Anda di halaman 1dari 40

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian strategi pembelajaran
Dalam kamus bahasa Indonesia “strategi” mempunyai beberapa arti, antara
lain:
Rencana yang cermat mengenai kegiatan
a. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran.
b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapai musuh dalam
kondisi yang menguntungkan.
c. Tempat yang baik menurut siasat perang.
Dalam dunia pendidikan, menurut J.R David dalam buku Wina
Sanjaya (2006:126) strategi bisa diartikan sebagai a plan, method, or series
of activities designed to achieves a particular education goal. Jadi strategi
pembelajaran adalah sebuah perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Wina Sanjaya (2007) “Strategi pembelajaran ialah pola umum
perbuatan guru-peserta didik di dalam perwujudan kegiatan belajar-
mengajar”. Sifat pola umum maksudnya macam dan urutan perbuatan yang
dimaksud nampak dipergunakan dan/atau dipercayakan guru-peserta didik di
dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Sehingga strategi menunjuk
kepada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di dalam
peristiwa belajar-mengajar.
Bisa juga dikatakan bahwa strategi pembelajaran adalah rencana dan
cara mengajar yang akan dilakukan guru dengan menetapkan langkah-langkah
utama mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang akan dicapai dan telah
digariskan.
Jadi, strategi pembelajaran merupakan serangkaian rencana kegiatan yang
termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya atau kekuatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran
didalamnya mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran
secara spesifik.
Strategi pembelajaran memiliki beberapa kegunaan dan manfaat
diantaranya adalah siswa terlayani kebutuhannya mengenai belajar cara
berfikir dengan lebih baik. Juga membantu guru agar memiliki gambaran
bagaimana cara membantu siswa dalam kegiatan belajarnya.
Hal ini dikarenakan siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan,
motivasi untuk belajar, keadaan latar belakang sosio budaya dan tingkat
ekonominya. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan dan hasil
belajar siswa untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan dan sikapnya.
Jadi, kegunaan strategi adalah memberikan rumusan acuan kegiatan
belajar mengajar untuk memperoleh pengalaman belajar yang inovatif
mengenai pengetahuan dan kemampuan berfikir rasional dalam menyiapkan
siswa memasuki kehidupan dalam masa dewasa.
Sedangkan Kozma dalam buku Wina Sanjaya (2007) menyatakan
“Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya
tujuan pembelajaran tertentu”.
Ada dua hal yang patut kita dicermati dari pengertian di atas. Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam
pembelajaran.Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi
disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu,
“sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat
diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu
strategi” (Wina Sanjaya 2006:126).
Adapun pengertian strategi pembelajaran “Pendidikan Agama Islam
adalah suatu strategi yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum
dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama dan prosedur-prosedur
yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan-bahan tersebut untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien” (Wina Sanjaya 2008:186).
2. Macam-macam strategi pembelajaran
a. Strategi pembelajaran berorientasi aktivitas peserta didik
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan.
Rowntree dalam buku Wina Sanjaya mengelompokkan ke dalam
strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning, dan
strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual
atau groups-individual learning.
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada
peserta didik dalam bentuk jadi, dan peserta didik dituntut untuk
menguasai bahan tersebut. Roy Killen dalam buku Wina Sanjaya
menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung (direct
instruction). Mengapa dikatakan strategi pembelajaran langsung? sebab
dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada peserta
didik, peserta didik tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban
peserta didik adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian,
dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampai informasi.
”Berbeda dengan strategi discovery, dalam strategi ini bahan pelajaran
dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui berbagai
aktifitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan
pembimbing bagi peserta didiknya, karena sifatnya yang demikian
strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung”
(Wina Sanjaya, 2008:128).
Strategi belajar individual dilakukan oleh peserta didik secara
mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran peserta
didik sangat ditentukan oleh kemampuan individu peserta didik yang
bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya
didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini
adalah belajar melaui modul, atau belajar bahasa melaui kaset audio.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar
kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok peserta didik diajar
oleh seorang atau beberapa orang guru.Bentuk belajar kelompok itu bisa
dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal, atau
bisa juga peserta didik belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi
kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap
individu dianggap sama. Oleh karena itu, “belajar dalam kelompok
dapat terjadi peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi akan
terhambat oleh peserta didik yang memiliki kemampuan biasa-biasa
saja, sebaliknya peserta didik yang memiliki kemampuan kurang akan
merasa tergusur oleh peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi”
(Wina Sanjaya, 2006:129).

b. Strategi pembelajaran ekspositori


Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian secara verbal dari seorang guru
kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik
dapat menguasai materi materi pelajaran secara optimal. “Terdapat
beberapa karakteristik strategi ekspositori. Pertama, dilakukan dengan
cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, orang sering
mengidentikkannya dengan ceramah. Kedua, biasanya yang disampaikan
adalah materi yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep
tertentu yang perlu dihafal sehingga tidak menuntut peserta didik untuk
berfikir ulang. Ketiga, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan
materi pelajaran itu sendiri” (Wina Sanjaya, 2006:179).
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini adalah :
1) Metode ceramah
Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada
waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula.
dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian
terhadap suatu masalah, karena itu cara tersebut sering juga disebut
dengan metode kuliah, sebab ada persamaan guru mengajar dengan
seorang dosen/mahaguru memberikan kuliah kepada mahapeserta
didik-mahapeserta didiknya.
“Dalam metode ceramah ini, murid duduk, melihat dan mendengarkan
serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru adalah benar, murid
mengutip ihtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan
menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang
bersangkutan” (Zakiah Daradjat, 2008:289).
2) Metode demontrasi
Guru memperagakan materi apa sedang dipelajari kepada peserta didik
dengan menyangkutkan kegiatan sehari-hari, sehingga peserta didik
lebih memahami.

c. Strategi pembelajaran inkuiri


Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan Tanya jawab antara guru dan peserta didik.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran
inkuiri. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta
didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi
inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Kedua,
seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Ketiga,
tujuan dari penggunaan strategi inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Wina Sanjaya,
2006:196).
Strategi ini menggunakan metode yang relevan diantaranya :
1) Metode diskusi
Menurut Nasir A. Baki (2012:158), kata “diskusi” berasal dari bahasa
latin, yaitu”discussus” yang berarti “to examine”. discussus terdiri
dari akar kata “dis” artinya terpisah. sementara “cuture” artinya
menggoncang atau memukul. secara etimologi “discuture” berarti
suatu pukulan yang memisahkan sesuatu, atau dengan kata lain
membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkannya atau
menguraikannya. Memecahkan atau menguraikan sebagaimana
tersebut diatas bermakna mencari jalan keluar dari apa yang dihadapi.
2) Metode pemberian tugas
Metode resitasi atau penugasan adalah “metode penyajian bahan
dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik
melakukuan kegiatan belajar.misalnya tugas yang dilaksanakan
peserta didik dapat dilakukan di dalam kelas, dihalaman sekolah,
dilaboratorium, diperpustakaan, dibengkel, dirumah peserta didik atau
dimana saja asal tugas itu dapat dilaksanakan. Metode ini diberikan
karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu
terbatas.Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas batas waktu yang
ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk
mengatasinya” (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:84).
3) Metode eksperimen
“Metode eksperimen atau percobaan adalah cara penyajian
pelajara dimana peserta didik melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam
proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini peserta didik
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek,
keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, peserta didik dituntut
untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang
dialaminya” (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:88).
4) Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pelajaran yang harus dijawab, terutama dari guru kepada
peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru. metode
Tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses
pendidikan, baik dilingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah
(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:82).
5) Metode latihan
Metode latihan disebut juga metode training, merupakan suatu
cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan
yang baik. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk
memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan
keterampilan (Wina Sanjaya,2006:215)
d. Strategi pembelajaran berbasis masalah (problem solving)
Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama
dari strategi pembelajaran berbasis masalah. Pertama, merupakan
rangkaian aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan oleh peserta
didik. Kedua, diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Ketiga,
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2006:215)
Metode pembelajaran yang tepat untuk menggambarkan strategi
ini adalah:
1) Metode problem solving
Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berfikir sebab dalam metode
problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang
dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

2) Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran
dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis
sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Disini
peserta didik melakukan diskusi tentang suatu masalah yang
diberikan oleh guru, sehingga peserta didik menjadi aktif.
e. Strategi pembelajaran cooperative
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan saling
ketergantungan antar peserta didik, sehingga sumber belajar bagi peserta
didik bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesame peserta didik.
Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Martinis
Yamin dan Bansu I. Ansari (2009:74) adalah sebagai berikut:
1) Peserta didik belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai
ketuntasan belajar.
2) Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
3) Diupayakan agar dalam setiap kelompok peserta didik terdiri atas
suku, ras, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda.
4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
individual
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:86)
Strategi ini menggunakan beberapa metode pembelajaran yang relevan,
diantaranya:
a. Metode tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian
materi melalui penugasan peserta didik untuk melakukan suatu
pekerjaan. Disini guru memberikan suatu tugas kepada peserta
didik untuk diselesaikan oleh peserta didik, sehingga peserta didik
menjadi aktif
b. Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran
di mana peserta didik melakukan aktivitas percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.
Jadi metode ini dalam strategi pembelajaran merangsang peserta
didik untuk melakukan suatu aktivitas aktif yang berdasarkan
pengalaman yang ia alami.
c. Metode karya wisata
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar peserta didik perlu
diajak keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek
yang lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau
memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataan. Karena itu,
dikatakan tekhnik karyawisata adalah cara mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajar peserta didik kesuatu tempat atau
objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, bengkel mobil, took serba
ada, peternakan, perkebunan, museum dan sebagainya.

f. Strategi pembelajaran kontekstual


Strategi pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ada 3 hal yang harus dipahami. Pertama, menekankan kepada
proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi. Kedua,
mendorong peserta didik agar dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Ketiga, mendorong
peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan (Wina
Sanjaya, 2006:255).
Metode pembelajaran yang tepat menggambarkan strategi ini,
diantaranya:
1) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu
proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan
lisan. dengan metode demonstrasi, proses penerimaan peserta didik
terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam, sehingga
membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga peserta didik
dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama
pelajaran berlangsung (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
2006:82-96)
2) Metode sosiodrama
Metode sosio drama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku
dalam hubungannya dengan masalah sosial. Tujuan yang diharapkan
dengan penggunaan metode sosio drama antara lain adalah:
a) Agar peserta didik dapat meghayati dan menghargai perasaan
orang lain.
b) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c) Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi
kelompok secara spontan.
d) Merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah
(Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:91)

B. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Guru
Dalam berbagai sumber baik kamus dijumpai pengertian guru secara
etimologi, yaitu orang yang mempunyai pekerjaan atau mata pencaharian
atau profesi mengajar. Bila dilihat dalam bahasa inggris, guru berasal dari
kata teach (teacher), yang memiliki arti sederhana person who occupation is
theaching others yang artinya guru adalah seorang yang pekerjaannya
mengajar orang lain (Mursidin, 2001:7).
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 yang dimaksud dengan
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengerahkan, melatih, menilai, dan mengevalusasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah (Afnil Guza, 2009:52).
Soeryo Subroto (2005:01), memberikan definisi , pendidik adalah
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba
allah dan khalifah, dan mampu sebagai makhluk social, dan makhluk
individu yang mandiri”.
Dari pandangan diatas, penulis berpendapat bahwa guru adalah orang
dewasa yang berkecimpung di bidang pendidikan untuk membimbing dan
mendidik peserta didik untuk mencapai tingkat kedewasaan, sehingga
peserta didik memiliki bekal untuk hidup dilingkuan masyarakat, dan siap
menghadapi kehidupan di dunia maupun akhirat.

b. Pengertian Pendidikan Agama Islam


Dalam Konferensi Internasional Pendidikan Islam pertama (First
World Conferense on Muslim Education) yang diselenggarakan oleh King
Abdul Aziz University Jeddah pada tahun 1977, belum berhasil merumuskan
definisi yang jelas dan disepakati tentang pengertian pendidikan menurut
ajaran islam. Pada bagian Rekomendasi, para peserta hanya membuat
kesimpulan, bahwa pengertian atau definisi pendidikan menurut islam adalah
keseluruhan pengertian yang terkandung alam istilah ta’lim, tarbiyah dan
ta’dib.
Berdasarkan pengetahuan ini, al-Attas mendefinisikan pendidikan
menurut islam sebagai pengenalan dan pengetahuan yang secara berangsur-
angsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi
segala sesuatu didalam tatanan wujud sehingga hal ini membimbing kearah
pengenalan dan pengakuan kedudukan Tuhan yang tepat dalam tatanan
wujud tersebut. Pengertian singkat tersebut menjelaskan bahwa pendidikan
menurut islam adalah usaha agar manusia mengenali kedudukan tuhan dalam
kehidupan ini.
Sedangkan secara termonologis, para ahli pendidikan islam memiliki
cara yang beragam dalam memberikan makna at-tarbiyah, diantaranya
adalah:
1) Menurut Athiyah al-Abrashi, at-tarbiyah adalah upaya mempersiapkan
individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, kebahagiaan hihup,cinta
tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, sistematika dalam
berpikir,tajam berperasaan, giat dalam berkreasi, toleransi pada yang
lain, berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis dan lisan, serta
terampil dan berkreatifitas.
2) Al-Qasimi menyatakan bahwa makna at-tarbiyah adalah penyampaian
sesuatu sampai pada batas kesempurnaan yang dilakukan secara
bertahap.
3) Menurut al-Barusawi, at-tarbiyah adalah proses pemberian nafsu
dengan berbagai kenikmatan, pemeliharaan hati nurani dengan berbagai
kasih sayang, bimbingan jiwa dengan hukum-hukum syari’ah, serta
pengarahan hati nurani dengan berbagai etika kehidupan dan
penerangan rahasia hati dengan hakekat pelita
4) Menurut al-Ghalayani,at-tarbiyah adalah penanaman etika yang mulia
pada jiwa anak yang sedang tumbuh dengan cara memberi nasehat,
sehingga ia memiliki potensi-potensi dan kompetensi-kompetensi jiwa
yang mantap yang dapat membuahkan sifat-sifat bijak, baik, cinta akan
kreasi dan berguna bagi tanah airnya.
Dari ketiga pengertian pendidikan islam di atas bila dikaji secara
mendalam sebenarnya hanya berbeda dalam hal penekanan atau
pengutamaannya saja. Kata at-tarbiyah, mempunyai pengertian pendidikan
yang memberikan penekanan dimasa anak-anak dan juga mencakup dalam
hal pemeliharaannya, terutama pemberian nafkah, mencukupi kebutuhan
hidupnya. Kemudian ta’lim merupakan pendidikan yang memfokuskan pada
transformasi keilmuan, baik berupa sains, teknologi, ilmu-ilmu social,
pengetahuan budaya ataupun ilmu-ilmu keagamaan. Sedangkan
pembentukan perilaku seseorang lebih ditekankan pada pengertian yang
diambil dari kata ta’dib. Dengan kata lain, pendidikan seseorang sehingga ia
menjadi beradab, mempunyai sopan santun dan berakhlak mulia.
Pendidikan islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan
hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran islam . pendidkan islam juga bisa diartikan
bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam
dengan himah mengarahkan, mengajarkan, melatih mengasuh dan
mengawasi berlakunya semua ajaran islam.
Menurut Marimba dalam Abdul Aziz (2010:5-9), sebagaimana dikutip
Bawani, pendidikan islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan
hukum-hukum agam islam.
Dalam Enclyclopedia education, pendidikan agama diartikan sebagai
suatu kegitan yang bertujuan yang bertujuan untuk menghasilkan orang
beragama. Dengan demikian perlu diarahkan kepada pertumbuhan moral dan
karakter. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan
tentang agama saja, akan tetapi disamping pengetahuan tentang agama saja,
akan tetapi disamping pengetahuan agama, mestilah di tentukan pada
Feeling attituted, personal idial, aktifitas, kepercayaan.
Abd Rahman Saleh, pendidikan agama adalah usaha berupa bimbingan
dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya
dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam serta
menjadikannya sebagai way of life (jalan kehidupan)
Menurut penulis bahwa pengertian pendidikan agama adalah usaha
untuk membimbing kea rah pertumbuhan kepribadian sesuai dengan ajaran
islam, sehingga terjalain kebahagian dunia dan di akherat (Ahmad Fatoni,
2004:15-16).
Merujuk uraian diatas tentang pendidikan dan uraian yang
mendukungnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka
pendidikan islam adalah proses bimbingan dari seseorang kepada orang lain
agar ia berkembang secara maksimal, sesuai dengan ajaran islam yang
bersumber dari al-qur’an dan al-sunnah serta pengembangan pemahaman
kedua sumber tersebut berdasarkan kepada pikiran (ra’yu) dan ijtihad (Abdul
Aziz, 2010:9).
Dasar ideal pendidikan islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah
dan sunnah Rasulullah saw. Kalau pendidian dibaratkan bangunan, maka isi
Al-Qur’an dan hadist-lah yang menjadi pondamennya.
Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam islam kebenarannya tidak
dapat diragukan lagi. Sedangkan sunnah Rasulullah yang dijadikan landasan
pendidikan Agama Islam adalah merupakan perkataan, perbuatan atau
pengakuan Rasulullah saw dalam bentuk isyarat.
Yang dimaksud dengan pengakuan dalam bentuk isyarat ini adalah
suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat atau orang lain dan rasulullah
membiarkan saja, dan perbuatan atau kegiatan serta kejadian itu terus
berlangsung. Dan Allah berfirman dalam Q.S Al Azhab: 71

_____________________________________________________________
_____________________________________________________________

Artinya: niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan


mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang maha agung.
Ayat tersebut tegas sekali mengatakan, bahwa apabila manusia telah
mengatur seluruh aspek kehidupannya (termasuk pendidikannya) dengan
kitab Allah dan Rasul-Nya, maka bahagialah hidupnya dengan sebenar-
benarnya bahagia baik didunia maupun diakhirat nanti.
Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan agama islam dan
sekaligus sebagai sumbernya adalah Al-Qur’an dan Hadist. (Abdul Aziz,
2010:43-44).
Sehubungan dengan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh al-qur’an
tersebut, Muhammad Munir Mursyi menawarkan beberapa konsep tujuan
pendidikan islam dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
a. Membentuk kebahagian hidup manusia yang hakiki baik didunia dan
akhirat
b. Menumbuhkan manusia yang mau beribadah dan takut kepada allah
c. Memperkuat dan memperkokoh solidaritas diantara umat islam.
Sedang menurut M. Athiyah al-Abrasyi, tujuan pendidikan islam yang
utama adalah pembentukan budi pekerti yang utama dan sempurna, tidak
mengabaikan pendidikan jasmani, akal, perasaan, keimanan dan kepribadian
muslim yang integral.
Lain halnya dengan Imam Ghazali, bahwa tujuan pendidikan islam
adalah pendekatan diri kepada Allah, mencari ilmu dan membentuk akhlak
karimah, sehingga beliau mengajarkan kepada pelajar di dalam menuntut
ilmu supaya berniat yang baik, yaitu mendekatkan diri kepada Allah bukan
agar jadi pemimpin dan bermegah-megah di dalam dunia.
Adapun fungsi pendidikan islam secara singkat adalah menyediakan
segala fasilitas yang dapat memungkinkann tugas pendidikan islam tersebut
tercapai dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti tujuaan yng
bersifat structural dan institusiaonal. Adapun tugas pendidikan islam adalah
membantu pembinaan anak didik pada ketaqwaan dan akhlak karimah yang
dijabarkan dalam pembinaan kompetensi enam aspek keimanan, lima aspek
keislaman dan multi aspek keihsanan. Selain itu tugas pendidikan juga
mempertinggi kecerdasn dan kemampuan dalam memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi beserta manfaat dan implementasinya yang dpat
meningkatkan kualitas hidup. Jelasnya, tugas ini diharapkan dapat
menumbuhkan kreativitas anak didik, melestarikan nilai-nilai serta
membekali kemampuan produktivitas pada anak didik (Triyo Supriyanto,
2009:11-15).

c. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam


Dalam konteks pendidikan islam “guru” sering disebut dengan kata-kata
“murobbi, mu’allim, mudarris, mu’addib dan mursyid” yang dalam
penggunaannya mempunyai tempat tersendiri sesuai dengan konteksnya dalam
pendidikan. Yang kemudian dapat mengubah makna walaupun pada esensinya
sama saja. Terkadang istilah guru disebut melalui gelarnya seperti istilah “al-
ustadz dan asy-syaikh”.
Muhaimin sebagaimana yang dikutip oleh abdul Mujib telah memberikan
rumusan yang tegas tentang pengertian istilah diatas dalam penggunaanya
dengan menitikberatkan pada tugas prinsip yang harus dilakukan oleh seorang
pendidik (guru). Untuk lebih jelasnya dibawah ini kami kutip secara utuh
pendapat beliau dalam membedakan penggunaan istilah tersebut yaitu:
a. Murobbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu untuk berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil
kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan
alam sekitar (lingkingannya)
b. Mu’alim adalah orang-orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya didalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer
ilmu pengetahuan, internalisasi, serta implementasinya (alamiah nyata).
c. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi
serta memperbaharui pengetahuan atau keahliannya secara berkelanjutan,
dan berusaha mencerdaskan anak didiknya, memberantas kebodohan mereka
serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
d. Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradapan yang berkualitas dimasa
kini maupun masa yang akan datang.
e. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi
dirinya atau menjadi pusat anutan, suri tauladan dan konsultan bagi peserta
didiknya dari semua aspeknya.
f. Ustadz adalah orang-orang yang mempunyai komitmen dengan
profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen
terhadap mutu proses dan hasil kerja yang baik, serta sikap yang countinious
improvement (kemajuan yang berkesinambungan) dalam melakukan proses
mendidik anak (Mursidin, 2013:7-13).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas baik secara bahasa maupun
istilah, guru dalam islam dapat dipahami sebagai orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik. Dimana tugas seorang guru dalam
pandangan islam adalah mendidik yakni dengan mengupayakan perkembangan
seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun
potensi psikomotorik. Guru berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab
dalam memberi pertolongan pada anak didik agar anak memperoleh alam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri, mampu memahami tugasnya sebagai hamba/khalifah
allah, dan juga sebagai makhluk social maupun sebagai makhluk individu yang
mandiri.
Sementara itu Al-Ghazali, yang mempunyai pandangan yang berdeda
dengan dengan kebanyakan dari para ahli filsafat pendidikan, beliau juga
mengemukakan pendapatnya. Beliau memandang bahwa guru didalam
mengajar dan memberikan pelajaran atau menyampaikan suatu ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya, hendaklah dilakukan dengan hikmah, arif
dan penuh bijaksana. Pada kahehatnya tujuan pendidikan yang penting adalah
pembinaan keagamaan dan akhlak karimah. Bahkan membentuk moral yang
tinggi dan akhlak mulia bagi anak didik dalam pandangan para ulama dan
sarjana muslim yang dijadikan sebagai tujuan utama pendidikan, sehingga
mereka berusaha menanamkan kedalam jiwa para penuntut ilmu, membiasakan
mereka berpegang pada moral yang tinggi.
Hakekat guru menurut pandangan Al-Ghazali, dilihat dari segi misinya
adalah orang yang mengajar dan mengajak anak didik untuk taqarrub pada allah
dengan mengerjakan ilmu pengetahuan serta menjelaskan kebenaran pada
manusia. Kedudukan manusia yang punya profesi sebagai guru seperti ini
sejajar dengan Nabi, atau termasuk dalam tingkat nabi. Beliau sangat
menganjurkan untuk gemar memberikan ilmunya kepada orang lain, jangan
sampai ilmu hanya untuk dirinya sendiri (Mursidin, 2013:11).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas baik secara bahasa maupun
istilah, penulis berpendapat bahwa guru pendidikan agama islam adalah seorang
pendidik yang mengajarkan ajaran islam untuk mencapai keseimbangan jasmani
maupun rohani untuk mengubah tingkah laku individu sesuai dengan ajaran
islam dan membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan serta
membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Tugas Guru Pendidikan Agama islam


Pada dasarnya peranan guru agama islam dan guru umum itu sama, yaitu
sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada
anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu
pengetahuan yang lebih luas lagi.
Dalam masyarakat Indonesia, guru memegan peranan yang sangat strategis
terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan
kepribadian dan nilai-nilai yang di inginkan. Peranan guru masih dominan
meskipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran
berkembang amat cepat. Hal ini disebabkab karena ada dimensi-dimensi proses
pendidikan, atau lebih khusus lagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru
yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Fungsi guru tidak akan bisa seluruhnya
dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya.
Sehubungan dengan hal itu, tenaga pendidik (guru) haruslah disiapkan
untuk memenuhi layanan interaksi dengan siswa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba allah. Disamping itu, ia mampu sebagai
makhlik social dan makhluk individu yang mandiri.
Dapat ditarik kesimpulan yang utama tugas rasullah selain Nabi, juga
sebagai pendidik (guru). Oleh karena itu, tugas menurut ayat tersebut adalah:
a. Penyucian, yakni pengembangan, pembersihan, dan mengangkatan jiwa
kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar
tetap berada pada fitrah.
b. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal
dan hati kaum muslim agar mereka merealisasikannya dalam tingkah laku
kehidupan (Cicih Sutarsih, 2012:5-7).
Jadi jelas bahwa tugas guru dalam islam tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi
juga sebagai norm dragger (pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat.
Mengingat begitu pentingnya peranan hubungan antar guru dan peserta didik dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran, maka guru dituntut untuk mampu
menciptakan hubungan yang positif. Guru dituntut untuk menciptakan suasana
yang kondusif agar siswa bersedia terlibat sepenuhnya pada kegiatan pembelajaran.
Menurut Cici Sutarsih , (2012:5-7) ada lima fungsi guru dalam proses
pembelajaran, yaitu sebagai:
a. Manajer dalam pembelajaran, seorang guru pada hakekatnya berfungsi untuk
melakukan semua kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka
pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijaksanaan umum yang telah
ditentukan. Dengan demikian guru bertugas merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengontrol kegiatan belajr siswa.
b. Fasilitator, seorang guru berfungsi untuk memberikan kemudahan
(kesempatan) kepada peserta didik untuk belajar. Guru tidak lagi merangkap
sebagai satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik, namun guru berperan
penting untuk dapat menunjukkan sumber-sumber belajar lain kepada peserta
didiknya.
c. Moderator, guru bertugas mengatur, mengarahkan, mendorong dan
mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Guru merupakan motor atau daya
penggerak dari semua komponen pembelajran guna mencapi tujuan yang telah
ditentukan.
d. Motivator, guru harus bisa memotivasi siswa, menciptakan lingkungan dan
suasana yang mendorong siswa untuk mau belakar dan memiliki keinginan
untuk belajar secara kontinu,
e. Evaluator, guru bertugas mengevaluasi (menilai) proses belajar mengajar dan
memberikan umpan balik hasil ( prestasi) belajar siswa, baik aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotorik.
Secara umum guru bertugas mendidik anak baik agar tercipta
perkembangan dalam diri anak didiknya secara maksimal sesuai dengan nilai-nilai
islam. Kerana pada dasarnya guru adalah director of learning , yakni orang yang
harus mengarahkan kegiatan belajar siswa sehingga rencana pembelajarn bisa
tercapai secara baik.
Peters, mengemukakan ada tiga tugas dan tanggung jawab pokok seorang
guru, yakni: sebagai pengajar, sebagai pembimbing dan sebagai administrator
kelas. Sementara itu Amstrong juga membagi tugas dan tanggung jawa guru
menjadi lima yaitu: dalam pengajaran, bimbingan, dalam pengembangan
kurikulum, dalam pengembangan profesi dan didalam membina hubngan
masyarakat.
Menurut Al-Ghazali, tugas pendidik yang paling utama itu adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia
untuk bertaqarrub kepada Allah SWT. Hal tersebut karena pendidikan adalah
upaya untuk mendekatkan diri kepada allah. Sejalan dengan itu Abdul Rahman al-
Nahlawi menyebutkan dua fungsi tugas pokok seorang guru, yaitu: pertama, fungsi
penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan pengembang fitrah
manusia, kedua, fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan dan
mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusi. Dalam hal
ini, tanggung jawab pendidik adalah mendidik individu supaya beramal sholeh dan
mendidik masyarakat untuk saling menasehati agar tabah dalam mengahadpi
kesusahan, beribadah kepada allah serta menegakkan kebenaran. Tanggung jawab
ini tidak hanya terbatas pada tanggung jawab moral guru terhadap anak didiknya
akan tetapi lebih jauh dari itu. Pendidik atau guru akan mempertanggung jawabkan
tugas yang dilaksanakannya dihadapan allah (Mursidin, 2013:13-27).
Berkaitan dengan tugas professional seorang guru tersebut, Al-Ghozali
menyebutkan beberapa hal sebagi berikut:
a. Guru ialah orang tua kedua didepan anak didik
Seorang guru yang menyampaikan ilmu kepada anak didik akan berhasil
melaksanakan tugasnya apabila mempunyai rasa tanggungb jawab dan kasih
sayang terhadap anak didiknya sebagaimana orang tua terhadap anak sendiri,
artinya guru mempunyai kepedulian tinggi menyelamatkan anank didiknya dari
siksa neraka. Hal ini sebenarnya lebih penting dari pada penyelamat an yang telah
dilakukan orang tua terhadap anaknya dari panas api dunia. Karena itu hak guru
lebih besar dari orang tuanya kerena, orangtua penyebab kelahiran anak, sementara
guru menjadi penyebab abak selamat di kehidupan abadi.

b. Guru sebagai penerus Ilmu Nabi


Hendaknya guru mengikuti jejak Rasulullah SAW, maka tidak mencari
uapah, balasan dan terima kasih. Tetapi mengajar karena allah dan mencari
kedekatan diri kepada-Nya. Stetment ini dapat diartikan bahwa guru harus ikhlas.
Tetapi kreteria ikhlas itu bukan hanya bersih dari tujuan lain selain allah,
sebagaimana dinyatakan Al-Ghazali lebih lanjut:
yang disebut orang yang ikhlas ialah orang yang didalam bekerja atau beramal dan
semua aktivitas yang berniali ibadah itu tidak ada motivasi lain kecuali mencari
kedekatan diri kepada allah. Gaji yang diperoleh seorang guru dalam menjalankan
profesinya adalah tercela atau diharamkan sebagaimana yang dikecam oleh Imam
Al- Ghozali itu, adalah apabila al-quran dijadikan sebagai alat untuk mencari rezeki
bahkan apabila profesi tersebut merupakan satu-satunya tujuan mengajar (dari
seorang guru) yakni hanya untuk mencari nafkah dan mencukupi segala kebutuhan
rumah tangganya, jika tidak dengan motif atau niat seperti tersebut pada prinsipnya
beliau membolehkan seorang guru untuk memperoleh upah atau gaji.

c. Guru sebagi petunjuk jalan dan pembimbing keagamaan anak didik


Berdasarkan keikhlasan dan kasih sayangnya itu, guru selanjutnya sebagi petunjuk
jalan bagi anak didik dalam mempelajari dan mengkaji pengetahuan dalam
berbagai disiplin ilmu. Guru tudak segan-segan memberikan pengarahan secara
runtut, setahap demi setahap. Juga tidak lupa memberi nasehat untuk meluruskan
niat, tujuan belajar tidak sekedar untuk meraih prestasi duniawi, tetapi yang lebih
penting adalah untuk mengembangkan ilmu, menyebarluaskannya dan
mendekatkan diri kepada Allah.

d. Guru sebagai motivator bagi anak didik


Seorang guru yang tidak dapat menciptakan situasi kondisi dan kondisi sedemikian
rupa sehingga anak didik senang belajar, mengetahui tujuannya dan menyadari
hakikat belajar, yakni sebagai bekal hidup berarti ia dalam melaksanakan tugasnya
telah mengalami kegagalan. Oleh karena itu seorang guru haruslah pandai dalam
mendorong anak didiknya.

e. Guru sebagai teladan bagi anak didik


Pada uraian diatas kita mengetahui bahwa kedudukan guru sejajar dengan nabi,
tentunya dalam hal misi yang diemban yaitu menyebarluaskan ilmunya dengan
tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Dlam diri seorang nabi dijadikan oleh Allah
memiliki perilaku dan teladan yang baik, apa yang disabdakan selalu sama dengan
apa yang ada dalam hatinya. Seorang guru seharusnya demikian pula di dalam
mengamalkan pengetahuannya, ia bertindak sesuai dengan apa yang telah di
nasehatkan pada anak didiknya (Mursidin, 2013:13-27).
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwasannya seorang guru mempunyai
tugas dan tanggungjawab yang besar khususnya guru pendidikan agama islam,
tugas guru pendidikan agama islam tidak hanya mengajarkan materi-materi agam
saja tetapi juga sebagai teladan dan juga pembawa norma bagi anak didiknya dan
juga sebagai orang tua kedua bagi anak didiknya.

3. Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam


Dalam islam guru merupakan orang yang menjadi panutan dan tauladan bagi
anak didiknya. Oleh karena itu guru agama islam hendaknya mempunyai
kepribadian yang baik dan juga mempunyai kemampuan yang baik pula.
Untuk mewujudkan pendidikan yang professional, dapat mengacu pada
tuntunan Nabi SAW, karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil
dalam rentang waktu yang begitu singkat, sehingga diharapkan dapat mendekatkan
realitas (pendidik) dengan yang ideal (Nabi SAW)
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai cirri-ciri pribadi yang
mereka miliki. Cirri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dan guru lainnya.
Kepribadian adalah factor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seotang
guru sebagai pengembang sumber daya manusia. Karena disamping ia berperan
sebagai pembimbing dan pembantu juga berperan sebagai panutan.
Mengenai pentingnya kepribadian guru seorang psikologi terkemuka
professor doctor Zakiah Darajat dalam Muhibbin Syah (2009:225) menegaskan :
“kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
membina yang baik bagi anak didiknya. Atukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi hari depan anak didik yang masih kecil (Tingkat Sekolah Dasar)
dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Oleh karena itu setiap calon guru dan calon professional sangat diharapkan
memahami bagaimana karakteristik (cirri khas) kepribadian dirinya yang
diperlukan sebagai panutan para siswanya.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis
dan fisik. Dalam maknademikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang
merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang tua, asal dilakukan secara sadar.
Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadian.
Lebih lagi bila seseorang guru, masalah kepribadian merupakan factor yang
menetukan terhadap keberhasilan melakukan tugas sebagai pendidik.
Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang taat dijadikan profil
dan idola, seluruh kehidupannya adalah figure yang paripurna. Karena itu
kepribadian adalah masalah yang sangat sensitive sekali. Penyatuan kata dan
perbuatan dituntut dari guru, bukan lain perkataan dengan perbuatan. Guru adalah
mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik, anak didikpun menjadi baik.
Tidak ada seorang guru yang bermaksud menjerumuskan anak didiknya kelembah
kenistaan (Syaiful Bahri Jamarah, 2000:41).
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya merupakan penampilan lain
dari kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil guru adalah contoh teladan
yang sangat penting dalam pertumbuhannya. Guru adalah orang pertama sesudah
orang tua yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Kalau tingkah
laku atau akhlak guru tidak baik, pada umumnya akhlak anak didik akan merusak
olehnya, karena anak akan mudah terpengaruh oleh orang yang dikaguminya atau
dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas atau terganggu jiwa karena ia
menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan dengan contoh selam ini
didapatnya dirumah dari orang tuanya.
Sikap guru terhadap agama juga merupakan salah satu penampilan
kepribadian guru yang acuh tak acuh kepada agama akan menunjukkan sikap yang
dapat menyebabkan anak didik terbawa pula kepada arus tersebut, bahkan kadang-
kadang menyebabkan terganggunya jiwa anak didik.
Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan
penampilan kepribadian lain yang mempunyai pengaruh terhadap anak didik.
Termasuk juga dalam masalah kepribadian guru itu, sikap dan pandangan guru
terhadap fungsinya bagi anak didik.
Jadi kepribadian guru adalah unsure yang menetukan keakraban hubungan
guru dengan anak didik. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan
perbuatan dalam membina Akhlak Karimah dan membimbing anak didik.

4. Kompetensi Guru Pendidikan Islam


Untuk dapat menjadi guru yang professional bukan persoalan yang gampang,
tidak hanya sekedar bisa menyampaikan pelajaran di kelas, tetapi juga ia harus
memiliki barbagai komptensi keguruan yang harus menjadi satu kepribadiannya.
Kompetensi dasar (basic competency) bagi guru ditentukan oleh tingkat
kepekaan potensi diri dan tingkat kecenderungan yang dimiliki oleh guru terhadap
pendidikan. Potensi dasar tersebut merupakan potensi milik individu sebagai factor
bawaan yang dapat saja tumbuh dan berkembang, apabila mau melakukan proses
pengembangan diri atas anugerah dari allah swt yang telah diberikan-Nya.
W. Robert Houston mengemukakan definisi tentang kompetensi dengan
competence ordinarily is define is adequacy for a tast or as possesi on of require
knowledge, skill an abilities, Artinya suatu tugas yang memadahi atau pemilikan
penetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh sebiah jabatan
seseorang (Mursidin, 2011:33).
Menurut Barlow menyatakan bahwa, kompetensi guru adalah the ability to
responsibility perform has or ather duties appropriately, Artinya kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung
jawab dan layak.
Jadi, kompetensi guru dapat dipahami sebagai suatu kemampuan dan kewenangan
guru di dalam menjalankan profesi keguruannya, artinya guru yang kreatif dan
piawai dalam melaksanakan profesinya dapat dikatakan guru yang kompeten dan
professional.
Sementara, pendapat Wina Sanjaya yang dikutip dari pendapat Johnson
menyatakan bahwa competency as rational performance which satisfactorily meets
the objective for a desired condition. Menurut Wina Sanjaya, kompetensi itu
merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan.
Dengan demikian suatu kompetensi tersebut ditunjukkan oleh adanya
penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam
upaya untuk mencapai tujuan. Seperti yang dikemukkan muhaimin dalam pola
pemahaman system tenaga kependidikan di Indonesia setidaknya ada tiga
kompetensi yang dapat membentuk tenaga kependidikan yang profesiomal.
Ketiganya merupakan kompetensi yang saling menunjang yaitu: pertama,
kompetensi personal (pribadi), kedua, kompetensi social (kemasyarakatan), ketiga,
kompetensi professional (keahlian), (Mursidin, 2011:34). Kompetensi keguruan
sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan
profesinya, secara umum mencakup tiga aspek yakni, aspek kognitif, afektif, dan
aspek psikomotorik. Seperti yang telah dikemukakan oleh Cooper bahwa ada
empat kompetensi guru, yaitu:
1. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia
2. Mempunyai pengetahuan serta menguasai materi bidang studi yang
disampaikan dihadapan anak didik
3. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan
bidang studi yang dibinanya
4. Mempunyai keterampilan teknik mengajar
Dalam melaksanakan pendidikan islam, siapa pun dapat menjadi pendidik,
dengan catatan ia memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih dari anak
didiknya, di samping itu ia harus pula mempunyai kemampuan didalam
mengimplementasikan nilai-nilai yang diajarkan dan bersedia menyampaikan
pengetahuannya pada orang lain. Namun demikian, untuk menjadi guru yang
professional ternyata masih diperlukan persyaratan yang lebih dari itu. Seorang
pendidik islam yang professional harus memiliki kompetensi-kompetensi yang
lengkap, diantaranya meliputi :
1. Penguasaan materi al-islam yang komprehensif dan berwawasan terutama pada
bidang yang menjadi tugasnya.
2. Pengausaan strategi ( pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan islam,
termasuk kemampuan evaluasinya.
3. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan
5. Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan penelitian agar bisa digunakan
dalam rangka pengembangan pendidikan islam
6. Memiliki kepekaan terhadap informasi
Namun, secara umum kompetensi yang harus dimiiki oleh pendidik muslim
agar dapat memperoleh hasil pendidikan yang maksimal adalah:
1. Kompetensi Personal Religius
Kompetensi merupakan kemampuan dasar yang menyangkut kepribadian
agamis seorang pendidik, artinya pada dirinya harus melekat nilai lebih sebagai
sesuatu yang akan ditrasinternalisasikan (pemindahan penghayatan nilai-nilai)
kepada anak didik. Sehingga anak didik benar-benar tahu dan melakukan seperti
yang ia lihat pada gurunya.
2. Kompetensi Sosial Religius

Kompetensi ini menyangkut kemampuan dasar yang berhubungan dengan


kepedulian terhadap masala-masalah social dimana seorang guru tinggal,
tentunya yang selaras dengan ajaran dakwah islam. Sikap gotong royong, tolong
menolong, persamaan derajat diantara manusia, sikap toleransi perlu dimiliki
oleh seorang pendidik dalam rangkan mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan pada anak agar ia mampu hidup dalam lingkungannya masing-
masing (Mursidin, 2011:35).
3. Kompetensi Profesional Religius
Kompetensi ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugas keguruan
secara professional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian di atas
beragamnya kasus serta mampu mempertanggungjawabkan berdasarkan teori
dan keahliannya dalam perspektif Islam
Dari uraian ilmu beserta aspek-aspeknya menurut Al-Ghazali seperti di
atas, dalam hubungannya dengan tugas dan tujuan hidup manusia, tampak disini
sikap pragmatis beliau dan perhatiannya terhadap segi kemanfaatan yang
dibutuhkan dalam mewujudkan tatanan kehidupan dunia untuk mencapai tujuan
hidup manusia bahagia dunia dan akhirat. Disamping itu juga akan berguna dalam
rangka untuk menetukan kompetensi seorang guru dalam kegiatan proses
pendidikan.
Berangkat dari uraian Al-gazali diatas, guru hendaknya mempunyai jenis-
jenis kompetensi yang meliputi sebagai berikut:
1. Kompetensi Pribadi
Kompetensi ini merupakan kemampuan pribadi yang memang harus dimiliki oleh
guru, antara lain meliputi sebagai berikut :
a. Mengembangkan kepribadian
b. Berinteraksi dan berkomunikasi
c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
2. Kompetensi Profesional ini meliputi hal-hal berikut:
a. Menguasai landasan pendidikan (islam)
b. Menguasai bahan pengajaran
c. Menyusun program pengajaran
d. Melaksanakan program pengajaran
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
Dari uraian tentang kompetensi guru diatas kiranya penulis dapat mengambil
kesimpulan dengan menyitir pendapat dari M. Arifin, bahwa kompetensi
pelaksanaan tugas guru sehari-hari akan mempunyai cirri pada tiga kemampuan
professional yaitu:
1. Kepribadian guru yang unik dapat mempengaruhi anak didik yang
dikembangkan secara kontiyu, sehingga guru terampil dalam tugasnya.
3. Pengausaan ilmu pengetahuan mengarah pada spesialisasi ilmu yang diajarkan
kepada anak didik,
4. Memiliki keterampilan dalam mengajarkan bahan pelajaran, baik perencaan
program maupun penggunaan metode untuk lebih menciptakan suasana yang
kondusif dalam belajar.
Dengan demikian kompetensi guru pendidikan islam adalah merupakan
landasan dalam mengabdikan profesinya. Guru yang professional tidak hanya
mengetahui, tapi betul-betul melaksanakan apa yang menjadi tugas yang
semestinya dikerjakan (Mursidin, 2011:36).

C. Konsep Akhlakul karimah


1. Pengertian Akhlak
Menurut Asmaran (2002:14) Akhlak merupakan salah satu tujuan dari
pendidikan agama Islam, karena akhlak adalah perbuatan manusia yang baik
yang harus dikerjakan dan perbuatan jahat yang harus dihindari dalam
pergaulan dengan Tuhan, manusia dengan makhluk (alam) sekelilingnya dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai dan moral.
Pengertian akhlak secara etimologi, perkataan akhlak berasal dari kata
Bahasa Arab jamak dari bentuk mufradnya “khuluqun” yang menurut lugah
diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan kata “khalqun” yang berarti
kejadian, serta erat hubungan dengan “khaliq” yang berarti pencipta dan
makhluq yang berarti yang diciptakan (Zahruddin AR, 2004:1).
Prof. Dr. Ahmad Amin (1991:1) mengemukakan pendapat bahwa:
Akhlak adalah ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia yang baik atau
yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil.
Tingkah laku atau akhlak seseorang adalah sikap seseorang yang
dimanifestasikan ke dalam perbuatan. Sikap seseorang mungkin saja tidak
digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilakunya sehari-
hari, dengan perkataan lain kemungkinan adanya kontradiksi antara sikap dan
tingkah laku. Oleh karena itu, meskipun secara teoritis hal itu terjadi tetapi
dipandang dari sudut ajaran Islam itu termasuk iman yang rendah.

2. Macam-Macam Akhlak
Adapun bentuk-bentuk akhlak terbagi 2 macam, yaitu akhlak mahmudah
(akhlakul karimah) dan akhlak mazmumah.
A. Akhlak Mahmudah
Menurut H. Abu Ahmadi dan Noor Salimi, (2008:206), Pengertian
akhlak pada intinya adalah daya jiwa yang dapat membangkitkan perilaku,
kehendak atau perbuatan baik dan buruk, indah dan jelek, yang secara alami
dapat diterima melalui pendidikan.Sedangkan mahmudah digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan yang
disukai oleh Allah swt, dengan demikian mahmudah lebih menunjukkan
kepada kebaikan yang bersifat batil dan spiritual. Akhlak mahmudah pada
prinsipnya merupakan daya jiwa seseorang yang memengaruhi perbuatannya
sehingga menjadi perilaku utama, benar, cinta kebajikan, suka berbuat baik,
sehingga menjadi watak pribadinya dan mudah baginya melakukan sebuah
perbuatan itu tanpa ada paksaan. Adapun diantara bentuk-bentuk akhlak
mahmudah antara lain:
1. Akhlak yang berhubungan dengan Allah swt
a. Mentauhidkan Allah swt
Mentauhidkan Allah swt adalah mempertegas ke-Esaan
Allah atau mengakui bahwa tidak sesuatu pun yang setara dengan
Zat, Sifat, Af’al dan Asma-Nya. Sesungguhnya akidah Islam
yang paling agung bahkan hakikat Islam yang paling besar dan
satu-satunya yang diterima oleh Allah swt, untuk hamba-hamba-
Nya, yang merupakan jalan menuju kepada-Nya, kunci
kebahagiaan, hidayah, tanda dan kewajiban utama bagi seluruh
hamba, kabar gembira yang di bawa oleh para Rasul dan Nabi
adalah ibadah hanya kepada Allah swt.
b. Taqwa kepada Allah swt
Takwa artinya menjalankan semua yang diperintahkan
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, takwa itu menyesuaikan
diri dalam hidup ini dengan kehendak dan keridhaan Allah swt,
berhati-hati dalam segala gerak-gerik, tindak tanduk dalam hidup
yang disesuaikan dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Jika hal
tersebut dapat dibuktikan oleh manusia dalam kehidupannya,
maka Allah akan curahkan rahmat-Nya, berkah-Nya dari langit
dan bumi. Oleh sebab itu, ketakwaan kepada Allah perlu
ditingkatkan karena dapat memberikan solusi terhadap manusia
dari segala permasalahan dalam hidupnya.
c. Zikrullah
Zikir secara bahasa adalah mengingat sesuatu, masdarnya
zakara artinya ingatan.Zikir memiliki tiga arti yaitu ingat, sebut,
dan ajaran. Maksud dengan kata-kata zikir dikalangan umat Islam
ialah mengingat Allah, menyebut nama Allah, mempelajari dan
membacanya. Zikir adalah ibadah yang sangat penting yang
dimulai dari Nabi Muhammad saw, sampai kepada sahabat-
sahabatnya, terus kepada tabi’ tabi’in hingga sekarang, dengan
alasan bahwa kesadaran dan pengakuan adanya Tuhan adalah
dasar pokok kebenaran dalam beragama (Mustafa Zahri:1976:20).
Zikir juga merupakan sarana terbaik yang dapat
menghidupkan hati dari kelalaiannya.Janganlah kamu menjadi
orang yang lalai terhadap Allah sehingga akhirnya hatimu
mati.Sebaliknya, gunakan sebahagian besar waktumu untuk
memenuhi hati dan meneranginya dengan berzikir, bertahlil,
bertasbih, bertahmid, dan beristigfar (Syeikh Muhammad Jamil
Jaho, 2002:18).

2. Akhlak diri sendiri

Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati


tempat yang penting sekali, baik secara individu maupun sebagai
masyarakat dan bangsa.sebab jatuh-bangun, jaya-hancur,
sejahtera-sengsara suatu bangsa tergantung kepada bagaimana
akhlak masyarakat dan bangsanya. Seseorang yang berakhlak
mulia, selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap
dirinya sendiri, yang menjadi hak dirinya. Diantaranya adalah:
a. Sabar: sabar adalah meninggalkan segala pekerjaan yang
digerakkan oleh hawa nafsu dan tetap pada pendirian agama,
yang mungkin bertentangan dengan kehendak hawa nafsu,
semata-mata karena menghendaki kebahagiaan dunia dan
akhirat (Mustafa Zahri, 1976:21) Kemudian bentuk kesabaran
yang harus dimiliki oleh manusia ada lima yaitu :
1) Sabar dalam menghadapi ujian kehidupan ( takut
melarat,kelaparan, penyakit, kekecewaan, dan kematian
orang-orang yang dicintainya).
2) Sabar dalam menghadapi ujian nafsu. Setiap saat manusia
dihadapkan kepada dorongan-dorongan negative dari
dalam dirinya, yang disebut dengan nafsu ammarah.
3) Sabar dalam beramal saleh. Ketika seseorang
melaksanakan amal kebajikan harus melaksanakan secara
ikhlas baik sebalum melakukan maupun sesudahnya.
4) Sabar dalam menyampaikan kebenaran. Saat
menyampaikan kebenaran sangatlah dibutuhkan kesbaran,
sebab bagaimanapun juga ketika disampaikan sebuah
kebenaran belum tentu semua orang akan menerimanya
dengan baik. Bahkan bisa jadi ia akan menolak, untuk itu
dibutuhkan kesabaran dalam menyampaikan kebenaran,
sebab tugas manusia hanya menyampaikan, sedangkan
persolan mau menerima atau tidak adalah urusan dia
dengan Allah.
5) Sabar dalam menghadapi berbagai karakter. Pada
prinsipnya manusia itu unik dan tidak satupun yang
mempunyai karakter yang persis sama (Kasmuri Selamat
dan Ihsan Sanusi, 2008:23).
b. Amanat: secara bahasa berarti titipan seseorang kepada orang
lain. Ketika seseorang dititipi maka harus dapat memelihara
dengan baik, artinya orang memiliki sifat amanat adalah orang
yang mempunyai sikap mental yang jujur, lurus hati, dan
dipercaya, jika ada yang dititipkan kepadanya dia bisa menjaga,
baik berupa harta benda, rahasia atau berupa tugas dan
kewajiban lainnya. Sehingga orang yang melaksanakan amanat
dengan baik maka ia sering disebut dengan al-amin yang
berarti dapat dipercaya, jujur, setia, aman (Kasmuri Selamat
dan Ihsan Sanusi, 2008:54)
c. Jujur: Jujur adalah adanya kesesuaian antara ucapan dengan
perbuatan. Ketika ada sesuatu yang diucapkan maka itulah
keadaan yang sebenarnya, sebaliknya jika ada sesuatu yang
ingin diperbuatmaka itulah yang ingin diperbuat dengan
sesungguhnya (Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, 2008:54)
d. Adil: Seorang muslim yang benar-benar sadar akan
mendapatkan petunjuk agama yang senantiasa adil dalam
memberikan keputusan, dia tidak akan pernah zalim dan
menyimpang dari kebenaran, apapun kondisi yang dihadapinya
(Muhammad Ali Al-Hasyimi, 1999:262).
e. Hemat: Hemat artinya menggunakan sesuatu yang tersedia
berupa harta benda, waktu, tenaga, menurut ukuran keperluan,
mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan
(Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, 2008:54)
f. Kasih sayang: Kasih sayang merupakan fitrah yang diberikan
Allah kepada manusia, sehingga dalam konteks ini Islam
menghendaki agar sifat kasih sayang selalu ditumbuh-
kembangkan, mulai kasih sayang dalam lingkungan keluarga
sampai pada lingkungan luas, bahkan termasuk kepada
tumbuhan dan hewan sekalipun (Kasmuri Selamat dan Ihsan
Sanusi, 2008:58)
g. Malu: Malu adalah kondisi objektif kejiwaan yang merasa tidak
senang, merasa rendah dan hina karena melakukan perbuatan
yang tidak baik. Sikap malu itu meliputi sikap malu kepada
Allah dan malu terhadap diri sendiri karena melanggar
peraturan-peraturan Allah swt (Kasmuri Selamat dan Ihsan
Sanusi, 2008:58).
h. Tawadhu (Rendah hati): Rendah hati itu tidak akan menambah
kepada seseorang tersebut kecuali ketinggian derajat dari Allah
swt karena itu bertawadhu’lah kalian, semoga Allah
meninggikan derajatmu (Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi,
2008:58).
i. Pemaaf: Pemaaf merupakan salah satu sikap mental yang suka
memberi maaf orang lain. Dalam hal ini seseorang tidak akan
merasa dendam, sikap mental ini adalah salah satu sikap mulia,
sehingga Allah sering memanggil agar setiap muslim
memberikan maaf, memaafkan tampaknya lebih mulia dari
meminta maaf (Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, 2008:58).

3. Akhlak terhadap keluarga


Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, permasalahan berbakti
kepada orang tua senantiasa dikaitkan dengan keimanan kepada
Allah, sedangkan durhaka terhadap keduanya selalu dikaitkan
dengan berbuat syirik terhadap-Nya. Tak heran bila sebagian
ulama menyimpulkan bahwa keimanan seseorang tidak akan
berarti selama dia tidak berbakti kepada kedua orang tuanya dan
tidak ada bakti kepada keduanya selama dia tidak beriman kepada
Allah (Rosihan Anwar, 2010:231)

4. Akhlak terhadap masyarakat


a. Berbuat baik terhadap tetangga
Tetangga adalah orang terdekat, dekat bukan karena
pertalian darah.Dekat disini adalah orang yang tinggal
berdekatan rumah dengan rumah kita. Ada atsar yang
menunjukkan bahwa tetangga adalah empat puluh rumah yang
berada disekitar rumah dari setiap penjuru mata angin.
Apabila ada khabar yang benar (tentang penafsiran tetangga)
dari Rasulullah itulah yang kita pakai. Rukun bertetangga
adalah bahagian daripada iman, tidaklah dianggap seseorang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kalau tetangganya tidak
merasa nyaman dan aman dari tetangganya yang lain. itulah
sehingga para ulama membagi tetangga menjadi tiga macam
yaitu:
1) Tetangga muslim yang masih mempunyai hubungan
kekeluargaan. Tetangga semacam ini mempunyai 3 hak,
sebagai tetangga, hak Islam dan hak kekerabatan.
2) Tetangga muslim saja, tetangga semacam ini hanya
mempunyai dua hak yaitu sebagai tetangga dan hak
Islam.
3) Tetangga kafir, tetangga semacam ini hanya mempunyai
satu hak yaitu hak tetangga saja (Rosihan Anwar,
2010:240)

b. Suka menolong orang lain


Dalam hidup ini setiap orang pasti memerlukan
pertolongan dari orang lain. Adakalanya karena sengsara dalam
hidup, penderitaan batin atau kegelisahan jiwa dan adakalanya
karena sedih setelah mendapat berbagai musibah. Orang
mukmin akan tergerak hatinya apabila melihat orang lain
tertimpa kerusakan untuk menolong mereka sesuai dengan
kemampuannya. Apabila tidak ada bantuan berupa benda, kita
dapat membantu orang tersebut dengan nasihat atau kata-kata
yang dapat menghibur hatinya.bahkan, sewaktu-waktu bantuan
jasa pun lebih diharapkan daripada bantuan lainnya (Rosihan
Anwar, 2010:243).
5. Akhlak terhadap alam
Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya dapat
dikembangkan, antara lain dengan memelihara dan menyayangi
binatang dan tumbuhan-tumbuhan, tanah, air, dan udara serta
semua alam semesta yang sengaja diciptakan Allah untuk
kepentingan manusia dan makhluk lainnya. Banyak sekali ayat-
ayat takwa yang berkenaan dengan tata hubungan manusia dengan
lingkungan hidupnya untuk memelihara alam, mencegah
perusakan, memelihara keseimbangan dan pelestariannya
(Mohammad Daud Ali, 2008:371). Akhlak terhadap bukan
manusia (lingkungan hidup) antara lain: a. sadar dan memelihara
kelestarian lingkungan hidup; b. menjaga dan memanfaatkan alam
terutama hewani dan nabati, fauna, dan flora (hewan dan tumbuh-
tumbuhan) yang sengaja diciptakan Tuhan untuk kepentingan
manusia dan makhluk lainnya; c. sayang pada sesama makhluk
(Mohammad Daud Ali, 2008:359).

B. Akhlak Mazmumah

Sedangkan akhlak mazmumah atau akhlak yang tercela


diantaranya:
1. Dengki: Kata hasad berasal dari bahasa Arab yang berarti iri
hati atau dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau
cemburu melihat orang lain beruntung atau mendapatkan
suatu kesenangan. Iri adalah salahsatu bentuk gangguan
mental. Dikatakan gangguan mental karena hati orang yang iri
senantiasa gelisah jika melihat orang lain mendapatkan suatu
kesenangan. Sering melihat orang lain senang semakin gelisah
pula hatinya (T. Ibrahim dan Darsono, 2009:122).
2. Riya’ adalah syirkul khafi (syirik yang samar), yaitu salah satu
dari dua bagian kemusyrikan .Riya’ adalah mencari pengaruh
dan penghormatan di hati makhluk untuk mendapatkan
pengaruh serta pujian mereka (Abdullah Zakiy Al-Kaaf,
2002:108-109).
3. Ujub (Bangga Diri). Adapun ‘ujub, takabbur serta sombong
merupakan penyakit hati yang sulit disembuhkan, yaitu orang
yang menganggap dirinya lebih atau paling bahkan paling
mulia, paling agung serta menganggap orang lain hina
(Abdullah Zakiy Al-Kaaf, 2002:109).

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah alur pikir yang logis dan buat dalam bentuk
diagram bertujuan menjelaskan secara garis besar pola substansi penelitian
yang akan di laksanakan. Kerangka pikir dibuat berdasarkan pertanyaan
penelitian (research question), dan mempresentasikan suatu himpunan dari
beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep atau variabel
tersebut.
Strategi pembelajaran guru pendidikan agama Islam dalam
meningkatkan akhlakul karimah peserta didik tidak terlepas dari landasan
teologis yakni al-Qur’an dan al-Hadis. Selain itu, juga didasarkan pada
landasan yuridis yakni Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional ( sisdiknas ), Undang-Undang RI Nomor 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen, peraturan pemerintah RI Nomor 55
Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan. Permen Dikbud No.
81.a tentang Implementasi kurikulum 2013.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka konseptual berikut ini :

Anda mungkin juga menyukai