perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali. Keseimbangan
ini terdiri atas keseimbangan statis (tubuh dalam posisi diam) dan keseimbangan
duduk atau berdiri diam. Keseimbagan dinamis diperlukan saat jalan, lari atau
gerakan berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya dalam suatu ruang (Nala,
2015).
Komponen Keseimbangan
tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat
massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilkan bagian
1) Sistem ekstrapiramidal
tiga lapisan integrasi yakni kortikal, striata (basal ganglia) dan tegmental
dengan gerakan yang berkaitan dengan pengaturan sikap tubuh dan integrasi
2) Ganglia basalis
Ganglia basalis merupakan bagian dari sistem motorik. Inti utama dari
ganglia basalis adalah nukleus kaudatus, putamen, dan globus palidus, yang
semuanya terletak pada materi putih subkortikal telensepalon. Ketiga inti ini
saling terhubung satu sama lain ke korteks motor di kompleks sirkuit pengaturan.
Mereka memainkan peran penting dalam inisiasi, modulasi gerakan dan kontrol
otot (Baehr and Michael, 2005). Seperti disajikan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2
3) Serebelum
Serebelum adalah organ pusat untuk kontrol motorik halus. Memproses informasi
tulang belakang. Secara anatomis, otak kecil terdiri dari dua belahan dan vermis
yang terletak di antaranya. Terhubung ke batang otak oleh tiga Bagian pedunkulus
masukan aferen terutama dari organ vestibular, dan fungsinya adalah untuk
Gambar 2.3
1) Visual
manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap
lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan objek sekitarnya. Dengan input
visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di
Black, 2008).
2) Vestibular
gerakan bola mata. Sistem ini meliputi organ-organ di dalam telinga bagian
dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk merasakan arah
dan gerakan kepala. Cairan yang disebut endolymph mengalir melalui tiga kanal
telinga bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser.
saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak (brain
2008).
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labirin, retikular
formasi dan serebelum. Hasil dari nukleus vestibuler menuju ke motor neuron
proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).
2008).
tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lumnikulus medialis dan
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat
indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovial dan
ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain
serta otot diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang
(Willis, 2007)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari
berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural
bekerja secara sinergis sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya
gravitasi dan aligment tubuh. Kerja otot yang sinergis berarti bahwa adanya
respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya
gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot
otot untuk menahan beban, baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun
beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem
teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut
beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.
e. Adaptive system
dengan mulus untuk menghasilkan rasa dari orientasi dan gerakan. Dari informasi
sensoris diintegrasi dan diproses di serebellum, basal ganglia dan area motorik
respon cepat, diikuti oleh masukan dari visual dan vestibular. Ketika informasi
sensoris dari salah satu sistem tidak akurat karena suatu cidera, central nervous
informasi dari kedua sistem yang lain. Proses adaptasi inilah yang disebut
jika salah satu dari ketiga sistem terganggu, ini merupakan konsep dasar untuk
gravity (COG) tubuh dipertahankan di atas base of support (BOS). COM adalah
titik yang sesuai dengan pusat massa tubuh dan merupakan titik dimana tubuh
berada dalam kondisi keseimbangan yang sempurna. Hal itu ditentukan dengan
mencari rata-rata tertimbang dari COM dari setiap segmen tubuh (Kisner and
Colby, 2007).
baik benda hidup maupun mati, titik gravitasi terbaik terdapat pada titik tengah
benda tersebut. Fungsi dari COG adalah untuk mendistribusikan massa benda
secara merata. Pada manusia jika beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini maka
tubuh dalam keadaan yang seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur maka
otomatis sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika COG terletak di dalam dan
tepat di tengah maka tubuh akan seimbang. Jika berada di luar tubuh maka akan
Semakin rendah atau dekat letak titik berat ini terhadap bidang tumpu, posisi
tubuh akan semakin mantap atau stabil. Pada posisi berbaring posisi titik berat
paling dekat dengan bidang tumpu dibanding posisi duduk, berdiri atau melompat
ke atas sehingga posisi berbaring paling mantap dibanding posisi yang lain (Nala,
2015)
Garis gravitasi atau garis berat tubuh adalah garis vertikal yang melalui titik
pusat bidang tumpu. Merupakan garis imajiner yang melalui titik berat tubuh.
Semakin dekat letak garis gravitasi dengan titik pusat bidang tumpuan, apabila
Dalam posisi berdiri garis gravitasi akan melalui pusat gravitasi dan juga pusat
bidang tumpu, sehingga posisi berdiri tegak lebih stabil jika dibandingkan dengan
posisi condong ke depan, belakang atau samping. Jika tubuh bagian atas (kepala
& dada) meluncur ke depan , maka pusat gravitasi juga akan berpindah ke depan.
Dengan sendirinya garis gravitasi akan bergeser ke depan, sehingga tidak melalui
titik pusat bidang tumpu. Tubuh akan berusaha untuk menggeser pusat gravitasi
agar bergeser ke belakang mendekati titik pusat bidang tumpu, dengan cara
menarik bagian tubuh lainnya (tungkai atau lengan) ke belakang sehingga terjadi
Bidang tumpuan adalah dasar tempat bertumpu atau berpijak tubuh, baik di
lantai, tanah, balok, meja, kursi, tali atau tempat lainnya. Semakin luas bidang
tumpuan posisi tubuh akan semakin mantap. Posisi berbaring adalah posisi paling
mantap atau stabil dibandingkan dengan posisi duduk atau berdiri karena bidang
tumpunya paling luas yaitu seluruh tubuh. Saat duduk, bidang tumpuan hanya
selebar pantat dan tungkai (bersila) atau selebar ke dua telapak kaki (jongkok).
Jika berdiri, jalan atau lari maka bidang tumpuan lebih kecil yaitu hanya seluas
telapak kaki. Saat melayang tidak ada bidang tumpu, sehingga keseimbangan
menyesuaikan posisinya dalam ruang untuk menjaga COM di atas BOS atau
2007).
latensi yang pendek <70 ms). Voluntary responses, mempunyai latensi yang
respon pertama yang efektif mencegah jatuh (Kisner and Colby, 2007).
COM ke posisi yang stabil (dalam posisi yang tenang dan gangguan kecil). Hip
memindahkan COM dalam BOS (untuk gangguan yang cepat dan besar atau
control keseimbangan (jika ada kekuatan besar yang menggeser COM keluar dari
Balance Exercise
lingkungan dengan benar melalui sistem sensoris perifer, serta untuk proses
terpusat dan integrasi masukan propioseptif, visual dan vestibular pada tingkat
otot yang tepat sesuai dengan yang diperlukan sehingga keseimbangan dapat
arah yang sedang dievaluasi. Subjek dipantau oleh peneliti selama pengujian, dan
maksimal dan kembali pada posisi awal dengan cepat), (2) Mengangkat tumit
pada kaki yang digunakan untuk tumpuan, (3) kaki yang menjangkau tidak
postur (misalnya menumpukan berat badan pada indikator), atau (5) kehilangan
keseimbangan terjadi selama kembali ke posisi awal setelah jarak telah ditandai
Jarak normal jangkauan dihitung dengan jarak jangkauan yang bisa dicapai
yang bisa dijangkau pada ketiga arah dibagi dengan tiga kali panjang tungkai
Y balance test yang berasla dari star exercusion balance test merupakan lat
ukur yang valid dan dapat diandalkan untuk mengukur keseimbangan dinamis.
Hasil tes dinyatakan dalam persentase panjang tungkai (%LL). Nilai komposit
yang disarankan adalah 83,2 %LL – 87,5 %LL untuk wanita dan 92,1 %LL – 97,3
sedang dan nilai jangkauan diatas 80 %LL dianggap baik. Titik potong nilai
komposit y balance test untuk setiap olah raga berbeda-beda. Penelitian yang
dilakukan pada pemain sepak bola di perguruan tinggi nilai komposit <89 %
(Butler et al., 2013). Sedangkan pada pemain bola basket tingkat sekolah
menengah atas nilai komposit y balance test yang disarankan untuk menurunkan
Tipe pengukuran:
Pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes
keseimbangan statis dan dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada kualitas
stopwatch, kursi dengan penyangga lengan, meja, obyek untuk dipungut dari lantai,
Waktu tes:
10 – 15 menit.
Prosedur tes
Pasien dinilai waktu melakukan hal-hal di bawah ini, sesuai dengan kriteria yang
dikembangkan oleh
1. Duduk ke berdiri
4. Berdiri ke duduk
5. Transfers
– Meliput banyak tes keseimbangan, khususnya tes fungsional baik statis
maupun dinamis.
Step test
Tipe pengukuran :
pengukuran kecepatan saat bergerak dinamis naik turun satu trap dengan satu kaki.
Waktu tes:
30 detik.
Prosedur tes :
Pasien berdiri tegak tak tersangga, sepatu dilepas, kedua kaki sejajar berjarak
5 cm di belakang blok. Fisioterapis berdiri di salah satu sisi pasien dengan satu
kaki diletakkan di atas blok untuk stabilisasi blok. Pasien dipersilahkan memilih
kaki yang mana yang menapak ke atas blok dan kaki yang menyangga berat
badan. Pasien diajarkan bahwa kaki harus menapak sempurna pada blok dan
kembali pada tempat semula juga dengan sempurna dan ini dilakukan secepat
mungkin. Tes dimulai saat pasien menyatakan siap dengan aba-aba “mulai”
waktu 15 detik dengan aba-aba “stop” dan dicatat jumlah step yang dilakukan
Metode Penelitian
Design (Satu Kelompok PratestPost test).Pada desain ini terdapat pretest sebelum
2003)
Subyek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terdiri dari 2 orang dan
dibantu oleh 3 orang siswa lain dari SMA N 1 UBUD. Obyek penelitian terdiri dari
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Alat perekam seperti
Dalam eksperimen kami, untuk membuat tubuh menjadi lebih seimbang kami
Tabel 4.3. Hasil eksperimen sebelum dan sesudah melakukan “Secret Method”
seimbang seimbang
B Tubuh tidak Tubuh
seimbang seimbang
C Tubuh tidak Tubuh
seimbang seimbang
D Tubuh tidak Tubuh
seimbang seimbang
E Tubuh tidak Tubuh
seimbang seimbang
Sampel dari
eksperimen
“Secret Setelah
Method” Perlakuan
gerakan tersebut yaitu gerakan berputar ke arah kanan atau searah dengan arah
jarum jam sebanyak sepuluh kali, setelah berputar kemudian lari sepanjang lima
meter jika sudah sampai di garis finis kemudian diintruksikan untuk menguji
melakukan gerakan berputar ke arah kanan sebanyak sepuluh kali kemudian berlari
sepanjang lima meter, dalam proses berlari tersebut Subyek A merasakan pusing
perlakuan dengan cara berputar ke arah kanan sambil mengunyah permen karet
kemudian berlari sepanjang 5 meter tubuh menjadi lebih seimbang dan rasa pusing
berkurang sehingga pada saat mencapai garis finis Subyek A dapat mengangkat
salah satu kakinya dan merentangkan tangannya. Dengan begitu Subyek A telah
Begitu pula yang dilakukan oleh subyek B, C, D dan E, hasilnya pun juga sama
yaitu terjadi peningkatan dalam keseimbangan tubuhnya. Hal tersebut dapat terjadi
karena pada saat mengunyah permen karet sambil berputar konsentrasi terbagi
menjadi dua yaitu ke permen karet dan putaran itu sendiri sehingga pada saat
Hal tersebut juga disetujui oleh narasumber kami, menurut narasumber kami,
massa tubuh agar seimbang pada saat bergerak dengan bidang tumpu, serta
menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Beliau juga
berpendapat bahwa ”keseimbangan tubuh kita juga dikendalikan Batu Otolit yang
ada di telinga yang dapat mengatur keseimbangan di dalam tubuh”. Pada saat
kunyahan, sehingga tidak mengganggu kese-imbangan batu otolit. Batu otolit ini
meru-pakan bagian terpenting dalam ke-seimbangan tubuh, batu otolit ini terdapat
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/691fc24cadc81f1a60b97d28ed6a103d.
http://eprints.uny.ac.id/56729/1/REVISI%20UJIAN%202%2019%20april
2021.
Indonusa, 8(2).
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/691fc24cadc81f1a60b97d28ed6a103d.p