Anda di halaman 1dari 7

Klasifikasi Pendiculosis

Pedikulosis adalah infeksi kulit / rambut pada manusia yang disebabkan oleh parasit
obligat pediculus humarus. (Arif Mansjoer, 2000)
                                                                                                                            
a) Pediculosis capitis
Infeksi kutu yang menyerang rambut di kepala. Pada lingkungan yang padat, anak-
anak, cara penularannya melalui benda perantara, misalnya : sisir, bantal, kasur,
topi, sikat rambut, wig, bantal dan sprei.
b) Pediculosis carporis                                                 
Infeksi kutu pediculus humanus carporis pada badan. Pada orang dewasa dengan
hygiene yang buruk (jarang mandi/ganti pakaian), cara penularannya dapat melalui
pakaian maupun kontak langsung.
c) Pediculosis pubis
Infeksi oleh phthirus pubis yang menyerang daerah genital. Pada orang dewasa,
PMS serta mengenai jenggot dan kumis, pada anak-anak pada alis / bulu mata. Cara
penularannya umumnya kontak langsung, hubungan seks atau dengan benda seperti
pakaian, handuk dan sprei.

Etiopatogenesis

Pediculus humanus var. capitis memiliki tubuh yang pipih dorsoventral, memiliki tipe
mulut tusuk hisap untuk menghisap darah manusia, badannya bersegmen segmen, memiliki 3
pasang kaki dan berwarna kuning kecoklatan atau putih ke abu-abuan. Tungau ini tidak memiliki
sayap, oleh karena itu parasit ini tidak bisa terbang dan penjalaran infeksinya harus dari benda
atau rambut yang saling menempel. Tungau memiliki cakar di kaki untuk bergantung di rambut.
Bentuk dewasa betina lebih besar dibandingkan yang jantan. Telur (nits) berbentuk oval/bulat
lonjong dengan panjang sekitar 0,8 mm ,berwarna putih sampai kuning kecoklatan. Telur
diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung
terdapat telur yang lebih matang.
Gambar 1. Morfologi Pediculus humanus var. capitis dewasa betina dan jantan.

Sumber : CDC18

Gambar 2. Morfologi Pediculus humanus var. capitis: A. Telur; B. Dewasa

Sumber : Winona.edu19

Manifestasi klinis

a. Rasa gatal yang hebat terutama daerah oksiput, temporal dan pubis.
b. Rasa panas di sekitar kulit kepala
c. Pruritis
d. Eritema, iritasi dan infeksi sekunder akibat garukan.
e. Kulit kering dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.
f. Ditemukan kutu atau telur kutu.
g. Rambut akan bergumpal, berbau busuk akibat banyaknya pus dan krusta.
h. Pembesaran kelenjar getah bening regional.
i.  Adanya kelainan di kulit berupa garis-garis bekas garukan dan bintik-bintik kemerahan
yang kecil dan khas.
Asuhan Kperawatan Pendiculosis
1. Pengkajian
a. Data biografi (nama, umur, pekerjaan, alamat, dll)
b. Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat personal hygiene yang buruk
2) Sering berganti pakaian secara bersama-sama
3) Penyakit menular seksual : sifilis, gonorrhea.
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama, sehingga
penularan penyakit dapat terjadi.
2) Keluarga / pasangan yang menderita PMS
3) Hygiene anggota keluarga yang buruk.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Gejala   : mungkin cemas, ketakutan dan khawatir, menarik diri.
Tanda    : gelisah, pucat, kurang percaya diri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman & nyeri : gatal b.d adanya gigitan kutu disertai pengeluaran lendir.
b. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi akibat garukan.
c. Gangguan konsep diri : HDR b.d  perubahan gambaran diri.
d. Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan pertahanan primer
e. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit, perawatan dan prosedur pengobatan b.d
kurangnya informasi.
3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman & nyeri : gatal b.d adanya gigitan kutu disertai pengeluaran
lendir
Tujuan         : setelah dilakukan intervensi, rasa nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil           :  
1. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 0
2. Klien tampak rileks
3. Gatal (-)
Intervensi   :
1)    Kaji keluhan nyeri / gatal, lokasi, frekuensi, intensitas (skala) dan waktu
2)    Observasi petunjuk non verbal gatal, misal : menggaruk, ekspresi wajah.
3)    Ajarkan klien untuk melakukan tehnik mengurangi nyeri / gatal : relaksasi dan
distraksi, terutama bila keluhan gatal timbul.
4)    Berikan pendkes tentang efek menggaruk dengan benar daerah yang nyeri / gatal,
misalnya dengan menggaruk dengan ujung jari kuku dan garukan yang keras,
melainkan dengan permukaan kuku-kuku jari dan garukan perlahan.
5)    Anjurkan pada klien untuk menggunakan sarung tangan kain lembut
6)    Bersihkan kutu / telur pada batang rambut menggunakan sisir yang rapat.
7)    Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu
8)    Kolaborasi dalam pemberian obat antipruritus (anti gatal)
b.    Dx. 2 Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi akibat garukan.
Tujuan    : setelah  dilakukan  intervensi,  integritas  kulit  klien  kembali utuh.
Kriteria Hasil   : -  Lesi (-)                 -  Iritasi (-)
-  Pruritus (-)           -  Erosi (-)
-  Eritema (-)           -  kulit lembut dan elastis.
Intervensi   :
1)   Kaji keadaan kulit, warna, turgor kulit dan sirkulasi
2)   Anjurkan kepada klien untuk mempertahankan hygiene kulit, misal dengan mandi
menggunakan sabun antiseptik, kemudian mengeringkannya secara hati-hati dan
menggunakan lotion serta melakukan massase.
3)   Anjurkan klin untuk menggunting kuku secara teratur
4)   Tutup luka dengan pembalut steril apabila lukanya besar lerosi, okskariasi dan
infeksi sekunder.
5)   Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan topikal / sistemik sesuai indikasi.
6)   Kolaborasi dalam pemberian obat penghilangan kutu (pedytox, grimekson)
7)   Kolaborasi dalam pemberian bedak / lotion antiseptik
c.    Dx. 3 Gangguan konsep diri : HDR b.d  perubahan gambaran diri
Tujuan    : setelah  dilakukan  intervensi  konsep  diri  klien  kembali meningkat
Kriteria Hasil     :  - Percaya diri klien meningkat
-  Menarik diri (-)
-  Koping individu klien efektif
-  Klien dapat berinteraksi sosial dengan baik.
Intervensi   :
1)   Bina hubungan saling percaya saat merawat klien
2)   Kaji perasaan yang dialami oleh klien tentang perubahan gambaran tubuhnya.
3)   Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaannya dengan pertanyaan terbuka
4)   Upayakan lingkungan yang aman dan tenang
5)   Jelaskan pada klien tentang perubahan yang terjadi pada dirinya.
6)   Anjurkan adanya keberadaan anggota keluarga atau orang terdekat di samping
klien.
7)   Berikan penguatan positif terhadap upaya-upaya yang dilakukan klien, beri
sentuhan dan kata-kata yang menyejukkan sebagai penguatan.
d.    Dx. 4 Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan pertahanan primer
Tujuan   : setelah melakukan intervensi, penyebaran infeksi tidak terjadi
KH         :  -   Tanda-tanda infeksi (-) (tumot (-), rubor (-), kalor (-), dolor (-),
fungsiolaesa(-)
-  TTV dalam batas normal : suhu 36,1-37oC
-  Tidak adanya kutu maupun telur kutu pada klien.
Intervensi   :
1)   Kaji tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, kalor, dolor, fungsiolaesa)
2)   Anjurkan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang
kontak dengan pasien.
3)   Anjurkan klien untuk mencuci dengan air panas, sedikitnya dengan suhu 54 oC atau
dicuci kering (dry cleaning) semua barang, pakaian, handuk, perangkat tempat
tidur.
4)   Anjurkan klien untuk tidak menggunakan sisir, pakaian, bantal, handuk (alat tenun)
secara bergantian
5)   Batasi pengunjung, jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu
6)   Anjurkan kepada klien untuk tidak bergonta-ganti pasangan seks
7)   Anjurkan klien untuk mencukur atau mengikat rambut di sekitar area yang terdapat
kutu.
8)   Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan topikal (salep), shampo gameksan, krim.
e.    Dx. 5 Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit, perawatan dan prosedur
pengobatan b.d kurangnya informasi
Tujuan    : pengetahuan klien dan keluarga meningkat setelah dilakukan intervensi
KH         :  -    Klien   dan   keluarga  dapat  memahami  tentang  proses penyakit,
perawatan dan pengobatan.
-    Klien terlihat kooperatif dalam pengobatan /berpartisipasi
-    Klien terlihat tidak bertanya-tanya lagi
-    Klien melakukan tindakan benar dan dapat menjelaskan alasannya
-    Klien melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi   :
1)   Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2)   Diskusikan tentang diagnosa penyakit dan cara perawatan berikutnya
3)   Diskusikan tentang pengobatan, nama, jadwal, tujuan, dosis dan efek sampingnya
4)   Anjukan klien untuk mengekspresikan perasaannya
5)   Beri kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami
6)   Jelaskan pada klien mengenai proses penyakit dan cara pemakaian obat serta efek
samping yang ungkin timbul.
7)   Berikan pendkes mengenai proses penyakitnya, perawatan dan pengobatan,
misalnya meningkatkan personal hygiene.
8)   Evaluasi klien dalam pemahaman klien mengenai proses penyakit, perawatan dan
prosedur pengobatannya.
4. Implementasi
5.  Evaluasi
a. Rasa nyaman, nyeri dan gatal klien hilang / terkontrol.
b. Integritas kulit klien utuh.
c. Konsep diri klien adekuat.
d. Penyebaran infeksi tidak terjadi.
e. Pengetahuan klien bertambah.

Sumber :
Arif, Masjoer, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran . Edisi ke-3 . FKUI, Jakarta: Medica
Aesculpaus.

Anda mungkin juga menyukai