Anda di halaman 1dari 15

CAPITAL BUDGETING

Dalam Manajemen Keuangan


Dina Novia P, SP.,MSi.
Lab.of Agribusiness Analysis and Management
Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya
Email : dinanovia@ub.ac.id

DAFTAR ISI
1. DESKRIPSI
- Sunk Cost Tidak ftasuk
Perhitungan
MODUL
- Tujuan - Konsekuensi proyek
2. DEFINISI 4. ftETODE dalam CAPITAL

14
3. ASPEK PENTING dalam BUDGETING
CAPITAL BUDGETING - Average Rate of Return
- Gunakan Selalu Cash Flow - Pay Back Period
- Think Incrementally - Net Present Value (NPV)
- Perhitungkan Opportunity - Profitability Index (PI)
Cost - Internal Rate of Return
- Capital Rationing

1. DESKRIPSI
Dalam modul ini akan dijelaskan
tentang metode-metode dalam
penilaian rencana investasi dan
pengambilan keputusan terhadap
rencana investasi tersebut.
Investasi (sumber-sumber yang
tersedia) jumlahnya sangat langka
(terbatas), maka tidak semua
proyek/usaha /kegiatan dapat
MANAJEMEN KEUANGAN

diselenggarakan walaupun
semuanya memberikan
keuntungan. Dari berbagai
kesempatan investasi, terbuka
tingkat keuntungan yang berbeda-
beda, untuk itu perlu adanya penilaian terhadap rencana investasi
(analisis, rangking dan pemilihan proyek/usaha yang akan dijalankan
sesuai dengan investasi yang ada dan berikan keuntungan yang lebih
besar)
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa :
a. Dapat menjelaskan tentang investasi dan pentingnya keputusan
investasi.
b. Dapat menjelaskan tentang metoda dalam penilaian rencana investasi.
c. Dapat melakukan penilaian terhadap rencana investasi (melakukan
analisis dan rangking terhadap rencana investasi).
d. Dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap rencana investasi.

2. Definisi
Capital Budgeting adalah keseluruhan proses dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana, jangka waktu pengembalian
dana tersebut melebihi satu tahun (Suratiyah, 2006) dan menurut Pangestu (2001)
Capital Budgeting adalah menilai rencana investasi yang akan kembali dalam jangka
panjang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan
dimasa datang.
Investasi berkaitan engan berbagai macam aktivitas dan terbagi menjadi dua,
yaitu aset riil dan aset finansial. Aset riil misalnya tanah, emas, mesin dan
bangunan. Aset finansial misalnya deposito, saham, dan obligasi.
Menurut Tandelilin (2001), tujuan investasi adalah untuk :
Menghasilkan sejumlah uang
Untuk mendapat kehidupan yang lebih layak / baik dimasa yang akan datang.
Menurut Soetrisno (1985) yang menjelaskan tentang kriteria usulan proyek,
investasi adalah pengeluaran yang pertama atau ongkos permulaan proyek, yaitu
ongkos yang dikeluarkan mulai studi kelayakan, pembangunan proyek sampai
dengan pembukaan proyek .Ongkos / biaya ini disebut dengan project cost (ongkos
proyek) atau ongkos permulaan (initial cost). Dalam analisis criteria usulan proyek
tahun permulaan proyek ditandai dan disebut dengan tahun ke nol.
Dari berbagai kesempatan investasi, terbuka keuntungan yang berbeda, untuk
itu perlu adanya analisis terhadap usulan proyek. Salah satu tujuannya adalah
mengadakan penilaian terhadap investasi dan dapat memilih alternatif investasi yang
paling menguntungkan (Gray,dkk., 1985)
Menurut Husnan dan Muhamad (2000), dalam studi kelayakan, yang dipelajari
salah satunya adalah penilaian investasi dengan kriteria investasi. Sedangkan
menurut Soetrisno P.H (1985), salah satu tahapan dalam studi kelayakan adalah
tahap evaluasi dengan criteria investasi dan tahap ranking

3. Aspek Penting dalam Capital Budgeting


1. Gunakan Selalu Cash Flow
Dalam melakukan capital budgeting, yang selalu digunakan adalah cash flow,
bukannya accounting profit.Cash flow dan laba akuntansi mempunyai karakteristik
yang sangat berbeda. Laba akuntansi baru dapat direalisasikan ketika diterima di
kemudian hari, sementara arus kas benar-benar merupakan kas yang sudah
diterima di tangan kita dan siap untuk diinvestasikan kembali.
Misalnya, jika kita mempunyai tanah, perlengkapan dan aset tetap lainnya,
tentunya terdepresiasi selama beberapa tahun umur ekonomisnya. Dalam
Page 2 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
perhitungan laba akuntansi, depresiasi dimasukkan dalam komponen beban yang
mengurangi laba akuntansi, padahal depresiasi tidak mengurangi arus kas.
Sehingga, cash flow menjadi lebih relevan dalam melakukan capital budgeting.

2. Think Incrementally
Berusaha untuk selalu think incrementally, yakni bagaimana tambahan yang
dihasilkan oleh suatu proyek terhadap kondisi yang ada sekarang? Apakah dengan
mengambil proyek yang satu ini akan menghasilkan tambahan yang
menguntungkan, ataukah justru lebih menguntungkan jika tidak melakukan
apapun?
Misalnya, ketika perusahaan ingin memperbarui peralatan produksi yang
sudah dimilikinya selama beberapa tahun dengan yang baru, dan menjual yang
lama. Tentunya harus diperhitungkan incremental cash flow setelah pajak yang
dihasilkan dari peralatan produksi yang baru tersebut. Mungkin saja ternyata
incremental cash flow yang dihasilkan justru negative karena biaya perawatan
peralatan baru lebih mahal, misalnya sementara penghematan tidak terlalu
signifikan.

3. PerhitungkanOpportunity Cost
Opportunity cost adalah nilai ekonomis yang hilang ketika seseorang memilih
suatu alternative dibandingkan dengan alternative lainnya. Opportunity cost
merupakan komponen yang seringkali dilupakan maupun salah dihitung dalam
evaluasi capital budgeting. Hal ini seringkali disebabkan karena orang seringkali
tidak menyadari adanya peluang lain yang dapat dihasilkannya.
Contoh, misalnya kita mempunyai sebidang tanah pribadi yang kita beli
dengan harga Rp 1 miliar, dan ingin digunakan untuk suatu proyek.Harga pasar
tanah ini sekarang sekitar 2 miliar. Kesalahan yang seringkali terjadi adalah sama
sekali tidak menghitung penggunaan tanah pribadi sebagai opportunity cost atau
hanya menghitung Rp1 miliar saja sebagai opportunity cost, padahal potensi
penjualannya mencapai Rp2 miliar, yang seharusnya jadi opportunity cost.

4. Sunk Cost Tidak Masuk Perhitungan


Sunk cost adalah biaya yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak akan muncul
lagi dari suatu proyek atau investasi baru. Oleh karena itu, menjadi tidak relevan
untuk memperhitungkan sunk cost dalam suatu analisa capital budgeting, karena
biayanya sudah terjadi sementara keputusan investasi yang diambil baru akan
terjadi di masa depan.
Misalnya, ketika suatu perusahaan melakukan riset pasar terhadap
produknya, maka itu adalah sunk cost. Sehingga, ketika melakukan evaluasi
capital budgeting sebelum produksi dijalankan, sunk cost tersebut tidak
diikutsertakan, karena memang sudah terjadi dan tidak akan terjadi lagi di masa
depan.

5. Konsekuensi proyek
Dalam melakukan analisa capital budgeting, Anda harus punya pandangan
jauh ke depan. Arahkan fokus Anda juga kepada implikasi-implikasi yang
dihasilkan dari keputusan proyek yang Anda ambil. Apakah ada risiko atau

Page 3 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
kemungkinan buruk yang memunculkan biaya tidak terduga? Jika ada biaya-biaya
yang tersembunyi, perhitungkan juga dalam analisa.
Misalnya, proyek dari pengembangan produk baru, tentunya berpotensi untuk
memakan pangsa pasar dari produk yang lama. Sehingga ini juga penting untuk
dipertimbangkan.
Langkah-langkah Capital Budgeting:
1. Biaya proyek harus ditentukan
2. Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk
nilai akhir aktiva
3. Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas aliran
kas)
4. Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal
(cost of capital) yg tepat untuk mendiskon aliran kas proyek
5. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan
digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva.
6. Terakhir, nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya.

4. Metode dalam Capital Budgeting


Syamsuddin (2007) menyatakan, ada beberapa metoda dalam Capital Budgeting
untuk penentuan rangking investasi dan pengambil keputusan,yaitu:

1. Average Rate of Return


Metode Average Rate of Return atau sering disebut juga dengan Accounting
Rate of Return, menunjukkan prosentase keuntungan netto sesudah pajak
dihitung dari Average Investment atau Initial investment.Metode ini mendasarkan
diri pada keuntungan yang dilaporkan dalam buku (Reported Accounting Income),
(Bambang Riyanto, 1995).
Metode accounting rate of return adalah metode penilaian investasi yang
mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari invetasi.Metode ini
menggunakan dasar laba akuntansi sehingga angka yang dipergunakan adalah
laba setelah pajak (EAT) yang dibandingkan dengan rata-rata investasi.
Rata − rata EAT
ARR = × 100%
Rata − rata Investasi
Untuk menghitung rata-rata EAT dengan cara menunjukkan EAT (laba setelah
pajak) selama umur investasi dibagi dengan umur investasi. Sedangkan untuk
menghitung rata-rata investasi adalah investasi ditambah dengan nilai residu
dibagi 2.
Setelah angka accounting rate of return dihitung kemudian dibandingkan
dengan tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Apabila angka accounting rate of
return lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang diisyaratkan, maka
proyek investasi ini menguntungkan, apabila lebih kecil daripada tingkat
keuntungan yang diisyaratkan proyek ini tidak layak.
Kebaikan metode ini adalah sederhana dan mudah, karena untuk menghitung
ARR cukup melihat laporan rugi-laba yang ada. Sedangkan kelemahan metode ini
mengabaikan nilai waktu nilai waktu uang (time value of money) dan tidak
memperhitungkanaliran kas (cashflow).

Page 4 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011

Contoh:
Perusahaan “Sari Delima” sedang menilai dua buah proyek A, dan B, yang masing-
masing membutuhkan initial investment sebesar Rp. 6.000.000,00 untuk proyek
A, dan Rp 7.200.000,00 untuk proyek B. Perusahaan akan menggunakan metode
garis lurus (stright-line method) dalam mendepresiasi kedua proyek tersebut.
Umur ekonomis masing-masing proyek adalah 6 tahun dan tidak ada nilai residu

Berdasarkan informasi di atas, maka diketahui bahwa:


Proyek A Proyek B
Initial Rp 6.000.000,00 Rp 7.200.000,00
Investment
Depresiasi Rp 1.000.000,00 Rp 1.200.000,00 Commented [p1]: Nilai depresiasi dapat dicari
Jumlah cash inflow untuk masing-masing proyek dapat dicari dengan cara sebagai dengan membagi Initial Investment (Investasi
berikut: Awal) dengan Umur Ekonomis Proyek.

CI = EAT + D
Di mana:
CI = Cash Inflow
EAT = Earning after taxes atau laba bersih sesudah pajak
D = Depresiasi

Tabel 1 menyajikan jumlah proyeksi laba bersih sesudah pajak dan cash inflow
untuk masing-masing proyek.
Tabel 1
Initial Investment, Earning After Taxes dan Cash Flow untuk
Kedua Usulan Proyek Perusahan “Sari Delima”
Proyek A Proyek B
Initial Investment Rp 6.000.000,00 Initial Investment Rp 7.200.000,00
Tahun EAT CI Tahun EAT CI
Rp. Rp. Rp. Rp.
1 1.000.000,00 2.000.000,00 1 3.300.000,00 4.500.000,00
2 1.000.000,00 2.000.000,00 2 1.000.000,00 2.200.000,00
3 1.000.000,00 2.000.000,00 3 800.000,00 2.000.000,00
4 1.000.000,00 2.000.000,00 4 100.000,00 1.300.000,00
5 1.000.000,00 2.000.000,00 5 100.000,00 1.300.000,00
6 1.000.000,00 2.000.000,00 6 100.000,00 1.300.000,00
6.000.000,00 12.000.000,00 5.400.000,00 12.600.000
Rata-
rata 1.000.000,00 2.000.000,00 900.000,00 2.100.000,00 Commented [p2]: Nilai ini dapat dicari dengan
jumlah keseluruhan (EAT/CI) dibagi dengan
jumlah tahun.
Average rate of return
Perhitungan average rate of return didasarkan atas jumlah keuntungan bersih
sesudah pajak (EAT) yang tampak dalam laporan rugi-laba. Pengukuran dengan
teknik rate of return ini sering pula disebut dengan istilah “accounting rate of
return” yang perhitungannya dilakukan sebagai berikut:
Average earning after taxes
Averagerateofreturn =
Average investment

Page 5 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Average earning after taxes (rata-rata bersih sesudah pajak):
Average earning after taxes atau rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak
dihitung dengan jalan menambah keseluruhan keuntungan bersih sesudah pajak
selama umur proyek, kemudian dibagi dengan umur ekonomis proyek tersebut:
∑ EAT
Average EAT =
n
Di mana:
Average EAT = rata-rata keuntungan
∑EAT = total keuntungan
n = umur ekonomis
Rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak untuk kedua proyek adalah :
Rp.6.000.000,00
Average EAT proyek A =
6
= Rp.1.000.000,00
Rp.5.400.000,00
Average EAT proyek B =
6
= Rp 900.000.00
Average investment (Rata-rata investasi):
Rata-rata investasi dihitung dengan jalan membagi dua jumlah investasi.
Rata-rata ini mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode depresiasi
garis lurus dan tidak ada nilai residu atau salvage value pada akhir umur ekonomis
proyek. Dengan demikian, nilai buku aktiva akan menurun pada tingkat yang
konstan, mulai dari nilai investasi yang semula sampai dengan Rp 0 pada akhir
umur ekonomis proyek. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai proyek adalah separuh
dari nilai jumlah investasi yang semula. Latarbelakang pemikiran seperti ini sama
dengan rata-rata persediaan yag digunakan dalam perhitungan EOQ yang sudah
disajikan didepan.
Rata-rata investasi untuk masng-masingproyek adalah:
Nilai investasi
Rata-rata investasi =
2
Rp 6.000.000.00
Rata-rata investasi proyek A =
2
= Rp 3.000.000.00
Rp 7.200.000.00
Rata-rata investasi proyek B =
2
= Rp 3.600.000.00
Setelah mengetahui rata-rata laba bersih sesudah pajak dan rata-rata investasi,
maka average rate of return untuk masing-masing proyek adalah sebagai berikut:

Average rate of return:

Page 6 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Rp 1.000.000.00
Proyek A =
Rp 3.000.000.00
= 0,333 atau 33,33%
Rp900.000.00
Proyek B =
Rp 3.600.000.00
= 0,25 atau 25%
Dari hasil perhitungan di atas maka tampak bahwa proyek A lebih baik
daripada proyek B karena average rate of returnnya lebih besar dibandingkan
dengan average rate of return B.
Metode lain untuk menghitung average rate of return dari suatu proyek.
Salah-satu dari metode tersebut menggunakan rata-rata keuntungan bersih
sesudah pajak. Dengan menggunakan metode di atas, maka perlu terlebih dahulu
dihitung rata-rata cash inflow adalah:
∑ Cash inflow
Average cash inflow =
n

Di mana:
Average cash inflow = rata-rata cash inflow
∑ cash inflow = total cash inflow
n = umur ekonomis proyek
(jangka waktu proyekmenghasilkan).
Average cash inflow untuk:
Rp 12.000.000.00
Proyek A =
6
= Rp 2.000.000.00
Rp 12.000.000.00
Proyek B =
6
= Rp 2.100.000.00
Setelah mengetahui jumlah rata-rata inflow, maka perhitungan average rate
of return dengan cara yang kedua adalah sebagai berikut:
Average cash inflow
Average rate of return =
Average investment
Average rate of return untuk masing-masing proyek adalah:
Rp 2.000.000.00
Proyek A =
Rp 3.000.000.00
= 0,6667 atau 66,67%
Rp2.100.000.00
Proyek B =
Rp.3.600.000,00
= 0,5833 atau 58,33%
Dari hasil perhitungan di atas, maka proyek A menunjukkan average rate of
return yang lebih besar daripada proyek B, dengan demikian. Keadaan proyek A
lebih menguntungkan dibandingkan dengan proyek B.
Ada lagi metode lain yang sering digunakan dalam menentukan besarnya
average rate of return yaitu dengan menggunakan initial investment sebagai
penyebut dan bukannya average atau rata-rata initial investment. Dengan

Page 7 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
demikian, average rate of return untuk masing-masing proyek dapat dihitung
sebagai berikut:
Average earning after taxes
Average of return =
initial investment
Rp900.000.00 Rp
Proyek A =
6.000.000.00
= 0,1667 atau 16,67%
Rp900.000.00 Rp
Proyek B =
7.200.000.00
= Rp 0,1250 atau 12,5%
Dengan mengggunakan metode average rate of return, maka keputusan-
keputusan sehubungan dengan usulan proyek mana yang akan diterima harus
didasarkan pada perbandingan antara average rate of return yang diperoleh oleh
masing-masing proyek dengan average rate of return minimal yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
Kebaikan-kebaikan dan kelemahan metode average rate of return
Aspek yang paling menguntungkan dalam penggunaan teknik average rate
of return adalah kemudahan dalam penerapannya. Input utama yang harus
diperoleh adalah jumlah investasi atau initial investment dan proyeksi keuntungan
bersih sesudah pajak, di mana hal ini tidak terlalu sulit untuk diperoleh.
Adapun kelemahan-kelemahan dari average rate of return adalah sebagai berikut:
- Kelemahan pertama adalah karena penggunaan “accounting income”
(keuntungan bersih sesudah pajak). Akan tetapi hal ini bisa diatasi dengan
menggunakan rata-rata cash inflow seperti yang disajikan dalam cara kedua di
atas.
- Kelemahan yang kedua adalah pengabaian terhadap nilai waktu dari uang yang
akan diterima pada masa yang akan datang. Seperti sudah dikemukakan dalam
pembahasan mengenai present value, uang Rp 1.00 pada saat ini nilainya lebih
besar dibandingkan dengan Rp 1.00 pada masa yang akan datang, di mana hal
ini disebabkan karena adanya faktor bunga atau “nilai waktu dari uang”.
Besarnya perbedaan antara uang Rp 1.00 saat ini dengan Rp 1.00 setahun
kemudian adalah sebesar tingkat bunga yang berlaku. Perbedaan tersebut
dapat diilustrasikan dengan menggunakan data dalam tabel 2.

Tabel 2
Perhitungan Average Rate of Return Untuk
Tiga Proyek Capital Expenditure
Proyek
Page 8 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Keterangan X Y Z
1. Initial investment Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00
2. Rata-rata investasi Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00
Tahun
1 Rp 200.000,00 Rp 4.00.000,00 Rp 600.000,00
2 Rp 300.000,00 Rp 400.000,00 Rp 500.000,00
3 Rp 400.000,00 Rp 400.000,00 Rp 400.000,00
4 Rp 500.000,00 Rp 400.000,00 Rp 300.000,00
5 Rp 600.000,00 Rp 400.000,00 Rp 200.000,00
3. Rata-rata EAT Rp 400.000,00 Rp 400.000,00 Rp 400.000,00
4. Average rate of return
5. (3) : (2)
40% 40% 40%

Sekalipun average rate of return dari ketiga proyek tersebut di atas adalah
sama, yaitu 40%, tetapi apabila faktor bunga ikut dipertimbangkan maka
keadaannya akan lain. Manajer keuanagn perusahaan akan lebih menyukai proyek
Z dibandingkan kedua proyek lainnya, dan akan lebih menyukai proyek Y
dibandingkan dengan proyek X. Hal tersebut disebabkan karena uang yang lebih
besar diterima pada saat ini akan dapat memberikan return yang lebih besar
apabila diinvestasikan kembali pada proyek-proyek lain, dan hal ini tidak
diperhitungkan dalam metode average rate of return.

2. Pay Back Period


Perhitungan payback period untuk suatu proyek ynag mempunyai pola cash
inflow yang sama dari tahun ke tahun dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Initialinvesment
Pay Back Period =
Cashinflow
Perhitungan di atas yang menghasilkan payback period selama 3 tahun
menunjukkan bahwa modal yang diinvestasikan dalam proyek A akan dapat
tertutup selama 3 tahun. Tahun pertama akan tertutup sebanyak Rp 2.000.000,00
tahun kedua Rp 4.000.000,00 dan tahun ketiga Rp 6.000.000,00.
Dalam hubungannya dengan proyek B maka cara di atas tidak dapat
digunakan karena cash inflow proyek tidak sama dari tahun ke tahun. Untuk
menentukan payback period proyek B maka perhitungan cash inflow yang
diperoleh perlu dilakukan satu per satu, sebagai berikut:
Initial Rp 7.200.000.00
investment Rp 4.500.000.00 −
Cash inflow:
tahun 1
Belum Rp 2.700.000.00
tertutup Rp 2.200.000.00 −
Tahun 2
Belum Rp 500.000.00
tertutup Rp 2.000.000.00 −
Tahun 3
kelebihan Rp 1.500.000.00

Cash inflow yang dibutuhkana dalam tahun ketiga untuk dapat menutup sisa
initial investment adalah sebesar Rp 500.000,00 maka jumlah kebutuhan sebesar
Rp 500.000,00 tersebut hanya menggambrkan 25% dari cash inflow tahun ketiga

Page 9 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
(Rp 500.000,00 : Rp 2.000.000,00) x 100%. Dengan perkataan lain cash inflow
sebesar Rp 500.000,00 dalam tahun ketiga akan terkumpul dalam waktu 3 bulan
(25 x 12 bulan). Dengan demikian, payback period untuk proyek B adalah 2,25
tahun atas 2 tahun 3 bulan. Perhitungan payback di atas dapat disederhanakan
apabila dibuat jumlah kumulatif cash inflow dari tahun ke tahun seperti pada tabel
3 berikut:

Tabel 3
Initial Investment, EAT, Cash Inflow dan Kumulatif Cash Inflow
Untuk Kedua Usulan Proyek Perusahaan “Sari Delima” (dalam ribuan)
Proyek A Proyek B
Initial investment Rp 6.000,00 Initial investment Rp 7.200,00
Tahun EAT Cash Cumulative EAT Cash Cumulative
inflow cash inflow inflow cash inflow
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1) 1.000,00 2.000,00 2.000,00 3.300,00 4.500,00 4.500,00
2) 1.000,00 2.000,00 2.000,00 1.000,00 2.200,00 6.700,00
3) 1.000,00 2.000,00 6.000,00 800,00 2.000,00 8.700,00
4) 1.000,00 2.000,00 8.000,00 100,00 1.300,00 10.000,00
5) 1.000,00 2.000,00 10.000,00 100,00 1.300,00 11.300,00
6) 1.000,00 2.000,00 12.000,00 100,00 1.300,00 12.600,00

Dengan adanya data tentang kumulatif cash inflow maka secara langsung
dapat dilihat bahwa initial investment untuk proyek A akan tertutup pada tahun
ke-3, sedangkan payback period untuk proyek B dapat dihitung sebagai berikut:
b−c
Payback period = t +
d−c

Di mana: t = tahun terakhir di mana umlah cash inflow belum menutup


initial investment.
B = initial investment.
C = kumulatif cash inflow pada tahun ke ,t,
D = jumlah kumulatif cash inflow pada tahun t + 1
Dari contoh yang diberikan di atas, maka payback period untuk proyek B adalah:
Rp 7.200.000,00−Rp 6.700.000,00
Payback period B =2 +
Rp 8.700.000,00−Rp 6.700.000,00
= 2 + 0,25 = 2,25 tahun atau 2 tahun 3 bulan.
Dengan membandingkan payback period kedua proyek tersebut maka
keadaan proyek lebih menguntungkan dibandingkan dengan proyek A karena
proyek B dapat menutup modal yang diinvestasikan dalam waktu yang lebih cepat.
Kebaikan-kebaikan dan Kelemahan Payback Period
Pengukuran usulan proyek capital budgeting dengan menggunakan metode
payback period seringkali dikatakan lebih baik daripada metode average rate of
return karena dalam perhitungannya digunakan cash inflow dan bukannya
accounting income. Di samping itu, payback period juga mempertimbangkian
(walaupun tidak sepenuhnya) secara implisit faktor “timing” atau saat penerimaan
cash inflow, dan dengan demikian faktor waktu dari uang yang akan diterima.
Payback period merefleksikan tingkat likuiditas suatu proyek (kecepatan dalam
menutup kembali modal yang diinvestasikan), dan dengan demikian pertimbangan
tentang risiko untuk dapat segera menutup kembali investasi dengan cash inflow
yang dihasilkan oleh investasi tersebut.Semakin likuid suatu proyek, semakin kecil
risiko yang dihadapi oleh perusahaan, demikian pula sebaliknya.
Page 10 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Kelemahan utama dari payback period adalah tidak mempertimbangkan
sepenuhnya faktor atau nilai waktu dari uang.Pengukuran payback period
menekankan pada “beberapa cepat modal yang diinvestasikan akan tertutup”
sebenarnya hanya mempertimbangkan secara implisit saat atau timing
penerimaan cash inflow.Kelemahan yang kedua timbul karena adanya suatu
kenyataan sehubungan dengan penggunaan metode payback period yang tidak
mempertimbangkan cash inflow sesudah investasi dalam suatu proyek
tertutup.Kelemahan tersebut dapat diilustrasikan pada tabel 4.
Tabel 4
Perhitungan Payback Period Untuk Dua Alternatif Investasi
Proyek X Proyek Y
Initial investment Rp 100.000.00 Initial investment Rp 100.000.00
Tahun Cash inflow
1 Rp 50.000,00 Rp 50.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00
2 Rp 50.000,00 Rp 100.000,00 Rp 40.000,00 Rp 70.000,00
3 Rp 10.000,00 Rp 110.000,00 Rp 30.000,00 Rp 100.000,00
4 Rp 1.000,00 Rp 111.000,00 Rp 40.000,00 Rp 140.000,00
5 Rp 1.000,00 Rp 112.000,00 Rp 30.000,00 Rp 170.000,00
Payback period = 2 tahun Payback period = 3 tahun

Payback period untuk proyek X adalah 2 tahun dan proyek B adalah 3 tahun.
Dengan mendasarkan keputusan pada pertimbangan payback period saja, maka
proyek X akan lebih disukai dibandingkan dengan proyek Y karena payback
periodnya lebih cepat. Akan tetapi, apabila kita memperhatikan cash inflow
sesudah payback period tercapai, maka proyek X hanya akan mampu
menghasilkan sebesar Rp 12.000,00, sedangkan proyek Y hanya akan mampu
menghasilkan sebesar Rp 12.000,00, sedangkan proyek Y sebesar Rp 70.000,00.
Berdasarkan X. Dalam perhitungan payback period tidak dipertimbangkan junlah
cash inflow pada tahun ke-3, 4 dan 5 untuk proyek X, dan tahun ke-4 dan 5 untuk
proyek Y. Sekalipun demikian, penggunaan payback period ini mungkin lebih baik
dibandingkan dengan metode averagerate of return karena di dalam metode
payback period ini paling tidak secara implisit masih mempertimbangkan faktor
waktu dari penerimaan cash inflow.

3. Net Present Value (NPV)


Net present value adalah salah satu dari teknik capital budgeting yang
mempertimbngkan nilai waktu uang yang paling banyak digunakan. Definisi atau
perhitungan net present value (NPV) dilakukan sebagai berikut:
NPV = present cash inflow – present value investasi.
Keputusan tentang apakah suatu proyek dapat diterima atau tidak, akan
sangat tergantung pada hasil perhitungan net present value dari proyek tersebut.
Untuk menghitung NPV, pertama menghitung present value dari penerimaan
atau cashflow dengan tingkat discount rate tertentu, kemudian dibandingkan
dengan present value dari investasi. Bila selisih antara PV dari cashflow lebih besar
berarti terdapat NPV positif, artinya proyek investasi layak, sebaliknya bila PV dari
cashflow lebih kecil dibanding PV investasi, maka NPV negatif dan investasi
dipandang tidak layak.

Page 11 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011

Contoh:
Misalnya proyek senilai Rp. 600.000.000,- menghasilkan cashflow selama 4
tahun masing-masing Rp. 150.000.000,-; Rp. 200.000.000,-; Rp. 250.000.000;
dan Rp. 300.000.000,-. Bila diinginkan keuntungan sebesar 15%, maka NPVnya

Tabel 5
Perhitungan Net Present Value (r= 18%)
TAHUN CASHFLOW DISCOUNT FACTOR PRESENT VALUE
R= 15% CASHFLOW
1 150.000.000,- 0,870 130.500.000,-
2 200.000.000,- 0,756 151.200.000,-
3 250.000.000,- 0,658 164.500.000,-
4 300.000.000,- 0,572 171.600.000,-
Total Present Value of Cashflow 617.800.000,-
Present Value of investment 600.000.000,-
NET PRESENT VALUE 17.800.000,-

Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil NPV positif Rp. 17.800.000,- artinya
proyek ini layak.

4. Profitability Index (PI)


Metode profitability index (PI) ini menghitung perbandingan antara present
value dari penerimaan dengan present value dari investasi. Bila profitability index
ini lebih besar dari 1, maka proyek investasi dianggap layak untuk dijalankan.
Metode ini lebih sering digunakan untuk merangking beberapa proyek yang akan
dipilih dari beberapa alternatif proyek yang ada. Untuk memilih proyek dari
beberapa alternatif proyek, yang diutamakan adalah yang mempunyai profitability
index paling besar. Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai
berikut :
PV of Cashflow
PI =
Investasi
Bila kita menggunakan contoh pada metode NPV, maka bisa kita hitung
profitability indexnya:
617.900.000
PI =
600.000.000
= 1,03

Page 12 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011

Page 13 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011

Page 14 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Clive ., Lien K. Sabur., Pasaman Simanjuntak dan P.F.L. Maspaitella.1985.
Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia. Jakarta.
Husnan, Suad dan Muhamad, Suwarno. 2000. Studi Kalayak Proyek. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta
Pangestu S.2001. Manajemen Keuangan (Bahan Ajar) Program Studi Manajemen
Agribisnis. UGM.Yogyakarta.
Simarmata, Dj. A. 1984. Pendekatan Sistem dalam Analisis Proyek Investasi dan Pasar
Modal. Gramedia. Jakarta
Suratiyah, Ken.2006. Manajemen Finansial Untuk Perusahaan Pertanian (Buku Ajar).
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.UGM.Yokyakarta
Sutrisno, PH.1985. Dasar-dasar Evaluasi Proyek dan Manajemen Proyek.FE UGM.
Yogyakarta
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Tandelilin, Eduardus.2001.Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.BPFE.
Yogyakarta

Page 15 of 22

Anda mungkin juga menyukai