Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“KONSEP LUKA BAKAR”

Dosen Pengampu :
Ns. Bayhakki, M. Kep., Sp.KMB, PhD

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 (A 2018-1)

Aisyah Zazirah 1811112294 Nadiatul Khairiyah 1811112310


Agnes Novita 1811112305 Nepta Yulita 1811112325
Bethari Karlinda 1811112122 Muhammad Alfin 1811110107
Desmita Aulia 1811112265 Cindyana Rosalinda 1811112172
Dita Fadhila 1811112136 Indah Adilla 1811112219
Eka Nofrida 1811112186 Mariah Al-qhibtiyah 1811112144
Intan Pratiwi Edison 1811112318DOSEN PENGAMPU : 1811112226
Mujahidah Hasibuan
Khairiyatul Ummi Jumaini, M.Kep., Sp.Kep.J 1811112196
1811112329 Nurul Afdilla Fania
Miftahul Jannah 1811112321 Winda Wiranti P. 1811112187
Rafika Putri Kesuma 1811112235

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Konsep Luka Bakar”. Tidak lupa kami juga mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah (KMB) III pada Semester Ganjil (V) Fakultas Keperawatan,
jurusan Ilmu Keperawatan tahun ajaran 2020/2021.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, November 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 STEP I...........................................................................................................................................................5

2.2 STEP II.........................................................................................................................................................5

2.3 STEP III........................................................................................................................................................6

2.4 STEP IV.......................................................................................................................................................8

2.5 STEP V.........................................................................................................................................................9

2.6 STEP VI.......................................................................................................................................................9

2.7 STEP VII......................................................................................................................................................9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................................33

3.2 Saran..............................................................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan
energi dari suatu sumber panas kepada tubuh, baik lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Luka bakar merupakan jenis luka yang timbul
akibat pajanan suhu yang tinggi, syok listrik, atau bahan kimia ke kulit.
Pada luka bakar terjadi kerusakan sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan perubahan suhu yang tinggi, sengatan listrik, ledakan, maupun
terkena bahan kimia.
Luka bakar memiliki beberapa tingkatan tergantung dari tingkat
keparahan, jaringan yang terkena, dan komplikasi yang terjadi akibat luka
tersebut. Jaringan yang terkena luka bakar dapat meliputi otot, tulang,
pembuluh darah, dan jaringan epidermis. Akibat dari luka bakar meliputi
infeksi, shock, ketidakseimbangan elektrolit, dan masalah distress
pernafasan. Bahkan di negara berkembang luka bakar juga berimbas pada
kehidupan sosial korban, berupa gangguan stress pasca trauma, serta
isolasi sosial karena adanya gangguan citra tubuh.
Proses penyembuhan luka bakar meliputi fase respon inflamasi
akut terhadap cedera, fase proliferatif, dan fase maturasi. Pada akhirnya
proses penyembuhan akan dinilai dengan berkurangnya luas luka dan
jumlah eksudat, serta jaringan luka yang semakin membaik. Pada fase
inflamasi, dimulai dengan mekanisme hemostasis yaitu suatu proses
penghentian perdarahan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain itu
luka bakar lebih berisiko terkena infeksi karena terjadi kekurangan lapisan
epidermis yang berfungsi untuk menahan mikroorganisme yang masuk.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:
1. Terminologi
2. Identifikasi Masalah
3. Analisa Masalah
4. Mind Mapping
5. Learning Objective
6. Definisi Luka Bakar
7. Etiologi Luka Bakar
8. Manifestasi Klinis Luka Bakar
9. Komplikasi Luka Bakar
10. Prognosis Luka Bakar
11. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
12. Patofisiologi Luka Bakar
13. Klasifikasi Luka Bakar
14. Derajat Luka Bakar
15. Fase Penyembuhan Luka Bakar
16. WOC Luka Bakar
17. Tujuan Perawatan Luka Bakar
18. Prinsip Penatalaksanaan Luka Bakar
19. Penatalaksanaan Luka Bakar
20. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
21. Cidera Inhalasi Akibat Panas
22. Kehilangan Cairan Akibat Luka Bakar
23. Resusitasi Cairan
24. Faktor Penghambat Hantaran Panas
25. Rules Of Nine
26. Perawatan Luka Bakar Dirumah
27. Asuhan Keperawatan Luka Bakar

2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan Penulisan Pada Makalah Ini Yaitu:
1. Untuk Mengetahui dan Memahami Terminology
2. Untuk Mengetahui dan Memahami Identifikasi Masalah
3. Untuk Mengetahui dan Memahami Analisa Masalah
4. Untuk Mengetahui dan Memahami Mind Mapping
5. Untuk Mengetahui dan Memahami Learning Objective
6. Untuk Mengetahui dan Memahami Definisi Luka Bakar
7. Untuk Mengetahui dan Memahami Etiologi Luka Bakar
8. Untuk Mengetahui dan Memahami Manifestasi Klinis Luka Bakar
9. Untuk Mengetahui dan Memahami Komplikasi Luka Bakar
10. Untuk Mengetahui dan Memahami Prognosis Luka Bakar
11. Untuk Mengetahui dan Memahami Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
12. Untuk Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Luka Bakar
13. Untuk Mengetahui dan Memahami Klasifikasi Luka Bakar
14. Untuk Mengetahui dan Memahami Derajat Luka Bakar
15. Untuk Mengetahui dan Memahami Fase Penyembuhan Luka Bakar
16. Untuk Mengetahui dan Memahami WOC Luka Bakar
17. Untuk Mengetahui dan Memahami Tujuan Perawatan Luka Bakar
18. Untuk Mengetahui dan Memahami Prinsip Penatalaksanaan Luka Bakar
19. Untuk Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Luka Bakar
20. Untuk Mengetahui dan Memahami Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
21. Untuk Mengetahui dan Memahami Cidera Inhalasi Akibat Panas dan
tanda gejala.
22. Untuk Mengetahui dan Memahami Kehilangan Cairan Akibat Luka
Bakar
23. Untuk Mengetahui dan Memahami Resusitasi Cairan
24. Untuk Mengetahui dan Memahami Faktor Penghambat Hantaran Panas
25. Untuk Mengetahui dan Memahami Rules Of Nine
26. Untuk Mengetahui dan Memahami Perawatan Luka Bakar Dirumah
27. Untuk Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Luka Bakar

3
Skenario
“Lomba Membawa Petaka”

Panitia peringatan hari kemerdekaan RI bulan Agustus lalu


menyelenggarakan berbagai lomba salah satunya lomba sepakbola api khusus
laki-laki. Pada lomba ini semua pemain harus menggunakan kain sarung dan
bola yang digunkan adalah buah kelapa yang direndam dalam bensin dan
dinyalakan korek api sehingga menghasilkan api yang menyala selama
pertandingan. Saat seorang pemain lawan menendang bola dengan keras
kearah macron dan dia tidak dapat mengelak sehingga bola jauh di sarung
yang dipakainya dan menyebabakan sarung dan baju macron terbakar hebat.
Semua pemain dan penonton berusaha menolong macron dengan
menyiramkan pasir dilapangan agar api disarung dan pakaian macron padam.
Macron juga berguling-guling dilapangan agar api padam. Akhirnya api
padam dan sebagian besar sarung dan baju macron hangus terbakar. Sorin
segerah dibawa teman-temannya ke rumah sakit. DI IGD Sorin diperiksa dan
didapatkan luas luka bakar diseluruh kaki kanan dan kiri, perut dan dada, dan
sepertiga tangan kiri dan kanan, dari IGD Macron dibawa ke unit perawatan
luka bakar untuk mendapatkan perawatan.

4
STEP I
1. Perawatan luka bakar : suatu upaya untuk protolongan orang luka bakar
yang terpapar/ kerusakan jaringan kulit,akibat sentuhan tubuh dengan
benda yang panas.
2. Luas luka bakar : diukur derajat ada 3.
a. Derajat tingkat 1: lapisan derajat
b. Derajat tingkat 2: 1/3 dermis,kulit lebih dalam
c. Derajat tingkat 3: dermis,epidermis,lebih dalam dari tingkat 2
3. Unit perawatan luka bakar memiliki 3 tempat (ruang operasi,
ICU,penerimaan)
4. IGD : suatu unit di RS untuk penanganan awal sesuai kegawatan px
5. Luka : rusaknya jaringan tubuh, luka bagian internal/eksternal,kerusakan
continvitas

STEP II
1. Bagaimana pertolongan pertama untuk pasien terkena luka bakar?
2. Selain pasir apa saja yang harus dilakukan untuk memandamkan api?
3. Apakah ada efek samping dalam pemberian pasir untuk memadamkan
api pada macron?
4. Tindakan pertama perawat ketika teman-teman macron membawa px ke
RS dengan luka bakar?
5. Apakah ada perbedaan penanganan pada setiap daerah-daerah yang
terkena luka bakar
6. Luka yang dialami px termasuk kedalam luka apa dan bagaimana
penanganannya?
7. Apa Dx dan intervensi sesuai keadaan px?
8. Pemeriksaan seperti apa yang dilakukan perawat hingga mendapat luas
luka bakar?
9. Derajat luka berapa pada px?
10. Apa yang membedakan tindakan di IGD/Unit Perawatan luka bakar?
11. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi px?
12. Tindakan yang dilakukan setelah px terkena pasir?
5
STEP III
1. Jauhkan klien dari sumber api, lemparkan pakaian klien yang terkena api,
cek ABC klien, jangan berikan klien kompres air dingin karena dapat
merusak integritas kulit, tutup luka dengan kain bersih dan lembut, bawa
klien ke klinik/rumah sakit terdekat. Selain itu bisa juga dengan
mengguyur bagian yang terkena dengan air mengalir lalu ditutup
menggunakan kasa steril.
2. Dapat dengan memberikan kain tebal yang basah, menggunakan APAR
dan juga tanah.
3. Dapat berisiko terjadinya infeksi karena luka bakar akan terkontamina
oleh kuman sehingga lebih baik menggunakan kain yang dibasahkan.
4. Lepaskan pakaian klien, cek ABC, cuci luka dengan air bersih, dan beri
klien paracetamol untuk meredakan rasa nyeri setelah itu dapat dilakukan
penilaian derajat/luasnya luka bakar.
5. Ya, ada perbedaan. Penanganan luka bakar tersebut tergantung dengan
luasnya atau tingkat derajatnya, yaitu:
a. Derajat tingkat I : mengenai lapisan epidermis sehingga
penanganannya menggunakan salep untuk mengurangi nyeri
b. Derajat tingkat II : mengenai 1/3 lapisan superfisial sehinga
penanganannya menggunakan salep antiseptik dan juga balutan katun
c. Derajat tingkat III : penanganannya berupa insisi kulit atau
pencangkokan kulit
d. Derajat tingkat IV : mengenai semua lapisan kulit yang terdalam
sehingga penanganannya lebih kompleks.
6. Termasuk luka bakar termal sesuai dengan penyebabnya yaitu api atau
sumber panas dan termasuk luka bakar derajat II dengan luas luka
sebesar 54%.
7. Diagnosa dan intervensi:
a. Kerusakan integritas kulit : imobilisasi klien, anjurkan pakaian tetap
kering, monitor kemerahan, cegah kontaminasi, lakukan teknik steril,
berikan posisi untuk mengurangi tekanan, anjurkan pasien

6
menggunakan pakaian longgar, monitor nutrisi dan proses penyebuhan
luka klien.
b. Nyeri : kaji nyeri pasien, kaji reaksi verbal dan non verbal, terapi nafas
dalam dan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
analgesik.
c. Resiko infeksi : jaga lingkungan tetap aseptik dan steril dalam
perawatan klien, batasi jumlah penjenguk yang datang.
d. Kecemasan : dampingi klien, bantu jelaskan kondisi klien dan beri
edukasi.
e. Pola nafas tidak efektif : kaji TTV klien, beri posisi pada klien,
berikan terapi bantu alat nafas seperti nasal kanul.
f. Resiko kekurangan cairan b.d evaporasi pada daerah luka : pantau
urine setiap 1 jam, berikan infus dan tetesan yang tepat, naikkan
kepala pasien, tinggikan bagian yang terdapat luka bakar.
8. Pemeriksaan menggunakan tabel, lalu dengan menghitung luasnya luka
bakar menggunakan tenkik rules of nine dan beberapa metode lainnya.
9. Derajat tingkat II, karena jika dihitung luasnya permukaan tubuh yang
mengalami luka bakar terdapat sebesar 54% meliputi diseluruh kaki
kanan dan kikri, perut, dada dan 1/3 tangan kiri dan kanan, yang
mengindikasikan pasien berada pada derajat tingakat II.
10. Di IGD lebih terfokus pada ABC dan TTV, pembersihan luka, penilaian
luas luka bakar, pemberian cairan, pemberian darah, serta pemantauan
asidosis respiratorik.
11. Hipotermi, hipovolemi, infeksi, kematian, gangguan respirasi,
kekurangan cairan.
12. Bersihkan menggunakan cairan antiseptik, nilai kulit apakah utuh atau
tidak, pemberian obat antiseptik.

7
STEP IV
SKEMA

Panitia Kemerdekaan RI

Menyelenggarakan sepak
bola api khusus laki-laki

Menggunakan sarung, 2 buah kelapa direndam


dalam bensin dan dinyatakan api

Seorang pemain menendang bola kearah Macron


dan Macron tidak dapat mengelak

Sarung dan baju Macron


terbakar hebat

Pemain dan penonton Macron berguling


menolong Macron dengan dilapangan agar api
menyiramkan pasir padam

Akhirnya api padam sebagian besar


sarung dan baju hangus terbakar

Macron dibawa ke RS

Luas luka bakar:


Di IGD Macron diperiksa
- Diseluruh kaki
kanan dan kiri
- Perut dan dada Macron dibawa ke unit perawatan
- Sepertiga tangan kiri luka bakar
dan kanan
Konsep Luka Bakar

8
STEP V

Learning Objective

1. Definisi Luka Bakar


2. Etiologi Luka Bakar
3. Manifestasi Klinis Luka Bakar
4. Patofisiologi Luka Bakar
5. Klasifikasi Luka Bakar
6. Derajat Luka Bakar
7. Fase Penyembuhan Luka Bakar
8. WOC Luka Bakar
9. Tujuan Perawatan Luka Bakar
10. Prinsip Penatalaksanaan Luka Bakar
11. Penatalaksanaan Luka Bakar
12. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
13. Cidera Inhalasi Akibat Panas
14. Kehilangan Cairan Akibat Luka Bakar
15. Resusitasi Cairan
16. Faktor Penghambat Hantaran Panas
17. Rules Of Nine Luka Bakar
18. Perawatan Luka Bakar Dirumah
19. Asuhan Keperawatan Luka Bakar

STEP VI

Mandiri skenario mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III telah


dilaksanakan dengan metode jarak jauh/daring ( dalam jaringan ) pada
tanggal 09 November 2020 pukul 15.30-17.00 WIB untuk mandiri 1 dan
tanggal 10 November 2020 pukul 15.00-17.00 WIB untuk mandiri 2.

STEP VII

9
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Luka Bakar


Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. (Musliha, 2010). Luka bakar adalah injury pada jaringan
yang disebabkan oleh suhu panas (thermal), bahan kimia, elektrik dan radiasi
(Suryadi, 2001). Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan
suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi juga
disebabkan oleh kontak dengan suhu rendah (Masjoer, 2003). Luka bakar
adalah bentuk kerusakan dan kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
sumber daya yang memiliki suhu yang sanggat tinggi yaitu api, air panas, zat,
kimia, listrik, dan radiasi (Moenadjat, 2009).
Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan dan peningkatan
permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan jaringan kulit, dalam keadaan
yang parah dapat menyebabkan gangguan serius pada paru-paru, ginjal, dan
hati (Moenadjat, 2009). Luas dan dalamnya kulit yang terkena, status
kesehatan sebelumnya dan usia pasien menentukan gangguan pada tubuh dan
tingkat kematian yang disebabkan oleh luka bakar (Brunner dan Luka bakar
(Combusto).
Salah satu kejadian yang sering terjadi pada masyarakat. Menurut
WHO pada tahun 2004 telah terjadi kasus kebakaran secara tidak sengaja
sebesar 7,1 juta di dunia. Pada tahun yang sama WHO mencatat sebanyak
310.000 orang meninggal dunia akibat luka bakar, berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar 2013, prevalensi luka bakar yang terjadi di Indonesia
sebesar 0,7%. Prevalensi ini tertingi terjadi pada usia 1-4 tahun (Syuhar, et
al., 2015).

10
2.2 Etiologi Luka Bakar
Luka bakar disebabkan oleh sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Beberapa faktor
penyebab luka bakar yaitu
1. Cairan panas (air panas, minyak panas)
2. Api (bensin, minyak tanah, gas elpiji)
3. Listrik (PLN, petir)
4. Zat kimia (Asam dan basa kuat, kosmetik)
5. Radiasi (matahari, radioterapi)

1. Luka bakar termal


Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan objek
panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera inhalasi (cedera
terbakar, kontak dan kobaran api), sinar matahari, bahan padat (solid).
2. Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik di rumah merupakan
insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil yang sering
memasukkan benda konduktif kedalam colokan listrik&menggigit atau
menghisap kabel listrik yang tersambung, petir.
3. Luka bakar kimia
Terjadi dari tife/ kandungan agen pencedera serta konsentrasi dan suhu
agen, bahan kimia (asam atau basa kuat).
4. Luka bakar radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi.

2.3 Manifestasi Klinis Luka Bakar


Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah:
a. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) kulit kering kemerahan,
nyeri sekali, sembuh dalam 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut.
b. Grade II

11
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian
dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedema
sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah,
mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21-28 hari tergantung komplikasi
infeksi.
c. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputuh-
putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan
mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga
termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh
sendiri (perlu skin graf).
Menurut (Puspasari, 2018), manifestasi klinis dari luka bakar adalah :
a. Luka bakar derajat pertama ditandai oleh kemerahan dan nyeri dapat
timbul lepuh setelah 24 jam dan kemudian kulit mungkin terkelupas.
b. Luka bakar derajat kedua superfisial ditandai lepuh dan nyeri hebat.
Terbentuk lepuhan yang terjadi beberapa menit setelah cedera. Ketika
lepuhan pecah, ujung-ujung saraf terpajan udara. Karena respons nyeri dan
taktil masih utuh, penanganan luka bakar ini menimbulkan nyeri yang
sangat hebat.
c. Luka bakar derajat kedua dalam ditandai lepuh dan rasa nyeri. Apabila
dibandingkan dengan luka bakar derajat kedua superfisial, pada luka bakar
ini tidak terlalu nyeri karena neuron sensoris sudah mengalami destruksi
yang luas.
d. Luka bakar derajat ketiga nampak datar, tipis dan kering. Dapat ditemukan
koagulasi pembuluh-pembuluh darah. Mungkin kulit tampak putih atau
hitam dengan tekstur kasar.
e. Luka bakar derajat empat menimbulkan edema atau bula. Dalam beberapa
jam, cairan dan protein berpindah dari kapiler ke ruang interstisial
sehingga terjadi bula/ emboli. Pada keadaan ini timbul respon imunologi
berupa peningkatan laju metabolisme yang berdampak terhadap
peningkatan kebutuhan kalori.

12
2.4 Patofisiologi Luka Bakar
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan kerusakan
pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya. Peningkatan
permeabilitas ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan
intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan terjadi akibat penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan
cairan pada bula di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya masih terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika
lebih dari 20% resiko syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda
seperti gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan cepat, serta penurunan tekanan
darah dan produksi urin. Kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44°C
(111°F) relatif selama 6 jam sebelum mengalami cedera termal.
Luka bakar yang menyebabkan cedera akan menimbulkan denaturasi sel
protein. Sebagian sel mati karena mengalami nekrosis traumatic atau iskemik.
Kehilangan ikatan kolagen juga terjadi bersama proses denaturasi sehingga
timbul gradient tekanan osmotik dan hidrostatik yang abnormal dan
menyebabkan perpindahan cairan intravascular kedalam ruang interstisial.
Cedera sel memicu pelepasan mediator inflamasi yang turut menimbulkan
peningkatan permeabilitas kapiler secara sistemik (Kowalak, 2011).
Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan&elektrolit
sampai syok yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan
disfungsi serebral. Kondisi-kondisi ini dapat dijumpai pada fase
awal/akut/syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.
Kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barrier, luka sangat mudah
terinfeksi. Selain itu, dengan kehilangan kulit secara luas, terjadi penguapan
cairan tubuh yang berlebihan. Penguapan cairan ini disertai pengeluaran
protein dan energy, sehingga terjadi gangguan metabolisme.
Jaringan nekrosis yang ada, melepas toksin (burn toxin, suatu lipid protein
kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan
disfungsi dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti hepar dan paru
(ARDS), yang berakhir kematian.
13
Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan
kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional. Kondisi ini
menyebabkan timbulnya parut yang tidak beraturan (hipertrofik), kontraktur,
deformitas sendi dan sebagainya (Margareth dkk, 2019).

2.5 Klasifikasi Luka Bakar


Menurut World Healt Organization (WHO) 2008, kuka bakar
di klasifikasikan menjadi :
1. Luka bakar termal
Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa disebabkan
oleh cairan panas, berkontak dengan benda padat panas, terkenazat kimia,
dan terkena aliran listrik.
2. Luka bakar inhalasi
Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan panas
atau produk berbahaya dari proses permbakaran yang tidak sempurna.
Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka bakar.

Menurut Barbara et al., 2013 luka bakar diklasifikasikan berdasarkan


darajat luka bakar dan kedalamannya menjadi :
1. Derajat I (superficial partial-thickness)
Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit. Luka bakar derajat
I sembuh 3-6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat
remodeling (Barbara et al., 2013).
2. Derajat II (deep partial-thickness)
Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis dan sebagian
dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edema
dan nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat
sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan jaringan parut
(Barbara et al., 2013)
3. Derajat III (full thickness)
Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk
tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan

14
mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan tampilan luka yang
beragam dari warna putih, merah terang hingga tampak seperti arang.
Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf
pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan
biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013)
Sedangkankan berdasarkan luas lesi dapat diklasifikasikan menjadi 3
yakni :
1. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajad I seluas <10% atau derajad
II seluas <2%
2. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajad I seluas 10-15% atau
derajad II seluas 5-10%
3. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajad II seluas >20% atau derajad
III seluas >10%

2.6 Derajat Luka Bakar


1. Luka Bakar Derajat I
a. Luka bakar ini sering disebut juga sebagai superficial burn karena
hanya mengenai epidermis.
b. Penyebab dari luka bakar ini adalah paparan sinar matahari yang terlalu
lama, kontak singkat dengan benda panas atau terkena percikan api
c. Umumnya luka bakar ini sembuh dalam satu minggu dan tidak
menimbulkan perubahan pada warna kulit, tekstur kulit atau ketebalan
kulit.
2. Luka Bakar Derajat II
a. Luka bakar ini disebut juga partial thickness burn karena mengenai
epidermis dan dermis.
b. Berdasarkan lama penyembuhannya, luka bakar ini dibagi menjadi
dua :
1) Luka bakar derajat II superfisial merupakan luka bakar dengan
lama penyembuhan kurang dari tiga minggu.
2) Luka bakar derajat II profunda (deep) merupakan luka bakar
dengan lama penyembuhan lebih dari tiga minggu dan sering 15
menimbulkan skar hipertrofi saat sembuh.
3 Luka Bakar Derajat III
a. Luka bakar ini disebut juga full thickness burn karena mengenai
seluruh lapisan kulit mulai dari epidermis, dermis, jaringan subkutan
hingga folikel rambut
b. Luka bakar ini tidak dapat sembuh dengan sendirinya tanpa operasi
grafting.

2.7 Prognosis Luka Bakar


Penanganan luka bakar tergantung pada luasnya permukaan luka bakar
dan penanganan syok hingga penyembuhan. Selain itu, usia dan keadaan
penderita juga menentukan kecepatan kesembuhan. Terlebih luka bakar pada
daerah ketiak, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, karena mudah
mengalami kontraktur.

2.8 Fase Penyembuhan Luka Bakar


Krisanty (2009) mengatakan bahwa proses penyembuhan luka bakar
terdiri dari 3 fase meliputi fase inflamasi, fase fibioblastik, dan fase
maturasi. Adapun proses penyembuhannya antara lain:
a. Fase inflamasi
Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Pada fase
ini terjadi perubahan vascular dan proliferase seluler.Daerah luka
mengalamiagregasi trombosit dan mengeluarkar serotonin serta mulai
timbul epitalisasi.
b. Fase Fibi Oblastik
Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka bakar Pada fase
ini timbul abrobast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis
sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan.
c. Fase Maturasi
Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler dan
vaskuler. Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari satu
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda inflamasi untuk akhir
16
dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas
tanpa rasa nyeri atau gatal.

2.9 WOC

17
2.10 Tujuan Perawatan Luka Bakar
a. Mencapai hemostasis
b. Mendukung pengendalian infeksi dengan membersihkan (debride)
,devaskularisasi atau material infeksi
c. Membuang benda asing untuk mempersiapkan dasar luka sebelum
dilakukan pemasangan graft atau konstruksi flap
d. Mempertahankan sinus terbuka untuk memfasilitasi drainase,
mempertahankan keseimbangan kelembaban, melindungi kulit sekitar
luka. Salah satu tujuannya yaitu menciptakan lingkungan luka yang
lembab untuk mempercepat proses penyembuhan luka (moist wound
healing).
e. Mendorong kesembuhan luka dengan penyembuhan primer dan
penyembuhan sekunder.

2.11 Prinsip perawatan luka bakar di rumah sakit


1. Mengurangi nyeri
2. Mencegah infeksi
3. Mencegah komplikasi
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat
5. Mencegah sepsis dan mencegah/mengurangi kecatatan
6. Meningkatkan kemandirian klien

2.12 Penatalaksanaan Luka Bakar


1. Luka bakar derajat pertama diberi kompres dengan air pada suhu netral
(ruangan) atau obat anti inflamasi. Luka bakar derajat pertama akibat
bahan kimia harus dibilas dengan air mengalir selama beberapa menit.
2. Semua luka bakar yang lebih dalam memerlukan terapi antibiotik.
3. Luka bakar yang luas memerlukan pemberian cairan intravena yang cepat
untuk mengatasi hilangnya cairan akibat kebocoran kapiler. Untuk
mempertahankan tekanan darah dan mencegah syok, infus pada orang
dewasa dapat mencapai 30 liter dalam 24 jam. Tingginya pemberian cairan

18
ini juga mencegah penurunan perfusi ginjal dan mengurangi risiko gagal
ginjal.
Rumus koreksi cairan koloid berdasarkan Formula Parkland (Baxter) pada
dewasa untuk 24 jam pertama : 4 cc/KgBB/% TBSA. 50% dari hasil
perkalian tersebut diberikan pada delapan jam pertama dan 50% pada 16
jam berikutnya.
Rumus koreksi cairan koloid berdasarkan Formula Parkland (Baxter)
pada pediatric untuk 24 jam pertama : 3 cc/KgBB/% TBSA (Procter,
2010). Cairan koloid ditambahkan untuk maintenance pada anak-anak
dengan rumus :
a. BB 0-10 kg : 4cc/kg/jam
b. BB 10-20 kg : 40cc/jam + 2 cc/kg/jam
c. BB lebih dari 20 kg : 60 cc/jam + 1cc/kg/jam
4. Luka bakar derajat kedua yang dalam dan luka bakar derajat tiga
memerlukan tindakan pembersihan luka secara bedah dan skin graft.
Apabila mungkin, kulit diambil dari bagian kulit klien yang tidak terbakar.
5. Klien dengan luka bakar yang luas memerlukan peningkatan pemberian
kalori untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan yang besar, terutama
bagi jaringan yang mulai sembuh. Diet yang direkomendasikan adalah
tinggi protein.
6. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin,
diberikan secara intravena. Hati-hati dengan pemberian intramuscular
karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di dalam
otot.
7. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan
dengan melakukan debridement dan memandikan pasien dengan
menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan
antiseptic. Antiseptic lokal yang dapat dipakai yaitu betadine atau nitras
argenti 0,5%.
8. Berikan antibiotic topical pasca pencucian luka dengan tujuan untuk
mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih
bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat digunakan
19
adalah silver nitrate 0,5%, mafedine acetate 10%, silver sulfadiazine 1%
atau gentamisin sulfat.
9. Balut luka menggunakan kassa gulung kering dan steril.
10. Berikan serum anti-tetanus/ toksoid yaitu ATS 3.000 unit pada orang
dewasa dan separuhnya pada anak-anak.

2.13 Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar


1. Hitung darah lengkap
- Hematokrit meningkat karena hemokonsentrasi.
- Penurunan hematokrit karena kerusakan endothelium.
2. Peningkatan sel darah putih, karena kehilangan sel pada sisi luka dan
respon peradangan.
3. Analisa gas darah dan sinar X dada
Untuk mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
Penurunan PO2 / peningkatan PCO2 pada retensi CO asidosis dapat terjadi
penurunan fungsi ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi.
4. Karboksihemoglobin.
5. >75%, indikasi keracunan CO (karbonmonoksida).
6. Elektrolit serum
Untuk mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama, karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
Peningkatan kalium diawali karena cedera jaringan, kerusakan eritrosit dan
penurunan fungsi ginjal.
7. BUN dan kreatinin untuk mengkaji fungsi
ginjal Biasanya dijumpai peningkatan BUN.
8. Urinalisis
Menunjukkan myoglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot
pada luka bakar ketebalan penuh luas. Biasanya dijumpai mioglobinuria.
9. Bronkoskopi
Untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap.
10. Koagulasi
20
Untuk memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar massif.
11. Kadar karbon monoksida serum
Biasanya meningkat pada cedera inhalasi asap.
12. EKG untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau disritmia.
13. Fotografi luka bakar untuk memberikan catatan dalam penyembuhan
luka.
14. Pengeluaran urine diawasi secara cermat selama periode syok. Hal ini
penting untuk mengevaluasi keberhasilan pemberian cairan selama syok
(Puspitasari, 2018 & Wijaya, dkk 2013).

2.14 Komplikasi Luka Bakar


1. Dapat terjadi ulkus peptikum akibat penurunan aliran darah ke saluran
cerna.
2. Koagulasi intravskular diseminata (DIC) karena destruksi jaringan yang
luas.
3. Gejala psikologis dapat timbul setiap saat pada klien.
4. Sepsis.
5. Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus,
pneumonia.
6. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung.
7. Gagal ginjal akut akibat hipoksia ginjal.
8. Deformitas/ cacat lebih lanjut atau kematian akibat luka bakar yang
terinfeksi.
9. Kontraktur dan hipertrofi jaringan parut.
10. Penyumbatan total sirkulasi dalam ekstremitas.
11. Cerebrovascular accident, infark miokardium, atau emboli paru akibat
lambatnya aliran darah.
Komplikasi yang sering terjadi adalah edema paru akibat kelebihan beban
cairan atau sindrom gawat panas akut (ARDS, acute respiratory disters
syndrome) yang menyertai sepsis gram negative. Sindrom ini diakibatkan oleh
kerusakan kapiler paru dan kebocoran cairan kedalam ruang interstisial
21
paru. Kehilangan kemampuan mengembang dan gangguan oksigenasi
merupakan akibat dari insufisiensi paru dalam hubungannya dengan siepsis
sistemik (wong, 2008).

2.15 Indikasi Rawat Inap Luka Bakar


1. Luka bakar grade II :
- Dewasa >20%
- Anak/ orang tua >15%
2. Luka bakar garde III
3. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
4. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar >10% pada anak
atau >15% pada orang dewasa.
5. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.
6. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada
wajah, mata, tangan, kaki atau perineum.

2.16 Trauma inhalasi


Trauma inhalasi atau cedera inhalasi merupakan kerusakan pada saluran
pernafasan yang disebabkan karena menghirup gas berbahaya, uap dan
komponen partikel yang terdapat dalam asap pembakaran. Hal ini
bermanifestasi sebagai cedera termal, cedera kimia dan toksisitas sistemik,
ataupun kombinasi dari semuanya (GilI & Rebecca. 2015).
Trauma inhalasi dapat menunjukkan cedera termal supraglottik, iritasi
kimia pada saluran pernapasan, toksisitas sistemik karena agen seperti karbon
monoksida (CO) dan sianida. Respons inflamasi yang dihasilkan dapat
menyebabkan volume resusitasi cairan yang lebih tinggi, disfungsi pulmonal
progresif, penggunaan ventilator yang berkepanjangan, peningkatan risiko
pneumonia, dan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) (Walker, et all.,
2015).
Trauma inhalasi merupakan masalah klinis yang lebih kompleks: Trauma
inhalasi yang parah merupakan proses mekanis yang ditandai dengan edema

22
paru, edema bronkial, dan sekresi yang dapat menutup jalan napas sehingga
menyebabkan atelektasis dan pneumonia (Dries & Frederick. 2013).
Trauma inhalasi merupakan komplikasi yang terjadi pada luka bakar
dengan persentase sekitar 10 sampai 20 % pasien dan secara signifikan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Walker, et all, 2015).

Tanda dan gejala trauma inhalasi, pada pemeriksaan fisik ditemukan :


1. Luka bakar wajah
2. Edema dari orofaring
3. Suara serak
4. Stridor
5. Lesi mukosa atas saluran napas
6. Sputum karbon
7. Gejala pada saluran napas bagian bawah seperti takipnea, dyspnea,
batuk, suara napas menurun, wheezing, rhonki, retraksi
8. Sianosis
9. Asfiksia

2.17 Kehilangan cairan Akibat Luka Bakar


Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan
bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairqn intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar yang menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila
lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas,
seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi cepat, tekanan darah menurun,
dan produksi urin berkurang. Pembekakkan terjadi pelan-pelan, maksimal
terjadi setelah delapan jam.
23
2.18 Resusitasi Cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,
pemberian cairan intravena yang adekuat herus dilakukan, akses intravena
yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena
luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya
akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga
seluruh tubuh. Telah di selidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini
adalah karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan
disfungsi dari sel, kebocoran kapiler.
Tujuan resusitasi cairan pada pasien luka bakar adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan
cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi
meksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip
dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan
air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian
cairan paling sering adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena
luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0,5 sampai 1,5 mL/kgBB/jam.

Menghitung kebutuhan cairan :

1. Formula Parkland
24 jam pertama. Cairan Ringer laktat: 4ml/kg/BB/%luka bakar
a. Contohnya pria dengan berat 80kg denga luas luka bakar 25%
Membutuhkan cairan: (25) X (4ml) = 8000ml dalam 24 jam
pertama
1) ½ jumlah cairan = 4000ml diberikan dalam 8 jam
2) ½ jumlah cairan = 4000ml diberikan dalam 16 jam
berikutnya
2. Formula Evans
a. luas luka bakar dalam % x kgBB = jumlah NaCL /24 jam
b. luas luka bakar dalam % x kgBB = jumlah plasma/24 jam
(a dan b penganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk
mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan

24
tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik
kembali cairan yang telah keluar)
c. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang
akibat penguapan) separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam
8 jam pertama, sisanya diberikan 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
3. Rumus Baxter
Rumusnya: % x BB X 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan
elektrolit yaitu larutan Ringer laktat karena terjadi defisit ion Na. hari
kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh: seorang dewasa
dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20% permukaan kulit akan
diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan
2000 cc pada hari kedua.
4. Kebutuhan kalori formula Curreri
Kebutuhan kalori pasien dewasa menggunakan formula Curreri, adalah
25 kcal/kgBB/hari + 40 kcal/% luka bakar/hari. Petunjuk perubahan
cairan:
a. Pemantauan urin output tiap jam
b. Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
c. Kecukupan sirkulasi perifer
d. Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
e. Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa.

2.19 Rule Of Nine Luka Bakar


Luas permukaan luka bakar orang dewasa dihitung menurut rumus rule
of nine (Tabel 1)

25
Sedangkan pada anak dihitung menurut rumus Lund & Browder (tabel 2).

26
2.20 Perawatan Luka Bakar di Rumah
1. Hidroterapi setiap hari dan teknik dengan debridemen.
2. Mempertahankan nutrisi yang adekuat.
3. Mencegah hipotermia.
4. Mengendalikan nyeri.
5. Mempertahankan mobilitas sendi.
6. Patuh terhadap prosedur-prosedur pengendalian infeksi.
7. Semua daerah yang terbakar harus diberikan sekali atau 2x dengan
deterjen cair anti microbial seperti kloheksidin&debridemen awal
dimulai setelah dilakukan hidroterapi harian luka bakar dengan agen
anti microbial topikal.
8. Pemberian nutrisi yang cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu
sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein yang tinggi.
9. Pemberian antibiotic topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului
hidroterapi untuk mengangkat sisa-sisa krim antibiotik sebelumnya.
Bila kondisi luka sangat kotor atau dijumpai banyak krusta dan/
eksudat, pemberian dapat diulang sampai dengan 2-3 kali sehari.
10. Latihan pernafasan dan pergerakan otot&sendi
11. Usahakan mempertahankan fungsi sendi. Latihan gerakan atau bidai
dalam posisi baik.
12. Pemberian antibiotic sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah
infeksi.
13. Pemberian suplementasi vitamin yaitu vitamin A 10.000 unit/minggu,
vit.c 500 mg dan sulfat ferosus 500 mg (Margareth, dkk 2019).

2.21 Contoh Kasus Luka Bakar


Tn. X 49 tahun dilarikan ke IGD dengan luka bakar disekujur wajah, dada
dan abdomen serta paha atas kanan&kiri. Pasien mengalami luka bakar akibat
kompor gas meledak. Berat badan pasien diperkirakan 60 kg.
- Berapa persentase luka bakar pada

Tn.X ? 27
- Berapa jumlah cairan dan pendistribusiannya jika dihitung menggunakan
rumus Baxter?

Jawab :
Persentase luka bakar :
Wajah = 9%
Dada dan abdomen = 18%
Paha atas kanan&kiri = 18%
Total = 45%

Jumlah cairan dan pendistribusiannya jika dihitung menggunakan rumus


Baxter :
Rumus : % luka bakar x BB(Kg) x 4 cc
: 45% x 60 kg x 4
: 10.800 ml RL
- 8 jam pertama diberikan setengah cairan total, yaitu 5400 ml RL dan 16
jam berikutnya sisanya 6000 ml RL
- Hari kedua diberikan setengah cairan total hari pertama, yaitu 5400 ml RL.

2.22 Asuhan Keperawatan Luka Bakar


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda : anak dibawah 2 tahun dan
diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur
2 tahun lebuh rentan terkena infeksi.
b. Riwayat kesehatan sekarang
a. Sumber kecelakaan
b. Sumber panas atau penyebab yang berbahaya.
c. Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi.
d. Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan.
e. Keadaan fisik disekitar luka bakar.
f. Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk ke RS

28
c. Riwayat kesehatan dahulu Penting untuk menentukan apakah pasien
mempunyai penyakit yang merubah kemampuan untuk memenuhi
keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi (seperti
DM,gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan)
d. Pemeriksaan Fisik dan psikososial
1) Aktifitas / istirahat : Tanda : penurunan kekuatan, tahanan,
keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit ; gangguan
masa otot, perubahan tonus.
2) Sirkulasi : Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20%
APTT) : hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).
3) Integritas ego : Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan,
keuangan, kecacatan. Tanda : ansietas, menangis,
ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah
4) Eliminasi Tanda : haluaran urine menurun; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengidentifikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis, penurunan bising usus.
5) Makanan / cairan : Tanda : oedema jaringan umum, anoreksia,
mual / muntah
6) Neurosensori : Gejala : area batas, kesemutan Tanda :
perubahan orientasi, afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang.
7) Nyeri / keamanan : Gejala : berbagi nyeri; contoh luka bakar
derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan;
gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; respon terhadap luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.

29
8) Pernafasan Gejala : terkurung dalam ruang tertutup; terpajan
lama Tanda : serak; batuk mengi; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi.
9) Pemeriksaan diagnostik :
1) LED mengkaji hemokonsentrasi.
2) GDA dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
3) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
4) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan
penuh luas.
5) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
6) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar massif.
7) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi asap

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agens cedera fisik (luka bakar)
b. Kerusakan integritas kulit b/d cedera kimiawi kulit (luka bakar).
c. Risiko infeksi b/d terpajang pada wabah.
d. Intoleransi aktifitas b/d adanya lesi.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Nursing Outcomes Classification (NOC), perencanaan
keperawatan pada pasien dengan luka bakar sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (luka bakar)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat
berkurang dengan kriteria hasil : klien mengatakan bahwa nyeri
berkurang dengan skala 2-3, klien terlihat rileks, ekspresi wajah
tidak tegang, klien bisa tidur nyaman, tanda-tanda vital dalam batas

30
normal : suhu 36-37oC, nadi 60-100x/m, RR 16-20x/m, TD 120/80
mmHg.
Intervensi : pengkajian komprehensif (lokasi, durasi, kualitas,
karakteristik, berat nyeri dan faktor pencetus) untuk mengurangi
nyeri, pilih dan implementasikan tindakan yang beragam
(farmakologi dan nonfarmakologi) untuk penurunan nyeri sesuai
dengan kebutuhan, ajarkan teknik non farmakologis untuk
pengurangan nyeri, kolaborasi untuk memberikan obat sesuai dengan
kebutuhan pasien.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kimiawi kulit (luka
bakar)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak mengalami
kerusakan kulit dengan
kriteria hasil : integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak
ada luka / lesi pada kulit, perfusi jaringan baik, mempertahankan
kelembapan kulit dan perawatan alami. Intervensi : jaga kebersihan
kulit agar tetap bersih dan kering untuk membantu proses
penyembuhan pada luka, mobilisasi pasien setiap 2 jam untuk
menurunkan resiko infeksi, monitor akan adanya kemerahan untuk
membantu mencegah terjadinya infeksi atau lesi.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan terpajang pada wabah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak mengalami
infeksi dengan kriteria hasil : klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi, pasien dapat mendeskripsikan proses penularan penyakit.
Faktor yang mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya,
menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi,
jumlah leukosit normal, menunjukkan perilaku hidup sehat.
Intervensi : bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain untuk
mencegah penularan infeksi dari pasien ke pasien, pertahankan
teknik isolasi untuk menjaga kesterilan, batasi pengunjung bila perlu
untuk mencegah terjadinya infeksi dari luar, instruksikan pasien dan
keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan setelah beraktifitas
31
untuk mencegah masuknya kuman infeksi melalui saluran
pencernaan, monitor tanda dan gejala infeksi untuk mengetahui
apabila terjadi infeksi dalam tubuh, inspeksi kulit membrane mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase untuk membuat tindakan
keperawatan lanjut .
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan adanya lesi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak mengalami
intoleransi aktifitas dengan
kriteria hasil : berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanann darah, nadi dan RR, mampu melakukan
aktifitas sehari-hari secara mandiri.
Intervensi : observasi adanya pembaratasan klien dalam melakukan
aktifitas untuk menentukan aktifitas lanjutan yang dapat dilakukan
klien, kaji adanya faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan untuk
melakukan tindakan keperawatan selanjutnya, monitor nutrisi dan
sumber energy yang adekuat agar pasien memiliki energy yang
cukup, monitor adanya kelemahan fisik untuk menentukan tindakan
selanjutnya.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dapat disesuaikan dengan intervensi
keperawatan yang telah di susun.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil di
capai.

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka bakar adalah cedera yang terjadi ketika jaringan tubuh bersentuhan
langsung/terpapar panas dari api, uap, cairan dan benda panas, bahan kimia ,
sengatan listrik/ radiasi. Menurut Moenajat (2001) luka bakar adalah rusak
atau hilangnya jaringan yang disemodulkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas),akibat sengatan listrik,
akibat bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
Luka bakar tidak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistic dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan
luka bakar didasarkan pada luasa luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor
prnyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam
akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal.
Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang
pula teknik atau cara penanganan luka bakar sehingga meningkatkan
kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

3.2 Saran

Semoga dengan memahami makalah tentang konsep luka bakar ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca serta khususnya sebagai
seorang calon perawat di masa depan diharapkan dapat menerapkan dan
membagi ilmu dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan tentang konsep
luka bakar dan asuhan keperawatan pada luka bakar.
Penulis penyadari bahwa maklah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis menyarankan kepada para pembaca
33
khususnya teman-teman mahasiswa agar mencari reverensi lain selain
makalah ini dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar kami jadikan pedoman dalam membuat makalah berikutnya

34
DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2008. The Global Burden Of Diseases: 2004 Update Genevas: World
Health
Organization.http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/GBD_
report_2004update_full. pdf. Diakses September 2017.
Barbara AB, Glen G, Marjorie S. 2013. Willard And Spackman’s Occupational
th
Therapy (12 Ed). Lippincot Williams&Wilkins.
Santosa, Zen. 2019. Mengatasi Luka Gores Dan Luka Bakar. Yogyakarta: CV
Alaf Media
Albayani, Melati Inayati Dan Dwi Novidiantoko. 2019. Panduan Praktikum:
Modul Keperawatan Ilmu Biomedik Dasar. Yogyakarta: CV Budi Utama
Clevo, Rendi, Dkk. 2019. Buku Asuhan Keperawatan Medical Bedah Dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Prasetyo, A., Ibrahim, K., & Somantri, I. (2014). Pengalaman Hidup Pasien
dengan Luka Bakar. Kesehatan Al-Irsyad (JKA) .
Mariza, Putri, Dkk. 2013. Kmb2: Keperawatan Medical Bedah Dewasa Teori Dan
Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Puspasari. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Integument. Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS

Hidayah, S. N., & Samad, H. I. A. 2018. AKTIVITAS SGOT, SGPT DI


PENDERITA LUKABAKAR SEDANG DAN BERAT. INDONESIA
JOURNAL PF CLINICAL PATHOLOGY ANDMEDIKAL LABORATORY,
15(1), 12-15.

Wim de Jong. 2005. Bab 3: Luka, Luka Bakar: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Dries DJ, Endorf FW. Inhalation injury: epidemiology, pathology, treatment
strategies. Scand J Trauma Resusc Emerg Med. 2013;21:31. doi:
10.1186/1757-7241-21-31.

Gill P, Martin RV.Smoke inhalation injury. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain.
2015;15:143-8.

Walker PF, Buehner MF, Wood LA, et al. Diagnosis and management of
inhalation injury:an updated review. Crit Care. 2015;19:351.
Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia. Indonesia : Elsivier
Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Bahasa Indonesia. Indonesia : Elsivier

35
Margareth, dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah&Penyakit Dalam.
Nuha Medika: Yogyakarta

36

Anda mungkin juga menyukai