Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengertian halusinasi
Merupakan gangguan persepsi sensori dimana klien merasakan orientasi realitas. Klien
merasakan stimuluas berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, dan penghiduan
padahal stimulus tersebut tidak ada.

Faktor predisposisi
Faktor perkembangan, sosial budaya, psikososial, genetik dan biologis.
Psikososial : hubungan interpersonal yang tidak harmonis, peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat berujung pengingkaran terhadap
kenyataan. Pada kasus klien merasa sedih dan berguna karena klien merupakan harapan
keluarganya untuk membantu perekonomian, gagal nikah, dan PHK. Klien merasa malu
karena mengalami sakit gila.

Faktor presipitasi
Stimulus yang diterima individu sebagai ancaman, tantangan, dan tuntutan yang
memerlukan energi lebih untuk koping.
Stressor sosial budaya, faktor biokimia, psikologis, dan perilaku.
Perilaku sosial: klien halusinasi cenderung menyendiri dan juga isi halusinasi dijadikan sistem
kontrol oleh individu shg perintah halusinasi berupa ancaman, maka hal tersebut dapat
mengancam dirinya atau orang lain. Oleh karena itu, aspek penting dalam melakukan
intervensi ialah menimbulkan pengalaman interpersonal yang baik, serta mengusahakan
agar pasien tidak menyendiri. Jika klien selalu berinteraksi maka halusinasi tidak terjadi.

Tanda dan Gejala


Berbicara sendiri, marah-marah, mendengar suara yang menertawainya, klien mendengar
suara yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya, klien sering melamun, menangis,
menolak berinteraksi dengan teman seruangannya hanya berinteraksi dengan perawat
tertentu
2. Penatalaksanaan
- Obat-obatan yang dapat digunakan adalah obat anti psikosis
Obat antipsikosis pada umumnya membuat tenang tanpa mempengaruhi kesadaran
dan tanpa menyebabkan efek kegembiraan paradoksikal (paradoxical excitement)
namun tidak dapat dianggap hanya sebagai trankuiliser saja.

Efek samping
Gejala ekstrapiramidal adalah masalah yang paling mengganggu. Gejala ini paling
sering muncul pada penggunaan piperazin, fenotiazin (flufenazin, perfenazin,
proklorperazin, dan trifluoperazin), butiropenon (benperidol dan haloperidol) serta
sediaan bentuk depot. Gejala ini mudah dikenali tetapi tidak dapat diperkirakan
secara akurat karena bergantung pada dosis, jenis obat, dan kondisi individual
pasien. Gejala ekstrapiramidal termasuk di antaranya:
- Gejala parkinson (termasuk tremor) yang akan timbul lebih sering pada orang
dewasa atau lansia dan dapat muncul secara bertahap.
- Distonia (pergerakan wajah dan tubuh yang tidak normal) dan diskinesia, yang
lebih sering terjadi pada anak atau dewasa muda dan muncul setelah pemberian
hanya beberapa dosis.
- Akatisia (restlessness) yang secara karakteristik muncul setelah pemberian dosis
awal yang besar dan mungkin memperburuk kondisi yang sedang diobati.
- Tardive dyskinesia (ritmik, pergerakan lidah, wajah, rahang yang tidak disadari
[invuntary movements of tongue, face and jaw]) yang biasanya terjadi pada terapi
jangka panjang atau dengan pemberian dosis yang tinggi, tetapi dapat juga terjadi
pada terapi jangka pendek dengan dosis rendah. Tardive dyskinesia sementara
dapat timbul setelah pemutusan obat.

Peringatan dan Kontraindikasi


Antipsikosis sebaiknya digunakan dengan hati–hati pada pasien dengan gangguan hati
(lampiran 2), gangguan ginjal (lampiran 3), penyakit kardiovaskular, penyakit
parkinson (dapat diperburuk oleh antipsikotik), epilepsi (dan kondisi yang mengarah
ke epilepsi), depresi, miastenia gravis, hipertrofi prostat, atau riwayat keluarga atau
individu glaukoma sudut sempit (hindari klorpromazin, perisiazin, dan proklorperazin
pada kondisi ini). Perhatian juga diperlukan pada penyakit saluran napas yang berat
dan pada pasien dengan riwayat jaundice atau yang memiliki riwayat diskrasia darah
(Lakukan hitung darah jika timbul infeksi atau demam yang tidak diketahui
penyebabnya).

Antipsikosis Dosis per hari


Klorpromazin 100 mg
Klozapin 50 mg
Haloperidol 2-3 mg
Pimozid 2 mg
Risperidon 0,5-1 mg
Sulpirid 200 mg
Trifluoperazin 5 mg
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-saraf-pusat/42-psikosis-dan-gangguan-
sejenis/421-antipsikosis

- Terapi kejang listrik/ Elektro Compulsive Therapy


Pasien diberi obat bius ringan dan suntikan penenang otot untuk mencegah terjadi
kejang otot dan kemungkinan luka. Aliran listrik yang sangat lemah dialirkan ke
otak melalui kedua pelipis atau pada pada pelipis yang mengandung belahan otak
yang tidak dominan. Hanya aliran ringan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
serangan otak yang diberikan, karena serangan itu sendiri bersifat terapis, bukan
aliran listriknya. Pasien bangun beberapa menit dan tidak ingat apa-apa tentang
pengobatan yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan hilang ingatan tidak terjadi,
terutama bila aliran listrik hanya diberikan kepada belahan otak yang tidak
dominan. 4-6 kali pengobatan ini dilakukan dalam jangka waktu 2 minggu.
Tidak ada yang mengetahui secara pasti bagaimana kerja ECT, tetapi diketahui
ECT mengubah pola aliran darah di otak dan juga mengubah cara penggunaan
energi yang digunakan oleh bagian otak yang terlibat dalam kejadian depresi
sehingga dapat menyebabkan perubahan kimia otak.
(http://www.mind.org.uk/information-support/drugs-and-
treatments/electroconvulsive-therapy-ect/#.WBVv7tJ97IU)

Efek samping
Jangka pendek : kehilangan memori sementara setelah dilakukan terapi.
Jangka panjang : beberapa orang mengeluh memori mereka terpengaruh secara
permanen, memori kenangan mereka tidak pernah datang kembali. Hal ini masih
tidak jelas apakah karena ECT atau faktor lain seperti depresi. Beberapa mengeluh
seperti mereka menganggap kepribadian mereka telah berubah.
(http://www.rcpsych.ac.uk/mentalhealthinformation/therapies/electroconvulsiveth
erapy,ect.aspx)

ECT terpilih apabila,


1. Pasie depresi dengan percobaan bunuh diri aktif dan tidak mungkin menunggu
antidepresan bekerja.
2. Pasien depresi (terutama orang tua) yang memiliki kondisi medis sehingga
pemberian antidepresan cukup beresiko. Pasien dengan depresi dan OBS akan
lebih baik dengan ECT.
3. Pasien depresi berat yang telah diterapi secara adekuat dengan antidepresan
(60-70% membaik dengan ECT)

Kontraindikasi Penggunaan

Tidak ada kontraindikasi yang mutlak dan tidak terbukti menyebabkan kerusakan
otak atau gangguan intelektual permanen. Penyakit neurologik bukan suatu
kontraindikasi. Sebelum diberikan terapi listrik harus dikaji terlebih dahulu status
neurologi dan pemeriksaan jantung.
Davies, Teifon & TKJ Craig. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC.
Fadhli, Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Tomb, David A. 2003. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.

- Terapi Aktivitas Kelompok


-
3. Aspek legal etik

4. Pengkajian pada klien halusinasi difokuskan pada


5. Diagnosis Keperawatan
- Resiko mencederai diri, orang, lain, dan lingkungan b.d halusinasi
- Perubahan persepsi sensori: halusinasi b.d menarik diri
- Harga diri rendah
- Gangguan hubungan sosial

Tujuan Askep

- Klien dapat membina hubungan saling percaya


- Klien mengenal halusinasi yang dialaminya
- Klien dapat mengontrol halusinasi
- Klien dapat mendukung keluarga untuk mengontrol halusinasi
- Klien dapat memanfaatkan obat untuk mengatasi halusinasi
(Stuart, Laraia, 2005)
Tujuan Umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Muhith, Abdul.2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai