TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam dalam mewujudkan pelaksanaan CPOB di
Industri Farmasi. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil
yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil
hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah
memahami prinsip dasar CPOB (basic GMP) dan memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higienisitas yang berkaitan dengan pekerjaan.
Personil kunci yang harus ada di suatu Industri Farmasi, mencakup Kepala Bagian Produksi,
Kepala Bagian Pengawasan Mutu, dan Kepala Bagian Manajemen Mutu.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aspek personalia adalah :
1. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi,
pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda
serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil
hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara efektif. Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai
kepentingan lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya
dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan
pribadi atau finansial.
a. Kepala bagian Produksi hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi,
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam
bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi
kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat, termasuk :
Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan.
Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat.
Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh kepala
bagian Produksi sebelum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu).
Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi.
Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Disamping itu, kepala bagian Produksi bersama dengan kepala bagian
Pengawasan Mutu dan penanggung jawab teknik hendaklah memiliki tanggung jawab
bersama terhadap aspek yang berkaitan dengan mutu
b. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang Apoteker terkualifikasi dan
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan dan
tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu, termasuk:
Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi.
Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan.
Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan sampel,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain.
Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak.
Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu.
Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
c. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang Apoteker yang
terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman
praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan
tugas yang berhubungan dengan Sistem Mutu/ Pemastian Mutu, termasuk:
Memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu.
Ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan.
Memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala.
Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu
Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap
pemasok).
Memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi.
Memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi.
Mengevaluasi/mengkaji catatan bets.
Meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan
semua faktor terkait.
d. Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek
yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup:
Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen
Pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat
Higiene pabrik
Validasi proses
Pelatihan
Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan
Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak
Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk
Penyimpanan catatan
Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB
Inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel
Pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk
2. Pelatihan
a. Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena
tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium
(termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain
yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
b. Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah
mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan
hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannya hendaklah dinilai secara berkala.
Hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing.
Catatan pelatihan hendaklah disimpan.
c. Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area dimana
pencemaran merupakan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan
berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitif.
d. Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak masuk ke area
produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah
mereka diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene perorangan dan
pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan ketat.
e. Konsep Pemastian Mutu dan semua tindakan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman
dan penerapannya hendaklah dibahas secara mendalam selama pelatihan.
f. Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang terkualifikasi.
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat,
ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin
sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal
yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
2.2.4.1 Desain dan Konstruksi
a. Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai dengan
tujuannya.
b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
c. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun
produk jadi.
d. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal
sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat.
e. Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta
disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
f. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan agar tidak
menjadi sumber pencemaran.
g. Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada produk.
Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif,
aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada produk.
h. Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia
atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah
dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan
dengan benar.
i. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang
tepat untuk proses produksi dan pengawasan.
j. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat dan mengendalikan hendaklah
dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang
ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut hendaklah disimpan.
k. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat
ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun
sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan
serat.
l. Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah
disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas
cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan.
2.2.4.2 Pemasangan dan Penempatan
a. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko kesalahan atau
kontaminasi.
b. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk
menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan
kecampurbauran produk.
c. Semua sabuk (belt) dan pulley mekanis terbuka hendaklah dilengkapi dengan
pengaman.
d. Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang
sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa hendaklah diberi
penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran.
e. Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas.
Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan bets untuk
menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada pembuatan bets tersebut
kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu jenis produk saja.
f. Peralatan yang rusak, jika memungkinkan, hendaklah dikeluarkan dari area produksi
dan pengawasan mutu, atau setidaknya, diberi penandaan yang jelas.
2.2.4.3 Perawatan
a. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
b. Kegiatan perbaikan dan perawatan hendaklah tidak menimbulkan risiko terhadap
mutu produk.
c. Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia lain seperti cairan alat penguji suhu
hendaklah dievaluasi dan disetujui dengan proses formal.
d. Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan dipatuhi.
e. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat
dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor
setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang
digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets.
f. Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi
dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses sebelumnya
yang akan memengaruhi mutu produk termasuk produk antara di luar spesifikasi
resmi atau spesifikasi lain yang telah ditentukan.
g. Bila peralatan digunakan untuk produksi produk dan produk antara yang sama secara
berurutan atau secara kampanye, peralatan hendaklah dibersihkan dalam tenggat
waktu yang sesuai untuk mencegah penumpukan dan sisa kontaminan (misal: hasil
urai atau tingkat mikroba yang melebihi batas).
h. Peralatan umum (tidak didedikasikan) hendaklah dibersihkan setelah digunakan
memproduksi produk yang berbeda untuk mencegah kontaminasi silang.
i. Peralatan hendaklah diidentifikasi isi dan status kebersihannya dengan cara yang
baik.
j. Buku log untuk peralatan utama dan kritis hendaklah dibuat untuk pencatatan
validasi pembersihan dan pembersihan yang telah dilakukan termasuk tanggal dan
personil yang melakukan kegiatan tersebut.
2.2.6 Produksi
Dalam Industri Farmasi, produksi harus dilakukan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan serta sesuai dengan ketentuan dari CPOB untuk menjamin produk yang bermutu, serta
dilakukan dan diawasi oleh personel yang terlatih dan terkualifikasi. Produksi dimulai dengan
pemilihan bahan baku sampai proses produksi yang akan menghasilkan produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi.
a. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan
sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi
hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat
atau didokumentasikan.
b. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu
bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan Mutu.
c. Tiap tahap dalam pengolahan, baik produk maupun bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain.
d. Selama proses pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan
dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila
perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahapan dalam setiap proses produksi.
e. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sebaiknya dihindarkan. Bila terjadi
penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala bagian Pemastian
Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
f. Sistem penomoran bets/lot
Sistem ini digunakan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan
atau produk jadi dapat diidentifikasi. Sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada
tahap pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling berkaitan. Sistem penomoran
bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama tidak dipakai secara
berulang. Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera dicatat dalam suatu buku log. Catatan
tersebut hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk dan ukuran
bets/lot yang bersangkutan.
Proses produksi antara lain:
A. Bahan Awal
Bahan awal atau bahan baku dimulai dari pembelian. Pembelian merupakan suatu
aktivitas dimana memerlukan personel yang memiliki pengetahuan mengenai
supplier/pemasok. Pembelian berawal dari pemasok yang disetujui dan memenuhi spesifikasi
yang relevan dan bila memungkinkan berasal dari produsen langsung.
Pembelian bahan awal yang menyangkut semua pemasukan, pengeluaran dan sisa
bahan harus dicatat. Setiap bahan awal harus memenuhi spesifikasi dan diberi label sesuai
dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan.
Untuk setiap kiriman atau bets harus diberi nomor kiriman yang menunjukkan identitas yang
jelas. Pada tiap penerimaan bahan awal, dilakukan permeriksaan secara visual tentang
kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, kemungkinan adanya kerusakan bahan,
kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Dilakukan pengambilan sampel
bahan awal untuk pengujian apakah sesuai dengan spesifikasinya oleh bagian Pengawasan
Mutu.
Kiriman bahan awal harus dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk dipakai
oleh Kepala Bagian Pengawasan Mutu. Bahan awal yang diterima dan disimpan di area
penyimpanan diberi label yang jelas. Label dipasang oleh petugas yang ditunjuk oleh
penanggung jawab pengawasan mutu. Label harus setidaknya berisi nama bahan (bila perlu
nomor kode bahan), nomor bets/ kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan, status
bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak), tanggal kadaluarsa/tanggal uji
ulang bila diperlukan.
Pemeriksaan persediaan bahan awal harus selalu diperiksa secara berkala untuk
meyakinkan bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar dan dalam kondisi
yang baik. Bahan awal, khususnya yang dapat rusak karena paparan panas, hendaknya proses
penyimpanan dikendalikan suhunya secara ketat, untuk bahan yang peka terhadap
kelembabapan maupun cahaya, disimpan dengan kondisi yang tepat. Penyerahan bahan awal
dilakukan oleh personel yang berwenang dan catatan mengenai persediaan bahan disimpan
dengan baik agar rekonsilasi persediaan dapat dilakukan. Setiap bahan dilakukan
penimbangan dan diperiksa serta hasil penimbangan tersebut dicatat kembali. Semua bahan
awal yang ditolak diberi penandaan yang mencolok, ditempatkan terpisah, dan bisa
dimusnahkan atau dikembalikan ke pemasoknya.
B. Validasi Proses
Validasi proses dilakukan untuk memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan
sesuai dengan prosedur yang ada. Hasil validasi dan kesimpulannya dicatat sebagai
dokumentasi. Untuk formula pembuatan atau metode preparasi baru diterapkan, hendaknya
mengambil langkah untuk membuktikan apakah prosedur baru tersebut cocok untuk
pelaksanaan produksi yang rutin. Untuk perubahan yang signifikan juga perlu divalidasi.
Menurut CPOB, perlu dilakukan re-validasi secara periodik untuk memastikan bahwa proses
dan prosedur tetap.
C. Pencegahan Pencemaran silang
Risiko pencemaran pasti bisa terjadi dan bisa didapat dari pencemaran bahan awal
atau produk oleh bahan atau produk lain dimana pencemaran ini harus dihindarkan.
Pencemaran silang ini diperoleh akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau
organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa-sisa bahan yang tertinggal
pada alat serta dari pakaian kerja operator. Pencemaran yang berbahaya adalah bahan yang
dapat menimbulkan sensitivitas kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup,
hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan berpotensi tinggi. Produk sediaan parenteral,
sediaan dengan dosis besar, sediaan yang diberikan dalam jangka waktu panjang berpotensi
terpengaruh oleh pencemaran. Dalam menghindarkan pencemaran silang ini, dapat
dilakukan:
Produksi di dalam gedung terpisah (bagi produk seperti beta laktam, non beta laktam,
hormon, vaksin hidup, sediaan yang mengandung bakteri hidup, dan produk biologi
lainya serta produk darah).
Tersedianya ruang penyangga udara dan penghisap udara.
Memperkecil risiko pencemaran yang disebabkan oleh udara yang disirkulasi ulang
atau masuknya udara yang tidak diolah atau udara yang diolah secara tidak memadai.
Memakai pakaian pelindung yang sesuai di area dimana produk tersebut berisiko
tinggi terhadap pencemaran silang.
Melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif.
Menggunakan sistem self-contained.
Pengujian residu dan menggunakan label status kebersihan pada alat.
Tindakan pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektivitasnya diperiksa secara
berkala sesuai prosedur yang ditetapkan.
D. Sistem Penomoran Bets/Lot
Sistem penomoran bertujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara,
produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi. Sistem penomoran selanjutnya harus
saling berkaitan. Sistem penomoran harus menjamin bahwa nomor tidak digunakan secara
berulang. Alokasi nomor bets/lot segera dicatat dalam suatu buku log. Catatan tersebut
mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk dan kuran bets/lot yang bersangkutan.
E. Penimbangan/Penyerahan
Metode penanganan, penimbangan, perhitungan dan penyerahan bahan dan produk
tercakup dalam prosedur tertulis. Semua pengeluaran bahan dan produk didokumentasikan.
Bahan awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan yang boleh diserahkan
apabila telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu. Untuk menghindarkan terjadinya
kecampurbauran, pencemaran silang, hilangnya identitas, maka bahan dan produk yang
terkait dari satu bets/lot saja yang boleh ditempatkan dalam area penyerahan. Sebelum
penimbangan dan penyerahan, tiap wadah bahan awal diperiksa kebenaran dari
penandaannya, termasuk label pelulusan dari Pengawasan Mutu. Setelah penimbangan,
penyerahan, dan penandaan, bahan dan produk-produk tersebut diangkut dan disimpan
dengan benar sehingga terjamin keutuhannya sampai pengolahan berikutnya.
F. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan yang
dikembalikan ke tempat penyimpanan harus didokumentasikan dengan baik dan
direkonsiliasi. Semua bahan yang diperlukan untuk proses produksi tidak boleh dikembalikan
ke gudang, kecuali bila tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
G. Pengolahan Produk Antara dan Produk Ruahan
Semua bahan dan peralatan yang akan digunakan harus diperiksa terlebih dahulu
sebelum digunakan. Peralatan hendaknya dinyatakan bersih secara tertulis sebelum
digunakan. Kondisi daerah pengolahan dipantau dan dikendalikan. Semua kegiatan
pengolahan harus mengikuti prosedur tertulis yang telah ditentukan dan penyimpangan yang
terjadi wajib dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. Wadah dan penutup untuk bahan dan
produk harus selalu bersih dan terbuat dari bahan yang tepat, kemudian wadah dan peralatan
yang berisi bahan dan produk harus diberi label yang tepat. Semua produk diberi label yang
tepat yang menunjukkan ahap pengolahan. Seluruh pengawasan dalam proses harus dicatat
dengan akurat. Hasil sesungguhnya dari tahap pengolahan, harus dicatat dan disesuaikan
dengan hasil teoritis.
H. Bahan dan Produk Kering
Masalah debu dan pencemaran silang adalah masalah yang terjadi saat proses
produksi terjadi. Penggunaan sistem penghisap udara yang efektif dipasang dengan letak
pembuangan untuk mencegah penyebaran debu. Pemakaian alat penghisap debu pada
pembuatan tablet dan kapsul sangat dianjurkan. Produk juga harus dilindungi dari
pencemaran serpihan logam atau gelas serta mencegah tablet atau kapsul tidak ada yang
terselip atau tertinggal di dalam mesin.
I. Pencampuran dan Granulasi
Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk dilengkapi dengan sistem pengendalian
debu. Parameter operasional yang kritis, seperti waktu, suhu, kecepatan untuk tiap proses
produksi, harus tercantum dalam Dokumen Produksi Induk. Untuk bahan yang berisiko
tinggi atau yang dapat menimbulkan senstivitas tinggi, digunakan kantong filter khusus bagi
masing-masing produk. Pada pembuatan dan penggunaan larutan atau suspensi dicegah
terjadinya pencemaran atau pertumbuhan mikroba.
J. Pencetakan Tablet
Mesin pencetak tablet dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu yang memadai,
dilakukan pengendalian secara fisik, prosedural dan penandaan untuk menghindari campur
aduk antar produk. Untuk pemantauan bobot tablet selama proses, diperlukan alat timbang
yang telah ditara. Tablet yang diambil untuk diuji tidak boleh dikembalikan dan tablet yang
ditolak atau disingkirkan harus ditempatkan dalam wadah yang ditandai dengan jelas serta
dicatat pada Catatan Pengolahan Bets. Sebelum digunakan, Punch and Dyes alat cetak harus
diperiksa keausan dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi.
K. Penyalutan
Udara yang dialirkan ke dalam panci penyalut untuk pengeringan, harus disaring
sehingga memiliki mutu yang tepat. Larutan penyalut digunakan dengan cara yang tepat
untuk mengurangi resiko pertumbuhan mikroba.
L. Pengisian Kapsul Keras
Kapsul kosong/cangkang kapsul diperlakukan sebagai bahan awal dan disimpan
dalam kondisi yang baik dimana dapat mencegah kekeringan dan kerapuhan atau efek lain
yang disebabkan oleh kelembaban.
M. Penandaan Tablet Salut dan Kapsul
Campur baur selama proses penandaan tablet salut dan kapsul, proses pemeriksaan,
penyortiran, dan pemolesan kapsul dan tablet salut harus dihindari. Tinta yang digunakan
untuk penandaan harus tinta yang memenuhi persyaratan untuk bahan makanan.
N. Produk Cair, Salep dan Krim
Produk cair, krim, dan salep mudah terkontaminasi, sehingga prosesnya harus
terlindung dari pencemaran. Untuk melindungi produk dari kontaminasi disarankan memakai
sistem tertutup untuk pengolahan dan transfer dimana area produksi diberi ventilasi yang
efektif dengan udara yang disaring. Kualitas kimiawi dan mikrobiologi air harus dipantau.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap proses pencampuran dan proses akhir pengisian untuk
memastikan kualitas produk. Jika produk ruahan tidak segera dikemas maka waktu paling
lama produk boleh disimpan dan kondisi penyimpanan produk harus ditetapkan dan dipatuhi.
O. Bahan Pengemas
Pengadaan, penanganan dan pengawasan terhadap bahan pengemas primer dan bahan
pengemas cetak serta bahan cetak lain perlu tindakan yang sama seperti pada bahan awal.
Bahan cetak disimpan dan diawasi dengan ketat, label lepas dan bahan cetak lepas lain
disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup untuk menghindarkan ketercampuran, serta
bahan pengemas diserahkan pada personel yang berwenang.
Setiap penerimaan bahan pengemas primer diberi nomor spesifik sebagai identitas.
Bahan-bahan pengemas yang tidak berlaku dimusnahkan dan didokumentasikan.
P. Kegiatan Pengemasan
Proses pengisian dan penutupan langsung diberi label agar terhindar dari
kecampurbauran. Kegiatan pengemasan untuk membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi dan dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat. Sebelum kegiatan
pengemasan, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah
bersih. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain diperiksa
dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur Pengemasan Induk.
Label, karton dan bahan pengemas serta bahan cetak lain memerlukan prakodifikasi
dengan nomor bets/lot, tanggal kadaluarsa, dan informasi lainnya. Proses prakodifikasi bahan
pengemas dan bahan cetak lain dilakukan di area yang terpisah dari kegiatan pengemasan
lain serta dilakukan pemeriksaan sebelum ditransfer ke area pengemasan.
Pemerikaan kesiapan jalur segera sebelum menempatkan bahan pengemas dan bahan
cetak lain oleh personel dari bagian pengemasan dilakukan untuk memastikan bahwa semua
bahan dan produk yang sudah dikemas dari kegiatan pengemasan sebelumnya telah
disingkirkan dari jalur pengemasan dan area sekitarnya, memeriksa kebersihan jalur dan area
sekitarnya, dan memastikan kebersihan peralatn yang akan dipakai.
Wadah yang dipakai untuk menyimpan produk ruahan, produk yang baru sebagian
dikemas diberi label atau penandaan. Wadah yang akan diisi hendaknya diserahkan pada
jalur atau tempat pengemasan yang bersih. Area pengemasan dibersihkan secara teratur.
Risiko kesalahan yang terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan cara:
Menggunakan label
Pemberian penandaan bets pada jalur pemasangan label
Menggunakan alat pemindai dan penghitung label elektronis
Desain label dan bahan cetak lain sedemikian rupa
Pemeriksaan secara independen oleh Pengawasan Mutu selama dan pada akhir proses
pengemasan
Pengawasan pada jalur pengemasan selama proses pengawasan meliputi:
Tampilan kemasan secara umum
Kelengkapan umum
Kebenaran produk dan bahan pengemas yang dipakai
Kebenaran prakodifikasi
Monitoring pada jalur pengemasan yang berfungsi dengan benar
Pada tahap penyelesaian pengemasan, dilakukan pemeriksaan secara cermat agar
sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk. Hanya produk yang berasal dari satu bets dari
satu kegiatan pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu palet.
Q. Pengawasan Selama Proses (In Process Control)
Dalam rangka memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis
yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan
selama proses dari tiap bets produk harus dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah
disetujui oleh Kepala Bagian Manajemen Mutu. Selama proses pengolahan dan pengemasan,
diambil sampel pada awal, pertengahan, dan akhir proses serta hasil pengujiannya dicatat dan
menjadi bagian dari catatan Bets.
Spesifikasi pengawasan selama proses hendaknya konsisten dengan spesifikasi
produk, yang asalnya dari hasil rata-rata proses sebelumnya yang diterima dan bila mungkin
dari hasil estimasi variasi proses dan ditentukan dengan metode statistik yang sesuai bila ada.
R. Bahan dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan dan Dikembalikan
Bahan dan produk yang ditolak diberi penandaan jelas dan disimpan terpisah di area
terlarang (Restricted Area). Bahan dan produk yang ditolak tersebut bisa dimusnahkan,
dikembalikan ke pemasok atau diolah ulang berdasarkan keputusan Pengawasan Mutu.
S. Karantina dan Penyerahan Produk Jadi
Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke
gudang dan siap untuk didistribusikan. Prosedur tertulis hendaklah mencantumkan cara
penyerahan produk jadi ke area karantina, cara penyimpanan sambil menunggu pelulusan,
persyaratan yang diperlukan untuk mempermudah pelulusan, dan cara pemindahan
selanjutnya ke gudang produk jadi. Area karantina merupakan area terbatas hanya bagi
personel yang diperlukan dan memiliki wewenang pada area tersebut. Pelulusan akhir harus
memenuhi sebagai berikut:
a. Produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan
pengemasan.
b. Sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yang mencukupi untuk
pengujian di masa akan datang.
c. Rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima.
d. Pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil pemeriksaan oleh
Pengawasan Mutu.
e. Produk Jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera pada
dokumen penyerahan barang.
Setelah pelulusan suatu bets/lot maka produk tersebut dipindahkan dari area karantina
ke gudang produk jadi. Sewaktu menerima produk jadi maka dilakukan pencatatan
pemasukan bets tersebut ke dalam kartu stok.
T. Penyimpanan Bahan, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk Ruahan, dan Produk Jadi
Bahan dan produk hendaklah tidak diletakkan langsung di lantai dan dengan jarak
yang cukup terhadap sekelilingnya, serta hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan
yang sesuai. Tiap bets bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi yang disimpan di area gudang hendaklah mempunyai kartu stok, yang secara
periodik direkonsiliasi.
a. Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas
Pemisahan secara fisik atau cara lain yang tervalidasi (misalnya cara elektronik)
hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan atau produk yang ditolak, kadaluarsa,
ditarik dari peredaran atau obat atau bahan kembalian. Semua bahan awal dan bahan
pengemas yang diserahkan ke area penyimpanan hendaklah diperiksa kebenaran identitas,
kondisi wadah dan tanda pelulusan oleh bagian Pengawasan Mutu. Stok tertua bahan
awal dan bahan pengemas dan yang mempunyai tanggal kadaluarsa paling dekat
hendaklah digunakan terlebih dahulu sesuai dengan prinsip FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out).
b. Penyiapan produk antara, produk ruahan, dan produk jadi
Produk antara, produk ruahan, dan produk jadi hendaklah dikarantina selama
menunggu hasil uji mutu dan penentuan status.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang
baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas merupakan
dasar untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang jelas dan rinci
sehingga memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul dari
komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk atau formula pembuatan, prosedur,
metode dan instruksi, serta laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis.
Tujuan utama sistem dokumentasi adalah untuk menentukan, mengendalikan, memantau
dan mencatat seluruh kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berdampak terhadap
semua aspek mutu obat. Sistem Manajemen Mutu mencakup rincian instruksi untuk
memungkinkan pemahaman yang sama bagi semua pihak terhadap persyaratan, memungkinkan
pencatatan yang memadai dari berbagai proses dan evaluasi setiap pengamatan, sehingga
penerapan persyaratan yang sedang berjalan dapat dibuktikan.
Dua jenis utama dokumentasi yang digunakan untuk pengelolaan dan pencatatan
pemenuhan CPOB, yaitu: instruksi (perintah, persyaratan) dan catatan dan/atau laporan.
Pengendalian diterapkan untuk memastikan keakuratan, keutuhan, ketersediaan dan keterbacaan
dokumen. Dokumen berisi instruksi hendaklah bebas dari kekeliruan dan tersedia dalam bentuk
tertulis. Makna dari tertulis adalah tercatat atau didokumentasi di dalam bentuk yang dapat
dibaca. Tiap Protap cara menyiapkan suatu dokumen sebaiknya meliputi proses penarikan kopi
dari pemegangnya dan pemusnahannya.
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang
meliputi: spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan obat jadi,
dokumen dalam produksi, dokumen dalam Pengawasan Mutu, dokumen dalam penyimpanan dan
distribusi, dokumen dalam pemeliharaan, pembersihan dan pengendalian ruangan dan peralatan,
dokumen dalam penanganan keluhan obat yang ditarik kembali, obat kembalian dan pemusnahan
bahan baku obat dan obat jadi, dokumen untuk peralatan khusus, prosedur dan catatan tentang
Inspeksi Diri, pedoman dan catatan tentang pelatihan CPOB bagi personil.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan
yang digunakan selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu.
Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian,
pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian dan pengoperasian peralatan.
Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan dengan cermat. Dokumen
disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang.
Dokumen hendaklah dikaji ulang secara berkala, dan sebaiknya tidak ditulis tangan. Namun, bila
dokumen memerlukan pencatatan data, maka pencatatan ini hendaklah ditulis tangan dengan
jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan
dokumen hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal.
Dokumen hendaknya dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up-to-date. Bila
suatu dokumen direvisi hendaknya dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan
dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja. Catatan pembuatan hendaknya disimpan
minimal 1 tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi.