Anda di halaman 1dari 5

KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2018, 6(1), 1-5 1

p-ISSN 2354-6565 /e-ISSN 2502-3438


DOI: 10.26874/kjif.v6i1.115

Pengaruh edukasi terhadap pemanfaatan dan peningkatan


produktivitas tanaman obat keluarga (TOGA) sebagai minuman
herbal instan di desa ketenger baturraden

Nur Amalia Choironi, Masita Wulandari, Sri Sutji Susilowati


Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman
Corresponding author e-mail: n.a.choironi@gmail.com

Abstrak

Edukasi dan pelatihan pembutan minuman obat tradisional merupakan upaya untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memberdayakan potensi tanaman obat
keluarga. Edukasi dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan, pengetahuan
serta sikap masyarakat dalam menggunakan tanaman obat secara tepat dan rasional.
Responden pada penelitian ini adalah perangkat desa dan ibu-ibu PKK di Desa Ketenger,
Kecamatan Baturraden Purwokerto. Metode yang digunakan untuk mengimplementasikan
penelitian ini adalah adalah active and participatory learning yaitu edukasi mengenai TOGA
berdasarkan evidence-based dan pelatihan pembuatan minuman herbal instan. Evaluasi
dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden sebelum maupun sesudah
edukasi. Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan setelah
diberikan edukasi maupun pelatihan yaitu nilai rata-rata sebelum kegiatan dilakukan adalah
54,18±6,18 menjadi 91,29±3,11 setelah edukasi maupun pelatihan berlangsung sehingga
terjadi peningkatan sebesar 41,75%.

Kata kunci: Tanaman Obat Keluarga (TOGA), minuman herbal instan, ketenger, baturraden.

The effect of education on the utilization and increase in productivity of


familial medicinal plants (TOGA) as instant herbal drinks in the Ketenger
village – Baturraden

Abstract

Education and training of herbal drinks purposed to increase the knowledge of the
community about potential of medicinal plants. Education and training aimed to improve the
skills, knowledge and attitude to using medicinal plants in a precise and rational. This study
used 53 respondent who are the village resident of Ketenger, Baturraden, Purwokerto. The
methode used to implementation of this study is active and participatory learning, which are
education about evidance based of herbal and training of instant herbal drinks. Evaluation of
this study used to questionnaire which were distributed to respondent before and after
education and training. The result showed that there was an increase after education and
training 41, 75%. The average value before the activity was 54.18 ± 6.18 to 91.29 ± 3.11
after education and training.

Keywords: medicinal plants, herbal drinks, ketenger, baturraden.

Pendahuluan (55,3%) penduduk Indonesia menggunakan


Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 jamu dan 95%-nya menyatakan bahwa jamu
melaporkan bahwa lebih dari separuh bermanfaat (Balitbangkes, 2010).

Choironi, dkk
2 KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2018, 6(1), 1-5
DOI: 10.26874/kjif.v6i1.115

Masyarakat desa sudah lama menggunakan sekaligus fungsi penghijauan bagi


ramuan obat tradisional secara turun- lingkungan sekitarnya. Problematika lain
temurun, meskipun masih bersifat empiris yang dijumpai adalah pemanfaatan tanaman
berdasarkan pengalaman. Tanaman obat obat oleh masyarakat yang dirasa belum
dapat menghasilkan keuntungan yang besar optimal dan masih sebatas pengalaman
apabila dibudidayakan dengan baik, salah empiris tanpa disertai informasi ilmiah
satunya sebagai penyedia bahan baku obat terkait khasiat, keamanan, dan pemanfaatan
tradisional untuk masyarakat dan untuk tanaman obat yang baik. Setiap perilaku
memenuhi kebutuhan industri (Hargono, kesehatan dapat dilihat sebagai fungsi
1993). pengaruh kolektif dari pengetahuan, sikap,
Sebagian besar jenis tanaman obat dapat persepsi, sarana prasarana, dukungan sosial
ditanam di dataran rendah, sedang, sampai dan peraturan perundangan (Pratiwi, 2016).
dataran tinggi. Desa Ketenger memiliki luas Pemanfaatan tanaman obat oleh masyarakat
wilayah 178,50 Ha dari total wilayah dirasa belum optimal dan masih sebatas
Baturraden yang luas wilayahnya mencapai pengalaman empiris tanpa disertai informasi
1.002,30 Ha. Berdasarkan survei lapangan, ilmiah terkait khasiat, keamanan, dan cara
Desa Ketenger yang berada di Kawasan pembuatan obat tradisional yang baik.
Wisata Baturraden merupakan salah satu Edukasi kepada masyarakat sangat
desa potensial sebagai tempat budidaya diperlukan tentang bagaimana penggunaan
tanaman obat terletak pada ketinggian 500 - obat tradisional secara tepat berdasarkan
700 mdpl. Wilayah Rukun Warga 03 dengan pendekatan ilmiah yang berbasis bukti
luas lahan 29,77 Ha dari luas total Desa (evidence-based). Kebutuhan edukasi
Ketenger merupakan lahan persawahan dan kaitannya dengan evidence base dan
ladang dengan status kepemilikan maupun pelatihan dapat meningkatkan ketrampilan,
pengelola. pengetahuan serta sikap masyarakat dalam
Hasil survei juga melaporkan bahwa menggunakan tanaman obat secara tepat dan
mayoritas masyarakat Desa Ketenger rasional. Penelitian ini bertujuan untuk untuk
bermata pencaharian sebagai petani ladang melakukan edukasi dan pelatihan mengenai
dengan memanfaatkan lahan hutan yang pemanfaatan TOGA sehingga masyarakat
telah dibuka untuk membuat ladang ataupun memahami penggunaan TOGA secara tepat
sawah. Sistem yang digunakan adalah dan rasional.
perladangan berpindah, hal ini disebabkan
karena penurunan kualitas tanah yang Metode
dipergunakan sebagai ladang. Sedangkan Metode edukasi yang digunakan adalah
sistem persawahannya adalah menetap active and participatory learning, sedangkan
karena telah adanya jalur aliran sungai yang teknik pengumpulan data dilakukan melalui
melintasi lahan persawahan. Sebagai desa beberapa tahap, yaitu pre-test, edukasi
wisata, petani Desa Ketenger juga menanam mengenai materi pemanfaatan TOGA
berbagai jenis tanaman bunga. Beberapa berdasarkan evidence-based, pelatihan
tanaman yaitu pepohonan damar, cengkeh, pembuatan minuman herbal instan kemudian
kopi, alpukat dan lainnya yang ditanami oleh dilanjutkan dengan post-test. Pre-test
LMDH (Lembaga Masyarakat di sekitar diberikan terlebih dahulu kepada responden
Hutan) Ketenger. sebelum edukasi dan pelatihan, untuk
Salah satu metode yang dapat dilakukan melihat tingkat pengetahuan responden.
oleh masyarakat desa untuk mengisi Setelah pelatihan dilakukan post-test dengan
lahan/pekarangan yang kosong dengan cara menanyakan soal yang sama dengan soal
memfungsikannya sebagai apotek hidup pre-test untuk mengetahui apakah terjadi
dengan koleksi berbagai jenis tanaman obat perubahan tingkat pemahaman serta
yang dapat memberikan manfaat bagi pengetahuan responden setelah mengikuti
keluarga untuk pengobatan berbagai penyait edukasi dan pelatihan. Jumlah responden

Choironi, dkk
KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2018, 6(1), 1-5 3
DOI: 10.26874/kjif.v6i1.115

sebesar 53 responden yang merupakan sesudah pelatihan. Parameter pengetahuan


perangkat desa dan ibu-ibu PKK Desa yang diberikan pada responden meliputi:
Ketenger Baturaden. Penelitian ini bertujuan data empiris, manfaat, dosis berdasarkan
untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap kajian ilmiah baik secara pra-klinik maupun
pengetahuan dan ketrampilan/kemampuan klinik dan keamanan tanaman obat yang
pemanfaatan TOGA sebagai minuman herbal sering digunakan oleh masyarakat.
instan. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test,
Analisis data pengetahuan dihitung diketahui bahwa pengetahuan awal
menggunakan skor 1 untuk jawaban yang responden memiliki nilai rata-rata
benar dan 0 untuk jawaban yang salah/tidak 54,18±6,18. Setelah diberikan pelatihan
diisi. Sedangkan untuk mengetahui tingkat terjadi peningkatan nilai rata-rata menjadi
ketrampilan dilakukan pelatihan pembuatan 91,29±3,11. Dengan demikian, terdapat
minuman herbal instan dengan peningkatan nilai rata-rata yang
mengaplikasikan teori/materi penting selama menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
edukasi. Materi penting tersebut meliputi, responden meningkat sebesar 41,75% setelah
evidence based dari tanaman yang akan pelatihan. Namun terdapat 12% responden
digunakan, teknologi pasca panen, cara yang tidak mengalami peningkatan nilai baik
pembuatan herbal instan dan cara sebelum maupun setelah pelatihan. Sebagian
penyimpanan. dari responden yang nilainya tetap ini
mendapatkan hasil yang sempurna yaitu nilai
Hasil dan Pembahasan 100 baik untuk pre-test maupun post-test.
Penelitian tentang pemanfaatan TOGA Meskipun demikian, sebanyak 65%
sebagai minuman herbal instan dengan responden menunjukkan rata-rata
responden ibu-ibu PKK di Desa Ketenger, peningkatan nilai sampai 71% yang
Kecamatan Baturraden, Purwokerto diikuti mengindikasikan terjadinya peningkatan
oleh sebagian besar responden yang berusia pengetahuan responden tentang materi
produktif (<40 tahun) dan terdapat 38% pelatihan. Hasil yang hampir sama juga
responden yang hampir mendekati usia lanjut ditunjukkan pada pelatihan yang dilakukan
(geriatri) (Tabel 1). Usia produktif seseorang oleh Suryadarma et al. (2010) bahwa
berkaitan dengan keaktifan dalam mengikuti pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu PKK di
perkembangan pengetahuan serta Dusun Kasuran Desa Margodadi Kecamatan
kemampuan menerima respon lebih baik Seyegan, Sleman dalam pengolahan TOGA
karena fungsi tubuh yang masih bagus meningkat dari 61% menjadi 84,1%.
(Kotler 2006). Tingkat pendidikan responden Berdasarkan penelitian Syarif et al. (2011)
(Tabel 1), 15% lulusan SMP, 20% lulusan dilaporkan bahwa masyarakat pedesaan
SMA, 50% tamatan SD, dan sisanya tidak belum banyak mengetahui tentang
diketahui karena tidak menuliskan biodata takaran/dosis, waktu, cara penggunaan serta
pendidikan terakhir. Pelatihan ini diikuti oleh pemilihan bahan baku yang benar pada
sebagian besar oleh ibu-ibu rumah tangga pemanfaatan tanaman obat.
(80%), perangkat desa sebesar 10%, dan Salah satu pemanfaatan TOGA secara
sisanya adalah wirausahawan (Tabel 1). sederhana adalah menghasilkan produk
Tingkat pendidikan berkaitan dengan serbuk instan sebagai minuman. Responden
pengetahuan, pemahaman dan keahlian, diberikan ketrampilan mengenai tahapan
sedangkan pekerjaan mempengaruhi perilaku yang harus diperhatikan dalam pembuatan
seseorang (Perry dan Potter, 2005; minuman herbal instan yaitu proses pasca
Notoatmodjo 2007). panen, ekstraksi dan penyimpanan. Proses
Tingkat pengetahuan responden mengenai pasca panen meliputi: sortasi basah,
manfaat TOGA, keamanan (evidence based) pencucian, perajangan, pengeringan dan
serta teknologi pasca panen diketahui dengan sortasi kering (Depkes RI, 1985).
cara memberikan evaluasi sebelum dan Penanganan pasca panen erat kaitannya

Choironi, dkk
4 KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2018, 6(1), 1-5
DOI: 10.26874/kjif.v6i1.115

dengan stabilitas zat aktif karena ada a. Faktor pendukung


beberapa senyawa yang mudah terhirolisis, Teknik pembuatan minuman herbal instan
teroksidasi dan lain sebagainya (Katno, dapat meningkatkan psikomotorik dan
2008). Ekstraksi bertujuan untuk mampu meningkatkan kesejahteraan
memperoleh zat yang diinginkan dengan masyarakat dengan mengaplikasikan hasil
meminimalkan zat yang tidak diinginkan pelatihan sebagai salah satu sumber
(Depkes RI, 2000; Handa, 2008). Tanaman pendapatan. Berdasarkan hasil monitoring
yang digunakan untuk pelatihan minuman juga diketahui bahwa sebagian responden
herbal instan adalah tanaman dari famili membuat minuman herbal instan untuk
Zingiberaceae. Hasil ekstraksi didiamkan dikomersialkan di daerah Baturraden.
beberapa saat untuk mengendapkan amilum b. Faktor penghambat
sehingga diperoleh ekstrak cair yang diolah Kendala utama dalam Pemanfaatan
lebih lanjut menjadi minuman herbal instan. tanaman obat sebagai obat tradisional
Pengetahuan mengenai cara penyimpanan (herbal) sudah meluas di masyarakat
yang baik diperlukan karena sifat serbuk Ketenger namun masih banyak yang belum
yang higroskopis dapat meningkatkan kadar mengetahui penggunaannya secara tepat.
air sehingga produk dapat ditumbuhi c. Upaya mengatasi hambatan
mikroba (BSN, 1996; Samuelson, 1999). Modul tanaman obat dan metode
Responden yang memahami dan mendukung pembuatan minuman herbal instan dibagikan
tahapan proses tersebut berpengaruh kepada seluruh responden untuk
terhadap kualitas produk sebanyak 93% memudahkan pemahaman materi dan
setelah diberikan pelatihan yang sebelumnya demonstrasi (praktik) pembuatan minuman
hanya 47%. Responden mengalami herbal instan yang akan diberikan.
peningkatan sebesar 49,46%.
Kesimpulan
Tabel 1. Karakteristik Responden Edukasi dan pelatihan ini dapat
Karakteristik Persentase meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Jumlah
Responden (%) warga Desa Ketenger, Baturraden,
Umur
Purwokerto tentang pemanfaatan tanaman
- < 40 tahun 33 62
- > 40 tahun 20 38 obat keluarga. Selain itu juga meningkatkan
Pendidikan kesejahteraan masyarakat dan kesadaran
- SD 26 49 warga akan pentingnya memanfaatkan
- SMP 8 15 lahan/pekarangan di sekitar rumah dengan
- SMA 11 21
menanam tanaman obat untuk pengobatan
- Tidak diketahui 8 15
Pekerjaan mandiri sehingga dapat meningkatkan
- Perangkat desa 5 9 derajat kesehatan masyarakat.
- Ibu rumah tangga 42 80
- Wirausaha 6 11 Ucapan Terimakasih
Tim pelaksana kegiatan mengucapkan
Pemanfaatan TOGA dalam masyarakat terimakasih kepada Universitas Jenderal
diperlukan petunjuk sebagai acuan agar Soedirman yang telah memberikan dana
tanaman obat dapat digunakan secara pelaksanaan pengabdian melalui kegiatan
rasional, antara lain: ketepatan takaran/dosis, Penerapan Ipteks bagi Masyarakat.
ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara
penggunaan dan ketepatan pemilihan bahan. Daftar Pustaka
Berikut merupakan respon masyarakat yang Badan Litbang Kesehatan, 2010, Laporan
dapat digunakan sebagai evaluasi dari Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010,
kegiatan pelatihan ini: Balitbangkes Departemen Kesehatan,
Jakarta.

Choironi, dkk
KARTIKA: JURNAL ILMIAH FARMASI, Jun 2018, 6(1), 1-5 5
DOI: 10.26874/kjif.v6i1.115

Badan Standarisasi Nasional, 1996, SNI 01- Proses dan Praktisi, Alih Bahasa: Renata
4320, Syarat Mutu Serbuk Minuman Komalasari dkk., EGC, Jakarta.
Tradisional, Jakarta. Pratiwi, H, Nuryanti, Fera VV, Warsinah,
Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Sholihat NK, 2016, Pengaruh Edukasi
Simplisia, Depkes RI, Jakarta, 3-4. Terhadap Pengetahuan, Sikap dan
Depkes RI., 2000, Parameter Standar Umum Kemampuan Berkomunikasi atas
Ekstrak Tumbuhan Obat., Depkes RI., Informasi Obat, Kartika Jurnal Ilmiah
Jakarta, 10-12 Farmasi, 4 (1): 10-15.
Handa, 2008, Extraction Technologies for Samuelson, G., 1999, Drugs of Natural
Medicinal and Aromatic Plants, ICS Origin: A Textbook of Pharmacognosy,
UNINDO, 22-27. Fifth Revised Edition,
Hargono, J., 1993, Trend Kembali ke Obat Apotekarsocieteten, Stockhlom, Swedia.
dan Kosmetika Tradisional, Majalah Suryadarma, IGP., Budiwati, dan Rahayu,
Trubus, 278: 4. T., 2010, Pemberdayaan Ibu-ibu PKK
Katno, 2008, Tingkat Manfaat, Keamanan dalam Budidaya dan Pengolahan
dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Artikel,
Tradisional, Balai Besar Penelitian dan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Universitas Negeri Yogyakarta.
Tradisional, Solo, 5-15. Syarif, P., Suryotomo, B., dan Soeprapto, H.,
Kotler, P., 2006, Manajemen Pemasaran, 2011, Diskripsi dan Manfaat Tanaman
PT. Indeks Gramedia, Jakarta. Obat di Pedesaan Sebagai Upaya
Notoatmodjo, S., 2007, Pendidikan dan Pemberdayaan Apotik Hidup (Studi
Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Kasus di Kecamatan Wonokerto), Pena
Jakarta. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Perry, A.G., Potter, P.A., 2005, Buku Ajar 21 (1): 20-32.
Fundamental Keperawatan: Konsep

Choironi, dkk

Anda mungkin juga menyukai