Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN OBAT

Dosen Pembimbing : Wardatul Wasilah S.Kep.,Ns.

Disusun Oleh :
1. Ika Alfiana
2. Muhayyibatul Qomariyah
3. Rizal Rahman Hakim
4. Lia Barkatur Rohmaniyah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY


ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2020-2021

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT,karena atas rahmat
karunia dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan yang berjudul “Peran Perawat Dalam Pemberian Obat”
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim, S.Kep., M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Ns. Shinta Wahyusari. S.Kep,. M. Kep. Sp. Kep Mat selaku kepala prodi 1 keperawatan .
4. Wardatul Washilah, S.Kep.,Ns. selaku dosen Farmakologi
Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada saya mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya
sekiranya laporan yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri bahkan orang
yang membacanya, sebelunya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

Genggong, 6 November 2020

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat mempunyai peran dan fungsi yang penting dalam dunia kesehatan
karena ia merupakan perantara dokter yang berhubungan langsung dengan pasien dan
membantu atau melayani berbagai kebutuhan pasien, salah satunya adalah dalam
terapi medis dan cara pemberian obat kepada pasien. Perawat adalah mata rantai
terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Dia yang lebih mengetahui
tentang keadaan pasien sampai pada keluhan-keluhan pasien.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Pengobatan atau medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan
terapeutik atau menyembuhkan. Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara,
antara lain berdasarkan bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan oleh tubuh
manusia.
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian
obat menjadi tugas perawat yang paling penting. Tidak semua pasien tahu tentang
obat dan cara kerja obat, ini disebabkan adanya beberapa factor diantaranya gangguan
visual, pendengaran, intelektual, atau motorik yang mungkin membuat pasien sukar
untuk minum obat. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab bahwa obat itu benar
diminum atau tidak. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
dalam terapi medis dan cara pemberian obat yang tepat
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang muncul sebagai berikut :
1. Bagaimana peran perawat dalam pemberian obat?
2. apa saja prinsip pemberian obat ?
3. Apa saja hak klien yang berhubungan dengan pemberian obat ?
4. apa saja sembilan aspek legalpemberian obat ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni :
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami sehingga
mempermudah dalam mempelajari Peran Perawat Dalam pemberian Obat

2. Tujuan khusus
Tujuan penelitian ini secara khusus adalah
Mahasiswa mampu memahami Peran Perawat Dalam pemberian Obat
D. Manfaat
1. Bagi institusi pendidikan
Manfaat makalah ini bagi institusi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa
sebagai peserta didik dalam pemahaman tentang prinsip pemberian obat
2. Bagi masyarakat
• Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang prinsip pemberian obat
• Sebagai bahan bacaan untuk mengetahui lebih dalam dan lebih menyeluruh tentang
prinsip pemberian obat.
3. Bagi mahasiswa
Menambah wawasan teori kepada mahasiswa tentang prinsip pemberian obat sehingga
nantinya dapat menerapkan di dalam kehidupan sehari – hari.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Perawat dalam Pemberian Obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar memberikan
pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah (parenteral), namun  juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat
dan efek samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. ( Laili 2016)
Perawat memiliki  peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang benar dan  jelas
tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta
bertanggungjawab dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga
kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang
diberikan harus tepat.

B. Prinsip Pemberian Obat


1. Benar Obat
Sebelum memepersipakan obat ke tempatnya perawat harus memeperhatikan
kebenaran obat sebanyak 3 kali, yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan
obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ke tempat penyimpanan. Jika
labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalkan ke bagian farmasi.
Obat memilki nama dagang dan nama generic. Setiap obat dengan nama dagang yang
asing harus diperiksa nama genericnya, bila perlu hubungi Apoteker untuk menanyakan
nama generic atau kandungan obat. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus
memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan.
2. Benar dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes,
gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga
perhitungan obat benar unutk diberikan kepada pasien
a) Dosis yang diberikan perawat sesuai dengan kondisi klien
b) Dosis yang diberikan dalam batas yang di rekomendasikan untuk obat yang
bersangkutan
c) Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan
diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: tersedianya
obat dan dosis obat yang diresepkan atau diinta, pertimbangan berat badan
klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan
diperiksa oleh perawat lain.
d) Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.
Dosis obat merupakan faktor penting, karena baik kekurangan atau
kelebihan dosis akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan, bahkan sering
membahayakan. Macam-macam dosis obat diantara lain:
a) Dosis Maksimum(DM ) adalah dosis atau takaran maksimum atau
terbanyak yang dapat diberikan tanpa menimbulkan bahaya.
b) Dosis Lazim (DL) adalah dosis yang tercantum dalam literature
merupakan dosis yang lazimnya dapat menyembuhkan.
c) Dosis Toksik adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat
menyebabkan keracunan pada penderita.
d) Dosis Letalis adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan kematian pada penderita.
3. Benar pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan
cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien. Dan Membedakan klien dengan dua nama yang sama
4. Benar cara pemberian
obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute yang terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respond yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat
diberikan dengan beberapa cara, sebagai berikut:
a) Oral
Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak digunakan,
karena ekonomis, paling nyammn dan aman. Obat dapat juga di absorpsi melalui
rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet. Obat yang digunakan biasanya
memiliki onset yang lama dan efek yang lama. Berbagai bentuk obat dapat diberikan
secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer.
b) Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa yunani, para berarti disamping, enteron berarti
usus, atau tidak melalui saluran cerna. Teknik ini menggunakan tusukan pada kulit.
Jadi pemberian dengan cara ini menyebabkan resiko adanya infeksi, nyeri dan iritasi.
Pemberian obat parenteral merupakan pilihan jika pemberian obat dari mulut
merupakan kontaindikasi.
1) SC
Lokasi untuk suntikan subkutan diplih di mana terddapat
bantalan lemak dengan ukuran yang memadai, yaitu pada abdomen,
paha atas, punggung bagian atas, lengan atas sisi lateral, paha sisi
lateral. Subkutan dipakai untuk dosis kecil untuk obat-obat yang tidak
mengiritasi, larut dalam air.
• Teknik
a. Bersihkan daerah suntikan dengan gerakan melingkar dengan
menggunakan teknik steril.
b. Cubitlah kulit
c. Masukkan jarum dengan sudut yang sesuai dengan ukuran tubuh :
45˚
90˚
d. Lepaskan kulit
e. Aspirasi, kecuali dengan heparin
f. Suntikkan obat dengan perlahan-lahan
g. Angkat jarum dengan cepat ; jangan tutup kembali
h. Dengan lembut gosok daerah suntikan, kecuali kontaindikasi seperti
pada heparin
i. Pasang plester Band-Aid jika perlu.
2) IM
Dipakai untuk obat yang mengiritasi suspense dalam air, dan larutan
dalam minyak. Biasanya efek obat lebih cepat terjadi daripada subkutan.
Lokasi dipilih pada daerah dengan ukuran otot yang memadai dan tedapat
sedikit saraf dan pembuluh darah yang besar. Lokasi yang lebih disukai
adalah ventrogluteal, dorsogluteal, deltoid, dan vastus lateralis (pada anak-
anak).
• Teknik
Sama seperti suntikan subkutan kecuali jarum dimasukkan dengan
sudut 90˚ kedalam otot.
3) IV
Lebih cepat daripada IM atau SK. Tempatnya adalah vena
perifer yang mudah dicapai(contoh, vena sefalika atau kubti dari
lengan ; vena dorsalis dari tangan) lebih disukai.
• Teknik
a. Pasang torniket
b. Bersihkan daerah suntikan dengan teknik aseptik
c. Masukkan butterfly atau kateter, tekuk kedalam vena sampai
darah masuk. Lepaskan torniket.
d. Stabilkan jarum dan beri kasa pada tempat tersebut
e. Pnatau kecepatan aliran, denyut nadi dibagian distal, warna
dan suhu kulit, dan tempat insersi
f. Lihat peraturan yang dipakai dalam hal penambahan obat
kedalam botol atau kantong, teknik piggyback, dorongan IV,
dan sebagainya.
4) IC
Memberikan obat melalui suntikan intra cutan atau intra dermal
adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui
suntikan kedalam jaringan kulit atau intra dermis.
c) Topikal
Berguna untuk pemeberian obat-obat lokal, khususnya yang mempunyai efek
toksik jika diberikan secara sistemik. Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-
obat yang diberikan biasanya memilki efek lokal, obat dapat dioleskan pada daerah
yang diobati. Efek sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.
d) Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti kontipasi (dulcolax supp), hemeroid (anusol), pasien yang tidak sadar atau
kejang (stesolid supp). Pemberian perektal memeilki efek yang lebih cepat
dibandingkan obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan
dalam bentuk supositoria.
e) Inhalasi
Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan, saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk
pemberian obat secara lokal pada salurannya. Terapi inhalasi juga dapat diartikan
sebagai suatu pengobatan yang ditujukan untuk mengembalikan perubahan-perubahan
patofisiologi pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke arah yang normal, seperti
dengan menggunakan respirator atau alat penghasil aerosol.
f) Sublingual
Absorpsinya baik melalui jaringan kapiler dibawah lidah. Obat-obat ini mudah
diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan
permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.
5. Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yng diprogramkan,
karena berhubunngan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari
obat.
a) Pemberian obat harus sesuai dengan waktu ynag telah ditetapkan.
b) Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, semisal
(3X1hari)
c) Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat. Obat yang mempunyai
waktu paruh panjang diberikan sekali sehali, dan untuk obat yang memiliki
waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu.
d) Pemberian obat juga memeperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan
atau bersama makanan.
e) Memberikan obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambungn bersama-sama dengan makanan.
f) Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
djadwalkan untuk memeriksa diagnostic, seperti tes darah puasa yang
merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.
6. Benar dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus di dokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang
berlaku di Rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai obat
yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.
7. Benar pendidikan kesehatan perihal medikasi klien
Perawat memiliki tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan
pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang bekaitan dengan obat seperti
manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat
dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek
samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat
dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari selama sakit dan sebagainya.
8. Hak klien untuk menolak
Klien berhak untuk melnolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan inform consent dalam pemberian obat.
a) Klien berhak untuk mengetahui alasan obat diberikan
Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan
informasi( informed consent), yang berdasarkan pengetahuan individu yang
diperlukan untuk membuat suatu keputusan.
b) Klien berhak menolak penggunaan sebuah obat
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung
jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan alasan penolakan dan
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau
menerima pengobatan. Jika suatu pengobatan ditolak, penolakan ini harus
segera di dokumentasi.
9. Benar evaluasi
perawat selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.
10. Benar pengkajian
Perawat selalu memeriksa TTV sebelum pemberian obat.
11. Benar reaksi dengan obat lain
pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan
omeprazole penggunaan pada penyakit kronis.
12. Benar reaksi terhadap makanan
Obat memilki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimun atau a.c) untuk
memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan
mislanya, tetrasiklin, dan sebaiknya ada obat yang harus diminum setelah
makan misalnya indometasin

C. Peran dalam Mendukung Keefektifitasan Obat


Setiap kali harus mengunjungi dokter karenamenderita suatu penyakit tertentu,
seringkali juga kita mendapat resep yang harus di tebus dan kemudian di maka sesuai
anjuran yang diberikan. Tapi, pernahkah Anda sudah minum obat sampai habis tetapi
sang penyakit tetap tidak kunjung membaik bahkan sepertinya makin bertambah
sakit?. Keadaan ini mungkin saja terjadi karena efektifitas obat yang kita minum bisa
berubah dan banyak faktor yang dapat mengubah efektifitas obat-obatan tersebut,
sehingga obat yang di minum tadi tidak dapat bekerja secara maksimal. Agar obat-
obatan yang kita minum dapat bekerja secara efektif sekaligus aman, perlu diketahui
faktor apa saja yang dapat mengubah keefektifitasan sebuah obat, antara lain :
Penggunaan obat lain secara bersamaan Ada beberapa jenis obat obat yang bekerja
dengan cara 'menghancurkan' segala sesuatu yang dianggap racun, contohnya obat
untuk mengobati diare, saat diminum bersamaan dengan obat-obatan lain, obat anti
hipertensi misalnya, obat-obatan tersebut akan rusak efektifitasnya oleh obat anti
diare tadi sehingga dianjurkan untuk memberi jarak sekitar 2 jam antar obat tersebut
saat dikonsumsi
 Interaksi dengan makanan
beberapa makanan dapat berinteraksi dengan obat tertentu
seperti misalnya berikatan dengan zat aktif obat sehingga mengurangi
penyerapan obat atau mempercepat eliminasi obat. Ada beberapa obat
yang akan bekerja dengan baik saat perut sedang kosong dan
sebaliknya, ada beberapa obat yang akan bekerja maksimal bila kita
sudah makan. Jadi benar-benar perhatikan label pada kemasan obat
sebelum Anda meminumnya atau tanyakan pada dokter atau ahli
farmasi yang memberikan obat tersebut.
Dengan memiliki pengetahuan yang memadai tentang daya kerja dan efek
terapeutik obat, perawat harus mampu melakukan observasi untuk mengevaluasi efek
obat dan harus melakukan upaya untuk meningkatkan keefektifitasan obat. Pemberian
obat tidak  boleh dipandang sebagai pengganti perawatan, karena upaya kesehatan
tidak dapat terlaksana dengan pemberian obat saja. Pemberian obat harus dikaitkan
dengan tindakan  perawatan. Ada berbagai pendekatan yang dapat dipakai dalam
mengevaluasi keefektifitasan obat yang diberikan kepada pasien. Namun, laporan
langsung yang disampaikan oleh  pasien dapat digunakan pada berbagai keadaan.
Sehingga, perawat penting untuk  bertanya langsung kepada pasien tentang
keefektifitasan obat yang diberikan

D. Peran dalam Mengobservasi Efek Samping dan Alergi Obat


Perawat mempunyai peran yang penting dalam mengobservasi pasien terhadap
kemungkinan terjadinya efek samping obat.untuk melakukan hal ini, perawat harus
mengetahui obat yang diberikan pada pasien serta kemungkinan efek samping yang
dapat terjadi. Beberapa efek samping obat khususnya yang menimbulkan keracunan
memerlukan tindakan segera misalnya dengan memberikan obat-obatan emergensi,
menghentikan obat yang diberikan dan secepatnya memberitahu dokter.
Perawat harus memberitahu pasien yang memakai/ minum obat di rumah
mengenai tanda-tanda atau gejala efek samping obat yang harus dilaporkan pada
dokter atau  perawat. Setiap pasien mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap
obat. Beberapa  pasien dapat mengalami alergi terhadap obat-obat tertentu. Perawat
mempunyai peran  penting untuk mencegah terjadinya alergi pada pasien akibat
pemberian obat. Data tentang alergi harus diperoleh sewaktu perawat melakukan
pengumpulan data riwayat kesehatan.
E. Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Pasal 63 ayat (4) yang berbunyi
“Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu”. Hal ini memberi arah bahwa siapapun tenaga kesehatan
yang akan menangani klien/pasien harus mempunyai kompetensi yang cukup untuk
dapat memberikan asuhan sesuai dengan kewenangannya yang mungkin akan dapat
memberikan kenyamanan kepada pasien sebagai customer dari pelayanan kesehatan.
Praktisi kesehatan harus mampu menggunakan berbagai telaahan ilmiah, legal
– etis, praktis dan juga colegial dalam upaya untuk memberikan asuhan yang tepat
kepada pasien serta juga menggunakan pendekatan Humanistik dalam
mengimplementasikan berbagai tindakan yang dilakukannya
Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no 36/2009 tentang kesehatan berbunyi :
“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.”
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan
pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu”. Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan
salah satu profesi/tenaga kesehatan yang bertugas untuk memberikan pelayanan
kepada pasien yang membutuhkan
F. Hak Klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat
1.Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat.
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan
informasi (informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang
diperlukan untuk membuat keputusan.
2.Hak klien untuk menolak pengobatan.
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah
tanggung jawab  perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan
penolakan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan
agar klien mau menerima 5 pengobatan. Jika tetap menolak, perawat wajib
mendokumentasikan pada catatan  perawatan dan melapor kepada dokter yang
menginstruksikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat
bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat
yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien
yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor
gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
tidak bias mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan
harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat,
efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
Tugas seorang perawat sebelum memberikan obat adalah harus memeriksa identitas
pasien yang meliputi : papan identitas di tempat tidur, gelang identitas atau ditanyakan
langsung kepada pasien dan keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal,
respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi
yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Obat memiliki nama dagang dan
nama generik. Setiap obat dengan nama dagang harus diperiksa nama generiknya sebelum
obat tersebut diberikan oleh perawat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai
dan Tugas seorang perawat adalah harus mengembalikan ke bagian farmasi.
Setelah obat diberikan, tugas seorang perawat adalah mendokumentasikan, dosis,
cara/ rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak diberikan obat, atau
obat itu tidak dapat dapat diberikan karena alasan tertentu, perawat harus mencatat alasannya
dan dilaporkan kepada dokter untuk tindakan selanjutnya.
Saran
Perawat harus memahami betul apa saja peran yang harus dimilikinya dalam
pemberian obat kepada pasien,agar tidak terjadi kesalahan .
Dan Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus
segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah
kesalahan itu diketahuinya, agar segera di atasi.
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati,Lilis. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2.Jakarta: Salemba Medika2
Laili,Dayang. 2016. Modul Guru Pembelajaran Paket Keahlian Keperawatan SMK. Depok :
Kemendikbud R.I
Zega,Mira Pratama. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia : Prosedur Keterampilan Bidang
Keahlian Kesehatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai