Anda di halaman 1dari 8

LABORATORIUM KIMIA FARMASI ANALISI II

PRODI SARJANA FARMASI

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA PERSADA BATAM

LAPORAN PRAKTIKUM
TITRASI ASAM BASA

NAMA : AULIA SALWA

NIM : 61608100818011

HARI/TANGGAL : SENIN, 29 SEPTEMBER 2020

DOSEN PEMBIMBING :GHALIB SYUKRILAH SYAHPUTRA S.FARM, M.FARM

LABORATORIUM KIMIA FARMASI ANALISIS II

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA PERSADA

BATAM

2020
TITRASI ASAM BASA

1. TUJUAN

Menentukan kadar suatu senyawa asam atau basa yang terdapat dalm suatu sampel

2. TEORI

Titrasi adalah suatu metode untuk menetukan konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi dilakukan
dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang diketahui konsentrasinya. Reaksi di lakukan
secara bertahap ( tetes demi tete) hingga tepat mencapai titik stokiometri atau titik setara. ( Sunarya,
2007; 168 )

Asidimetri dan alkalimetri adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan jumlah contoh tertentu yang
akan dianalisis.contoh sesuatu yang dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui). Proses analisis yang
melibatkan pengukuran yang seksama volume-volume suatu asam dan basa yang saling menetralkan.
( Keenan, 1998 ; 442 )

Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa.
Basa adalah senyawa yang mengandung  ion OH– atau menghasilkan OH– ketika bereaksi dengan air.
Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air. Teori Bronsted memperluas definisi
asam dan basa dengan menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori
Bronsted menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam dan
larutan natrium asetat bersifat basa. Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang
dapat memberikan proton  kepada zat yang lain . Dalam hali ini , proton adalah atom hidrogen yang
kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa
menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain (Golberg, 2002).

Dalam analisis kuantitatif, indikator digunakan untuk menentukan titik ekuivalen dari titrasi asam
basa. Karena indikator mempunyai interval pH yang berbeda-beda dan karena titik ekuivalen dari
titrasi asam basa berubah-ubah sesuai dengan kekuatan relatif asam basanya, maka pemilihan
indikator merupana hal terpenting. Titrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya (Sukardjo, 1984).

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan titrat tetes demi
tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis
bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai
“titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana
jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir
titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen. (Adi Gunawan : 2004).
3. ALAT DAN BAHAN

a. ALAT :
 Labu ukur 100 ml
 Botol tertutup gabus
 Pipet ukur 10 ml
 Buret
 Erlenmeyer
b. BAHAN :
 H2C2O4.5H2O 0,1 N
 NaOH
 Aquades
 Etanol 70%
 Phenolphthalein
 Indikator PP
 Asam klorida ; asam salisilat

4. PROSEDUR KERJA

NO. Cara Kerja Hasil Diskusi


1. Pembuatan Larutan
a. Pembuatan larutan baku primer Asam oksalat dan
H2C2O4.5H2O 0,1 N: asam salisilat harus
memiliki pH < 7 yang
Timbang H2C2O4.5H2O yang dibutuhkan.
menunjukkan bahwa
↓ zat ini bersifat asam.
Masukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Sedangkan NaOH
↓ harus memiliki pH > 7
Larutkan dengan aquades sampai tepat yang menunjukkan
tanda batas. bahwa zat ini bersifat
↓ basa.
tutup labu ukur dan kocok sampai
homogen.

b. Pembuatan larutan baku sekunder (Hasil pembuatan larutan


baku primer asam oksalat)
NaOH 0,1 N:
Timbang ± 25 gram NaOH.

Larutkan dengan 25 mL aquades ke dalam
botol tertutup gabus dilapisi plastik.

Panaskan 1 L aquades didihkan 5-10 menit
(sejak mendidih).

Dinginkan dan masukkan ke dalam botol
yang tertutup plastik.

Menggunakan pipet ukur Ambil 6,5 mL
larutan NaOH tersebut (bagian yang jernih)

Masukkan ke dalam botol yang berisi
aquades yang telah didihkan tadi.

Beri etiket setelah botol dikocok.

Bakukan NaOH ini dengan larutan asam.
c. Pembuatan indikator Phenolphtalei

Larutkan 1 g phenolphthalein dalam (Hasil pembuatan larutan
baku baku sekunder
100 mL etanol 70%. NaOH)

Indikator PP ini, kami


menggunakan Indikator
PP yang telah tersedia di
laboratorium.
2. Pembakuan
Pembakuan larutan NaOH dengan
H2CO4.2H2O (Asam Oksalat)

Masukkan larutan NaOH ke dalam buret,
sebelumnya dibilas dulu dengan larutan
NaOH tersebut.

Pipet 10 mL asam oksalat dengan volume
pipet dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

Tambahkan 1-2 tetes phenolphthalein.

(Hasil pembakuan larutan
Titrasi larutan asam oksalat dengan NaOH NaOH dengan Asam
sampai terjadi perubahan warna dari tidak Oksalat. Titik akhir titrasi
berwarna menjadi rose muda. berubah menjadi warna
merah muda/rose muda)

Catat volume NaOH yang dikeluarkan.

Lakukan titrasi minimal duplo (dua kali)
3. Penetapan Sampel
a. Penetapan Kadar HCl:
Masukkan Sample yang mengandung HCl,
ke dalam Erlenmeyer.

Tambahkan 1-2 tetes indikator
phenolphthalein.

Titrasi larutan tersebut dengan NaOH,
sampai terjadi perubahan warna menjadi
rose muda.

Catat volume NaOH yang dikeluarkan.

Lakukan titrasi minimal duplo.

Hitunglah kadar HCl dari sampel

b. Penetapan kadar asam salisilat:


± 250 mg sampel ditimbang dengan
seksama.

Larutkan dalam 15 mL etanol 95% netral.

Tambahkan 20 mL air.
↓ (Hasil titrasi asam oksalat
Titrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan berubah menjadi warna
indikator pp, hingga larutan berubah merah muda dengan
menjadi merah muda. banyak NaOH 10,5 ml
yang digunakan)

Note :
Pembuatan etanol netral :
Ke dalam 15 mL etanol 95%→tambahkan
1 tetes merah fenol→kemudian tambahkan
bertetes-tetes NaOH 0,1 N→hingga larutan
berwarna merah.

5. PEMBAHASAN

Titrasi asam basa bertujuan menetapkan kadar suatu sampel asam dengan mentitrasinya dengan
larutan baku basa (alkalimetri) atau sampel basa dengan larutan baku asam (asidimetri). Asidimetri adalah
metode volumetri dan titrimetri yang didasarkan pada pengukuran seksama jumlah volume asam yang
digunakan. Baik untuk zat-zat organik maupun untuk zat-zat anorganik. Sedangkan alkalimetri adalah
metode titrimetri yang didasarkan pada pengukuran seksama jumlah volume basa yang digunakan.
Asidimetri dan alkalimetri adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang di
ketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan jumlah contoh tertentu yang akan dianalisis.
Prosedur analisis yang melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa
yang tepat saling menetralkan.
Asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin merupakan salah satu turunan dari asam
salisilat. Asam asetil salisilat adalah obat yang paling sering digunakan untuk meredakan nyeri ringan
sampai sedang. Asam salisilat memiliki pH < 7 yang menunjukkan bahwa zat ini bersifat asam (Darsono,
2002).

Larutan NaOH distandarisasi karena larutan NaOH merupakan larutan standar sekunder yang
konsentrasinya selalu berubah dan memiliki tingkat kemurnian yang lebih rendah dibandingkan dengan
larutan primer. Pada percobaan ini, dilakukan dengan penambahan larutan standar ke dalam asam oksalat
yang telah diketahui konsentrasinya dan telah ditetesi beberapa tetes indikator phenolftalein. Indikator
phenolftalein berfungsi sebagai penanda tercapainya titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan
berubahnya warna larutan menjadi merah muda disebabkan karena indikator phenolftalein. Titik pada saat
indikator memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi, dan pada saat ini titrasi harus dihentikan.
Idealnya bila indikator dan kondisi titrasi sesuai, maka titik akhir titrasi dan titik ekivalen akan berimpit
atau setidaknya hanya terdapat sedikit perbedaan. Dimana titik ekivalen adalah titik dimana mol asam dan
mol basa sama (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:6).

Dalam percobaan penetapan sampel yang di gunakan adalah asam salisilat mula-mula timbang asam
salisilat sebanyak 250 mg, larutkan dalam 15 ml etanol 95% netral, tambahkan 20 ml air. Titrai dengan
NaOH 0,1 N menggunakan indicator PP, hingga berubah menjadi merah muda. Hasil dari titrasi NaOH
untuk mengubah warna larutan menjadi merah muda adalah 10,5 ml .

Perhitungan :

NaOH : 0,1 N~0,1 M

Asam salisilat : ? → 250 mg ≈ 0,25 g Jadi : V1 x M1 = V2 x M2

M V1 x 0,1 N = 35 ml x 0,035
n=
V
,
1,225
V1 =
M 0.1
0,001 =
35 ml
V1 = 12,25 ml
M = 0,035
Matematisnya adalah 12,25 ml sedangkan di
Nilai asam salisilat adalah 0,035 praktikum titrasi hasilnya adalah 10,5 ml, jadi
hasilnya matematisnya tidak berbeda jauh.

6. KESIMPILAN

 Titrasi adalah suatu metode untuk menetukan konsentrasi zat didalam larutan. Titrasi
dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang diketahui konsentrasinya.
Reaksi di lakukan secara bertahap ( tetes demi tete) hingga tepat mencapai titik stokiometri
atau titik setara. ( Sunarya, 2007; 168 )
 Asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin merupakan salah satu turunan dari
asam salisilat. Asam asetil salisilat adalah obat yang paling sering digunakan untuk meredakan
nyeri ringan sampai sedang. Asam salisilat memiliki pH < 7 yang menunjukkan bahwa zat ini
bersifat asam.

 Larutan NaOH distandarisasi karena larutan NaOH merupakan larutan standar sekunder yang
konsentrasinya selalu berubah dan memiliki tingkat kemurnian yang lebih rendah
dibandingkan dengan larutan primer. NaOH harus memiliki pH > 7 yang menunjukkan bahwa
zat ini bersifat basa.

 Penggunaan PP dalam titrasi yaitu : 1. Tidak dapat digunakan dalam titrasi asam kuat oleh
basa kuat. Karena pada titik equivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva
titrasi hal ini disebabkan karena titrasi saling menetralkan sehingga akan berhenti pada ph 7.

 Hasil dari titrasi NaOH adalah 10,5 ml.


DAFTAR PUSTAKA

Darsono, 2002. Diagnosis dan terapi Intoksikasi salisilat. Universitas Kristen maranatha

Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.

Press Keenan,C.W. Kimia,1990. Untuk Universitas. Jakarta; Erlangga Khopkar, S.M.,

Sukardjo, 1984.Kimia Organik . Jakarta ; Rineka Cipta.

Sunarya, Yayan, 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung; Invers.

Anda mungkin juga menyukai