2.10.1 Monitoring
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran
kemajuan atas objektif program/memantau perubahan yang fokus pada proses
masuk dan keluar.
2.10.2 Evaluasi
Evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial secara sistematis
menginvestigasi efektifitas program dan menilai kontribusi program terhadap
perubahan (Goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau
perluasan program (rekomendasi)
1) Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian,
2) Evaluasi terkadang membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok
pembanding,
3) Evaluasi melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu,
4) Evaluasi melibatkan studi/penelitian khusus.
Kaitan antara Monitoring dan Evaluasi adalah evaluasi memerlukan hasil
dari monitoring dan digunakan untuk kontribusi program (Anonim, 2012).
Monitoring bersifat spesifik program, sedangkan Evaluasi tidak hanya
dipengaruhi oleh program itu sendiri, melainkan variabel-variabel dari luar.
Tujuan dari Evaluasi adalah evalausi efektifitas dan cost effectiveness.
Tujuan : meningkankan produktivitas para pengelola perbekalan farmasi di
rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum (Depkes RI,2008)
2.11 Pelayanan farmasi klinik
Pelayan farmasi klinik adalah pendekatan profesional yang bertangggung
jawab dalam menjamin penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan
pengetahuan, keahlian, keterampilan dan prilaku tenaga farmasi serta bekerja
sama dengan profesi kesehatan yang lain. Tujuan pelayanan farmasi klinik
adalah:
2) Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi penggunaan obat,
3) Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang
terkait dalam pelayanan farmasi,
4) Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah
sakit,
5) Melaksanakan kebijakan obat dirumah sakit dalam rangka meningkatkan
penggunaan obat secara rasional (Anonim.2012).
Karakteristik pelayanan farmasi klinik di rumah sakit adalah :
1) Berorientasi kepada pasien,
2) Terlibat langsung di ruang perawatan di rumah sakit (bangsal),
3) Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi setelah pengobatan dimulai
dan memberi informasi bila diperlukan,
4) Bersifat aktif, dengan memberi masukkan kepada dokter sebelum
pengobatan dimulai, atau menerbitkan buletin informasi obat atau
pengobatan,
5) Bertanggungjawab atas semua saran atau tindakan yang dilakukan,
6) Menjadi mitra dan pendamping dokter.
Sistem pelayanan kesehatan pada konteks farmasi klinik, farmasi adalah
ahli pengobatan dalam terapi. Mereka bertugas melakukan evalusi pengobatan
dan memberikan rekomendasi pengobatan, baik kepada pasien maupun tenaga
kesehatan lain. Farmasis merupakan sumber utama informasi ilmiah terkait
dengan penggunaan obat yang aman, tepat dan cost effective.
Kegiatan pelayanan farmasi klinik meliputi:
b) Pengkajian resep, yaitu merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian
yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan,
c) Dispensing, yaitu merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interprestasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/tiket,
penyerahan obat dengan memberikan informasi obat yang memadai disertai
sistem dokumentasi. Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaan,
yaitu dispensing sediaan farmasi khusus (nutrisi parental dan
pencampuran obat steril) dan dispensing sediaan farmasi berbahaya
(penanganan obat kanker secara aseptis),
d) Pemantauan dan pelaporan efek samping obat, yaitu merupakan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, dia gnosis dan terapi ,
e) Pelayanan informasi obat (PIO), yaitu kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh tenaga farmasi untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias
dan terkini kepada perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan dari PIO adalah:
1) Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien atau
keluarganya dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit,
2) Menyediakan inforamasi untuk kebijakan yang berhubungan dengan
obat yang ditetapkan PFT,
3) Meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi,
4) Menunjang pengolahan dan terapi obat yang rasional dan berorientasi
pada pasien,
5) Konseling,adalah suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
6) Pemantauan kadar obat dalam darah, yaitu melakukan pemeriksaan
kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dokter yang merawat
karena indeks terapi yang sempit,
7) Ronde/visite pasien, yaitu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini bertujuan:
pemilihan obat, menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi
terapik, menilai kemajuan pasien, bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain,
8) Pengkajian penggunaan obat, yaitu program evaluasi penggunaan obat
yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obatan
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh
pasien (Anonim,2001).