Di susun oleh :
VIVIN KARLINA
14901.07.20044
Hari :
Tanggal :
Mengetahui Mahasiswa
Vivin Karlina
14901.07.20044
Dodik Hartono,
S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep
Kepala Ruangan
Ruang Operasi
LEMBAR KONSULTASI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi HIL
2. Fisiologi HIL
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut
namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan (Syaifuddin, Haji, 2014).
D. MANIFESTASI KLINIS
E. KLASIFIKASI
a. Hernia hiatal
Adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorok turun,
melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga
sebagian perut menonjol ke dada/ thoraks).
b. Hernia Epigastrik
Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian tulang rusuk di
garisan tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan
lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut
yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak
dapat di dorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali
ditemukan.
c. Hernia umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar)
yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Jika kecil (kurang
dari satu centimeter) hernia jenis ini biasanya menutup secara
bertahap sebelum usia 2 tahun.
d. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul
sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum. Orang awam
biasanya menyebutnya “turun bero” atau hernia. Hernia inguinalis
terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus
menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi
pada laki-laki dari pada perempuan.
e. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
f. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut.
Hernia ini muncul sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika
otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
g. Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram
tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus
invertebralis yang menyerang goncangan cakram dan meningkatkan
elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia,
terjadi herniasi diskus invertebralis yang menyebabkan saraf terjepit
(sciatica). HNP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga
vertebra lumbar bawah.
2. Hernia Berdasarkan Terjadinya:
a. Hernia bawaan atau kongenital
Petogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga
terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini
telah mengalami obliterasi sehingga isis rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensi, maka
pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita.
b. Hernia dapatan atau akuisita, adalah hernia yang timbul karena
berbagai faktor pemicu
F. PATOFISIOLOGI
Herniaterdiridaritigaunsuryaitukantongherniayangterdiridariperiton
eum, isi hernia (usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain
atau organ ekstra peritonel seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli -
buli), dan struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit
(skrotum), umbilikus, paru dan sebagainya(Prince, Sylvia A Wilson,
2012).
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau di
dapat, lebih banyak terjadi pada pria dari pada wanita. Faktor yang
berperan kausal adalah adanya prosesur faginalis yang terbuka,
peningkatan tekanan intra abdomen (pada kehamilan, batuk kronis,
pekerjaan,mengangkat.berat,mengejan saat defekasi dan miksi,akibat
BPH dan kelemahan otot dinding perut karena usia) (Prince, Sylvia A
Wilson, 2012).
Jika lubang hernia cukup besar maka isi hernia (usus) dapat
didorong masuk lagi keadaan ini di sebut hernia reponibel. Jika isi hernia
tidak dapat masuk lagi disebut hernia inkaserata, pada keadaan ini terjadi
bendungan darah pembuluh darah yang disebut strangulasi. Akibat
gangguan sirkulasi darah akan terjadi kematian jaringan setempat yang
disebut infark .Infark pada usus disertai dengan rasa nyeri dan
perdarahan di sebut infark hemoragik. Bagian usus yang nekrotik
berwarna merah kehitam-hitaman dengan dinding yang menebal akibat
bendungan dalam vena. Darah dapat juga masuk ke dalam isi hernia
(usus) atau ke dalam kantong hernia. Akibat infeksi kuman yang ada
dalam rongga usus yang terbendung, maka mudah terjadi pembusukan
atau gangrene (Prince, Sylvia A Wilson, 2012).
PATHWAY
Hernia insisional
Hernia umbikalis Hernia para Hernia Hiatus hernia
kongenital umbikalis inguinalis
Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia
keluar melalui melewati dinding memasuki celah memasuki memasuki celah
umbikalis abdomen inguinal rongga thorak bekas insisi
Kerusakan
integritas kulit
G. KOMPLIKASI
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga
isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut
kembung, muntah dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4. Sinar X abdomen
Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus
atau obstruksi usus (Padila, 2013).
I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Konservatif:
a. Reposisi :Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke
tempatnya semula secara hati-hati dengan tindakan yang
lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada
hernia reponibilisdengan menggunakan kedua tangan. Tangan
yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang
lain memasukkan isi hernia melalui herniatadi.
b. Pemakaian penyangga/sabuk hernia : Pemakaianbantalan
penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup.
2. Aktivitas dan diet
a. Aktivitas : Hindari mengangkat barang yang berat sebelum
atau sesudah pembedahan.
b. Diet : Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan
sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan
tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama
buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkar
bonasi,minuman beralkohol dan setiap makanan atau bumbu
yang memperburuk gejala(Brunner And Suddart, 2014).
3. Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:
a. Herniotomi
Membuka dan memotong kantong hernia serta engembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint lenton (penebalan antara tepi bebas m.obliquus
intraabdominalis dan m.transversus abdominalis yang berinsersio
di tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint lenton pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang / tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup
otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-
macam manurut kebutuhannya (ferguson, bassini, halstedt,
hernioplasty, pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis
dikerjakan dengan cara MC. Vay).
Tujuan utama fase ini adalah menyingkirkan jaringan yang mati, dan
pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh agen mikrobial patogen. Setelah
hemostasis tercapai, sel radang akut serta neutrofil akan menginvasi daerah
radang dan menghancurkan semua debris dan bakteri. Dengan adanya
neutrofil maka dimulai respon keradangan yang ditandai dengancardinal
symptoms, yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan functio laesa.
b) Fibroblast
Fibroblas memiliki peran yang sangat penting dalam fase ini.
Fibroblas memproduksi matriks ekstraselular yang akan mengisi kavitas
luka dan menyediakan landasan untuk migrasi keratinosit. Matriks
ekstraselular inilah yang menjadi komponen yang paling nampak pada
skar di kulit. (Haryono R, 2012).
c) Re-epitelisasi
Secara simultan, sel-sel basal pada epitelium bergerak dari daerah
tepi luka menuju daerah luka dan menutupi daerah luka.(T Velnar, 2009).
Pada tepi luka, lapisan single layer sel keratinosit akan berproliferasi
kemudian bermigrasi dari membran basal ke permukaan luka. Ketika
bermigrasi, keratinosit akan menjadi pipih dan panjang dan juga
membentuk tonjolan sitoplasma yang panjang. Mereka akan berikatan
dengan kolagen tipe I dan bermigrasi menggunakan reseptor spesifik
integrin. Kolagenase yang dikeluarkan keratinosit akan mendisosiasi sel
dari matriks dermis dan membantu pergerakan dari matriks awal. Sel
keratinosit yang telah bermigrasi dan berdiferensiasi menjadi sel epitel ini
akan bermigrasi di atas matriks provisional menuju ke tengah luka, bila
sel-sel epitel ini telah bertemu di tengah luka, migrasi sel akan berhenti
dan pembentukan membran basalis dimulai (Haryono R, 2012).
3. FaseMaturasi
Fase maturasi ini berlangsung mulai hari ke-21 hingga sekitar 1
tahun yang bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan dan integritas
struktural jaringan baru pengisi luka, pertumbuhan epitel dan
pembentukan jaringan parut (Haryono R, 2012).
Setidaknya terdapat tiga prasyarat kondisi lokal agar proses
penyembuhan luka dapat berlangsung dengan normal, yaitu:
1. semua jaringan di area luka dan sekitarnya harus vital
2. tidak terdapat benda asing
3. tidak disertai kontaminasi eksesif atau infeksi
J. MASALAH KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A.PENGKAJIAN
1. Identitas
Menurut dermawan & rahayuningsih (2010) hal yang perlu
dikaji pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat
pekerjaan mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama,
terdapat benjolan pada bagian yang sakit, kelemahan otot, nyeri
tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut. Penyakit
Hernia sering terjadi pada anak2 dan pada dewasa yang mengerjakan
kegiatan berlebihan, melakukan pengangkatanbenda berat.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : Terdapat benjolan keluar masuk/ keras dan yang
tersering tampak benjolan di lipat paha. adanya rasa nyeri pada daerah
benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Perawat menentukan kapan gejala mulai timbul. Apakah gejala timbul,
perawat juga menanyakan tentang durasi gejala, perawat mencatatkan
informasi spesifik seperti: letak, intensitas dan kualitas gejala.
b. Riwayat penyakit dahulu
Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat kesehatan masa lalu
memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien.
Perawat mengkaji apakah klien dirawat di rumah sakit atau pernah
mengalami operasi. Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi,
tuberkulosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian preoperatif.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang
hubungan keluarga langsung dan hubungan darah. Sasarannya
adalah untuk menentukan apakah klien beresiko terhadap penyakit-
penyakit yang bersifat genetik atau famtikal dan untuk mengidentifikasi
area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat
keluarga juga memberikan informasi tentang struktur keluarga,
interaksi dan fungsi yang mungkin berguna dalam merencanakan
asuhan.
d. Riwayat psikososial
Riwayat psikososial yang lengkap mewujudkan siapa sistem
pendukung klien, termasuk pasangan, anak-anak, anggota keluarga
lain atau teman dekat. Riwayat psikososial termasuk informasi tentang
cara-cara yang biasanya klien dan anggota keluarga gunakan untuk
mengatasi stress. Peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan
rencana pembedahan, serta perlunya informsi prabedah.
3. Pengkajian Keperawatan
1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi,pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan
kesehatan menggambarkan persepsi,pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan,dan penatalaksanaan
kesehatan
3) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola Fungsi eksresi,kandung kemih dan Kulit
Kebiasaan defekasi,ada tidaknya masalah defekasi,masalah miksi
(oliguri,disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi,
Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran
kemih,masalah bau badan, perspirasi berlebih, dan akan Diare /
konstipasi, melena, oligouria sampai anuria.
4) Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan,aktivitas,fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit. Dan
klien akan merasa Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, dan
akan menurunnya aktivitas sehari-hari.
6) Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur,istirahat dan persepasi tentang
energy. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur,
insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih. Dan
pada pasien HIL ini istirahat tidurnya akan dapat terganggu karena
ketidak nyamanan setelah operasi.
9) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau
dirasakan dengan seksualitas.
10) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan
penggunaan system pendukung penggunaan obat untuk menangani
stress
.
11) Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai,keyakinan termasuk
spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah.
b. TTV= TD : Normal / hipertensi , Suhu : Hipotermi, Nadi : Tachicardi, RR :
Normal / meningkat.
c. Kepala
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahan sakit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Rambut
Inspeksi : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna, Ketombe,
kerontokan
e. Mata
Inspeksi : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah muda,
konjunctiva tidak anemis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
f. Hidung
Inspeksi : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
g. Telinga
Inspeksi : Simetris, terdapat mukus / tidak
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan.
h. Bibir
Inseksi : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan.
i. Leher
Inspeksi : Tidak ada edema
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfea pada
leher dan tidak ada nyeri tekan
j. Dada
1) Paru :
Inspeksi : Tidak menggunakan otot bantu nafas, serta perubahan
kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Palpasi : pada HIL tidak terdapat nyeri tekan, dan kemungkinan
taktil fremitus akan tidak simetris karena terjadinya penurunan
kesadaran.
Perkusi : pada klien HIL terdapat suara sonor
Auskultasi :Tidak ada suara tambahan atau vesikuler
2) Jantung
Inspeksi : pada klien HILakan terdapat ictus cordis.
Palpasi : denyut jantung akan irreguler
Perkusi : pada klien HIL akan terdapat suara pekak.
Auskultasi : akan ditemukan suara murmur jika terdapat kelainan
jantung
k. Abdomen
Inspeksi : terdapat luka post operasi di abdomen
regioninguinal
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada
daerah inguinalis
Perkusi : Dullness
Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 per menit)
l. Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada edema
Bawah : Simetris, tidak ada edema
m. Genetalia
Inspeksi : Scrotum kiri dan kanan simetris, ada lesi
5. Pemeriksaan penunjang
a. Cahya X abdomen menandadakan tanda tidak normalnya kadargasyang
terdapat pada usus/ obstruksi usus.
b. Cara mengetahui darah lengkap dan serum elektrolit dapat menghaslkan
peningkatan konsentrasi (peningkatan hemotokrit),peningkatan sel darah
putih dan ketidakseimbangan nya elektrolit.
a. Intraoperasi
Diagnosa Keperawatan :Risiko perdarahan berhubungan
dengan Proses pembedahan Intervensi Keperawatan
Deagnosa
SLKI SIKI
keperawatan
b. Post operasi
iagnosa Keperawatan : Resiko jatuh b.d agen farmaseutikal
(efek anestesi)
Deagnosa
SLKI SIKI
keperawatan
E.Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien
mencapai tujuan yangditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan
keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapaitujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapaitujuan).
Proses evaluasi keperawatan terdiri dua tahap yaitu
mengukurpencapaian tujuan klien dan membandingkan data yang
terkumpulkan dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Handayaningsih Isti.
2009)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner And Suddart. 2014. Keperawatan Medical Bedah Edisi 12. Jakarta :
EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.