Anda di halaman 1dari 1

KARAKTERISTIK

LABORATORIUM AGAMA/MASJID SUNAN KALIJAGA

(1) Islamicity: Jika kita masuk ke dalam masjid, maka salah satu ciri keislaman adalah
adanya sekian tulisan kaligrafi Arab dalam berbagai jenisnya, baik naskhi, rik’i dan
lain sebagainya. Pesan-pesan kaligrafinya juga sangat variatif sesuai dengan visi,
misi, dan tujuan UIN Sunan Kalijaga. Bahkan, lebih dari itu, di belakang papan
nama Laboratorium Agama/Masjid Sunan Kaljaga juga dicantumkan salah satu
pernyataan Sunan Kalijaga sendiri yang berbunyi: Hanglaras Ilining Banyu; Ngeli
Hananging Ora Keli Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa dalam mengarungi
kehidupan, kita sebaiknya hidup seperti air mengalir; kita mengikuti air mengalir,
tetapi kita tidak larut. Pesan dan pernyatan Sunan Kalijaga tersebut sungguh
mengandung nilai-nilai religiositas yang tinggi, mengandung sebuah kepasrasahn
yang sangat dianjurkan dalam Islam, namun kita tidak harus menentang sebuah
perubahan selama perubahan itu positif.
(2) Locality: secara arsitektural, masjid Sunan Kalijaga juga memperhatikan budaya
lokal Jawa. Masjid ini memiliki desain limasan yang mencerminkan unsur-unsur
sebuah kebudayaan yakni kepribadian dan vitalitas. Yang pertama biasanya
menunjuk pada kohesi dan integrasi budaya itu sendiri, yang pada dasarnya
menentang perubahan dan mempertahankan keaslian, sedangkan yang kedua
biasanya mengacu pada daya penyesuaian dengan masalah-masalah baru dan
kontemporer. Jika komponen pertama memungkinkan suatu masyarakat mencari
jawaban otonom yang cocok tanpa harus terpaku kepada misalnya kelompok lain,
maka, komponen kedua memungkinkan adanya usaha pengembangan yang dapat
merubah tujuan-tujuan kebudayaan sehingga secara kultural, ada kaitan erat
antara pengembangan dan pandangan hidup seseorang.
(3) Modernity: memperhatikan pernyataan Sunan Kalijaga di atas dan memperhatikan
vitalitas dalam sebuah budaya, maka, ciri ketiga masjid Sunan Kalijaga adalah
modernity yang sejalan dengan yang selama ini menjadi core dan model kajian
keilmuan di UIN Sunan Kalijaga. Integrasi dan interkonesksi sebagai misi UIN Sunan
Kalijaga misalnya telah tercermin dalam beberapa ornamen masjid yang kelihatan
dari luar. Inklusifitas masjid sebagai sebuah ciri kemoderenan juga tergambar
secara empiiris dalam bingkai arsitektural masjid. Keterbukaan di sini bukan hanya
jika berhadapan dengan pendapat orang lain, yang sebenarnya juga saudara kita
sendiri, tetapi juga secara gamblang tampak dalam alur-alur arsitektural menuju
masjid yang ramah terhadap kaum difabel.
Dengan ketiga ciri di atas, maka, manajemen Laboratorium Agama/Masjid Sunan
Kalijaga diupayakan berubah dan berbeda dari model pengelolaan tahun-tahun
sebelumnya meski tidak mengurangi arti penting dan positif model pengelolaan
yang terdahulu (al-muhafadzah ’ala al-qadim al-salih wa al-akhdzu bi al-jadid al-
aslah). Manajemen masjid tidak hanya mengatur siapa muadzin, siapa imam, siapa
khatib, bahkan operasionalnya hanya mengandalkan kotak infak. Tetapi, lebih dari
itu, manajemen Masjid Sunan Kalijaga sebaiknya dikelola secara profesional.

Anda mungkin juga menyukai