Anda di halaman 1dari 20

SURVEILANS PENYAKIT MENULAR

HIV/AIDS

Dosen Pengampu : Ns. Ressa Andriyani Utami, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Nama Kelompok :

1. Aniva Putri Febrani (1921002)


2. Dinda Asri Pusparini (1921005)
3. Vina Kartika Apriani (1921019)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI KESEHATAN

STIKES RS HUSADA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ni dibuat untuk menambah pengetahuan mengenai
surveilans penyakit menular HIV/AIDS, sehingga kita dapat memahami sebuah
surveilans penyakit menular HIV/AIDS secara mendalam.

Penyusun melengkapi makalah ini dengan pendahuluan sebagai pembuka


yang menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan pembuatan
makalah. Pembahasan yang menjelaskan tentang surveilans penyakit menular
HIV/AIDS, serta pada bagian penutup berisi kesimpulan dan saran dari makalah
ini. Makalah ini kami juga melengkapi daftar pustaka sebagai referensi bahan
dalam penyusunan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan
penyusun terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

12 Desember 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................2

Daftar isi............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4

1.3 Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penyakit menular.......................................................................................6

2.2 Jenis-jenis penyakit menular.......................................................................................6

2.3 Surveilans penyakit menular.....................................................................................10

2.4 Langkah-langkah Surveilans.....................................................................................14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................19

3.2 Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Surveilans adalah langkah awal upaya untuk meningkatkan kesehatan


sebagaimana dalam kegiatan epidemiologi diawali dengan kegiatan surveilans.
Menurut Kementrian Kesehatan RI Surveilans merupakan rangkaian proses
pengamatan secara terus menerus sistematik dan berkesinambungan dalam
pengumpulan data, analisis atau interpretasi data kesehatan dalam upaya
menguraikan dan memantau suatu peristiwa kesehatan agar dapat ditemukan
solusi yang efektif dan efisien untuk menghadapi masalah kesehatan masyarakat.
Ruang lingkup surveilans epidemiologi meliputi penyakit menular, penyakit tidak
menular, kesehatan lingkungan dan perilaku, masalah kesehatan dan kesehatan
matra. 1.

Penyebab utama kematian di dunia adalah penyakit menular. Menurut


Kemenkes, 2013 munculnya penyakit baru dan munculnya kembali penyakit
menular yang lama dapat membuat Indonesia menanggung beban berlebih dalam
penanggulangan penyakit. Penyakit menular maupun gangguan kesehatan pada
manusia tidak terlepas dari faktor lingkungan. Hal ini dibuktikan dari tingginya
kejadian penyakit menular berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah
kesehatan terbesar di Indonesia, salah satunya disebabkan oleh virus HIV/AIDS.

Penyebaran HIV/AIDS saat ini berlangsung secara cepat. 90% pengidap


AIDS tidak menyadari mereka telah tertular virus HIV, karena masa inkubasi
penyakit ini tergolong lama maka dari itu penyakit ini sangat cepat menular dari
orang ke orang. Oleh karena itu, diperlukan analisis data, interpretasi data yang
didapat melalui kegiatan surveilans epidemiologi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari penyakit menular?


2. Apa saja jenis-jenis penyakit menular?

4
3. Jelaskan mengenai surveilans penyakit menular (communicable disease)

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian penyakit menular


2. Dapat engetahu jenis-jenis penyakit menular
3. Dapat mengetahui surveilans penyakit menular (communicable disease)

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Menurut Permenkes No. 82 Tahun 2014 pasal 1 tentang Penanggulangan


Penyakit Menular “Penyakit menular adalah penyakit yang dapat menular ke
manusia yang disebabkan oleh agen biologi, antara lain virus, bakteri, jamur dan
parasit.” Sedangkan Menurut ahli Notoatmodjo 2003 “Penyakit menular
merupakan penyakit yang ditularkan dari orang ke orang, baik perantara maupun
secara langsung. Transmisi infectius agent/produk toksinnya dari
seseorang/reservoir ke orang lain/susceptible host merupakan penyebab dari
penyakit menular.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit menular


merupakan penyakit yang dapat menular dari manusia ke manusia yang lainnya
yang disebabkan oleh agen biologis dan dapat ditularkan baik secara langsung
maupun tidak langsung (perantara).

2.2 Jenis Penyakit

1. INFLUENZA

Influenza atau yang lebih dikenal dengan flu adalah penyakit menular yang sudah
tidak asing bagi banyak orang. Penyakit ini banyak menyerang pada musim hujan
dan musim pancaroba (pergantian musim). Influenza ini disebabkan oleh virus.
Virus influenza merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan, seperti
hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Karena sulitnya sistem imun tubuh
mendeteksi virus influenza, maka tubuh cenderung lebih mudah terkena flu.
Bahkan tubuh dapat beberapa kali terkena flu dalam waktu yang berdekatan.

● Media Penularan

6
Flu dapat ditularkan melalui udara seperti batuk atau bersin, dapat ditularkan
melalui kontak kulit yaitu jabat tangan atau pelukan, dapat ditularkan melalui air
liur seperti berciuman atau minuman bersama, dan dapat juga ditularkan melalui
kontak dengan permukaan yang terkontaminasi seperti selimut atau pegangan
pintu. Maka jika kita berdekatan dengan orang yang sedang flu, kemungkinan kita
tertular flu sangatlah besar. Perantara udara adalah media penularan flu yang
paling cepat.

● Cara Pencegahan

Menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang virus. Misalnya dengan
makan teratur, istirahat yang cukup, minum air putih sesuai kebutuhan,
berolahraga, dan memiliki gaya hidup yang sehat. Selain itu, menjaga daya tahan
tubuh juga dapat juga didukung dengan asupan vitamin terutama Vitamin C yang
bisa didapatkan di buah-buahan maupun vitamin yang dijual di toko-toko.
Pencegahan lainnya adalah dengan menggunakan masker ditempat umum,
terutama bagi yang menderita influenza.

2. TUBERKOLOSIS (TBC)

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh


basil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri basil yang menginfeksi
adalah bakteri basil yang sangat kuat. Akibatnya, akan membutuhkan waktu yang
lama untuk mengobati penyakit ini. Bakteri ini 90% cenderung menginfeksi paru-
paru jika dibandingkan dengan organ-organ lainnya pada tubuh manusia. Penyakit
ini biasanya ditandai dengan batuk terus menerus.

● Media Penularan

TBC adalah penyakit yang menyerang pernapasan. Maka penularannya pun


melalui pernapasan. Berdekatan dengan penderita TBC dapat memungkinkan kita
untuk tertular. Selain itu, ketika penderita TBC batuk pun, bisa jadi itu merupakan
sarana penularan TBC.

7
Selain itu, penggunaan barang pribadi secara bergantian dengan penderita TBC
aktif, seperti gelas dan sendok pun dapat menjadi jembatan penularan TBC.

● Cara Pencegahan

Mengurangi kotak dengan penderita TBC aktif. Jika akan kontak pun, gunakanlah
masker untuk melindungi pernapasan kita. Serta hindari penggunaan barang
pribadi yang bergantian dengan penderita TBC aktif. Pemberian Vaksin BCG
(diberikan pada saat balita). Menjaga pola hidup yang baik dengan asupan
makanan yang bergizi dan olah raga teratur.

3. CACAR AIR

Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster yang
menimbulkan bintik kemerahan di kulit yang menggelembung maupun tidak,
melepuh, dan terasa gatal. Masa inkubasi virus penyebab cacar ini sekitar 2-3
minggu. Biasanya awal gejala ditandai dengan naiknya suhu tubuh.

● Cara Penularan

Cacar air dapat menular melalui kontak langsung dengan penderita. Seperti
berjabat tangan, atau bersentuhan langsung dengan gelembung bintik yang pecah.
Cacar air juga dapat menular melalui udara. Misalnya, saat penderita cacar
bernapas, bersin, atau batuk dan terhirup oleh udara ke arah kita, kita dapat
tertular cacar air. Melalui barang pribadi penderita, seperti pakaian.

● Cara Pencegahan

Melakukan vaksinasi cacar air Menjaga kebersihan diri sendiri, pakaian, dan
lingkungan , mengkonsumsi makanan bergizi dan menghindari sumber penularan
cacar air.

4. TIFUS

Tifus adalah penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri
salmonella.Biasanya ditandai dengan demam yang suhunya naik secara bertahap

8
hingga membuat penderita menggigil. Biasanya demam terjadi di malam hari dan
mereda, kemudian akan naik lagi di malam berikutnya. Gejala yang lain dapat
berupa sakit kepala, sakit di bagian perut, denyut jantung menurun, sampai
kehilangan nafsu makan.

● Media Penularan

Melalui makanan yang yang tidak sehat ataupun pembersihan yang tidak baik
sebelum bahan makanan tersebut dimakan, melalui tangan dan kuku yang tidak
bersih, melalui air yang digunakan untuk minum atau mencuci piring dan gelas
dan peralatan makan lainnya, melalui kulit karena bakteri ini dapat masuk lewat
kulit yang terkoyak akibat luka, dan tifus juga dapat menular melalui lingkungan
yang tidak bersih.

Cara Pencegahan

Memastikan kebersihan bahan makanan sebelum memasaknya, mencuci tangan


secara teratur terutama sebelum dan setelah makanan, membersihkan luka dan
segera mengobatinya, hindari jajan di pinggir jalan yang terlihat tidak higienis,
Menjaga daya tahan tubuh., Memakan makanan untuk penyakit tifus.

5. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno


Deficiency Syndorme)

HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya
memperlemah kekebalan tubuh manusia melawan infeksi dan penyakit. AIDS
adalah penyakit yang menyerang pada sel-sel darah putih yang bertugas untuk
membentuk kekebalan tubuh. Akibatnya, daya tahan tubuh menjadi merosot dan
sangat mudah dihinggapi berbagai macam penyakit. AIDS dapat menyebabkan
kematian.

● Media Penularan

9
Melalui hubungan seksual dengan penderita, melalui transfusi darah, penggunaan
jarum bekas penderita, dan ditularkan oleh ibu yang tengah mengandung pada
bayi yang dikandungnya.

● Cara Pencegahan

Hindari seks bebas, jangan berganti-ganti pasangan seksual, gunakan kondom


terutama untuk perilaku resiko tinggi jangan menjadi donor darah, dan
penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai.

2.3 Surveilans Penyakit Menular (Communicable Diseases)

Di dalam surveilans penyakit terdapat penyakit menular yang jenis- jenisnya


sudah di jelaskan sebelumnya. Dimana kita mengambil penyakit menular salah
satunya HIV/AIDS dimana penyakit ini belum ada obatnya dan belum
terselesaikan. Dalam upaya menguraikan dan memantau penyakit menular
HIV/AIDS di perlukan data, analisis maupun interpretasi data agar dapat
dilakukan penanggulangan yang efektif dan efisien dengan cara surveilans
epidemiologi. HIV/AIDS termasuk ke dalam jenis surveilans penyakit dan
surveilans masyarakat global.

a. Surveilans penyakit

HIV/AIDS salah satu yang termasuk ke dalam jenis surveilans penyakit


karena HIV/AIDS harus melakukan suatu pengawasan secara terus-menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, dengan
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan
penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi di dalam surveilans
penyakit ini lebih berfokus terhadap penyakitnya, bukan individunya.

b. Surveilans masyarakat global

Pada surveilans masyarakat global ini lebih ke kerja sama antar negara yang
dimana semua negara bekerja sama dalam menyelesaikan penyakit menular

10
baik dari negara maju maupun negara berkembang. Dengan begitu
memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara seperti, konsekuensinya
dan masalah- masalah yang dihadapi baik dari negara maju maupun negara
berkembang. Timbulnya epicdemi global khususnya untuk mengambangkan
jejaring yang terpadu di seluruh dunia,yang dapat menyatukan para praktisi
kesehatan, penelitian, pemerintah dan organisasi lainnya agar dapat
memperhatikan kebutuhan- kebutuhan surveilans yang melintas batas- batas
negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik
penyakit lama yang muncul kembali/ remerging diseases, maupun penyakit-
penyakit yang baru muncul/ newemerging diseases seperti HIV/AIDS, flu
burung dan SARS. agenda surveilans global yang komprehensif dapat
melibatkan aktor- aktor yang baru, termasuk pemangku kepentingan
pertahanan keamanan dan ekonomi.

Penyakit Human Immunodeficiency virus/ HIV merupakan virus yang


menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan
turunnya kekebalan tubuh manusia dan membuatnya lebih rentang terhadap
penyakit, sulit sembuh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik dan bisa
menyebabkan kematian (Depkes RI, 2012), sedangkan acquires
immunodeficiency syndrome/ AIDS adalah sekumpulan gejala yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat virus HIV(Depkes RI,
2012).

HIV/AIDS telah menjadi masalah global. Di dunia orang yang terkena


telah mencapai 35 juta orang hidup dengan HIV dan 19 juta orang yang belum
mengetahui status positif HIV (UNAIDS, 2014). Di bagian asia, sebagian besar
angka prevalensi HIV pada masyarakat umum masih rendah yaitu <1% kecuali di
Thailand dan juga di India utara (Kemkes, 2011). Pada tahun 2012, di Asia pasifik
diperkirakan terdapat 350.000 orang yang baru terinveksi HIV dan sekitaran
64% dari orang yang terinfeksi HIV adalah laki-laki (UNAID, 2013).

HIV/AIDS menjadi salah satu masalah besar di Indonesia karena


Indonesia menjadi negara yang urutan ke-5 yang paling beresiko terkena
HIV/AIDS di asia. Laporan kasus HIV/AIDS ini semakin meningkat di setiap

11
tahunnya sejak munculnya HIV/AIDS di tahun 1987. Peningkatan paling tertinggi
di tahun 2016 yang dibandingkan di tahun tahun sebelumnya sebesar 10.315
kasus. Berikut merupakan jumlah kasus HIV/AIDS yang sumbernya dari ditjen
pencegahan dan penanggulangan penyakit (p2p), data laporan pada tahun 2017
yang bersumber dari sistem informasi HIV/AIDS dan IMS (SIHA).

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa data HIV dari tahun ke tahun
cenderung meningkat sedangkan data AIDS cenderung relatif stabil. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa banyak orang yang teridentifikasi HIV namun belum masuk
pada stadium AIDS.

Case Fatality Rate merupakan jumlah kematian (dalam persen)


dibandingkan jumlah kasus dalam suatu penyakit tertentu. CFR AIDS di
Indonesia pada tahun 2001 menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan
tahun 2000, kemudian naik kembali tahun 2004, selanjutnya sampai september
2017 menunjukkan penurunan. Hal ini membuktikan bahwa pengobatan yang
dilakukan telah berhasil guna menurunkan angka kematian akibat AIDS.

12
Menurut Kemenkes 2013, tes darah merupakan satu-satunya cara untuk
mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak. Tes HIV merupakan
prasyarat penegakan diagnosis menghubungkan orang dengan HIV/AIDS dengan
perawatan maupun pencegahan secara lebih dini. Dengan diagnosis yang telah
ditegakkan, maka akses terapi dapat dimulai.

Tes dan konseling HIV akan mendorong seseorang maupun pasangan


untuk mengambil langkah pencegahan penularan infeksi HIV. Prinsip dasar tes
HIV dan konseling adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui status HIV Positif secara dini akan memaksimalkan


kesempatan orang dengan HIV/AIDS menjangkau pengobatan, sehingga
akan mengurangi kejadian terkait HIV dan menjauhkan dari kematian,
serta dapat mencegah terjadinya penularan dari pasangan seksual atau dari
ibu ke bayinya.
2. Pengobatan yang efektif akan mengurangi hingga 96% kemungkinan
seseorang dengan HIV akan menularkan kepada pasangan seksualnya

13
3. Bila status HIV Negatif maka dapat mempertahankan diri agar tetap
negatif melalui upaya pencegahan seperti: perilaku seksual yang aman,
penggunaan kondom, mengurangi pasangan seksual (Kemenkes, 2010)

Tes HIV di Indonesia saat ini masih bersifat “voluntary”. Namun,


walaupun telah dilakukan berbagai macam penyuluhan mengenai HIV/AIDS,
jumlah penduduk yang telah melakukan tes HIV masih tergolong rendah. Banyak
yang tidak menyadari bahwa HIV mengancam kita semua, sehingga beberapa
orang merasa tidak berperilaku berisiko tertular HIV dan tidak menganggap perlu
melakukan tes HIV karena yakin mereka pasti negatif. Hambatan untuk
melakukan tes HIV ini takut akan hasilnya positif yang bisa menyebabkan
penolakan oleh calon pasangan seksual yang percaya bahwa diri mereka negatif,
selain itu keberatan terhadap waktu untuk menunggu di klinik juga dapat
menghambat untuk melakukan tes HIV.

2.4 Langkah-langkah Surveilans

1. Tujuan
a. Untuk mengetahui prevalensi penderita HIV/AIDS
b. Untuk mengetahui faktor risiko HIV/AIDS

14
c. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi narkoba dengan
HIV/AIDS

2. Definisi Kasus

HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang


selanjutnya memperlemah kekebalan tubuh manusia melawan infeksi dan
penyakit. AIDS adalah penyakit yang menyerang pada sel-sel darah putih
yang bertugas untuk membentuk kekebalan tubuh. Akibatnya, daya tahan
tubuh menjadi merosot dan sangat mudah dihinggapi berbagai macam
penyakit. AIDS dapat menyebabkan kematian.

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang


menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome adalah sekelompok gejala penyakit yang timbul karena
turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (menurut
kemenkes).

3. Sistem Pengumpulan Data

Menyebarkan menggunakan instrumen terhadap seluruh narapidana kasus


narkoba sebanyak 203 orang dan yang menggunakan sampel sebanyak 65
orang dengan metode simple random sampling

4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen untuk pengumpulan data yaitu kuesioner penelitian, kemudian


dianalisis menggunakan teknik analisis uji Chi-Square

5. Uji metode di lapangan

Menggunakan uji validitas karena mengukur pengetahuan dan sikap


narapidana terhadap tindakan beresiko HIV/AIDS

6. Analisis Data

Analisis data yang ini didapatkan melalui jurnal terkait penularan


HIV/AIDS. Analisis ini menggunakan metode kualitatif karena penelitian

15
ini menggunakan data statistik dan dapat dianalisis selama proses
penelitian berlangsung. Analisis yang digunakan yaitu univariat dilakukan
untuk melihat distribusi karakteristik responden yang terdiri atas distribusi
usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, usia, dan perilaku berisiko
HIV/AIDS, pengetahuan tentang HIV/AIDS, sikap terhadap pencegahan

HIV/AIDS.

Dapat dilihat pada tabel sebanyak 33 responden (50,7%) memiliki


pengetahuan yang cukup sedangkan 25 responden (38,4%) memiliki
pengetahuan yang baik dan 7 responden (10,7%) memiliki pengetahuan yang
kurang. Dapat diketahui sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS sebanyak 36
responden (55,4%) memiliki sikap mendukung dan 29 responden (44,6%)
memiliki sikap kurang mendukung. Dapat diketahui perilaku penularan HIV/

16
AIDS rendah sebanyak 44 responden (67,7%) dan memiliki resiko tinggi
sebanyak 21 responden (23,3%). Analisis pengetahuan tentang HIV/AIDS
ditemukan bahwa narapidana memiliki pemahaman yang cukup mengenai
informasi dan penyebab HIV. Pengetahuan mengenai pencegahan HIV 66,1%
narapidana menjawab dengan benar, 78,5% narapidana menjawab benar
mengenai pemberian edukasi yang bisa dilakukan di lapas, dan 64,6%
narapidana menjawab dengan benar mengenai program pencegahan HIV yang
dilaksanakan di lapas, serta 63,1% narapidana menjawab dengan benar
mengenai pencegahan HIV/AIDS pada penasun. Sikap narapidana terhadap
pencegahan HIV/AIDS 55,5% narapidana memiliki sikap yang mendukung.

Selain itu, analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat


hubungan antara tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dan sikap terhadap
pencegahan HIV/AIDS dengan perilaku berisiko HIV/AIDS. Berdasarkan uji
chi-square pada gambar di bawah ini didapatkan data sebagai berikut.

Didapatkan nilai p=0,013 yang berarti adanya hubungan yang sesuai


antara perilaku berisiko HIV/AIDS dengan pengetahuan narapidana tentang
HIV/AIDS. Dapat dilihat juga bahwa nilai rasio prevalence (RP) sebesar 3,75
dengan (RP = 3,75; CI = 1,22-11,4) artinya terdapat risiko 3,75 kali lebih
besar pada responden yang kurang memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS
untuk melakukan perilaku berisiko penularan HIV/AIDS. Gambar dibawah ini

17
menunjukkan bahwa analisis bivariat menggunakan uji chi-square
memperoleh hasil sebagai berikut.

Hasil yang dapatkan bahwa nilai p=0,256 pada tingkat kepercayaan 5%


sehingga Ho diterima, karena nilai p=0,256 (p>0,05) artinya tidak ada
hubungan yang sesuai antara perilaku berisiko penularan HIV/AIDS dengan
sikap narapidana terhadap pencegahan HIV/AIDS. Pencegahan HIV/AIDS
dengan kategori kurang mendukung sebesar 41,3% dan memiliki resiko tinggi
sedangkan 58,7% memiliki risiko rendah. Selain itu, pencegahan HIV/AIDS
dengan kategori mendukung sebesar 25% yang memiliki resiko tinggi
sedangkan 75% memiliki risiko rendah.

Dapat disimpulkan responden yang memiliki sikap mendukung dan kurang


mendukung prosentasenya hampir mendekati dengan perilaku berisiko tinggi.
Maka dari itu, tidak adanya perbedaan antara sikap mendukung dan kurang
mendukung terhadap pencegahan HIV/AIDS.

7. Mekanisme Diseminasi

Mekanisme Diseminasi yang dilakukan adalah dengan melalui seminar dalam


bentuk penyuluhan, mekanisme ini dipilih karena dapat menanggulangi
HIV/AIDS secara dini kepada informan dan dapat memberikan pengetahuan
sehingga dapat berkurangnya risiko penularan terhadap HIV/AIDS.

8. Metode Evaluasi

Diharapkan dalam penelitian ini diadakan penyuluhan HIV/AIDS dan Napza


secara rutin dan rata kepada semua narapidana, selain itu meningkatkan
kegiatan penanggulangan untuk HIV/AIDS terutama pada masuknya
narapidana baru. Untuk warga binaan pemasyarakatan diharapkan mengikuti
kegiatan VCT (Voluntary Counselling and Testing) dan skrining kesehatan
maupun mengikuti penyuluhan maupun sosialisasi yang diadakan lapas untuk
meningkatkan pengetahuan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,


atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular sering
disebut juga penyakit infeksi, karena penyakit ini diderita melalui infeksi virus,
bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media, seperti udara,
jarum suntik, transfusi darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya.
Salah satu contoh penyakit menular adalah HIV/AIDS. Untuk menanggulangi
penyakit menular terutama penyakit HIV/AIDS dapat dilakukan kegiatan
surveilans epidemiologi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh apa
perkembangan penyakit menular tersebut. Perilaku yang berisiko tinggi
HIV/AIDS masih ditemukan pada narapidana kasus narkoba. Ditemukan pada
responden yang memiliki sikap mendukung dan kurang mendukung
prosentasenya hampir mendekati dengan perilaku berisiko tinggi. Maka dari itu,
tidak adanya perbedaan antara sikap mendukung dan kurang mendukung terhadap
pencegahan HIV/AIDS.

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa kesehatan kita harus memberikan edukasi kepada


remaja mengenai HIV/AIDS dan menghimbau agar tidak melakukan seks bebas,
terutama bagi yang menggunakan narkoba karena hal ini dapat menyebabkan
penyakit menular seksual. Pemberian edukasi bisa melalui seminar penyuluhan
kepada informan. Diharapkan pada sikap narapidana kasus narkoba ini segera
ditangani dengan baik dan diberikan penyuluhan agar pengetahuan tentang risiko
penularan HIV/AIDS bisa dilakukan pencegahan secepatnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-HIV-AIDS-2018.pdf

https://osf.io/5bqvw/download/?format=pdf#:~:text=Menurut%20para%20ahli
%2C%20penyakit%20menular,atau%20melalui%20perantara%2Fpenghubung

https://www.jpkmsuryasumirat.com/index.php/berita/artikel/107-30-jenis-
penyakit-menular-penyebab-dan-pencegahannya

Jurnal of Health Education “Analisis Pengetahuan dan Sikap Narapidana Kasus


Narkoba Terhadap Perilaku Berisiko Penularan HIV/AIDS”
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/view/18816/8952

https://www.kemkes.go.id/article/view/17010600004/situasi-hiv-aids-di-
indonesia.html

20

Anda mungkin juga menyukai