Makalah Pancasila
Disusun Oleh :
NIM : 2620003
2020/2021
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.......................................................................... 3
1.2.Rumusan Masalah..................................................................... 4
1.3.Tujuan Penulisan....................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Kebebasan Berpendapat………………………………………. 5
3.1. Kesimpulan………………………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap individu sejak dilahirkan yang telah
dijamin oleh konstitusi. Oleh karena itu, Negara Republik Indonesia sebagai negara
hukum dan demokratis berwenang untuk mengatur dan melindungi pelaksanaannya.
Kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat tersebut diatur dalam perubahan
keempat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 E ayat (3).
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Kebebasan berekspresi termasuk kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak paling
mendasar dalam kehidupan bernegara. Undang-undang No.9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di muka umum Pasal 1 ayat (1) kemerdekaan
menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran
dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3
1.2.Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kebebasan berbicara atau berpendapat adalah kebebasan yang mengacu pada sebuah hak
untuk berbicara atau berpendapat secara bebas tanpa ada pembatasan, kecuali dalam hal
menyebarkan kejelekan. Seperti yang tertera dalam UUD 45 pasal 28E ayat 3 yang berbunyi
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.”.
Kebebasan berpendapat di muka umum merupakan salah satu bagian dari Hak Asasi Manusia
(HAM). Kemerdekaan setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum
merupakan perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa
manusia sejak lahir, sebagai anugerah dari Tuhan. Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia terdiri
atas dua hak dasar yang paling fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari
kedua hak dasar ini lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi
manusia lainnya sulit akan ditegakkan.
Setiap orang berhak atas hak yang dimilikinya. Terutama hak mengeluarkan pendapat.
Mereka berhak mengeluarkan pendapatnya secara bebas tetapi bertanggungjawab. Mereka
bebas mengeluarkan pendapat asalkan tidak merugikan orang lain. Hak kebebasan
berpendapat masih butuh bukti nyata, dan butuh penegakan agar tidak terjadi pelanggaran
HAM.
5
2.2.Kebebasan Berpendapat di Indonesia
Indonesia adalah neggara demokrasi di mana semua warga negaranya memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan
warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum. Kebebasan berpendapat di Indonesia saat ini
dipandang cukup tinggi karena warga negara mulai ikut berpastisipasi dalam menyuarakan
pendapatnya melalui berbagai macam media. Hal ini sudah diatur Undang-Undang Dasar
1945 pasal 28.
Dalam pelaksanaannya kebebasan berpendapat bisa menjadi ancaman bagi beberapa orang.
Bebas menyampaikan pendapatnya bukan berarti bebas dan seenaknya. Pendapat yang
disampaikan harus bisa ditanggungjawabkan. Untuk itu Pancasia diperlukan sebagai dasar
etika dalam berpendapat. Dalam sila kerakyatan dijelaskan bahwasanya sila ini mengandung
dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip
musyawarah untuk mufakat. Artinya, menghargai diri sendiri sama dengan mengargai orang
lain. Sila kerakyatan mengandung nilai demokrasi. Hal ini dapat menjadi landasan
menyuarakan pendapat dengan cara tidak memaksakan pendapat, mendengar pendapat orang
lain, dan mengkritik sesuai aturan undang-undang yang ada.
Di jaman sekarang ini, memang semua rakyat Indonesia berhak dan berkewenangan untuk
berpendapat. Hal ini juga sudah tertulis dalam UUD 19945 pasal 28E ayat (3) UUD 1945
yang menyatakan, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat”. Seiring dengan perkembangan teknologi dan maraknya media
sosial, makin luas pula kebebasan berpendapat di dalam komunitas. Kita pun sebagai mahluk
modern dengan mudah menuangkan isi pikiran, pendapat, argumen kita di media sosial. Dan
karena media sosial sifatnya luas dan terbuka, pendapat kita tersebut dapat dilihat oleh
masyarakat luas. Namun karena itu, kadang apabila kita sedang merasa jengkel atau kecewa
terhadap suatu pihak lalu secara tidak sadar menuangkannya di dalam media sosial. Sering
kali kita tidak menyadari bahwa hal sekecil ini dapat membawa kita ke ranah hukum. Hal ini
disebabkan karena kebebasan kita berpendapat bukanlah bebas yang sebebas-bebasnya
melainkan masih ada batasan. Batasan yang dimaksud disini adalah batas yang terbentuk
karena adanya hak orang lain juga. Dimana kita sebagai mahluk sosial harus saling
menghargai satu sama lain.
6
Dengan kata lain, kebebasan mengemukakan pendapat tersebut harus dilaksanakan secara
bertanggung jawab. Maknanya, dalam mengemukakan pendapat harus dilandasi akal sehat,
niat baik, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, pendapat
yang dikemukakan tersebut bukan saja bermanfaat bagi dirinya, melainkan juga bermanfaat
bagi orang lain, masyarakat atau bahkan bagi bangsa dan negara.
7
2.3. Ancaman Kebebasan Berpendapat di Indonesia
Namuun pada pelaksanaannya, kritik terhadap pemerintah bukan hal yang mudah. Media
masa yang dibungkam, jurnalis yang hilang hingga gugatan pencemaran nama baik sudah
tidak menjadi rahasia lagi. Di jaman modern seperti sekarang ini, kita harus berhati-hati
dalam menyapaikan pendapat terlebih saat menyampaikan pendapat melalui internet karena
adanya UU ITE. UU ITE ini telah mengatur tata kelola internet sekaligus menetapkan
sejumlah perbuatan yang dilarang, antara lain: 1. konten ilegal, yang terdiri dari, antara lain:
kesusilaan, perjudian, penghinaan/pencemaran nama baik, penyebaran kebencian, ancaman
dan pemerasan (Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE); 2. akses ilegal (Pasal 30); 3.
intersepsi ilegal (Pasal 31); 4. gangguan terhadap data (Pasal 32 UU ITE); 5. gangguan
terhadap sistem (Pasal 33 UU ITE); 6. penyalahgunaan alat dan perangkat (Pasal 34 UU
ITE).
Biasanya orang yang mengkritik pemerintahan akan dijerat dengan UU ITE. Padahal bila
merujuk pada Pasal 310 dan 311 KUHP, pembuktian atas kasus pencemaran nama harus
lebih dulu dijelaskan mengenai niat. Itu artinya, mereka yang tidak melakukannya secara
sengaja tidak bisa dikenakan pasal pencemaran nama dengan mudah.
8
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap individu sejak dilahirkan yang telah dijamin
oleh konstitusi. Oleh karena itu, Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum dan
demokratis berwenang untuk mengatur dan melindungi pelaksanaannya. Kemerdekaan
berpikir dan mengeluarkan pendapat tersebut diatur dalam perubahan keempat Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 E ayat (3). Kebebasan berpendapat
arus dilaksanakan dengan baik. Menaati peraturan,bertanggung jawab terhadap pendapat
kita,dan menggunakan dasar Pancasila sebagai daar etika.
Di Indonesia, kebebasan berpendapat masih sering dibungkam. Sebagai warga negara yang
taat aturan, kita harus berhati-hati dalam berpendapat atau menyampaikan kritik kepada
pemerintah. Adanya UU ITE mengatur kita dalam menyampaikan pendapat di internet. Tidak
jarang orang yang seenaknya berpendapat atau mengkritik akan dijerat UU ITE sebagai
pencemaran nama baik.
Dengan kata lain, kebebasan mengemukakan pendapat tersebut harus dilaksanakan secara
bertanggung jawab. Maknanya, dalam mengemukakan pendapat harus dilandasi akal sehat,
niat baik, dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, pendapat
yang dikemukakan tersebut bukan saja bermanfaat bagi dirinya, melainkan juga bermanfaat
bagi orang lain, masyarakat atau bahkan bagi bangsa dan negara.
9
DAFTAR PUSTAKA
(https://geotimes.co.id/fokus/uu-ite-antara-ancaman-dan-kebebasan-berpendapat/)
Kompas.com :
(https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/27/200000869/kebebasan-menyampaikan-
pendapat?pag)
(https://www.kompasiana.com/socabr/54f5dd86a33311f64e8b480f/hak-kebebasan-
berpendapat#)
(https://www.kompasiana.com/arnanvictor/5836efbd329773232e5ae87c/kebebasan-
berpendapat-di-indonesia?page=all)
10