Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN

MENGIDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN


DAN PENDESAAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan
Dosen Pembimbing : Hj. Tati Suheti, APP, M.Kes

Disusun Oleh:
Yunita Etikawati P17320118087
Hanna Hamidah P17320118094
Erika Nada P17320118104
Indri Maryani P17320118116
Tingkat 2C

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN D3 KEPERAWATAN BANDUNG
2020

Implikasi Konsep Sakit dan Sakit di kampung naga

Dalam kehidupan masyarakat di Kampung Naga , terutama pada kalangan orang tua dikenal istilah
'kabadi ' yaitu penyakit yang disebabkan oleh padaunelan kurang tarapti (pekerjaan yang kurang
teliti) misalnya menyimpan padi lebih dari dua jenis di dalam rumah menancapkan bambu atau kayu
secara terhalik, salah memberikan nama. Selain itu juga terdapat istilah 'sasalad' yakni penyakit -
penyakit yang disebabkan oleh kejadian sehari - hari seperti karena masuk angin , kena panas , kena
dingin , dan sebagainya .

Gangguan penyakit yang disebabkan oleh kabadi bisa dalam bentuk panas , sakit kepala yang hebal ,
muntah - muntah , lemas , atau bentuk lain seperti bengkak - bengkak . Biasanya penyakit tersebut
menjadi parah setelah waktu dluhur ( setelah siang menuju malam hari ) . Pada anak - anak penyakit
juga bisa disebabkan oleh karena salah dalam memberi nama

Selain konsep sakit penyakit di atas , terdapat pula masyarakat , terutama pada keluarga muda yang
menyatakan bahwa terjadinya sakit atau penyakit disebabkan karena masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh manusia

Implikasi pengaruh antropologi terhadap konsep sehat sakit di kampung naga

Masyarakat di Kampung Naga pada umumnya sudah mengenal dan mengerti akan pentingnya
menjaga kesehatan dan mengobati penyakit , bahkan sudah banyak yang meng gunakan fasilitas
pelayanan kesehatan profesional seperti puskesmas , dokter praktek , dan mantri kesehatan sebagai
tempat pengobatan penyakit Dikarenakan masyarakat kampung naga sudah mengikuti aturan
pemerintah tentang kesehatan dan orang-orang di kampung naga pun bersekolah di luar kampung
naga bahkan ada yang kuliah kedokteran di luar kota. Walaupun begitu mereka masih melestarikan
budaya dan adat yang ada seperti pada saat sakit mereka masih menggunakan tanaman tanaman
tradisional terlebih dahulu seperti daun jalantis yaitu untuk obat gatal, karinyuh untuk rematik,
pungpurutan untuk maag, buntiris untuk demam, cecenet untuk sakit badan,jawer kotok untuk mual dan
sakit gigi, katuk untuk panas dalam, comrang untuk sakit perut, Ki beling untuk datang bulan, dan masih
banyak lagi, pertolongan pertama ketika sakit , sebagian besar masyarakat pergi ke 'tukang nyampe'
(berarti orang yang suka memberi jampi) Tukang nyampe akan menentukan jenis penyakit yang diderita
serta mengobatinya dengan memberikan air putih yang telah diberi jampi - jampi. Untuk pertolongan
pertama persalinan di lakukan pemeriksaan oleh paraji walaupun Para warga Kampung Naga belum
semuanya mendapatkan BPJS, KIS, KJS dan Jampersal, pada akhirnya mereka pun akan pergi ke pelayanan
kesehatan terdekat apabila sakit yang dirasakan tidak kunjung sembuh dan apabila akan melahirkan.
Hanya saja, akses keluar dan masuk Kampung Naga yang cukup ‘berliku’ harus melewati ± 439 anak
tangga, cukup menyulitkan warga kampung Naga yang urgent memerlukan layanan kesehatan modern.
Menurut kuncen Kampung Naga, bila ada warga yang mau berobat ke puskesmas, tak jarang mereka
harus membopong atau bahkan menggotong warga yang sakit melewati anak-anak tangga tersebut.
Kondisi lingkungan di Kampung Naga dari segi PHBS masih kurang

Anda mungkin juga menyukai