Dosen Pengampu :
Ns. Bayhakki, M. Kep., Sp.KMB, PhD
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Konsep Luka Bakar”. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah (KMB) III pada Semester Ganjil (V) Fakultas Keperawatan,
jurusan Ilmu Keperawatan tahun ajaran 2020/2021.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................................33
3.2 Saran..............................................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:
1. Terminologi
2. Identifikasi Masalah
3. Analisa Masalah
4. Mind Mapping
5. Learning Objective
6. Definisi Luka Bakar
7. Etiologi Luka Bakar
8. Manifestasi Klinis Luka Bakar
9. Komplikasi Luka Bakar
10. Prognosis Luka Bakar
11. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
12. Patofisiologi Luka Bakar
13. Klasifikasi Luka Bakar
14. Derajat Luka Bakar
15. Fase Penyembuhan Luka Bakar
16. WOC Luka Bakar
17. Tujuan Perawatan Luka Bakar
18. Prinsip Penatalaksanaan Luka Bakar
19. Penatalaksanaan Luka Bakar
20. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
21. Cidera Inhalasi Akibat Panas
22. Kehilangan Cairan Akibat Luka Bakar
23. Resusitasi Cairan
24. Faktor Penghambat Hantaran Panas
25. Rules Of Nine
26. Perawatan Luka Bakar Dirumah
27. Asuhan Keperawatan Luka Bakar
2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan Pada Makalah Ini Yaitu:
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Terminology
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Identifikasi Masalah
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Analisa Masalah
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Mind Mapping
5. Untuk Mengetahui dan Memahami Learning Objective
6. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Luka Bakar
7. Untuk Mengetahui dan Memahami Etiologi Luka Bakar
8. Untuk Mengetahui dan Memahami Manifestasi Klinis Luka Bakar
9. Untuk Mengetahui dan Memahami Komplikasi Luka Bakar
10. Untuk Mengetahui dan Memahami Prognosis Luka Bakar
11. Untuk Mengetahui dan Memahami Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
12. Untuk Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Luka Bakar
13. Untuk Mengetahui dan Memahami Klasifikasi Luka Bakar
14. Untuk Mengetahui dan Memahami Derajat Luka Bakar
15. Untuk Mengetahui dan Memahami Fase Penyembuhan Luka Bakar
16. Untuk Mengetahui dan Memahami WOC Luka Bakar
17. Untuk Mengetahui dan Memahami Tujuan Perawatan Luka Bakar
18. Untuk Mengetahui dan Memahami Prinsip Penatalaksanaan Luka Bakar
19. Untuk Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Luka Bakar
20. Untuk Mengetahui dan Memahami Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
21. Untuk Mengetahui dan Memahami Cidera Inhalasi Akibat Panas dan
tanda gejala.
22. Untuk Mengetahui dan Memahami Kehilangan Cairan Akibat Luka
Bakar
23. Untuk Mengetahui dan Memahami Resusitasi Cairan
24. Untuk Mengetahui dan Memahami Faktor Penghambat Hantaran Panas
25. Untuk Mengetahui dan Memahami Rules Of Nine
26. Untuk Mengetahui dan Memahami Perawatan Luka Bakar Dirumah
27. Untuk Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Luka Bakar
3
Skenario
“Lomba Membawa Petaka”
4
STEP I
1. Perawatan luka bakar : suatu upaya untuk protolongan orang luka bakar
yang terpapar/ kerusakan jaringan kulit,akibat sentuhan tubuh dengan
benda yang panas.
2. Luas luka bakar : diukur derajat ada 3.
a. Derajat tingkat 1: lapisan derajat
b. Derajat tingkat 2: 1/3 dermis,kulit lebih dalam
c. Derajat tingkat 3: dermis,epidermis,lebih dalam dari tingkat 2
3. Unit perawatan luka bakar memiliki 3 tempat (ruang operasi,
ICU,penerimaan)
4. IGD : suatu unit di RS untuk penanganan awal sesuai kegawatan px
5. Luka : rusaknya jaringan tubuh, luka bagian internal/eksternal,kerusakan
continvitas
STEP II
1. Bagaimana pertolongan pertama untuk pasien terkena luka bakar?
2. Selain pasir apa saja yang harus dilakukan untuk memandamkan api?
3. Apakah ada efek samping dalam pemberian pasir untuk memadamkan
api pada macron?
4. Tindakan pertama perawat ketika teman-teman macron membawa px ke
RS dengan luka bakar?
5. Apakah ada perbedaan penanganan pada setiap daerah-daerah yang
terkena luka bakar
6. Luka yang dialami px termasuk kedalam luka apa dan bagaimana
penanganannya?
7. Apa Dx dan intervensi sesuai keadaan px?
8. Pemeriksaan seperti apa yang dilakukan perawat hingga mendapat luas
luka bakar?
9. Derajat luka berapa pada px?
10. Apa yang membedakan tindakan di IGD/Unit Perawatan luka bakar?
11. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi px?
12. Tindakan yang dilakukan setelah px terkena pasir?
5
STEP III
1. Jauhkan klien dari sumber api, lemparkan pakaian klien yang terkena api,
cek ABC klien, jangan berikan klien kompres air dingin karena dapat
merusak integritas kulit, tutup luka dengan kain bersih dan lembut, bawa
klien ke klinik/rumah sakit terdekat. Selain itu bisa juga dengan
mengguyur bagian yang terkena dengan air mengalir lalu ditutup
menggunakan kasa steril.
2. Dapat dengan memberikan kain tebal yang basah, menggunakan APAR
dan juga tanah.
3. Dapat berisiko terjadinya infeksi karena luka bakar akan terkontamina
oleh kuman sehingga lebih baik menggunakan kain yang dibasahkan.
4. Lepaskan pakaian klien, cek ABC, cuci luka dengan air bersih, dan beri
klien paracetamol untuk meredakan rasa nyeri setelah itu dapat dilakukan
penilaian derajat/luasnya luka bakar.
5. Ya, ada perbedaan. Penanganan luka bakar tersebut tergantung dengan
luasnya atau tingkat derajatnya, yaitu:
a. Derajat tingkat I : mengenai lapisan epidermis sehingga
penanganannya menggunakan salep untuk mengurangi nyeri
b. Derajat tingkat II : mengenai 1/3 lapisan superfisial sehinga
penanganannya menggunakan salep antiseptik dan juga balutan katun
c. Derajat tingkat III : penanganannya berupa insisi kulit atau
pencangkokan kulit
d. Derajat tingkat IV : mengenai semua lapisan kulit yang terdalam
sehingga penanganannya lebih kompleks.
6. Termasuk luka bakar termal sesuai dengan penyebabnya yaitu api atau
sumber panas dan termasuk luka bakar derajat II dengan luas luka
sebesar 54%.
7. Diagnosa dan intervensi:
a. Kerusakan integritas kulit : imobilisasi klien, anjurkan pakaian tetap
kering, monitor kemerahan, cegah kontaminasi, lakukan teknik steril,
berikan posisi untuk mengurangi tekanan, anjurkan pasien
6
menggunakan pakaian longgar, monitor nutrisi dan proses penyebuhan
luka klien.
b. Nyeri : kaji nyeri pasien, kaji reaksi verbal dan non verbal, terapi nafas
dalam dan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
analgesik.
c. Resiko infeksi : jaga lingkungan tetap aseptik dan steril dalam
perawatan klien, batasi jumlah penjenguk yang datang.
d. Kecemasan : dampingi klien, bantu jelaskan kondisi klien dan beri
edukasi.
e. Pola nafas tidak efektif : kaji TTV klien, beri posisi pada klien,
berikan terapi bantu alat nafas seperti nasal kanul.
f. Resiko kekurangan cairan b.d evaporasi pada daerah luka : pantau
urine setiap 1 jam, berikan infus dan tetesan yang tepat, naikkan
kepala pasien, tinggikan bagian yang terdapat luka bakar.
8. Pemeriksaan menggunakan tabel, lalu dengan menghitung luasnya luka
bakar menggunakan tenkik rules of nine dan beberapa metode lainnya.
9. Derajat tingkat II, karena jika dihitung luasnya permukaan tubuh yang
mengalami luka bakar terdapat sebesar 54% meliputi diseluruh kaki
kanan dan kikri, perut, dada dan 1/3 tangan kiri dan kanan, yang
mengindikasikan pasien berada pada derajat tingakat II.
10. Di IGD lebih terfokus pada ABC dan TTV, pembersihan luka, penilaian
luas luka bakar, pemberian cairan, pemberian darah, serta pemantauan
asidosis respiratorik.
11. Hipotermi, hipovolemi, infeksi, kematian, gangguan respirasi,
kekurangan cairan.
12. Bersihkan menggunakan cairan antiseptik, nilai kulit apakah utuh atau
tidak, pemberian obat antiseptik.
7
STEP IV
SKEMA
Panitia Kemerdekaan RI
Menyelenggarakan sepak
bola api khusus laki-laki
Macron dibawa ke RS
8
STEP V
Learning Objective
STEP VI
STEP VII
9
BAB II
PEMBAHASAN
10
2.2 Etiologi Luka Bakar
Luka bakar disebabkan oleh sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Beberapa faktor
penyebab luka bakar yaitu
1. Cairan panas (air panas, minyak panas)
2. Api (bensin, minyak tanah, gas elpiji)
3. Listrik (PLN, petir)
4. Zat kimia (Asam dan basa kuat, kosmetik)
5. Radiasi (matahari, radioterapi)
11
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian
dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedema
sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah,
mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21-28 hari tergantung komplikasi
infeksi.
c. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputuh-
putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan
mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga
termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh
sendiri (perlu skin graf).
Menurut (Puspasari, 2018), manifestasi klinis dari luka bakar adalah :
a. Luka bakar derajat pertama ditandai oleh kemerahan dan nyeri dapat
timbul lepuh setelah 24 jam dan kemudian kulit mungkin terkelupas.
b. Luka bakar derajat kedua superfisial ditandai lepuh dan nyeri hebat.
Terbentuk lepuhan yang terjadi beberapa menit setelah cedera. Ketika
lepuhan pecah, ujung-ujung saraf terpajan udara. Karena respons nyeri dan
taktil masih utuh, penanganan luka bakar ini menimbulkan nyeri yang
sangat hebat.
c. Luka bakar derajat kedua dalam ditandai lepuh dan rasa nyeri. Apabila
dibandingkan dengan luka bakar derajat kedua superfisial, pada luka bakar
ini tidak terlalu nyeri karena neuron sensoris sudah mengalami destruksi
yang luas.
d. Luka bakar derajat ketiga nampak datar, tipis dan kering. Dapat ditemukan
koagulasi pembuluh-pembuluh darah. Mungkin kulit tampak putih atau
hitam dengan tekstur kasar.
e. Luka bakar derajat empat menimbulkan edema atau bula. Dalam beberapa
jam, cairan dan protein berpindah dari kapiler ke ruang interstisial
sehingga terjadi bula/ emboli. Pada keadaan ini timbul respon imunologi
berupa peningkatan laju metabolisme yang berdampak terhadap
peningkatan kebutuhan kalori.
12
2.4 Patofisiologi Luka Bakar
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan
permeabilitas ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan
intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan terjadi akibat penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan
cairan pada bula di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya masih terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika
lebih dari 20% resiko syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda
seperti gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan cepat, serta penurunan tekanan
darah dan produksi urin. Kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44°C
(111°F) relatif selama 6 jam sebelum mengalami cedera termal.
Luka bakar yang menyebabkan cedera akan menimbulkan denaturasi sel
protein. Sebagian sel mati karena mengalami nekrosis traumatic atau iskemik.
Kehilangan ikatan kolagen juga terjadi bersama proses denaturasi sehingga
timbul gradient tekanan osmotik dan hidrostatik yang abnormal dan
menyebabkan perpindahan cairan intravascular kedalam ruang interstisial.
Cedera sel memicu pelepasan mediator inflamasi yang turut menimbulkan
peningkatan permeabilitas kapiler secara sistemik (Kowalak, 2011).
Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan&elektrolit
sampai syok yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan
disfungsi serebral. Kondisi-kondisi ini dapat dijumpai pada fase
awal/akut/syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.
Kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barrier, luka sangat mudah
terinfeksi. Selain itu, dengan kehilangan kulit secara luas, terjadi penguapan
cairan tubuh yang berlebihan. Penguapan cairan ini disertai pengeluaran
protein dan energy, sehingga terjadi gangguan metabolisme.
Jaringan nekrosis yang ada, melepas toksin (burn toxin, suatu lipid protein
kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan
disfungsi dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti hepar dan paru
(ARDS), yang berakhir kematian.
13
Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan
kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional. Kondisi ini
menyebabkan timbulnya parut yang tidak beraturan (hipertrofik), kontraktur,
deformitas sendi dan sebagainya (Margareth dkk, 2019).
14
mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang
beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak seperti arang.
Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf
pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan
biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013)
Sedangkankan berdasarkan luas lesi dapat diklasifikasikan menjadi 3
yakni :
1. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajad I seluas <10% atau derajad
II seluas <2%
2. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajad I seluas 10-15% atau
derajad II seluas 5-10%
3. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajad II seluas >20% atau derajad
III seluas >10%
2.9 WOC
17
2.10 Tujuan Perawatan Luka Bakar
a. Mencapai hemostasis
b. Mendukung pengendalian infeksi dengan membersihkan (debride)
,devaskularisasi atau material infeksi
c. Membuang benda asing untuk mempersiapkan dasar luka sebelum
dilakukan pemasangan graft atau konstruksi flap
d. Mempertahankan sinus terbuka untuk memfasilitasi drainase,
mempertahankan keseimbangan kelembaban, melindungi kulit sekitar
luka. Salah satu tujuannya yaitu menciptakan lingkungan luka yang
lembab untuk mempercepat proses penyembuhan luka (moist wound
healing).
e. Mendorong kesembuhan luka dengan penyembuhan primer dan
penyembuhan sekunder.
18
ini juga mencegah penurunan perfusi ginjal dan mengurangi risiko gagal
ginjal.
Rumus koreksi cairan koloid berdasarkan Formula Parkland (Baxter) pada
dewasa untuk 24 jam pertama : 4 cc/KgBB/% TBSA. 50% dari hasil
perkalian tersebut diberikan pada delapan jam pertama dan 50% pada 16
jam berikutnya.
Rumus koreksi cairan koloid berdasarkan Formula Parkland (Baxter)
pada pediatric untuk 24 jam pertama : 3 cc/KgBB/% TBSA (Procter,
2010). Cairan koloid ditambahkan untuk maintenance pada anak-anak
dengan rumus :
a. BB 0-10 kg : 4cc/kg/jam
b. BB 10-20 kg : 40cc/jam + 2 cc/kg/jam
c. BB lebih dari 20 kg : 60 cc/jam + 1cc/kg/jam
4. Luka bakar derajat kedua yang dalam dan luka bakar derajat tiga
memerlukan tindakan pembersihan luka secara bedah dan skin graft.
Apabila mungkin, kulit diambil dari bagian kulit klien yang tidak terbakar.
5. Klien dengan luka bakar yang luas memerlukan peningkatan pemberian
kalori untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan yang besar, terutama
bagi jaringan yang mulai sembuh. Diet yang direkomendasikan adalah
tinggi protein.
6. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin,
diberikan secara intravena. Hati-hati dengan pemberian intramuscular
karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di dalam
otot.
7. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan
dengan melakukan debridement dan memandikan pasien dengan
menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan
antiseptic. Antiseptic lokal yang dapat dipakai yaitu betadine atau nitras
argenti 0,5%.
8. Berikan antibiotic topical pasca pencucian luka dengan tujuan untuk
mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih
bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat digunakan
19
adalah silver nitrate 0,5%, mafedine acetate 10%, silver sulfadiazine 1%
atau gentamisin sulfat.
9. Balut luka menggunakan kassa gulung kering dan steril.
10. Berikan serum anti-tetanus/ toksoid yaitu ATS 3.000 unit pada orang
dewasa dan separuhnya pada anak-anak.
22
paru, edema bronkial, dan sekresi yang dapat menutup jalan napas sehingga
menyebabkan atelektasis dan pneumonia (Dries & Frederick. 2013).
Trauma inhalasi merupakan komplikasi yang terjadi pada luka bakar
dengan persentase sekitar 10 sampai 20 % pasien dan secara signifikan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Walker, et all, 2015).
1. Formula Parkland
24 jam pertama. Cairan Ringer laktat: 4ml/kg/BB/%luka bakar
a. Contohnya pria dengan berat 80kg denga luas luka bakar 25%
Membutuhkan cairan: (25) X (4ml) = 8000ml dalam 24 jam
pertama
1) ½ jumlah cairan = 4000ml diberikan dalam 8 jam
2) ½ jumlah cairan = 4000ml diberikan dalam 16 jam
berikutnya
2. Formula Evans
a. luas luka bakar dalam % x kgBB = jumlah NaCL /24 jam
b. luas luka bakar dalam % x kgBB = jumlah plasma/24 jam
(a dan b penganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk
mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan
24
tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik
kembali cairan yang telah keluar)
c. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang
akibat penguapan) separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam
8 jam pertama, sisanya diberikan 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
3. Rumus Baxter
Rumusnya: % x BB X 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan
elektrolit yaitu larutan Ringer laktat karena terjadi defisit ion Na. hari
kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh: seorang dewasa
dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20% permukaan kulit akan
diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan
2000 cc pada hari kedua.
4. Kebutuhan kalori formula Curreri
Kebutuhan kalori pasien dewasa menggunakan formula Curreri, adalah
25 kcal/kgBB/hari + 40 kcal/% luka bakar/hari. Petunjuk perubahan
cairan:
a. Pemantauan urin output tiap jam
b. Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
c. Kecukupan sirkulasi perifer
d. Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
e. Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa.
25
Sedangkan pada anak dihitung menurut rumus Lund & Browder (tabel 2).
26
2.20 Perawatan Luka Bakar di Rumah
1. Hidroterapi setiap hari dan teknik dengan debridemen.
2. Mempertahankan nutrisi yang adekuat.
3. Mencegah hipotermia.
4. Mengendalikan nyeri.
5. Mempertahankan mobilitas sendi.
6. Patuh terhadap prosedur-prosedur pengendalian infeksi.
7. Semua daerah yang terbakar harus diberikan sekali atau 2x dengan
deterjen cair anti microbial seperti kloheksidin&debridemen awal
dimulai setelah dilakukan hidroterapi harian luka bakar dengan agen
anti microbial topikal.
8. Pemberian nutrisi yang cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu
sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein yang tinggi.
9. Pemberian antibiotic topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului
hidroterapi untuk mengangkat sisa-sisa krim antibiotik sebelumnya.
Bila kondisi luka sangat kotor atau dijumpai banyak krusta dan/
eksudat, pemberian dapat diulang sampai dengan 2-3 kali sehari.
10. Latihan pernafasan dan pergerakan otot&sendi
11. Usahakan mempertahankan fungsi sendi. Latihan gerakan atau bidai
dalam posisi baik.
12. Pemberian antibiotic sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah
infeksi.
13. Pemberian suplementasi vitamin yaitu vitamin A 10.000 unit/minggu,
vit.c 500 mg dan sulfat ferosus 500 mg (Margareth, dkk 2019).
Tn.X ? 27
- Berapa jumlah cairan dan pendistribusiannya jika dihitung menggunakan
rumus Baxter?
Jawab :
Persentase luka bakar :
Wajah = 9%
Dada dan abdomen = 18%
Paha atas kanan&kiri = 18%
Total = 45%
28
c. Riwayat kesehatan dahulu Penting untuk menentukan apakah pasien
mempunyai penyakit yang merubah kemampuan untuk memenuhi
keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi (seperti
DM,gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan)
d. Pemeriksaan Fisik dan psikososial
1) Aktifitas / istirahat : Tanda : penurunan kekuatan, tahanan,
keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit ; gangguan
masa otot, perubahan tonus.
2) Sirkulasi : Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20%
APTT) : hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).
3) Integritas ego : Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan,
keuangan, kecacatan. Tanda : ansietas, menangis,
ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
4) Eliminasi Tanda : haluaran urine menurun; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengidentifikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis, penurunan bising usus.
5) Makanan / cairan : Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia,
mual / muntah
6) Neurosensori : Gejala : area batas, kesemutan Tanda :
perubahan orientasi, afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang.
7) Nyeri / keamanan : Gejala : berbagi nyeri; contoh luka bakar
derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan;
gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; respon terhadap luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
29
8) Pernafasan Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan
lama Tanda : serak; batuk mengi; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi.
9) Pemeriksaan diagnostik :
1) LED mengkaji hemokonsentrasi.
2) GDA dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
3) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
4) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan
penuh luas.
5) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
6) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar massif.
7) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi asap
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agens cedera fisik (luka bakar)
b. Kerusakan integritas kulit b/d cedera kimiawi kulit (luka bakar).
c. Risiko infeksi b/d terpajang pada wabah.
d. Intoleransi aktifitas b/d adanya lesi.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Nursing Outcomes Classification (NOC), perencanaan
keperawatan pada pasien dengan luka bakar sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (luka bakar)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat
berkurang dengan kriteria hasil : klien mengatakan bahwa nyeri
berkurang dengan skala 2-3, klien terlihat rileks, ekspresi wajah
tidak tegang, klien bisa tidur nyaman, tanda-tanda vital dalam batas
30
normal : suhu 36-37oC, nadi 60-100x/m, RR 16-20x/m, TD 120/80
mmHg.
Intervensi : pengkajian komprehensif (lokasi, durasi, kualitas,
karakteristik, berat nyeri dan faktor pencetus) untuk mengurangi
nyeri, pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
(farmakologi dan nonfarmakologi) untuk penurunan nyeri sesuai
dengan kebutuhan, ajarkan teknik non farmakologis untuk
pengurangan nyeri, kolaborasi untuk memberikan obat sesuai dengan
kebutuhan pasien.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kimiawi kulit (luka
bakar)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak mengalami
kerusakan kulit dengan
kriteria hasil : integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak
ada luka / lesi pada kulit, perfusi jaringan baik, mempertahankan
kelembapan kulit dan perawatan alami. Intervensi : jaga kebersihan
kulit agar tetap bersih dan kering untuk membantu proses
penyembuhan pada luka, mobilisasi pasien setiap 2 jam untuk
menurunkan resiko infeksi, monitor akan adanya kemerahan untuk
membantu mencegah terjadinya infeksi atau lesi.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan terpajang pada wabah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak mengalami
infeksi dengan kriteria hasil : klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi, pasien dapat mendeskripsikan proses penularan penyakit.
Faktor yang mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya,
menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi,
jumlah leukosit normal, menunjukkan perilaku hidup sehat.
Intervensi : bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain untuk
mencegah penularan infeksi dari pasien ke pasien, pertahankan
teknik isolasi untuk menjaga kesterilan, batasi pengunjung bila perlu
untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar, instruksikan pasien dan
keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan setelah beraktifitas
31
untuk mencegah masuknya kuman infeksi melalui saluran
pencernaan, monitor tanda dan gejala infeksi untuk mengetahui
apabila terjadi infeksi dalam tubuh, inspeksi kulit membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase untuk membuat tindakan
keperawatan lanjut .
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan adanya lesi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak mengalami
intoleransi aktifitas dengan
kriteria hasil : berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanann darah, nadi dan RR, mampu melakukan
aktifitas sehari-hari secara mandiri.
Intervensi : observasi adanya pembaratasan klien dalam melakukan
aktifitas untuk menentukan aktifitas lanjutan yang dapat dilakukan
klien, kaji adanya faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan untuk
melakukan tindakan keperawatan selanjutnya, monitor nutrisi dan
sumber energy yang adekuat agar pasien memiliki energy yang
cukup, monitor adanya kelemahan fisik untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dapat disesuaikan dengan intervensi
keperawatan yang telah di susun.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil di
capai.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah cedera yang terjadi ketika jaringan tubuh bersentuhan
langsung/terpapar panas dari api, uap, cairan dan benda panas, bahan kimia ,
sengatan listrik/ radiasi. Menurut Moenajat (2001) luka bakar adalah rusak
atau hilangnya jaringan yang disemodulkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),akibat sengatan listrik,
akibat bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
Luka bakar tidak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistic dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan
luka bakar didasarkan pada luasa luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor
prnyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam
akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal.
Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang
pula teknik atau cara penanganan luka bakar sehingga meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
3.2 Saran
Semoga dengan memahami makalah tentang konsep luka bakar ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca serta khususnya sebagai
seorang calon perawat di masa depan diharapkan dapat menerapkan dan
membagi ilmu dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan tentang konsep
luka bakar dan asuhan keperawatan pada luka bakar.
Penulis penyadari bahwa maklah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis menyarankan kepada para pembaca
33
khususnya teman-teman mahasiswa agar mencari reverensi lain selain
makalah ini dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar kami jadikan pedoman dalam membuat makalah berikutnya
34
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 2008. The Global Burden Of Diseases: 2004 Update Genevas: World
Health
Organization.http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/GBD_
report_2004update_full. pdf. Diakses September 2017.
Barbara AB, Glen G, Marjorie S. 2013. Willard And Spackman’s Occupational
th
Therapy (12 Ed). Lippincot Williams&Wilkins.
Santosa, Zen. 2019. Mengatasi Luka Gores Dan Luka Bakar. Yogyakarta: CV
Alaf Media
Albayani, Melati Inayati Dan Dwi Novidiantoko. 2019. Panduan Praktikum:
Modul Keperawatan Ilmu Biomedik Dasar. Yogyakarta: CV Budi Utama
Clevo, Rendi, Dkk. 2019. Buku Asuhan Keperawatan Medical Bedah Dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Prasetyo, A., Ibrahim, K., & Somantri, I. (2014). Pengalaman Hidup Pasien
dengan Luka Bakar. Kesehatan Al-Irsyad (JKA) .
Mariza, Putri, Dkk. 2013. Kmb2: Keperawatan Medical Bedah Dewasa Teori Dan
Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Puspasari. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Integument. Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS
Wim de Jong. 2005. Bab 3: Luka, Luka Bakar: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Dries DJ, Endorf FW. Inhalation injury: epidemiology, pathology, treatment
strategies. Scand J Trauma Resusc Emerg Med. 2013;21:31. doi:
10.1186/1757-7241-21-31.
Gill P, Martin RV.Smoke inhalation injury. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain.
2015;15:143-8.
Walker PF, Buehner MF, Wood LA, et al. Diagnosis and management of
inhalation injury:an updated review. Crit Care. 2015;19:351.
Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia. Indonesia : Elsivier
Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Bahasa Indonesia. Indonesia : Elsivier
35
Margareth, dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah&Penyakit Dalam.
Nuha Medika: Yogyakarta
36