Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Gugatan Perlindungan Konsumen

Kelompok 6 :

Faisal Ahmad Akbar Sibuea (1806200101)

Lufti Hidayatulah Saragi (1806200104)

Abdi Sani Pratama (1806200106)

Muhammad Kharianda (1806200107)

Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara

T. A. 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era sekarang ini, di jaman modern, aktivitas yang sering kita lakukan sehari-hari seperti

mengobrol, membaca, bahkan berbelanja sekalipun bias dilakukan via jarak jauh ataupun

biasa disebut secara daring/online. Akan tetapi, banyak kejadian yang terkadang membuat

masyarakat takut akan teknologi ini seperti, penipuan di marketplace yang ada pada sekarang

ini. Makin maju teknologi makin maju pula perkembangan ataupun cara berpikir masyarakat.

Dan pada kali ini, kami akan membahas tentang kasus-kasus yang terjadi pada saat berbelanja

online beberapa diantaranya yaitu penipuan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu perlindungan konsumen?

2. Apa itu belanja online?

3. Apa saja kasus yang terjadi pada saat berbelanja online?

4. Bagaimana cara menggugat kasus tersebut ke pengadilan?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Perlindungan Konsumen

Menurut Business English Dictionary, perlindungan konsumen adalah protecting

consumers against unfair or illegal traders. Adapun Black’s Law Dictionary mendefinisikan a

statute that safeguards consumers in the use goods and services.“ Perlindungan konsumen

adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum ‘ yang diberikan

kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang

merugikan konsumen itu sendiri. Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan

bahwa, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya Kepastian

hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.” Perlindungan konsumen

mempunyai cakupan yang luas, meliputi perlindungan konsumen terhadap barang dan jasa,

yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga sampai : akibat-

akibat dari pemakaian barang dan/atau jasa tersebut. Cakupan perlindungan konsumen Itu

dapat dibedakan dalam Dua aspek, yaitu:

1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada konsumen tidak

sesuai dengan apa yang telah disepakati.

2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil kepada konsumen.

Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen adalah menciptakan rasa

aman bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup. Terbukti bahwa semua norma

perlindungan konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki sanksi

pidana.” Singkatnya, bahwa segala upaya yang dimaksudkan dalam perlindungan konsumen

tersebut tidak saja terhadap tindakan preventif, akan tetapi juga tindakan represif dalam
semua bidang : perlindungan yang diberikan kepada konsumen. Maka pengaturan

perlindungan konsumen dilakukan dengan:

1. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan

akses informasi, serta menjamin kepastian hukum.

2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku

usaha.

3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.

4. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktik usaha yang menipu dan

menyesatkan,

5. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan gan dan pengaturan perlindungan

konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang-bidang lainnya.

Tujuan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

Dalam hal mewujudkan keadilan, Adam Smith melahirkan ajaran mengenai keadilan (justice)

yang menyatakan ihe end of the justice to secure from the injury.  Menurut G.W, Paton, hak

yang diberikan oleh hukum ternyata tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan

kepentingan tetapi juga unsur kehendak (the element of will).

Maka, hukum perlindungan konsumen : adalah keseluruhan asas dan kaidah-kaidah yang

mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan

penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan

bermasyarakat. Tegasnya, hukum perlindungan konsumen merupakan keseluruhan peraturan

perundangan-undangan, baik UU maupun peraturan perundang-undangan lainnya serta

putusan-putusan hakim yang substansinya mengatur mengenai kepentingan konsumen.1

B. Belanja Online

1
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2013)
1. Pengertian

Belanja online atau Belanja daring adalah kegiatan pembelian barang dan jasa melalui

media Internet. Melalui belanja lewat Internet seorang pembeli bisa melihat terlebih dahulu

barang dan jasa yang hendak ia belanjakan melalui web yang dipromosikan oleh penjual.

Kegiatan belanja daring ini merupakan bentuk komunikasi baru yang tidak memerlukan

komunikasi tatap muka secara langsung, melainkan dapat dilakukan secara terpisah dari dan

ke seluruh dunia melalui media notebook, komputer, ataupun handphone yang tersambung

dengan layanan akses Internet.

Belanja daring adalah salah satu bentuk perdagangan elektronik yang digunakan untuk

kegiatan transaksi penjual ke penjual ataupun penjual ke konsumen.

2. Keuntungan belanja daring

1. Pembeli tidak perlu mengunjungi tempat penjualan baik itu toko, butik, mall, dan lain

sebagainya. Pembeli cukup klik ke web yang dituju dan memilih barang yang dikehendaki

2. Pemilihan barang bisa dilakukan dari rumah atau kantor sehingga pembelian bisa

dilakukan berjam-jam tanpa harus keluar rumah

3. Penjual dapat menekan ongkos pembukaan toko karena melalui belanja daring, penjual

cukup memasarkan produknya melalui Internet

4. Pemasaran produk bisa mencapai seluruh dunia dengan biaya yang murah

5. Pembeli dapat membandingkan harga produk yang ingin dibelinya secara cepat untuk

menemukan harga yang paling murah2

3. Kelemahan belanja daring

2
Wikipedia, “Belanja Daring” (Belanja daring - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Diakses pada 3
Desember 2020, 16.00)
Namun transaksi online ini juga memiliki beberapa kelemahan. Dengan menggunakan

transaksi online yang tidak mempertemukan antara yang memiliki usaha online dan pembeli

langsung dan dimana konsumen tidak dapat melihat barang yang diinginkan secara nyata

(dalam wujud dan kondisi yang sebenarnya) hal ini dapat menimbulkan masalah yang

merugikan pembeli dalam melakukan transaksi online.Contoh adalah tidak sesuainya barang

yang di janjikan, tidaktepatnya waktu pengiriman barang.3

C. Kasus-kasus yang terjadi pada saat belanja online

1. Cerita Korban Penipuan di Lazada, Uang Jutaan Melayang

Kasus penipuan saat belanja online terjadi lagi. Kali ini dialami pengguna Lazada, uang

jutaan rupiah pun melayang.

Kejadian tersebut dialami pasangan suami istri Steven dan Andrea. Lantaran baru menempati

rumah baru, mereka ingin mengisi dengan perangkat rumah tangga.

Lantaran kerap di-bombardir iklan diskonan, keduanya pun memilih beli perangkat yang

dibutuhkan di Lazada awal Mei lalu.

"Kita belanja banyak barang rumah tangga, salah satunya vacuum cleaner. Total belanja Rp

4,8 jutaan," cerita Andrea saat dihubungi detikINET.

Setelah proses membayar selesai, Steven mengaku ditelpon seseorang yang mengaku dari

Lazada. Dia diminta untuk melakukan konfirmasi terkait pengiriman barang.

"Dia bilang karena produk diskon dibutuhkan konfirmasi lagi, benar atau tidak," kata Steven.

3
I Putu Erick Sanjaya Putra, dkk “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Jual Beli Barang Melalui E-
Commerce” Jurnal Analogi Hukum, Vol.1 No.2 2019, Hlm. 240
Dia kemudian dikirimkan link di bagian chat dengan penjual. Tanpa curiga, Steven mengklik

link tersebut.

Tak berapa lama, sang penjual menginformasikan adanya pembatalan massal dari Lazada dan

menanyakan soal OTP. Di sinilah kecurigaan Steven timbul, mekin kuat setelah melihat

alasan pembatalan karena pembeli berubah pikiran dan ada permintaan refund ke nomor

rekening yang tidak dikenal.

Steven pun langsung melapor ke Lazada setengah jam setelah transaksi. Sayangnya meski

ditanggapi oleh bagian customer service dan dijanjikan investigasi, dua bulan berlalu tidak

ada solusi.

"Kami malah mendapat email refund telah telah terjadi, tapi nggak tau ke rekening mana.

Setidaknya dari sana kita bisa lacak agar pihak kepolisian mengungkap," ujar Steven kesal.

"Pas ditanya nomor rekening refund nggak pernah jawab. Malah dapat pesan kejadian ini

menjadi pelajaran buat kami," timpal Andrea geram.

Akhirnya pasangan suami istri ini melaporkan kejadian ke pihak kepolisian. Keduanya

berharap kasus penipuannya dapat diusut tuntas.4

D. Cara Menggugat Kasus Tersebut Ke Pengadilan

Ada banyak cara menggugat kasus tersebut ke pengadilan Upaya hukum bagi konsumen

dalam penyelesaian sengketa terdiri dari dua, yakni upaya hukum dalam hal transaksi

ecommerce bersifat internasional yang penyelesaiannya menggunakan mekanisme ADR, dan

4
Tim Detikcom, “Cerita Korban Penipuan di Lazada, Uang Jutaan Melayang”(
https://inet.detik.com/security/d-5078857/cerita-korban-penipuan-di-lazada-uang-jutaan-melayang, Diakses
pada 3 Desember 2020, 16:30)
upaya hukum dalam hal transaksi e-commerce yang terjadi di Indonesia yang dapat

diselesaikan melalui dua jalur yakni jalur non-litigasi melalui Lembaga Swadaya Masyarakat

(YLKI), Direktorat Perlindungan Konsumen Disperindag, Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) dan pelaku usaha. Kemudian jalur kedua adalah melalui jalur litigasi/

pengadilan.5

Pada Pasal 45 yang berbunyi:

(1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang

bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan

yang berada di lingkungan peradilan umum.

(2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar

pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa.

(3) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak

menghilangkan tanggungjawab pidana sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

(4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan

melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil

oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.

Dengan Penjelasan Ayat (2)

“Penyelesain Sengketa Konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat ini tidak menutup

kemungkinan penyelesaian damai oleh para pihak yang bersengketa. Pada setiap tahap

diusahakan untuk menggunakan penyelesaian damai oleh kedua belah pihak yang

bersengketa. Yang Dimaksud dengan penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang

dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa (pelaku usaha dan konsumen) tanpa

5
Yudha Sri Wulandari “Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Transaksi Jual Beli E-Commerce” Jurnal
Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 2. Desember 2018. Hlm 2019
melalui pengadilan atau Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan tidak bertentangan

dengan undang-undang ini.”

Melalui ketentuan Pasal 45 ayat (1) dapat diketahui bahwa untuk menyelesaikan sengketa

konsumen, terdapat dua pilihan, yaitu :

1. Melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku

usaha, atau

2. Melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum6

Undang-undang di Indonesia saat ini yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam hal ini

adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)

karena bertujuan untuk menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi,

meskipun di dalamnya tidak secara khusus mengatur transaksi online.Beberapa pasal yang

dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan kasus penipuan pada transaksi online adalah

sebagai berikut :

1. Pasal 8 ayat (1) huruf d, e, dan f yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang

memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan

mutu, kondisi maupun janji sebagaimana dinyatakan dalam label, keterangan, iklan maupun

promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.

2. Pasal 16 huruf a dan b yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang

dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan

waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan serta dilarang untuk tidak menepati janji

atas suatu pelayananan dan/atau prestasi.7

6
Ahmad Miru, Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Rajawali Pers, 2017)
7
Belly Riawan, I Made Mahartayasa “PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI
JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA” Jurnal Ilmu Hukum, Hlm. 4
Ada juga yang disebut dengan gugatan kelompok atau gugatan class action

Di dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen yaitu UU No. 8 Tahun 1999 terdapat

aturan yang mengatur mengenai Class Action yakni pasal 46 ayat (1) yang pada huruf

menyebutkan “sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama”.

Di dalam penjelasan pasal 46 ayat (1) huruf b ditegaskan bahwa undang-undang ini mengakui

gugatan kelompok atau Class Action. Gugatan kelompok atau Class Action harus diajukan

oleh konsumen yang benar-benar dirugikan dan dapat dibuktikan secara hukum, salah satu

diantaranya adalah dengan bukti transaksi.

Pada pasal 46 ayat (2) disebutkan bahwa gugatan yang diajukan oleh sekelompok konsumen,

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat atau pemerintah diajukan kepada

peradilan umum.

Salah satu syarat formil dari pengajuan gugatan Class Action yang diatur di dalam PERMA

Nomor 1 Tahun 2002 yaitu adanya kesamaan fakta atau dasar hukum yang digunakan di

dalam gugatan serta kesamaan fakta dan dasar hukum tersebut itu bersifat substansial. 8

BAB III

KESIMPUAL DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berbelanja online sudah dilindungi oleh beberapa undang-undang walaupun tidak secara

spesifik tapi belanja online/belanja daring ini sudah termasuk di dalamnya. Dan jika ingin

menggugat anda bisa datang kepada lembaga swadaya masyarakat atau dengan cara

penggugatan wakil kelompok atau biasa disebut dengan class action.

B. Saran
8
Dewa Ayu I. K, Suhirman “PERANAN CLASS ACTION DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA” Jurnal Ilmu Hukum, Hlm. 4
Untuk yang ingin berbelanja online, pakailah marketplace resmi yang sudah tersedia serta

pelajari bagaimana cara berbelanja online yang benar. Juga, cari toko-toko terpercaya yang

agar tidak tertipu lagi. Dan satu lagi, jika ada pihak yang mengatasnamakan suatu

marketplace dengan embel-embel memberi hadiah kepada anda dengan meminta kode OTP,

jangan mau karena, itu salah satu penipuan yang sering terjadi pada saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Miru, Sutarman Yodo, 2017 “Hukum Perlindungan Konsumen”, Jakarta: Rajawali

Pers

Belly Riawan, I Made Mahartayasa, “PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM

KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA” Jurnal Ilmu Hukum, Hlm. 4

Dewa Ayu I. K, Suhirman “PERANAN CLASS ACTION DALAM PENYELESAIAN

SENGKETA PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA” Jurnal Ilmu Hukum, Hlm. 4

I Putu Erick Sanjaya Putra, dkk “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Jual

Beli Barang Melalui E-Commerce” Jurnal Analogi Hukum, Vol.1 No.2 2019, Hlm. 240
Tim Detikcom (Cerita Korban Penipuan di Lazada, Uang Jutaan Melayang). Diakses pada

3 Desember 2020, 16:30, dari :

https://inet.detik.com/security/d-5078857/cerita-korban-penipuan-di-lazada-uang-jutaan-

melayang,)

Wikipedia.com (Belanja daring). Diakses pada 3 Desember 2020, 16.00, dari :

https://id.wikipedia.org/wiki/Belanja_daring

Yudha Sri Wulandari “Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Transaksi Jual

Beli E-Commerce” Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 2. Desember 2018. Hlm 2019

Zulham, 2010 “Hukum Perlindungan Konsumen”, Jakarta: Prenada Media Grup

Anda mungkin juga menyukai