4.1 PENGERTIAN DIFERENSIASI Diferensiasi adalah tindakan merancang serangkaian perbedan yang berati untuk membedakan dengan tawaran pesaing. Dengan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatkannya rata-rata pendapatan yang bisa dibelanjakan. Bisa diperkirakan bahwa berbagai masalah akan menjadi lebih parah dengan semakin meningkatnya perbedaan barang yang diminta oleh sektor yang berlainandalam masyarakat. Peningkatan segmentasi dunia industri tersebut jelas berarti bahwa perumusan perdagangan eceran yang lama tidak akan mungkin terus berhasil, dan generalisasi harus menyingkir untuk kemudian digantikan dengan spesialisasi atau diferensiasi untuk kelompok pelanggan tertentu. Dengan kata lain pengecer yang berhasil adalah yang paling bisa menyesuaikan barang dan jasanya dengan permintaan pasar.
4.2 CIRI DIFERENSIASI
Dengan mengubah satu unsur pelayanan atau lebih, toko eceran bisa membedakan dirinya dari pesaing. Dalam prosesnya, mereka bisa melayani satu bagian atau segmen dari populasi dengan efektif (dan menguntungkan). Dimensi yang bisa ditelusuri untuk mencapai diferensiasi itu adalah: 1. Variasi barang tersedia (termasuk produk dengan merek sendiri) 2. Kedalaman jenis barang yang tersedia dalam satu kategori tertentu 3. Keunikan barang 4. Barang 5. Mutu barang 6. Jam buka toko 7. Banyaknya pelayanan pribadi 8. Kredit 9. Suasana toko/rancangan interior 10. Tata letak toko 11. Rancangan bagian luar toko 12. Jalan penghubung 13. Pengiriman 14. Pelayanan purna jual
4.3 PENERAPAN DIFERENSIASI
Menurut Alan West (1988:182) terdapat tiga patokan utama untuk suatu diferensiasi eceran yang berhasil, yakni kesederhanaan, ketepatan, dan konsistensi. 1. Sederhana Patokan pertama berkaitan dengan kenyataan bahwa konsep eceran yang berhasil akan dicapai melalui diferensiasi yang terbatas tetapi jelas dari persaingan yang ada. 2. Ketepatan Ketepatan berkaitan dengan kenyataan bahwa rumus eceran yang dipilih harus dicocokkan dengan kebutuhan dari berbagai populasi yang dituju. 3. Konsistensi Masalah utama yang dihadapi pengecer adalah tidak adanya konsistensi dalam penawaran produk kepada konsumen. Toko- toko tidak hanya berbeda satu dengan yang lain, bahkan mutu pelayanan di suatu toko tertentu bisa berbeda dari hari ke hari. Semua peritel bisa mengurangi, setidaknya sebagian dari masalah yang timbul dari variabilitas yang ada dalam konsep pelayanan melalui satu atau lebih rancangan, seperti: Memaksimalkan pelatihan staf agar tingkat pelayanan yang baku bisa dipertahankan, serta merekrut dan memotivasi karyawan untuk menjaga komitmen staf. Memutuskan pembelian dan pengiriman produk untuk memastikan keseragaman mutu. Melakukan investasi dalam teknologi untuk mengurangi keterlibatan staf dan meningkatkan kecepatan aliran dalam toko. Melakukan investasi untuk penggunaan label yang baik dan organisasi untuk mengurangi keterlibatan staf. Membakukan tata letak toko untuk mengurangi kebingungan Pemasangan, mengacu pada pekerjaan yang dilakukan untuk membuat suatu produk beroperasi. Kosultasi pelanggan. Terletak pada pelayanan data dan saran yang diberikan penjual kepada pembeli. Pemeliharaan dan perbaikan. Merupakan program pelayanan untuk membantu pelanggan menjaga produk yang dibeli dalam kondisi yang baik. Pelayanan lain-lain. Perusahaan bisa menemukan berbagai cara lain untuk mendiferensiasikan jasa pelanggan. Cara yang bisa digunakan oleh peritel untuk melakukan diferensiasi adalah: 1. Faktor lokasi a) Daerah lingkup b) Pengelompokkan sosial ekonomis c) Jalan penghubung d) Arus lalu lintas e) Citra eksternal f) Tetangga 2. Faktor desain Desain pintu masuk. Bagi banyak toko, cara pelanggan memasuki toko berakibat penting terhadap tingkat penjualan. a) Desain bagian dalam. 1. Aliran arus maksimum ke semua bagian toko. Pengecer harus berusaha memastikan bahwa semua bagian toko dilewati pelanggan karena penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak barang yang dilihat semakin besar pula kemungkinan pembelian. 2. Ruang untuk berjualan. Konsumen lebih suka berbelanja barang-barang tahan lama serta pembelian standar. Namun, mereka memberikan tanggapan yang lebih baik dalam lingkungan yang berdesakan saat membeli barang mode atau barang yang dibeli atas dorongan seketika. 3. Daya tarik maksimum. Pajangan produk harus diatur sedemikian rupa agar bisa merangsang sebanyak mungkin minat pelanggan . 4. Koordinasi maksimum antardepartemen. Kemampuan rancangan toko untuk mengombinasikan departemen atau lini produk yang mudah dimengerti akan mempengaruhi kemudahan pelanggan dalam menemukan jalan di dalam toko tersebut. Dengan demikian, kemudahan itu akan memengaruhi daya beli konsumen. b) Hal lain dari rancangan toko 1) Ketinggian langit-langit di dalam toko yang sangat luas. Desain langit-langit yang tinggi sangat memengaruhi pembelian. 2) Penerangan Penerangan memilikipengaruh penting: Kesan kebersihan: toko yang terang dianggap lebih bersih daripada yang remang-remang Kesan ruang: penggunaan penerangan dan cermin yang sesuai akan memberikan kesan ruang yang luas. Suasana: lampu yang berkelap-kelip atau berwarna dapat menimbulkan gairah dan minat konsumen sebab penglihatan manusia sangat terangsang oleh segala bentuk gerakan. 3) Warna Warna memiliki peran penting dalam pengaturan desain toko, seperti warna cerah yang mampu menimbulkan gairah, warna gelap memberikan kesan prestise, dan warna ungu yang jauh menarik bagi kelompok usia muda. 4) Suara Penggunaan suara bermanfaat bagi para pengecer dalam dua hal, yaitu suara yang bisa menimbulkan perasaan santai dan menimbulkan minat pembelanja. 5) Panas Temperatur ruang dalam toko seringkali berpengaruh cukup besar terhadap lamanya waktu yang dihabiskan oleh konsumen di dalam toko. Penggunaan pengatur udara akan menjadi faktor penting dalam desain toko. 6) Bau Bau-bauan yang berlainan memiliki pengaruh yang positif atau negatif terhadap pembelian. 3. Bauran barang dagangan Suatu toko harus mempromosikan kebijakan produk dan jasa yang konsisten dengan kebutuhan sektor tertentu yang dituju dari populasi. Hal penting dari bauran barang dagangan yang perlu dipertimbangkan adalah: an yang perlu dipertimbangkan adalah: a. Variasi barang yang tersedia b. Kedalaman barang yang tersedia dalam kategori tertentu c. Keunikan barang d. Harga e. Mutu barang 4. Kebijakan pelayanan Tingkat keterlibatan staf dalam penjualan berbeda untuk setiap toko, tetapi hal yang penting bagi pengecer adalah menyesuaikan struktur personalia dengan pelayanan yang ingin diberikan. Hal itu dilaksanakan dengan memperhatikan: a. Staf: jumlah personil yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana operasional organisasi. b. Gaya: bagaimana manajer dan karyawan menghadapi pelanggan. c. Keterampilan: pengetahuan yang diperlukan personil dalam operasi perdagangan 5. Diferensiasi Personalia Perusahaan bisa memperoleh keuntungan kompetitif yang kuat dengan mempekerjakan dan melatih orang-orang yang lebih baik daripada pesaing mereka. 6. Diferensiasi Saluran Perusahaan-perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing melalui cara mereka merancang saluran distribusi, terutama yang menyangkut jangkauan, keahlian, dan kinerja saluran-saluran tersebut. 7. Diferensiasi Citra Adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kontrol perusahaan sebab para pembeli mungkin memiliki tanggapan yang berbeda terhadap citra toko.
4.4 DIMENSI YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK
MENCAPAI DIFERENSIASI DALAM BISNIS RITEL Dimensi yang bisa digunakan untuk mencapai diferensiasi ini adalah variasi barang tersedia (termasuk produk dengan merek sendiri); kedalaman jenis barang yang tersedia dalam suatu kategori tertentu; keunikan barang; harga; mutu barang; jam buka toko; banyaknya pelayanan pribadi; kredit; suasana toko; rancangan interior; tata letak toko; rancangan bagian luar toko; jalan penghubung; letak toko; dan pelayanan purna jual. Contoh penerapan diferensiasi melalui dimensi pelayanan pribadi adalah seperti yang dilakukan oleh toko perhiasan di daerah Block M, Jakarta. Toko perhiasan itu cukup menarik, eksteriornya dilengkapi dengan neonsign yang jelas terbaca plus interior yang terang benderang. Pada saat seorang konsumen cukup lama memilih karena bingung hendak membeli barang yang mana, padahal berbagai alternatif produk telah ditawarkan oleh pramuniaga, tiba-tiba seorang pramuniaga menyodorkan sebotol minuman dingin, dan mempersiapkan konsumen untuk duduk sambil menikmati minuman tersebut. Upaya cerdik tersebut secara tidak langsung cukup membuat konsumen terpengaruh untuk memutuskan membeli di toko tersebut. Mungkin pemberian minuman dingin tersebut benar-benar tepat timingnya, yaitu saat konsumen benar-benar kehausan. Sebagai rasa terima kasih, transaksi pun terjadi. Hanya karena satu botol minuman berharga Rp5.000,00 pramuniaga tersebut bisa menghasilkan penjualan seribu kali lipatnya.
4.5 PENERAPAN DIFERENSIASI YANG BERHASIL
Ada empat bentuk utama tata letak toko agar bisa mencapai sasaran yang diinginkan, yaitu: 1. Maze (simpang siur) Rancangan ini dikembangkan agar pelanggan berkeliling toko terlebih dahulu untuk menemukan barang yang dibutuhkan. Rancangan interior toko serba ada seringkali menerapkan konsep itu saat mengatur tata letak produk dan hubungan antardepartemen. 2. Grid (baris dan kolom) Rancangan ini berdasarkan atas manfaat. Keunggulannya adalah memberikan rasio tertinggi penjualan per ruang yang tidak digunakan untuk penjualan. Oleh karena menekankan pada manfaat ruang, bentuk ini tidak akan terlalu berhasil memaksimalkan daya tarik. namun, bentuk ini akan memberikan kemudahan untuk mendatangi semua bagian toko dan memungkinkan koordinasi yang jelas antardepartemen. 3. Bentuk bebas Bentuk ini memungkinkan fleksibilitas maksimum dalam tata letak toko, yang bisa secara efektif menonjolkan barang dengan imbuhan harga tinggi dan memanjang barang sedemikian rupa sehingga menampakkan kelebihannya. 4. Speciality (kekuasaan) Tata letak ini memberikan cara memajang barang yang paling akrab, tetapi membutuhkan jumlah tenaga kerja terbanyak.
4.6 KEPUTUSAN-KEPUTUSAN PEPEPERITEL
Para peritel masa kini terlihat cukup antusias untuk menemukan strategi pemasaran baru guna menarik dan mempertahankan pelanggan. Banyak perusahaan menawarkan ragam produk yang sama, bermerek nasional, dan bisa ditemukan di hampir semua toko serba ada, agen perdagangan masal, dan toko-toko diskon. Dalam usahanya untuk meningkatkan volume jual, para produsen merek nasional menempatkan produk mereka di segala tempat. Akibatnya, semakin banyak toko ritel dan peritel yang terlihat serupa satu dengan yang lain. Perbedaan pelayanan juga berkurang. Banyak toko serba ada mengurangi pelayanannya dan banyak toko diskon meningkatkan pelayanan mereka. Pelanggan menjadi lebih pintar dan lebih sensitif terhadap harga saat berbelanja. Dalam menghadapi persaingan dari superstores, banyak supermarket yang membuka toko mereka lebih luas dengan barang dagangan yang lebih banyak dan pilihan beragam, serta pelayanan yang lebih ditingkatkan. Pasar swalayan juga meningkatkan anggaran promosi mereka dan bergerak ke merek-merek pribadi untuk mengurangi ketergantungannya pada merek nasional. Cara itu dilakukan juga dalam upayanya meningkatkan margin laba mereka. Di antara beberapa keputusan utama dalam bisnis retailing terdapat keputusan yang berkaitan dengan pasar sasaran, pengelolaan barang dagangan, lokasi toko, image toko, personil toko, desain toko, harga barang, pelayanan, promosi kredit, dan koleksi toko.
4.6.1 KEPUTUSAN PASAR SASARAN
Meskipun banyak peritel yang masih bertujuan melakukan pemasaran massal, hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menentukan segmen pasar menjadi sangat penting bagi para peritel. Hal itu dikarenakan semakin sulitnya mereka untuk ias menciptakan kepuasan bagi setiap orang. Keputusan paling penting dari peritel adalah menentukan siapa yang menjadi target marketnya. Sebelum pasar sasaran diidentifikasi dan diketahui karakteristiknya, peritel tidak ias membuat keputusan yang konsisten mengenai ragam produk, dekorasi layout, pesan dan media iklan yang diperlukan, tingkat harga, dan lain sebagainya. Cukup banyak juga peritel yang tidak memiliki pasar sasaran yang jelas. Usaha mereka untuk memenuhi pangsa pasar yang luas berakibat pada ketidakmampuan memberikan kepuasan yang optimal pada satu pun segmen pasar. Guna berhati-hati dalam mendefinisikan pasar sasaran, peritel ias memanfaatkan berbagai sumber daya dan kemampuan untuk memposisikan bisnisnya secara lebih efektif sehingga dapat mencapai keunggulan kompetitif yang benar-benar berbeda dari para pesaingnya.
4.6.2 KEPUTUSAN MANAJEMEN BARANG DAGANGAN
(MERCHANDISE MANAGEMENT DECISION) Kadang-kadang pelanggan merasa puas saat mendatangi suatu yang sangat lengkap. Mereka hendak mencari apa saja yang dicari. Hal itu memang bagus, tetapi dari sisi peritel, ada konsekuensi tersendiri. Modal yang diputar harus besar dan kompleksitas agak tinggi. Namun, terkadang orang bersedia yang hanya menjual sedikit jenis barang, tetapi lengkap itemnya. Hal itu menunjukkan bahwa keinginan konsumen berbeda-beda dan peritel tidak akan ias memuaskan semuanya sekaligus. Itulah inti dari pengelolaan barang dagangan yang sekaligus juga menjadi inti dari bisnis ritel. Peritel tidak boleh salah dalam menentukan jenis atau kategori apa yang paling laris, dan bagaimana melakukan pembelian yang baik. Sekali melakukan kesalahan dalam hal tersebut, sulit bagi peritel untuk menjaga survivalnya. Tujuan dari manajemen barang dagangan adalah mengidentifikasikan bahwa target customer benar-benar menginginkan barang tersebut dan mampu menjaga ketersediaan barang dagangan pada jumlah dan harga yang tepat serta waktu dan tempat konsumen menginginkannya. Manajemen barang dagangan meliputi (1) perencanaan barang dagangan, (2) pembelian barang dagangan, dan (3) pengawasan barang dagangan. 1. Perencanaan Barang Daganga Perencanaan barang dagangan merupakan pencarian serangkaian bauran barang dagangan yang mencakup luas dan dalamnya lini produk guna memenuhi kepuasan target konsumen dan bias mencapai hasil sesuai tujuan investasi yang dilakukan. Perencanaan dalam hal ini meliputi peramalan penjualan, penentuan persediaan yang dipersyaratkan, dan membuat keputusan mengenai gross margin, besaran markup, dan markdown. 2. Pembelian Barang Dagangan Pembelian barang dagangan meliputi pembuatan berbagai keputusan yang berkaitan dengan sentralisasi atau desentralisasi pembelian, sumber barang dagangan, dan negosiasi dengan supplier. Sentralisasi dan desentralisasi berkaitan dengan siapa yang diberi wewenang untuk melakukan pembelian barang. Terutama pada toko-toko jaringan, keputusan itu menjadi sangat penting karena berkaitan dengan apakah setiap toko yang ada dalam jaringan diberi wewenang untuk melakukan pembelian, memilih, supplier, dan melakukan negosiasi ataukah semua pembelian menadi tugas pusat (central store). 3. Pengawasan Barang Dagangan Pengawasan di sini meliputi penjagaan terhadap tingkat ketersediaan barang dagangan dan menjaga persediaan dari kerusakan dan kehilangan akibat kelalaian pegawai, pencurian toko, atau sebab lain yang menyebabkan hilangnya persediaan barang dagangan. Persediaan barang dagangan menjadi asset terbesar dari peritel.
4.6.3 KEPUTUSAN PELAYANAN DAN SUASANA TOKO
Dalam dunia bisnis dikenal ungkapan “Every Busines is Survive Business”. Semakin hari, aspek pelayanan semakin mendapatkan perhatian, bahkan untuk perusahaan-perusahaan yang basisnya bukan jasa/pelayanan. Perusahaan manufaktur pun menyadari bahwa tanpa pelayanan yang baik, setinggi apapun kualitas produknya, pelanggan akan lari ke produk pesaing. Strategi pelayanan dari bisnis yang akan dijalankan dimulai dengan menentukan sejauh mana ruang lingkup pelayanan akan diberikan kepada pelanggan. Jenis-jenis toko baru muncul untuk memenuhi berbagai preferensi konsumen terhadap berbagai tingkat dan jenis pelayanan. Para pengecer di sebagian kategori produk bias memposisikan diri mereka untuk menawarkan salah satu dari tingkat pelayanan ini: 1. Penjualan eceran swalayan (self service retailing) banyak digunakan, khususnya untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan sehari-hari dan kadang-kadang shoping goods. 2. Penjualan eceran dengan memilih sendiri melibatkan para pembeli dalam mendapatkan barang-barang mereka sendiri meskipun mereka juga bias meminta bantuan. 3. Penjualan eceran dengan pelayanan terbatas memberikan bantuan penjualan lebih banyak karena toko-toko itu menjual barang lebih banyak, dan para pembeli memerlukan informasi yang lebih banyak pula. 4. Penjualan eceran dengan pelayanan penuh menyediakan tenaga-tenaga penjualan yang siap membantu dalam setiap proses menemukan – membandingkan – dan memilih.
4.6.4 KEPUTUSAN RAGAM PRODUK DAN
PEROLEHAN KEPUTUSAN HARGA Product assortment (ragam produk) peritel harus sesuai dengan harapan belanja pasar sasarannya. Itulah yang menjadi kunci keberhasilan bisnis ritel dalam memenangkan persaingan dengan perusahaan sejenisnya. Sebagai contoh, dalam bisnis restoran, ada restoran yang dapat menawarkan keragaman yang sempit dan dangkal atas produk yang dijualnya (kedai kopi pagi hari), sempit dan dalam (toko penjual makanan jadi), lebar dan dangkal (kantin), atau lebar dan dalam (restoran besar). Keragaman produk juga bias dilihat dari kualitas barang yang ditawarkan. Bias jadi konsumen tertarik dengan ragam kualitas produk dan rentang produk yang diperdagangkan. Suatu toko harus mempromosikan kebijakan produk dan jasa yang konsisten dengan kebutuhan sector tertentu yang dituju dari populasi. Hal penting dari bauran barang dagangan yang perlu dipertimbangkan adalah: 1. Variasi barang yang tersedia (termasuk produk dengan merek sendiri) 2. Kedalaman barang yang tersedia dalam kategori tertentu 3. Keunikan barang 4. Harga dan mutu barang
4.6.5 KEPUTUSAN HARGA
Harga peritel merupakan faktor utama penentuan posisi dan harus diputuskan sesuai pasar sasarannya, bauran ragam produk dan pelayanan, serta kondisi persaingan. Semua peritel ingin mengenakan margin laba yang tinggi dan memperoleh volume penjualan yang besar, tetapi biasanya kedua hal tersebut tidaklah bias berjalan sekaligus. Peritel harus bias memilih strategi di antara keduanya. Dari kedua pilihan tersebut, peritel bisa dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu golongan margin tinggi volume kecil dan golongan margin rendah volume besar. Golongan pertama yang menempatkan diri pada margin tinggi dengan volume kecil adalah toko-toko khusus yang menawarkan barang-barang dengan harga yang tinggi, dan biasanya untuk segmen-segmen pasar tertentu yang memang memiliki daya beli tinggi. Sementara itu, peritel golongan margin rendah dengan volume penjualan besar adalah para pedagang massal dan toko diskon.
4.6.6 KEPUTUSAN PROMOSI
1. Periklanan Secara umum, tujuan periklanan ada tiga, yaitu mengingatkan, persuasif dan membandingkan, serta informatif. Seperti dalam berbagai sisi kehidupan yang lain, semakin jelas apa yang kita raih, semakin terarah pula usaha kita untuk memperolehnya. Merancang iklan dapat membangun citra/image dan konsep yang selalu mengajak pelanggan yang ada untuk tetap loyal. 2. Promosi penjualan Berbeda dengan iklan yang bertujuan membangun kesadaran dan citra dalam jangka panjang, peritel membutuhkan suatu alat yang merangsang pembeli agar lebih cepat dilakukan. Alat tersebut adalah promosi penjualan. Peritel memberikan dorongan lebih jauh dengan berbagai bentuk promosi penjualan seperti sale/harga diskon, demostrasi, hari premi, kupon, undian, dan kontes. Banyak cara kreatif ang dilakukan dengan program promosi penjualan.
4.6.7 KEPUTUSAN TEMPAT
Lokasi merupakan hal yang krusial dalam keberhasilan bisnis ritel. Keberadaan atau pemilihan area toko juga tergantung pada jenis barang yang diperdagangkan. Pilihan lokasi peritel merupakan faktor bersaing yang penting dalam usaha menarik pelanggan. Schoell & Guiltinan (1990) menggolongkan area perbelanjaan di mana toko ritel ditempatkan dalam dua kelompok, yaitu area perbelanjaan yang tidak terencana. 1. Unplanned Shopping Areas Area perbelanjaan yang tidak terencana merupakan suatu area di mana sejumlah toko ditempatkan secara bersamaan, tetapi tidak ada ha lang mengatur perihal jenis dan jumlah toko yang didirikan. 2. Planned Shopping Centers Pusat perbelanjaan yang terencana merupakan suatu lokasi yang diperuntukkan bagi aktivitas retailing yang dirancang, dibangun, dan dikelola oleh perusahaan pengembang, di mana disediakan suatu tempat yang disewakan kepada para peritel yang berminat menyewa.
4.6.8 KEPUTUSAN CITRA TOKO DAN POSITIONING
Bagi seorang peritel, citra toko merupakan gambaran jiwa, atau kepribadian toko oleh pemiliknya berusaha disampaikan kepada pelanggan. Sementara bagi pelanggan, citra toko merupakan sikap individu dari toko tersebut. Citra toko dipengaruhi oleh periklanan yang dilakukan, pelayanan, kesenangan, layout toko, dan personil toko, sebagaimana halnya dengan kualitas, harga, keragaman, dan kedalaman barang dagangan. Konsumen cenderung berbelanja di toko-toko yang sesuai dengan image yang dibangunnya, dan peritel dianggap berhasil menyampaikan citra tokonya jika terdapat kesesuaian antara citra yang dibangun dengan kesan yang ada pada konsumen sasarannya.
4.6.9 KEPUTUSAN PERSONAL TOKO (STORE
PERSONNEL) Bisnis yang unggul, termasuk bisnis ritel, selalu dibangun oleh SDM yang baik. Dengan keterampilan, kemampuan, sikap serta komitmen merekalah bisnis akan bisa maju. Dari sisi manajer maupun karyawan, memadukan tujuan pribadi-pribadi yang ada di perusahaan dengan tujuan perusahaan itu sendiri merupakan tantangan yang cukup besar pengaruhnya bagi kelangsungan hidup bisnis yang sedang dijalankan.
4.6.10 KEPUTUSAN DESAIN TOKO
Desain interior maupun desain eksterior toko akan berdampak pada image dan juga laba potensial sebuah ritel. Desain eksterior harus dibuat menarik mungkin dan memiliki keserasian dengan keadaan umum yang ada di sekitarnya. Atmospherics adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan usaha peritel untuk mendesain lingkungan fisik toko guna menarik konsumen sasarannya. Discount stores selalu berusaha menghindari kesan ekslusif, sedangkan toko pakaian prestise lebih menonjolkan kesan ekslusivemenya. Semakin baik barang yang ditampilkan semakin baik penjualannya.