Salam berasal dari kata “As salaf” yang artinya pendahuluan karena pemesan barang menyerahkan
uangnya di muka.
adalah sejenis jual beli yang mendesak walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada ditempat. Dilihat
dari sisi pembeli ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara si penjual sangat
Al-Salam atau salaf adalah jual beli barang secara tangguh dengan harga yang dibayarkan di muka,
atau dengan bahasa lain jual beli dimana harga dibayarkan di muka sedangkan barang dengan kriteria
1 Definisi fuqaha Syafi’iyah dan Hanbalih : Al-Salam adalah akad atau suatu barang dengan kriteria
tertentu sebagai tanggungan tertunda dengan harga yang di bayarkan dalam majelis akad.
2 Definisi fuqaha Malikiyah : Al-Salam adalah jual beli dengan modal pokok yang dibayarkan dimuka
sedang barangnya diakhirkan atau ditunda penyerahannya sampai batas waktu tertentu. (Ghufron
3 Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah : Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan
dengan jual beli yang pembiayaanya di lakukan bersamaan dengan pemesanan barang. (Mardani,
2012:113).
Dari beberapa definsi yang dikemukakan oleh ulama mazhab tersebut dapat diambil intisari bahwa
salam adalah salah satu bentuk jual beli dimana uang harga barang dibayarkan secara tunai, sedangkan
barang yang dibeli belum ada, hanya sifat-sifat, jenis, dan ukurannya sudah disebutkan pada waktu
perjanjian dibuat.
Landasan Syari’ah
Landasan Syari’ah transaksi Ba’I as-Salam terdapat dalam Al-qur-an dan Al-Hadis.
1 Al-Qur’an
Terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu
2 Al- Hadis
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasullullah SAW. Datang ke Madinah di mana penduduknya
melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan untuk jangka waktu satu, dua, dan tiga tahun.
Beliau berkata:
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.”
“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah
(mudharabah),dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk
Ketentuan syar’I transaksi salam diatur dalam Fatwa DSN Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual
Beli Salam. Fatwa tersebut mengatur tentang ketentuan pembayaran, barang, salam parallel, waktu
penyerahan, dan syarat pembatalan kontrak. Ketentuan-ketentuan tersebut akan dibahas dalam aspek rukun
1 Rukun Salam
2 Syarat Salam
a. Syarat Aqidain : Muslam (pembeli atau pemesan) dan syarat Muslam Ilaih ( penjual atau penerima
pesanan).
M.Ag.,2009:162)
2) Berbentuk tunai. Para ulama berbeda pendapat soal pembayaran berbentuk aset perdagangan.
3) Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang atau sebagai pelinasan utang. Hal
(https://www.academia.edu/6756185/Bab_8_AKUNTANSI_SALAM)
2) Harus bisa diidentifikasi secara jelas untuk mengurangi kesalahan akibat kurangnya pengetahuan
tentang macam barang tersebut, tentang klasifikasi kualitas serta mengenai jumlahnya.
5) Para ulama melarang penggantian barang yang dipesan (Muslam fih) dengan barang
lainnya. Penggantian ini tidak diperkenankan, karena meskipun beum diserahkan, barang tersebut
tidak lagi milik Muslam alaih (penjual), tetapi sudah milik pemesan. Bila barang tersebut digant
dengan barang yang memiliki sfesifikasi dan kualitas yang sama, meskipun sumbernya berbeda,
d. Syarat Ijab Qabul
2) Antara ijab dan qabul harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati.
3) Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang
akan datang.
4) Akad harus pasti, tidak boleh ada khiyar syarat. (M.Yazid Afandi, M.Ag.,2009:163-164)
a. Pembelian hasil produksi harus di ketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu
dan jumlahnya. Misalnya, jual beli 100 Kg mangga harum manis kualitas A dengan harga Rp 5000,-/Kg,
b. Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka nasabah (produsen) harus
bertanggung jawab dengan cara antara lain mengembalikan dana yang telah diterimanya atau mengganti
c. Mengigat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai persediaan (inventory), maka
dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti
BULOG, pedagang pasar induk atau rekanan. Mekanisme ini disebut parallel salam
4. Ringkasan Tahapan Akad Salam dan Salam Parallel Menurut SOP Bank Syariah.
a. Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah pembeli kepada bank
b. Wa’ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh pengiriman barang yang
disepakati.
c. Mencari produsen yang sanggup untuk menyediakan barang dimaksud (sesuai batas waktu yang disepakati
d. Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah pembeli untuk membeli barang dengan spesifikasi
e. Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan sebagian diawal akad dan sisanya sebelum barang diterima
f. Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi
g. Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah produsen pada saat pengikatan
dilakukan.
d. Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah produsen kepada nasabah pembeli pada waktu yang di
C. Standar Akuntansi Salam dalam PSAK No.59 tentang Akuntansi Bank Syariah
1. Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh muslam
ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang yang dipesan tsb diterima
Barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi. Tetapi penjual akan menyerahkannya
Keterangan:
bank dan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya.( (Muhammad Syafi’I Antonio, 2001:110)
3. Bank dapat bertindak sebagai pembeli (muslam) atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank
bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut salam pararel, yaitu dilakukan dengan syarat:
a. Akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir
Syarat:
1) Salam Parallel terjadi karena penjual tidak memiliki barang sehingga harus membeli dari suplier.
2) Akad salam pertama ( 1a) terpisah atau tidak tergantung dengan akad salam pertama (1).
Keterangan:
c. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga
barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam hal bank bertindak sebagai pembeli,
bankb syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah untuk menghindari risiko yang merugikan bank.
d. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis,
kualitas, dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara
pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus
1. Piutang salam diakui pada saat modal salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual.
2. Transaksi salam paralel diakui sebagai kewajiban pada saat bank menerima modal salam berupa kas atau
aktiva non-kas.
1) jika nilai pasar > = nilai (akad) barang pesanan, dinilai sesuai akad;
2) jika jika nilai pasar < nilai (akad) barang pesanan, dinilai sebesar nilai pasar dan diakui kerugian.
1) piutang salam berubah menjadi piutang jatuh tempo oleh nasabah sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi,
a) hasil penjualan jaminan < nilai piutang salam, selisihnya diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada
nasabah, atau
b) hasil penjualan jaminan > nilai piutang salam, selisihnya menjadi hak nasabah.
3) jika nilai tunai yang dapat direalisasi lebih rendah maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada laporan
laba rugi.
1) selisih antara jumlah yang dibayar oleh nasabah dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat pengiriman barang pesanan oleh bank ke nasabah.
(https://www.pernyataan-standar-akuntansi-keuangan-psak-no-59:power point)
Seperti yang disebutkan dalam PSAK No. 103, bahwa Salam adalah akad jual beli muslam
dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat
tertentu. Transaksi salam terjadi karena pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu untuk
memungkinkan penjual (produsen) menyediakan barangnya. Transaksi salam diselesaikan pada saat
Dengan demikian transaksi Salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih
dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi barang yang diinginkannya melalui pesanan
lebih dahulu. Barang yang dipesan memiliki spesifikasi khusus dan pembeli membutuhkan kepastian dari
pihak penjual. Transaksi Salam berakhir pada saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli.
Karakteristik dan harga barang harus sudah disepakati di awal akad. Jika ada ketidaksesuaian
karakteristik barang yang dikirimkan ke pembeli maka menjadi tanggung jawab penjual. Ketentuan harga
barang tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Alat pembayaran dapat berupa kas, barang atau
manfaat. Pelunasan harus dilakukan pada saat akad disepakati dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan
hutang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain. Jaminan dapat diminta untuk menghindari
Pada situasi dimana pihak penjual tidak dapat menyediakan sendiri barang pesanan dari pembeli maka
dilakukan Salam Paralel, yaitu entitas yang bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak
Ada kemungkinan kontrak salam dibatalkan oleh pembeli jika barang yang dipesan tidak tersedia pada
waktu yang ditentukan, barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad,
2. Penyajian
Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur
sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang
dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai Piutang salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam
c. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai Hutang Salam.
3. Pengungkapan
Dalam catatan atas laporan keuangan, pembeli dan penjual dalam transaksi salam mengungkapkan hal-
hal berikut :
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara bersama-sama
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK N0. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah.
Kewajiban salam berakhir saat penyerahan barang salam oleh penjual (LKS) kepada pembeli
(nasabah). Jika penjual melakukan transaksi salam paralel dalam pengadaan barang, maka selisih antara
jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir (nasabah) dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan pesanan oleh penjual kepada pembeli akhir.
Contoh Kasus 1
Tanggal 1 April 2015 Bank Berkah Syariah menerima pembayaran modal salam sebesar Rp
100.000.000 dari BULOG atas pemesanan beras jenis beras putih pandan wangi sebanyak 5 ton.
Jurnal transaksi:
Tanggal 30 Mei 2015 barang salam telah selesai pengerjaannya atau telah jadi dengan harga
Jurnal transaksi:
Cr Kas Rp 80.000.000
Tanggal 1 Juni 2015 berdasarkan kesepakatan Bank Berkah Syariah menyerahkan barang salam
Jurnal transaksi:
Pada umumnya atas pemesanan barang dengan akad salam oleh nasabah, LKS akan melakukan
salam paralel kepada pihak lain. Maka posisi LKS adalah sebagai pembeli.
Pada saat LKS menyerahkan modal salam kepada penjual diakui sebagai piutang salam sebesar
Berikut ini contoh akuntansi salam dimana LKS bertindak sebagai pembeli:
Contoh kasus 2
Tanggal 2 April 2015 Bank Berkah Syariah menyerahkan modal salam sebesar Rp 80.000.000
kepada KUD Petani Mandiri untuk pemesanan beras jenis “beras putih pandan wangi” sebanyak 5 ton.
Jurnal transaksi:
Cr Kas Rp 80.000.000
Barang pesanan yang diterima diakui sebagai persediaan. Pada saat penerimaan barang diakui dan
a. Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati
Contoh :
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang salam dari
Jurnal :
1) Barang pesanan yang diterima dinilai sesuai dengan nilai akad, jika nilai wajar dari barang pesanan yang
diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad.
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang salam dari KUD
Jurnal :
diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai barang
Contoh:
Tanggal 28 Mei 2015 berdasarkan kesepakatan, Bank Berkah Syariah menerima barang salam dari KUD
Jurnal :
Akuntansi Keuangan.html)
Orang yang mempunyai perusahaan sering membutuhkan uang unuk keperluan perusahaan mereka,
bahkan sewaktu-waktu kegiatan perusahaan sampai terhambat Karena kekurangan bahan pokok.
Sedangkan pembeli selain akan mendapat barang yang sesuai dengan yang diinginkannya, maka ia pun
sudah menolong kemajuan perusahaan saudaranya. Untuk kepentingan itu, Allah swt. Membolehkan
Akan dimanfaatkan oleh orang yang sangat membutuhkan untuk menekan harga kepada penjual.
Sebagaimana islam sangat mengiginkan hambanya untuk mempermudah dan membantu pihak lain,
melakukan eksploitasi pihak lain atas nama syariat dan agama, untuk itu Nabi mencegah jual beli yang