Oleh:
Lutviatil Lailiyah
14901.07.20019
PROBOLINGGO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PASIEN KASUS DEMAM THYPOID DI PUSKESMAS
JABUNG PROBOLINGGO
MAHASISWA
Lutviatil Lailiyah
NIM: 14901.07.20019
KEPALA RUANGAN
LEMBAR KONSULTASI AKADEMIK
No Tanggal Pembimbing Evaluasi Paraf
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM THYPOID
bagian, yaitu:
1) Mulut
Mulut adalah permulaan dari saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian
yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang antara gusi, gigi,
bibir dan pipi. Sedangkan bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi, dan di sebelah belakang
Saliva adalah cairan yang bersifat alkali yang mengandung misin, enzim
pencernaan zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi saliva
yaitu ;
berbicara.
menjadi lobus dan dengan bantuan lidah lidah dan pipi sera belakang
2) Faring
terhadap infeksi.
3) Esofagus
Esofagus adalah tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm, dimulai dari
4) Gaster (Lambung)
makanan dengan getah lambung. Getah ini mengandung 0,4 % HCl yang
mengasamkan semua makanan, bekerja sebagai antiseptikdan desinfektan.
b) Renin adalah ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
1) Usus Halus
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan makanan yang berpangkal
pangkreas yang terdiri dari 3 jenis enzim yaitu enzim amilase, lipase dan
tripsin.
menempati 3/5 akhir.di usus terdapat getah usus (sukus enterikus) yang
melalui dua saluran yaitu pembuluh kapiler darah dan saluran limfe di vili.
2) Usus Besar
Usus besar merupakan sambungan dari usus halus yang dimulai dari katub
ikosekal. Fungsi ikosekal adalah untuk mengontrol pasase isi usus kedalam
usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Lapisan usus
besar terdiri dari dalam keluar, yaitu selaput lendir, lapisan otot melingkar,
Lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Adapun fungsi dari usus besar yaitu :
c) Sekresi musin
d) Defekasi
a) Sekum
b) Apendiks verivornis
Bagian usus besar yang muncul seperti corong dari akhir sekum,
c) Kolon Asendens
d) Kolon Tranversum
Terletak dibawah hati berbelok pada flexura hepatica, lalu berjalan melalui
e) Kolon Desendens
f) Kolon sigmoid
4) Anus
Jalan keluar dari sisa makan yang diatur oleh jaringan otot lurik yang
elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh.
dalam sel. Menurut Sherwod (2001), secara umum sistem pencernaan melakukan
a. Motilitas
tonus yang terus menerus terdapat dua jenis dasar motilitas pencernaan yaitu :
pencernaan.
pencernaan.
b. Sekresi
dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting dalam proses
c. Pencernaan
kompleks menjad struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap oleh enzim.
1) Karbohidrat
2) Protein
Protein terdiri dari kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida.
Protein akan diuraikan menjadi asam amino serta beberapa polipeptida kecil
3) Lemak
Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigelsida. Produk
d. Penyerapan
pencernaan berhenti dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe.
panjang sekitar 30 kaki (9 m) yang berjalan melalui bagian tengaj tubuh menuju
yaitu:
3) Saraf ekstrinsik.
pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ
1. Pencernaan Oral
Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses
dan pencampuran makanan yang dilakukan oleh gigi. Tujuan mengunyah adalah
menggiling dan memecah makanan, mencampur makanan dengan air liur, dan
dan secara refleks akan memicu sekresi saliva. Di dalam saliva terkandung
protein air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim. Fungsi saliva dalam proses
pencernaan adalah:
2. Menelan
bolus di dorong oleh lidah menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang
berperan dalam proses menelan. Tahap menelan dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
2) Tahap esofagus: pada tahap ini, pusat menelan memulai gerakan peristaltik
3. Kerja Lambung
lambung, yaitu:
1) Pengisian lambung (gastric filling): volume lambung kosong adalah 50 ml
antrum.
makanan.
segmen, yaitu:
penyerapan lemak.
lebih sering terjadi di bagian awal usus halus daripada di bagian akhir, maka
lebih banyak kimus yang terdorong ke depan daripada ke belakang. Akibatnya,
kimus secara perlahan bergerak maju ke bagian belakang usus halus dan selama
proses ini kimus mengalami proses maju mundur sehingga terjadi pencampuran
5. Kerja Kolon
Dalam empat jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum
saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorbsi efisien terhadap air dan
6. Defekasi
sfingter anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang terus
menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari sfingter ani interni dan sfingter
ani eksternus. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rektum
mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus
dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi
direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus mienterikus dan dalam keadaan
Bila ujung saraf dalam rektum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla
rektum, dan anus melalui serabut parasimpatis pelvikus. Sinyal parasimpatis ini
napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi
feses dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami
relaksasi dan menarik keluar cincin anus mengeluarkan feses (Guyton, 2008).
B. Pengertian
Demam tifoid dan demam paratifoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus. Demam paratifoid biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis
yang sama atau menyebabkan enteritis akut. Sinonim demam tifoid dan demam
paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, thyphus dan
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat –
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya suhu
meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya (Lestari,
2016).
C. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak,
laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015). Demam sering disebabkan
penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada
demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan
gejala yang menyertai demam. Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal dalam
a. Suhu lingkungan.
b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri salmonella thypi. Bakteri
salmonella thypi adalah berupa basil gram negative, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora, mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O, antigen H dan antigen
VI (Lestari, 2016).
D. Klasifikasi
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan
bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan
dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.
dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran
kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan
demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang
self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal
ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
(Nurarif, 2015)
E. Patofisiologi
makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung.
Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di
ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan
lamina propina, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe messenterial yang
typhi masuk kealiran darah melalui duktus thoracicus. Kuman-kuman salmonella typhi
lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di
plaque Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system retikuloendotial (Admin,
2008).
gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksin Salmonella typhi berperan pada
patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada
jaringan setempat Salmonella typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan
karena Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat
Proses penyakit
Thypus Abdominalis
Penurunan /peningkatan
Peristaltik usus
Konstipasi/Diare
G. Manifestasi Klinik
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala-gejala yang timbul
sangat bervariasi. Perbedaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di
daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari
penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan
komplikasi dan kematian. Hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah
Dalam minggu pertama penyakit, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
akut pada umumnya. Yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisik hanya dijumpai suhu badan meningkat. Dalam minggu kedua
gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang khas
(kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, gangguan mental berupa samnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis,
H. Pemeriksaan Penunjang
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi
penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah
lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan
dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu
3. Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus
dan perforasi.
4. Pemeriksaan bakteriologis
5. Pemeriksaan serologis
antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O
dan H. Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau
terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada
6. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat
demam tifoid.
I. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal :
b. Perdarahan usus
c. Perforasi usus
d. Ileus paralitik
2. Komplikasi ekstra-intestinal :
a. Komplikasi kardiovaskular :
tromboflebitis.
b. Komplikasi darah :
c. Komplikasi paru :
e. Komplikasi ginjal :
f. Komplikasi tulang :
g. Komplikasi neuropsikatrik :
sindrom katatonia.
Komplikasi sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum terutama
J. Penatalaksanaan
Pengobatan demam tifoid terdiri atas tiga bagian yaitu perawatan, diet dan obat-
obatan.
1. Perawatan
Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari
bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan
dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi
2. Diet
Dimasa lampau, pasien dengan demam tifoid diberi bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Karena
3. Obat
a. Kloramfenikol
b. Thiamfenikol
c. Ko-trimoksazol
f. Fluorokinolon.
Obat-obat simptomatik :
Dasar data atau data fokus pengkajian klien dengan demam thypoid antara lain :
1. Pengumpulan Data
a. Wawancara
1) Identitas klien
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-
turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
ke dalam tubuh.
digunakan. Gangguan dalam beribadat karena klien tirah baring total dan
lemah.
otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa pucat, luka, inflamasi
rongga mulut.
b) Pola eliminasi
Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena
mengalami gangguan.
sakitnya.
ini.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
muka kemerahan.
2) Tingkat kesadaran
4) Sistem kardiovaskuler
termasuk postural.
5) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam. Kulit dan membran mukosa seperti turgor buruk, kering, lidah
pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
6) Sistem muskuloskeletal
7) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
8) Sistem abdomen
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
c. Pemeriksaan penunjang
2) Pemeriksaan urine
3) Pemeriksaan tinja
4) Pemeriksaan bakteriologis
5) Pemeriksaan serologis
6) Pemeriksaan radiologi
adalah
Diare berhubungan dengan inflamasi iritasi dan malabsorpsi usus, adanya toksin
Konstipasi berhubungan dengan masukan cairan buruk, diet rendah serat dan
ekonomi.
sumber informasi.
M. Intervensi Keperawatan
1. hipertensi
SLKI
L.U TERMOREGULASI 1 2 3 4 5
Kulit merah
Kejang
Pucat
Takipnea
L.T STATUS CAIRAN 1 2 3 4 5
Turgor kulit
Perasaan lemah
Output urine
Intake urine
L.T STATUS NUTRISI 1 2 3 4 5
Sikap terhadap makanan dan minuman
Sariawan
Diare
Nafsu makan
SIKI
1. manajemen hipertermia
2. monitor suhu
3. lakukan pendinginan eksternal (kompres dingin)
4. longgarkan/ lepakan pakaian
5. sediakan lingkungan yang dingin
6. edukasi pengukuran suhu tubuh
7. identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
8. sediakan materi pendidikan kesehatan
9. beri kesempatan untuk bertanya
10. kompres dingin
11. pilih metode kompres yang nyaman dn mudah didapat
12. jelaskan prosedur pengunaan kompres dingin
13. pilih lokasi kompres
14. periksa suhu alat kompres
2. Intoleransi Aktivitas
SLKI
L.U TOLERANSI AKTIVITAS 1 2 3 4 5
Kecepatan berjalan
Jarak jalan
Kemudahan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
Perasaan lemah
L.T TINGKAT KELETIHAN 1 2 3 4 5
Kempuan melakukan aktivitas rutin
Sakit kepala
Pola nafas
Pola istirahat
L.T AMBULASI 1 2 3 4 5
Berjalan dengan langkah pelan
Berjalan dengan langkah sedang
Berjalan dengan langkah cepat
Nyeri saat berjalan
SIKI
1. Terapi aktivitas
2. Fasilitas aktivitas fisik rutin (perawatan diri)
3. Jelaskan metode aktivitas fisik jika perlu
4. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
5. Identifikasi deficit tingkat aktivitas
6. Dukungan spiritual
7. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
8. Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidak
berdayaan
9. Sediakan privasi dn waktu tenang untuk aktivitas spiritual
10. Ajarkan metode relaksasi
11. Pemantauan tanda vital
12. Monitor suhu tubuh
13. Monitor nadi
14. Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
15. Dokumentasikan hasil pemantauan
SIKI
1. Pemantauan cairan
2. Monitor jumlah, warna dan jenis urine
3. Dokumentasi hasil pemantauan
4. Monitor intake output cairan
5. Monitor elestisitas atau turgor kulit
6. Pemantauan tanda vital
7. Monitor sushu tubuh
8. Monitor nadi
9. Identifikasi perubahan tanda vital
10. Dokumentasi hasil pemantauan
11. Manajemen syok
12. Pertahankan jalan nafas paten
13. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
14. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
15. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaolit 1- 2 L pada dewasa dan 20
ML/BB pada anak.
N. Evaluasi
Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama demam tifoid dikatakan
berhasil/efektif jika :
2. Komplikasi minimal/dapat
dicegah.
berulangnya penyakit.
Daftar Pustaka
Pudiastuti, I.R., 2011. Waspadai penyakit pada anak. Hal 30-32, leskonfi. jakarta
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil.
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI