Anda di halaman 1dari 15

a.

Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular dan somatosensoris.

1) Visual

Sistem visual (penglihatan) mempunyai tugas penting bagi kehidupan

manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap

lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan objek sekitarnya. Dengan input

visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di

lingkungan. Sistem visual memberikan informasi ke otak kemudian otak

memberikan informasi supaya sistem muskuloskeletal (otot dan tulang) dapat

bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Watson and

Black, 2008).

2) Vestibular

Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala, dan

gerakan bola mata. Sistem ini meliputi organ-organ di dalam telinga bagian

dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan pendengaran untuk merasakan arah

dan gerakan kepala. Cairan yang disebut endolymph mengalir melalui tiga kanal

telinga bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser.

Melalui refleks vestibulo-reticular mereka mengontrol gerak mata, terutama

ketika melihat obyek yang bergerak. Kemudian pesan-pesan diteruskan melalui

saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak (brain

stem). Beberapa stimulus tidak menuju langsung ke nukleus vestibular tetapi ke

serebrum, formation retikularis , thalamus dan korteks serebri (Watson and Black,
2008).
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labirin, retikular

formasi dan serebelum. Hasil dari nukleus vestibuler menuju ke motor neuron

melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot

proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).

Sistem vertibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan

keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Watson and Black,

2008).

3) Somatosensoris (tactile & propioceptive)

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil dan propioseptif serta persepsi

kognitif. Informasi propioseptif disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis

medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) propioseptif menuju serebelum,

tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lumnikulus medialis dan

thalamus (Willis, 2007).

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat

indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovial dan

ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain

serta otot diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang

(Willis, 2007)

b. Respon otot-otot postural yang sinergis

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari

aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan


dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah

berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh

dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan

dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergis sebagai reaksi

dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi dan aligment tubuh. Kerja otot yang

sinergis berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot

terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.

c. Kekuatan otot (muscle strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan ativitas. Semua gerakan yang

dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon

motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot untuk menahan

beban, baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal

force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa

besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga

semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang

dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut

berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gravitasi serta beban

eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.

d. Adaptive system
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan output motorik ketika

terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.

e. Lingkup gerak sendi (joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama

saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.

Masukan dari vestibular, visual dan somatosensorik biasanya dikombinasikan dengan

mulus untuk menghasilkan rasa dari orientasi dan gerakan. Dari informasi sensoris

diintegrasi dan diproses di serebellum, basal ganglia dan area motorik suplementer.

Informasi somatosensorik memiliki waktu proses tercepat untuk respon cepat, diikuti oleh

masukan dari visual dan vestibular. Ketika informasi sensoris dari salah satu sistem tidak

akurat karena suatu cidera, central nervous system (CNS) akan menekan informasi dan

menyeleksi dan mengkombinasikan informasi dari kedua sistem yang lain. Proses

adaptasi inilah yang disebut organisasi sensorik. Kebanyakan individu dapat

mengkompensasi dengan baik jika salah satu dari ketiga sistem terganggu, ini merupakan

konsep dasar untuk program terapi (Kisner and Colby, 2007).

Faktor yang mempengaruhi biomekanika keseimbangan

a. Pusat gravitasi (center of gravity-COG)

Center of gravity merupakan titik gravitasi yang terdapat pada semua benda baik
benda hidup maupun mati, titik gravitasi terbaik terdapat pada titik tengah benda tersebut.

Fungsi dari COG adalah untuk mendistribusikan massa benda secara merata. Pada

manusia jika beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini maka tubuh dalam keadaan yang

seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur maka titik pusat gravitasipun berubah,

sehingga akan mengakibatkan gangguan keseimbangan (unstable). Titik pusat gravitasi

akan selalu berpindah secara otomatis sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika COG

terletak di dalam dan tepat di tengah maka tubuh akan seimbang. Jika berada di luar

tubuh maka akan terjadi keadan unstable (Bishop and Hay, 2009).

b. Garis gravitasi (line of gravity-LOG)

Garis gravitasi atau garis berat tubuh adalah garis vertikal yang melalui titik pusat

bidang tumpu. Merupakan garis imajiner yang melalui titik berat tubuh. Semakin dekat

letak garis gravitasi dengan titik pusat bidang tumpuan, apabila melaluinya akan semakin

stabil posisi tubuh. Dalam posisi berdiri garis gravitasi akan melalui pusat gravitasi dan

juga pusat bidang tumpu, sehingga posisi berdiri tegak lebih stabil jika dibandingkan

dengan posisi condong ke depan, belakang atau samping. Jika tubuh bagian atas (kepala

& dada) meluncur ke depan , maka pusat gravitasi juga akan berpindah ke depan. Dengan

sendirinya garis gravitasi akan bergeser ke depan, sehingga tidak melalui titik pusat

bidang tumpu.

c. Bidang tumpuan (base of support-BOS)

Bidang tumpuan adalah dasar tempat bertumpu atau berpijak tubuh, baik di lantai,

tanah, balok, meja, kursi, tali atau tempat lainnya. Semakin luas bidang tumpuan posisi
tubuh akan semakin mantap. Posisi berbaring adalah posisi paling mantap atau stabil

dibandingkan dengan posisi duduk atau berdiri karena bidang tumpunya paling luas yaitu

seluruh tubuh. Saat duduk, bidang tumpuan hanya selebar pantat dan tungkai (bersila)

atau selebar ke dua telapak kaki (jongkok). Jika berdiri, jalan atau lari maka bidang

tumpuan lebih kecil yaitu hanya seluas telapak kaki. Saat melayang tidak ada bidang

tumpu, sehingga keseimbangan tubuh akan goyang atau labil (Nala, 2015).

Strategi motorik untuk menjaga keseimbangan

Untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh secara terus menerus menyesuaikan

posisinya dalam ruang untuk menjaga COM di atas BOS atau membawa COM ke

posisinya setelah mengalami gangguan (Kisner and Colby, 2007).

Ada tiga strategi utama yang digunakan tubuh untuk memulihkan keseimbangan

dalam menanggapi adanya gangguan tiba-tiba dari permukaan tumpuan. Ankle strategies,

gerakan dari pergelangan kaki untuk mengembalikan COM ke posisi yang stabil (dalam

posisi yang tenang dan gangguan kecil). Hip strategies, menggunakan gerakan cepat

fleksi dan ekstensi panggul untuk memindahkan COM dalam BOS (untuk gangguan yang

cepat dan besar atau gerakan dengan COG dekat dengan batas stabilitas). Stepping

strategies, melangkah ke depan atau belakang untuk memperlebar BOS dan

mengembalikan control keseimbangan (jika ada kekuatan besar yang menggeser COM

keluar dari batas stabllitas) (Kisner and Colby, 2007).

Balance Exercise

Kontrol postural telah dikaitkan erat dengan kemampuan untuk memahami

lingkungan dengan benar melalui sistem sensoris perifer, serta untuk proses terpusat dan
integrasi masukan propioseptif, visual dan vestibular pada tingkat CNS. Kemampuan

itulah yang memungkinkan CNS untuk membentuk sinergi otot yang tepat sesuai dengan

yang diperlukan sehingga keseimbangan dapat dipertahankan (Hatzitaki et al., 2002).

Subjek diinstruksikan untuk menggerakkan indikator jarak sejauh mungkin ke arah

yang sedang dievaluasi. Subjek dipantau oleh peneliti selama pengujian, dan tidak

diizinkan untuk menggerakkan indikator dengan menendang atau mempercepat dengan

mendorong indikator di akhir gerakan.

Tes diulang jika subjek:

a. Kehilangan keseimbangan selama pelaksanaan tes (mencapai titik maksimal dan

kembali pada posisi awal dengan cepat),

b. Mengangkat tumit pada kaki yang digunakan untuk tumpuan,

c. kaki yang menjangkau tidak mempertahankan kontak dengan indikator jarak

sementara indikator itu bergerak (misalnya indikator ditendang),

d. Indikator jarak digunakan untuk menjaga postur (misalnya menumpukan berat badan

pada indikator), atau

e. kehilangan keseimbangan terjadi selama kembali ke posisi awal setelah jarak telah

ditandai (Gonell et al., 2015).

Y balance test yang berasla dari star exercusion balance test merupakan lat ukur

yang valid dan dapat diandalkan untuk mengukur keseimbangan dinamis. Hasil tes

dinyatakan dalam persentase panjang tungkai (%LL). Nilai komposit yang disarankan

adalah 83,2 %LL – 87,5 %LL untuk wanita dan 92,1 %LL – 97,3

%LL untuk laki-laki (Alnahdi et al., 2015).


Berg Balance Scale

Tipe pengukuran:

Pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes

keseimbangan statis dan dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada kualitas

dan waktu yang diperlukan dalam melengkapi tes).

Alat yang dibutuhkan :

stopwatch, kursi dengan penyangga lengan, meja, obyek untuk dipungut dari lantai,

blok (step stool) dan penanda.

Waktu tes:

10 – 15 menit.

Prosedur tes

Pasien dinilai waktu melakukan hal-hal di bawah ini, sesuai dengan kriteria yang

dikembangkan oleh 

1. Duduk ke berdiri

2. Berdiri tak tersangga

3. Duduk tak tersangga

4. Berdiri ke duduk

5. Transfers
6. Berdiri dengan mata tertutup

7. Berdiri dengan kedua kaki rapat

8. Meraih ke depan dengan lengan terulur maksimal

9. Mengambil obyek dari lantai

10. Berbalik untuk melihat ke belakang

11. Berbalik 360 derajad

12. Menempatkan kaki bergantian ke blok (step stool)

13. Berdiri dengan satu kaki didepan kaki yang lain

14. Berdiri satu kaki

Keunggulan dan kelemahan:

–          Meliput banyak tes keseimbangan, khususnya tes fungsional baik statis maupun

dinamis.

–          Keterbatasan dalam menilai gangguan keseimbangan ringan-sedang.

      

  Step test

Tipe pengukuran :

pengukuran kecepatan saat bergerak dinamis naik turun satu trap dengan satu kaki.

Alat yang dibutuhkan :

stopwatch, blok setinggi 7,5 cm.

Waktu tes:
30 detik.

Prosedur tes :

Pasien berdiri tegak tak tersangga, sepatu dilepas, kedua kaki sejajar berjarak 5 cm di

belakang blok. Fisioterapis berdiri di salah satu sisi pasien dengan satu kaki diletakkan di

atas blok untuk stabilisasi blok. Pasien dipersilahkan memilih kaki yang mana yang

menapak ke atas blok dan kaki yang menyangga berat badan. Pasien diajarkan bahwa

kaki harus menapak sempurna pada blok dan kembali pada tempat semula juga dengan

sempurna dan ini dilakukan secepat mungkin. Tes dimulai saat pasien menyatakan siap

dengan aba-aba “mulai” dan stopwatch dihidupakan. Jumlah step dihitung 1 kali jika

pasien menapak pada blok dan kembali ke tempat semula. Tes diakhiri

saat stopwatch menunjukkan waktu 15 detik dengan aba-aba “stop” dan dicatat jumlah

step yang dilakukan pasien. Prosedur yang sama diulangi pada kaki satunya.

Analisa Tes Keseimbangan:

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan PreEx-perimental Design. Desain ini dikatakan sebagai

PreExperimental Design karena belum meru-pakaneksperimen sungguhsungguh karena

masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel

dependen.Rancangan ini berguna untuk men-dapatkan informasi awal terhadap pertanyaan

yang ada dalam penelitian.Rancangan yang dipergunakan adalah OneGroup Pre-test Post-

test Design (Satu Kelompok PratestPost test).Pada desain ini terdapat pretest sebelum
diberi perlakuan.Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena

dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sukardi, 2003)

Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terdiri dari 2 orang dan dibantu

oleh 3 orang siswa lain dari SMA N 1 UBUD. Obyek penelitian terdiri dari 3 yaitu

eksperimen terkait dengan: 1) Kelenturan (flexibility) dengan cara digelitik dan menari

Dengan gurita, 2) Keseimbangan (balance) dengan cara mengunyah permen karet, 3) Ke-

kuatan (strenght) dengan cara berputar 10 kali.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Alat perekam seperti video

dan kamera, untuk membuktikan secara langsung hasil penelitian, 2) Penggaris untuk

mengukur kelenturan tubuh, 3) Permen karet untuk perlakuan keseimbangan, 4) Penggaris

untuk mengukur kelenturan tubuh.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat dan merekam penelitian sebelum

diberikan perlakukan (pretest). Kemudian mencatat dan merekam penelitian setelah

diberikan perlakukan (posttest). Setelah itu dilakukan perbandingan antara hasil pretest

dari percobaan sebelum melakukan “secret method”dengan hasil percobaan sesudah

melakukan “secret method”.

Dalam eksperimen kami, untuk membuat tubuh menjadi lebih seimbang kami

menggunakan “Secret Method” dengan cara mengunyah permen karet. Adapun hasil dari

eksperimen ini sesuai dengan Tabel 4.3.


Tabel 4.3. Hasil eksperimen sebelum dan sesudah melakukan “Secret Method” dengan

cara mengunyah permen karet

Subyek Pretest Posttest


A Tubuh tidak Tubuh

seimbang seimbang
B Tubuh tidak Tubuh

seimbang seimbang
C Tubuh tidak Tubuh

seimbang seimbang
D Tubuh tidak Tubuh

seimbang seimbang
E Tubuh tidak Tubuh

seimbang seimbang

Sampel dari

eksperimen

sebelum dan Gambar 4.5

sesudah Sebelum Perlakuan


Gambar 4.6
melakukan
Setelah
“Secret
Perlakuan
Method”
Pertama seorang rekan kami melakukan gerakan tanpa diberikan perlakuan, gerakan

tersebut yaitu gerakan berputar ke arah kanan atau searah dengan arah jarum jam sebanyak

sepuluh kali, setelah berputar kemudian lari sepanjang lima meter jika sudah sampai di

garis finis kemudian diintruksikan untuk menguji keseimbangan tubuhnya dengan

mengangkat salah satu kaki dan merentangkan kedua tangan. Eksperimen pertama

dilakukan oleh Subyek A, terlebih dahulu melakukan gerakan berputar ke arah kanan

sebanyak sepuluh kali kemudian berlari sepanjang lima meter, dalam proses berlari

tersebut Subyek A merasakan pusing sehingga kemampuan berlarinya tidak seimbang.

Kemudian setelah diberi perlakuan dengan cara berputar ke arah kanan sambil mengunyah

permen karet kemudian berlari sepanjang 5 meter tubuh menjadi lebih seimbang dan rasa

pusing berkurang sehingga pada saat mencapai garis finis Subyek A dapat mengangkat

salah satu kakinya dan merentangkan tangannya. Dengan begitu Subyek A telah berhasil

membuktikan tubuhnya seimbang dengan menggunakan “Secret Method”. Begitu pula

yang dilakukan oleh subyek B, C, D dan E, hasilnya pun juga sama yaitu terjadi

peningkatan dalam keseimbangan tubuhnya. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat

mengunyah permen karet sambil berputar konsentrasi terbagi menjadi dua yaitu ke permen

karet dan putaran itu sendiri sehingga pada saat berlari rasa pusing berkurang dan tubuh

menjadi lebih seimbang.

Hal tersebut juga disetujui oleh narasumber kami, menurut narasumber kami, beliau

berpendapat bahwa keseimbangan tubuh dapat dilakukan dengan cara mengunyah

sesuatu saat melakukan suatu gerakan keseimbangan, hal tersebut disebabkan oleh fokus

seseorang dalam melakukan gerakan terbagi,yaitu fokus pada sesuatu yang diku-nyah

dan fokus pada gerakan yang dilakukan. Hal ini juga berkaitan dengan fisiologi
keseimbangan dimana untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang pada

saat bergerak dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian

tubuh lain bergerak. Beliau juga berpendapat bahwa ”keseimbangan tubuh kita juga

dikendalikan Batu Otolit yang ada di telinga yang dapat mengatur keseimbangan di

dalam tubuh”. Pada saat melakukan gerakan sambil mengunyah permen dapat

mengendalikan fokus pada kunyahan, sehingga tidak mengganggu kese-imbangan batu

otolit. Batu otolit ini meru-pakan bagian terpenting dalam ke-seimbangan tubuh, batu

otolit ini terdapat pada kedua telinga. Dari eksperimen yang tanpa menggunakan metode

mengunyah permen, subyek merasakan pusing, hal tersebut disebabkan karena batu

otolitnya terganggu.

Anda mungkin juga menyukai