan produk dua dimensi. Pada dasarnya
kesan ruang pada batik ini merupakan kesan ruang tidak nyata. Pada batik ini,
ditemukan perbedaan intensitas warna yang bertolak belakang pada visualnya
sehingga pada saat diamati muncul kesan ruang. Warna tersebut adalah warna
hitam dan putih. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara, ruang pada motif batik
ini tidak tercipta karena bentuk motif. Hal tersebut karena penggambaran
keseluruhan motif tidak digambarkan secara persepektif. Dalam hal tersebut,
motif-motif pada batik ini dibuat flat atau datar karena memang disengaja agar
lebih indah dan tidak seperti objek pada aslinya. Menurut keterangan narasumber,
motif batik yang baik itu bukan seperti lukisan yang nampak nyata, akan tetapi
terbentuk dari stilasi objek dimana kemudian dapat membentuk sebuah ornamen.
e. Warna
Berdasarkan hasil observasi, batik ini menggunakan warna putih dan
hitam. Warna hitam pada batik ini terdapat pada keseluruhan latar dan isi motif di
bagian tengah kain, sedangkan warna putih terdapat pada keseluruhan klowongan
atau garis motif baik Motif Daun Trembesi, Motif Gerbang Candi Badut, maupun
Motif Teratai. Warna hitam terlihat lebih banyak daripada warna putih.
Berdasarkan hasil wawancara, warna pada batik ini merupakan warna yang
dihasilkan dari pewarna remazol. Menurut keterangan narasumber, warna latar
pada batik ini yaitu warna hitam merupakan warna yang dibuat pada proses
pewarnaan tahap pertama. Sedangkan warna putih pada batik ini muncul karena
adanya proses pelorotan pada kain. Pemilihan warna pada motif ini didasarkan
pada lambang keseimbangan. Berdasarkan wawancara, penggunaan warna hitam
dan warna putih merupakan dalah satu bentuk perbedaan sehingga dari
penggabunga warna ini, desainer memiliki pesan untuk tidak saling nge-judge
satu sama lain, karena setiap manusia selalu memiliki kelebihan dan kekurangan.
Tabel 3.8 Keterangan Unsur Batik Trembesi Kombinasi Motif Bunga Teratai dan Gerbang
Candi Badut I
No. Unsur Gambar Keterangan Keterangan Unsur
Gambar
1. Cecekan/Titik Cecekan Batik ini memiliki
pada Motif cecekan yang berdiri
Bunga sendiri seperti yang
Teratai terdapat pda motif di
samping maupun unsur
titik sebagai pembentuk
garis
2. Prinsip
a. Kesatuan
Berdasarkan hasil pengamatan, unsur-unsur pada motif batik ini membentuk
satu kesatuan yang padu serta teratur. Kumpulan Motif Bunga Teratai dan Motif
Gerbang Candi Badut dan Motif Daun Trembesi merupakan motif utama dengan
didukung oleh motif pendukung seperti Motif Bunga Teratai tampak samping.
Semua motif dan unsur lain seperti isen-isen dan warna tersebut mempunyai
hubungan satu sama lain karena jika dihilangkan salah satu atau lebih dari unsur
tersebut, maka akan terkesan ada yang kurang dalam satu kesatuannya.
b. Keselarasan
Berdasarkan hasil observasi, keselarasan pada batik ini muncul dari
persamaan warna dari berbagai komponen seperti warna hitam pada keseluruhan
bagian latar dan isi motifnya serta warna putih pada keseluruhan garis motif.
Selain itu, terdapat perulangan bentuk dari Motif Daun Trembesi yang dibuat
berulang-ulang serta perulangan penataan dan bentuk dari kumpulan Motif
Gerbang Candi Badut dan Motif Bunga Teratai.
c. Kesebandingan
Berdasarkan hasil observasi, kesebandingan batik ini terlihat dari ukuran-
ukuran motif yang menyesuaikan ukuran-ukuran pada motif berdasarkan jenisnya.
Motif Daun Trembesi dibuat lebih banyak daripada motif pendukung, Kumpulan
Motif Gerbang Candi Badut dan Motif Bunga Trembesi dibuat lebih besar dari
motif pendukung. Dari hal tersebut, Motif utama tetap mendominasi dari batik ini
dan tidak dikalahkan oleh motif pendukung maupun isen-isennya. Dari hal
tersebut, kesebandingan ukuran pada motif sudah ideal.
d. Keseimbangan
Berdasarkan pengamatan, motif pada batik ini terlihat seimbang karena
adanya perbandingan jumlah motif di tiap-tiap tatanan yang sebanding. Jika
dilihat pada visualnya, penataan Motif Daun Trembesi tidak memiliki arah
maupun posisi yang sama pada tiap-tiap motifnya. Motif ini lebih bebas dari
Motif Daun Trembesi pada batik sebelumnya. Kedinamisan dari Motif Daun
Trembesi ini diimbangi dengan penataan kumpulan Motf Bunga Teratai dan Motif
Gerbang Candi Badut yang sejajar dan rapi. Jarak antar kumpulan motif juga
dibuat sama antar motif sehingga keseimbangan dapat terbentuk dari dua
perpaduan penataan tersebut.
e. Ritme
Berdasarkan hasil observasi, ritme pada batik ini terbentuk melalui
penataan motif dan karena perulangan jumlahnya. Terlihat jika Motif Daun
Trembesi ditata dari kiri ke kanan. Selain itu, kumpulan dari Motif Bunga Teratai
dan Motif Gerbang Candi Badut ditata dengan posisi melintang dan teratur. Dari
hal tersebut muncul ritme yang bervariasi dimana masing-masing muncul dari
tiap-tiap model penataan motif. Ritme pada Motif Daun Trembesi terasa lebih
dinamis daripada ritme kumpulan Motif Bunga Teratai dan Motif Gerbang Candi
Badut.
f. Penekanan
Berdasarkan hasil observasi, penekanan pada batik ini sangat terlihat dari
ukuran motif utama yang besar dan banyak. Motif yang besar yaitu kumpulan
Motif Bunga Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut tersebut menjadi daya tarik
utama pada batik ini. sehingga pada saat melihat batik ini, kumpulan dari Motif
Bunga Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut terlihat lebih menonjol daripada
motif yang lain.
Motif Gerbang
Candi Badut
Gambar 49 Motif Batik Trembesi Kombinasi Motif Teratai dan Motif Gerbang
Candi Badut II
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 50 Desain Motif Batik Trembesi Kombinasi Motif Teratai dan Motif
Gerbang Candi Badut II
Sumber: Dokumentasi Peneliti
a. Ragam Visualisasi
Berdasarkan hasil wawancara, motif batik ini merupakan motif yang
mengankat ikon khas Kota Malang seperti Motif Trembesi, Motif Gerbang Candi
Badut, dan Moti Bunga Teratai. Pada visualnya, motif ini memiliki motif pokok
yang utama yaitu Motif Daun Trembesi dimana merupakan motif yang diangkat
dari pohon heritage Kota Malang pohon trembesi. Seperti pada batik sebelumnya,
Motif Bunga Teratai merupakan ikon Kota Malang dalam bentuk bunga serta
menjadi ikon dari Soendari Batik and Art Gallery sekaligus. Untuk Motif Gerbang
Candi Badut itu sendiri merupakan motif yang diangkat dari Gerbang Candi
Badut yang ada di Malang. Berdasarkan dari wawancara dengan narasumber dan
seperti pada keterangan di batik sebelumnya, Motif Daun Trembesi merupakan
motif yang memiliki makna kekuatan dimana secara historis, pohon trembesi di
Kota Malang ini menjadi saksi bisu tiga zaman mulai masa penjajahan Belanda,
Jepang, Kemerdekaan Indonesia, dan masih hidup hingga sekarang. Pemilihan
Motif Trembesi pada batik ini di bagian tengah kain diambil hanya dari bagian
daunnya saja. Berdasarkan wawancara, Motif Daun Trembesi pada batik ini
dibuat memanjang semacam sulur yang mendominasi bagian kain dikarenakan
bermakna sebagai pelindung atau peneduh bagi siapapun. Seperti pada keterangan
hasil wawancara pada batik sebelumnya, batik ini merupakan batik dengan tipe
kedua. Motif Trembesi yang dibuat pada batik ini menggunakan teknik tulis atau
menggunakan canting dimana tipe ini hanya menampilkan Motif Daun Trembesi
saja tanpa menyertakan Motif Bunga Trembesi seperti pada tipe pertama. Hal
tersebut dikarenakan pada tipe kedua ini, desainer ingin menciptakan motif dari
daun trembesi dengan susunan yang lebih dinamis, dominan dan bebas, serta
berkata bahwa untuk unsur motif bunga pada batik ini telah diwakili oleh Motif
Bunga Teratai. Walaupun demikian, pada batik ini desainer tetap memasukkan
unsur bunga trembesi sebagai motifnya yaitu pada bagian tepian kain. Bunga
Trembesi tersebut juga digambarkan dengan ukuran yang sangat kecil dan hanya
berfungsi sebagai pinggiran saja dimana hal tersebut berbeda dengan motif bunga
yang terdapat pada Motif Batik Trembesi tipe pertama. Seperti batik sebelumnya,
pemilihan Motif Teratai dan Gerbang Candi Badut sebagai kombinasi dari Batik
Trembesi bertujuan untuk mengenalkan ikon Kota Malang yang lain selain pohon
trembesi kepada penikmat atau pengguna melalui penciptaan motif pada Batik
Trembesi. Selain itu, desainer juga ingin menggabungkan antara tiga makna dari
motif-motif tersebut. Dalam hal ini desainer ingin menggabungkan makna
kekuatan, ketangguhan, dan kejayaan. Berdasarkan hasil wawancara, Motif
Teratai pada batik ini memiliki pemaknaan untuk selalu tangguh walaupun berada
pada tempat dan masa yang paling sulit. Hal tersebut dikarenakan bunga teratai
dapat hidup di manapun dan dalam kondisi apapun sekalipun hujan dan badai.
Selain itu, Motif Gerbang Candi Badut bermakna kejayaan di masa lampau,
Selain motif utama, batik ini memiliki motif pendukung antara lain yaitu
Motif Daun dan Bunga Trembesi dan yang terdapat di tepi kain, Motif Bunga
Trembesi Separuh yang ada di tepi kain , dan Motif Topeng Malangan. Motif
pendukung memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan motif utama. Motif
Topeng Malangan terletak di antara Motif Daun Trembesi dan menyebar di seluruh
bagian kain sedangkan motif pendukung berupa Motif Daun dan Bunga Trembesi
serta Motif Bunga Trembesi Separuh terdapat pada pinggiran atau di tepi kain.
Isen-isen yang terdapat pada Motif Batik Trembesi Kombinasi Motif Bunga
Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut II adalah isen-isen cecek, sawut, cecek
sawut dan galaran. Isen-isen cecek terdapat pada bagian dalam daun Motif Teratai
bagian bawah dan Motif Gerbang Candi Badut, isen-isen sawut terdapat pada
bagian dalam Motif Daun dan Bunga Trembesi bagian tepi kain, cecek sawut
terdapat pada bagian dalam Motif Bunga Teratai Separuh sedangkan isen-isen
galaran terdapat pada bagian dalam kelopak Motif Teratai dan Motif Gerbang
Candi Badut.
Penggayaan motif ini terdapat pada tangkai Motif Daun Trembesi yang
dibentuk dengan pola garis lengkung dan merambat menyerupai sulur. Penggayaan
lain dilakukan pada Motif Teratai dimana motif tersebut diberi isen-isen dan
dicanting dengan posisi nampak atas dan samping. Motif Gerbang Candi Badut juga
mengalami penyederhanaan dan penggayaan dengan bentuk yang dibuat lengkung-
lengkung. Penggayaan terhadap motif-motif tersebut dimaksudkan agar lebih indah
dan mengikuti prinsip batik yang seharusnya yaitu motif dibentuk melalui stilasi
objek. Komposisi penyusunan batik ini menggunakan struktur desain horizontal
karena motif pada batik ini disusun dari samping kanan ke samping kiri atau
sebaliknya. Selain itu, pola penyusunan pada batik menggunakan pola penyusunan
asimetris. Penyusunan motif pada batik ini memperhatikan prinsip keselarasan,
kesebandingan, ritme, dan kevariasian.
Tabel 3.9 Keterangan Ragam Visualisasi Batik Trembesi Kombinasi Motif Bunga Teratai dan
Gerbang Candi Badut II
No Aspek Gambar Nama Penjelasan
1. Motif Motif Motif Daun Trembesi merupakan
Utama Daun motif utama yang diadaptasi dari
Trembesi daun trembesi itu sendiri. Motif ini
terbentuk dari garis nyata non
geometris. Motif ini terdapat pada
keseluruhan bagian kain dari
ujung hingga pangkal.
b. Visualisasi Estetik
1. Unsur
a. Cecekan/Titik
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, batik ini memiliki
unsur titik yang terdapat pada bagian dalam Motif Bunga Teratai, Motif Bunga
Trembesi Separuh dan Motif Gerbang Candi Badut. Titik atau cecekan pada Motif
Bunga Teratai tersebut digambarkan mengikuti garis bawah pada motif. Cecek-
cecek pada Motif Bunga Trembesi Separuh digambarkan dalam isen-isen cecek
sawut. Selain itu, terdapat cecek-cecek pada Motif Gerbang Candi Badut dimana
digambarkan memiliki dua cecek yang terdapat pada bagian atas motif. Dua cecek
tersebut ditata dengan posisi melintang. Menurut keterangan dari narasumber, titik-
titik tersebut difungsikan sebagai penghias motif. Berdasarkan wawancara dengan
narasumber selain unsur titik sebagai isen-isen, unsur titik pada batik ini juga
merupakan unsur dasar pembentuk klowongan atau garis pada motif.
b. Klowongan/Garis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, klowongan pada
motif batik ini terdapat pada keseluruhan motif baik motif utama, pendukung,
maupun isen-isen. Sama seperti pada batik sebelumnya, klowongan pada batik ini
seluruhnya merupakan hasil dari proses pencantingan malam menggunakan alat
canting. Klowongan pada batik ini memiliki warna putih. Berdasarkan hasil
wawancara dengan narasumber, warna putih tersebut muncul karena hasil
pelorotan malam. Pada Motif Daun Trembesi, klowongan digambarkan dalam
bentuk garis yang melengkung ke segala arah, memanjang, merambat, dan
bercabang. Pada bagian daun di Motif Daun Trembesi, klowongan terlihat
dibentuk menjadi bentuk-bentuk oval yang kecil dan sangat banyak dengan
menggunakan teknik blok dengan malam. Bentuk-bentuk ini terpisah dengan garis
tangkai. Pada tepi daunnya, dibatasi dengan klowongan yang berbentuk semacam
bentuk awan yang menutupi seluruh bagian Motif Daun Trembesi. Pada Motif
Bunga Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut, garis-garis digambarkan dengan
lengkungan-lengkungan hingga membentuk Motif Bunga Teratai. Di dalam motif
tersebut terdapat garis-garis isen-isen galaran. Pada motif pendukung seperti
Motif Topeng Malangan, klowongan digambarkan dengan garis melengkung-
lengkung yang dibentuk menyerupai bentuk topeng.
c. Bidang
Sama seperti batik sebelumnya, bidang pada motif ini mengombinasikan
dua tipe bidang yaitu bebas tetapi terkonsep membentuk sebuah motif dan bidang
dengan bentuk yang tetap dan teratur. Bentuk bidang yang teratur ditunjukkan pada
isen-isen galaran Motif Gerbang Candi Badut yang ditata berjajar ke atas dimana
berdasarkan hasil pengamatan terlihat semacam bentuk-bentuk bangun datar
persegi panjang. Selain itu, terdapat bentuk bidang seperti lingkaran pada Motif
Bunga Teratai tampak atas. Sedangkan untuk tipe bidang yang bebas dibentuk dari
garis-garis lengkung-lengkung dan tidak terikat pada bangun tertentu. Bidang yang
terbentuk dari garis-garis yang melengkung yaitu seperti bidang Motif Daun
Trembesi dan Motif Bunga Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut serta amotif
pendukung seperti Motif Topeng Malangan dan motif-motif yang terdapat bagian
tepi kain. Berdasarkan hasil wawancara, motif-motif pada batik ini dibuat
Tabel 3.10 Keterangan Unsur Batik Trembesi Kombinasi Motif Bunga Teratai dan Gerbang
Candi Badut II
No. Unsur Gambar Keterangan Keterangan Unsur
Gambar
1. Cecekan/Titik Cecekan Batik ini memiliki
pada Motif cecekan yang berdiri
Bunga sendiri seperti yang
Teratai terdapat pda motif di
samping maupun unsur
titik sebagai pembentuk
garis
2. Prinsip
a. Kesatuan
Berdasarkan hasil pengamatan, unsur-unsur pada motif batik ini seperti
motif utama, pendukung, dan lain-lain membentuk satu kesatuan yang padu serta
teratur. Seperti batik sebelumnya, Motif Daun Trembesi dan Kumpulan Motif
Bunga Teratai dan Motif Gerbang Candi Badut merupakan motif utama dengan
didukung oleh motif pendukung seperti Motif Bunga dan Daun Trembesi, Motif
Topeng Malangan, dan Motif Bunga Trembesi Separuh. Semua motif dan unsur lain
seperti isen-isen dan warna tersebut mempunyai hubungan satu sama lain karena
jika dihilangkan salah satu atau lebih dari unsur tersebut, maka akan terkesan ada
yang kurang dalam satu kesatuannya.
b. Keselarasan
Berdasarkan hasil observasi, keselarasan pada batik ini muncul dari
persamaan warna dari berbagai komponen seperti warna biru ultramarine pada
keseluruhan bagian latar, warna hitam, warna merah dan hijau pada Motif Bunga
Trembesi serta warna putih pada keseluruhan garis motif. Keselarasan juga
terlihat dari persamaan bentuk motif utama dan pendukung. Selain itu, terdapat
perulangan bentuk dari Motif Daun Trembesi yang dibuat berulang-ulang dan
sangat panjang serta perulangan penataan dan bentuk dari kumpulan Motif
Gerbang Candi Badut dan Motif Bunga Teratai.
c. Kesebandingan
Selain itu, penekanan pada motif ini ditambah dengan warna hitam yang pekat
pada sisi luar motif dengan dibatasi outline. Dari hal ini, Motif Daun Trembesi
terlihat lebih menonjol daripada motif yang lain.