Studi Penentuan Lokasi Dengan Metode Ahp
Studi Penentuan Lokasi Dengan Metode Ahp
PENDAHULUAN
Mata kuliah kerja praktek ini dapat dijadikan salah satu cara untuk
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman
praktek di lapangan dengan melihat, mengamati, membandingkan, menganalisis,
serta menerapkan materi yang diperoleh dari bangku perkuliahan yang didapat
dengan membandingkan keaadan yang sebenarnya terjadi di masyarakat.
Dengan Kerja praktek inilah, mahasiswa dituntut untuk dapat mengerti dan
memahami pekerjaan di lapangan. Seluruh mahasiswa tidak hanya dituntut untuk
memiliki ilmu pengetahuan di bidang perencanaan kota dan wilayah semata,
namun yang lebih penting adalah mahasiswa memiliki keterampilan dan
kemampuan untuk menerapkan ilmu yang dimilikinya, karena tidak menutup
kemungkinan bahwa teori yang diterimanya dari bangku kuliah berbeda dengan
masalah yang dihadapi dilapangan nantinya. Oleh karena itu, dengan
dilaksanakanya kegiatan Kerja Praktek, diharapkan calon sarjana memiliki bekal
untuk dapat terjun langsung dalam dunia kerja di bidang perencanaann wilayah
dan kota.
1
dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada pekerjaan tersebut. Banyak
dari mahasiswa yang menjadi praktikan namun belum mampu beradaptasi dengan
dunia kerja serta belum bisa berkontribusi sesuai dengan bidang yang menjadi
minat serta kemampuan akademik. Sehingga praktikan harus bisa bekerja sesuai
dengan tugas dan materi pekuliahan yang sudah didapatkan.
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Kerja Praktek ini bagi mahasiswa
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Pasundan yaitu sebagai
sarana dalam memberikan pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu
pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan berbagai persolaan teknis
yang muncul di lapangan. Selain itu untuk memenuhi beban satuan kredit
semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai persyaratan akademis di Program
Studi Perencanaan Wilayah dan Kotam Universitas Pasundan.
1.4. Sasaran
Dalam upaya Pencapaian tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
sasaran yang harus dicapai adalah sebagia berikut :
2
1.5. Manfaat
1.6. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dalam laporan kerja praktek ini yaitu terdiri atas
ruang lingkup kegiatan dan ruang lingkup pekerjaan. Adapun untuk lebih jelasnya
adalah sebagai berikut :
3
7. Peraturan Mentri Perhubungan No 36 Tahun 2011 Perpotongan Dan/Atau
Persinggungan Jalan Kereta Dengan Bangunan Lain.
8. Peratutan Mentri Perhubungan No 60 Tahun 2012 Persyratan Teknis Jalan
Kereta Api.
4
Gamber 1. 1 Peta Rencana Lokasi Pengembangan
1 Pekerjaan persiapan,
2 Pengumpulan data sekunder,
3 Survey pendahuluan
4 Melakukan studi penentuan lokasi
5 Melakukan kajian lokasi terpilih
6 Melakukan kajian finansial
7 penyusunan preliminary design pengembangan, dan penyipan
dokumen tender
8 Pembuatan laporan-laporan mengenai kajian pengembangan.
9 Pembuatan gambar-gambar, untuk melengkapi laporan
5
1.7. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah memahami laporan ini, maka rencana panulisan
laporan ini akan disusun dengan sistematika penyusunan laporan kerja praktek.
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
kerja praktek, lokasi dan waktu pelaksanaan, nama dan peran praktikan, jadwal
pelaksanaan, dan penyusunan laporan kerja praktek.
6
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
7
8. Manajemen konstruksi untuk bangunan dan infrastruktur
B. Pengembangan Energi
a) PLTMH, PLTM dan PLTA
b) PLTP, PLTU, PLTD, PLTG/U
c) Pengembangan energi matahari (photovoltaic)
d) Pengembangan Energi Alternatif
D. Studi Lingkungan
a. Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
b. Penyususunan Rencana Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan (RKL & RPL)
c. Penyususunan Upaya Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan (UKL & UPL)
d. Penyusunan neraca lingkungan
e. Penyusunan Andal regional.
Jenis layanan yang distudi:
Explorasi Minyak dan Gas Pembangkit Listrik Tenaga Air
Limbah Industri Pengembangan Pertanian
Konstruksi Pengembangan Irigasi Konstruksi Infrastruktur
Lainnya
8
e. Perencanaan, pengembangan & pengawasan konstruksi sistem sarana &
prasarana budidaya perikanan.
f. Pengembangan pelabuhan perikanan dan tambak
F. Teknologi Informasi
a. Penyusunan & pengembangan data base/sistem informasi dan monitoring
manajemen dan aplikasi komputer lainnya.
b. Computer modelling dalam bidang-bidang sistem penyediaan air bersih,
pengelolaan sumber air, airtanah, struktur bangunan
c. Penyusunan managemen information system dan geographic information system
d. Penyusunan data base untuk berbagai bidang keperluan
G. Perencanaan Rinci
a. Pengendalian banjirp. Rawa, danau, situ-situ, embung,
perkotaan/perdesaan Bendung dan bendungan
b. Pengendalian sedimen q. Sarana perhubungan darat dan
c. Pengamanan pantai teknik jalan kereta api
d. Irigasi perikanan r.Sarana perhubungan udara, teknik
e. PLTMH, PLTM dan PLTA lapangan terbang
f. Jalan dan jembatan s.Bangunan gedung dan gedung
g. Air bersih dan limbahdan bertingkat tinggi
Persampahan t. Bangunan perumahan dan fasilitas
h. Perkampungan dan pasar infrastruktur
i. Sarana dan prasarana budidaya
j. Pelabuhan perikanan dan tambak
k. Pencetakan sawah
l. Drainase perkotaan
9
H. Survey dan Investigasi
a) Survey dan pemetaan terrestrial dan fotogrametri
b) Survey dan pemetaan hydro-oceanography dan pemetaan digital
c) Survey staking-out.
d) Pemboran inti dan interpretasi, pelaksanaan grouting
e) Analisa/evaluasi geologi teknik, geoteknik dan geologi struktur
f) Penyelidikan geolistrik dan pemboran eksplorasi
g) Penyelidikan seismik dan Interpretasinya
h) Pemetaan hidrogeologi dan geologi regional
i) Pelaksanaan dan/ atau pengawasan instrumentasi geoteknik
j) Pengamatan instabilitas struktur bangunan
k) Perencanaan, pelaksanaan dan/ atau pengawasan konstruksi sumur dalam.
Desain rinci konstruksi yang ada pada umumnya berupa pedoman dasar perencanaan
rinci dan petunjuk pelak-sanaan, perhitungan statis dan dinamis, penggambaran rinci,
perencanaan dan pengawasan proyek. Pengawasan kualitas dan supervisi konstruksi dalam
bentuk kontrol kualitas, administrasi kontrak dan pengawasan harga, value engineering serta
layanan supervisi teknis.
Survey dan investigasi dalam bidang soil, topografi, hidrografi, geologi, konsep
perencanaan dan pengembangan, analisa pemasaran. Proses pelelangan dan penyelesaian
dokumen kontrak yang terutama terdiri atas spesifikasi teknis, perkiraan volume dan harga
pekerjaan. Evaluasi tender dan perbandingan proposal serta rekomendasi penyusunan dan
penjabaran dokumen kontrak. Studi kelayakan dan perencanaan awal dalam bidang ketena-
gaan, sumberdaya alam dan lain-lain. Pengawasan dan penyusunan organisasi personalia,
pelatihan, rencana urutan kegiatan, pengadaan bahan pengelolaan dan perawatan.
10
2.1.2. Data Pokok Perusahaan
Adapun data pokok perusahaan adalah sebagai berikut :
A. Nama Perusahaan
PT KWARSA HEXAGON
B. Domisili Perusahaan
Jalan Rancabolang No. 36 Bandung 40286 – Indonesia
Telpon : (022) 7562107 - (022) 7562108 - (022) 7505979
Fax : (022) 7502183
Email : Bandung@kwarsahexagon.co.id
Wed Site : www.kwarsahexagon.co.id
C. Akte Perusahaan
Nomor Akta satu : (1)
Tanggal : 1 Juli 1982
Notaris : M. Peggy Natanael, SH
D. Akte Perubahan Terakhir
Nomor Akta : seratus dua puluh enam (126)
Tanggal : 30 Mei 2017
Notaris : Diana Dewi, SH
E. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor : 01.216.288.9-441.000
Tanggal : 07 April 2008
F. Sertifikat ISO 9001 : 2008 – SGS
Nomor : ID03/0193
Tanggal : 14 Agustus 2012
Masa Berlaku : 14 Agustus 2018
G. Sertifikat BS OHSAS 18001 : 2007 – TÜVRheinland
Nomor : 01 113 1533339
Tanggal : 14 Mei 2018
Masa Berlaku : 05 Mei 2021
11
H. Sertifikat Badan Usaha Jasa Konsultan Konstruksi
Nomor : 1-3273-02-008-1-10-086834
Tanggal : 21 November 2017
Masa Berlaku : 20 November 2020
I. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi
Nomor : 1-3274-086834-1-0019
Tanggal : 21 Februari 2018
Masa Berlaku : 10 Maret 2021
J. Surat Keterangan Domisili Perusahaan
Nomor : 503/028/SKJ/IX/1990
Tanggal : 25 September 1990
K. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas
Nomor : 101117400705
Tanggal : 20 April 2016
Masa Berlaku : 24 April 2021
L. Kartu Heregistrasi Perusahaan
Nomor : 0054/IG-HERR/II/2018/DPMPTSP
Tanggal : 15 Februari 2018
Masa Berlaku : 4 Maret 2021
M. BANK
BANK MANDIRI Cabang Bandung Siliwangi
BANK NIAGA Jalan Lembong Bandung
12
2.1.3. Susunan Pengurus Perusahaan
A. Pimpinan Perusahaan
PT KWARSA HEXAGON dikelola oleh seorang Direktur Utama, dua (2) Direktur,
satu (1) Deputi Direktur, enam belas (16) Kepala Divisi. Susunan pengurus PT KWARSA
HEXAGON selengkapnya adalah sebagai berikut :
1. Direktur Utama : Ir Yoyok Sukari, MBA
2. Direktur :
3. Direktur Keuangan : Sumarjono, SE, MM
4. Deputi Direktur : Drs. Agoes Bhakti
B. Kepala Divisi
1. Keuangan : Abdul Azid, SE
2. Pengembangan SDM : Dra. Susy Yulianti Lydia
3. Fasilitas dan Utility : Mella Aulia, ST, MT
4. Akuntansi & Elect. Data Processing : M. Irman Riswan, SE
5. Investigasi Geoteknik dan Geofisik : Turyadi, ST
6. Investigasi Hidrologi & Hidrogeologi : Meru Condro Wiguno, ST, MPSDA
7. Survey Topografi & Pengemb GIS : Maryodi, ST
8. Pengemb Science, Tech. & Comp.-1 : RM Daryanto, ST
9. Pengemb Energi & Pertambangan : Apip Nuryadi, ST
10. Pengemb Pertanian dan SDA : Yudi Wachyudiana, ST, MT
11. Transportasi dan Struktur : Ir. M. Gunawan Budisusila
12. Pengemb Science, Tech. & Comp.-2 : Yazid Sungkar, ST
13. Air Bersih dan Sanitasi : Budhi Darmawan, ST
14. Perkotaan dan Wilayah : Ir. Chairul Fatah K
15. Analisa Dampak Lingkungan : Nurlaela, S.Si
16. Pengemb Science, Tech. & Comp.-3 : Prim Hardyto, ST, MT
13
3. Kepala Divisi : 16
4. Staf Tenaga Ahli dan Asisten Tenaga Ahli : 150
5. Staf Administrasi dan Keuangan : 52
6. Staf Teknis dan Penunjang : 90
Struktur organisasi KWARSA HEXAGON secara umum disajikan pada Gambar 2.1
14
ORGANIZATION STRUCTURE
BOARD OF COMMISSIONERS
PRESIDENT
DIRECTOR
ADVISOR
DIRECTORATE
DIRECTORATE
DIRECTORATE DIRECTORATE OF ENERGY, WATER
OF RURAL , URBAN
OF CORPORATE OF SITE INVESTIGATION RESOURCES &
AND REGIONAL
ADMINISTRATION SERVICES TRANSPORTATION
DEVEL OPMENT
DEVELOPMENT
DIVISION DIVISION
DIVISION
DIVISION OF GEOTECHNICAL OF WATER SUPPL Y
AND GEOPHYSICAL OF ENERGY & MINING AND SANITATION
OF FINANCE DEVELOPMENT
INVESTIGATION DEVEL OPMENT
DIVISION DIVISION
DIVISION DIVISION
OF HYDROL OGY FORESTRY AND
OF HUMAN RESOURCES OF RURAL , URBAN AND
AND HYDROGEOLOGY AGRICUL TURE
DEVELOPMENT REGIONAL PL ANNING
INVESTIGATION DEVELOPMENT
DIVISION
DIVISION DIVISION DIVISION
OF TRANSPORTATION
OF COMPANY FACILITY OF TOPOGRAPHY & GIS OF ENVIRONMENTAL
AND STRUCTURE
AND UTILITY DEVELOPMENT ASSESSMENT STUDIES
DEVELOPMENT
S E N I O R S T A F F
15
2.2. Kedudukan Praktikan
2.2.1. Kedudukan Praktikan dalam Tugas
Kedudukan praktikan dalam kegiatan proyek adalah sebagai asisten
pembantu dalam pengerjaan proyek Studi Pemngembangan Angkutan
Batubara Kereta Api & Pelabuhan Ke Arah Utara (Sumatra Selatan)
Dengan Kapasitas 10 Juta Ton/Tahun.
1. Sebagai asisten tenaga ahli yang bertugas membantu pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga ahli tersebut.
2. Adapun kegiatan yang dilakukan praktikan dalam kegiatan proyek adalah
sebagai asisten pembantu dalam pengerjaan proyek Studi Pemngembangan
Angkutan Batubara Kereta Api & Pelabuhan Ke Arah Utara (Sumatra
Selatan) Dengan Kapasitas 10 Juta Ton/Tahun oleh PT. KWARSA
HEXAGON adalah menentukan lokasi alternatif yang efefktif dan efisien :
a) Mengkompilasikan data – data yang telah diperoleh dari survey primer
dan survey sekunder yang telah dilakukan oleh surveyor
b) Melakukan analisis dengan dilakukan bersama dengan tim ahli maupun
asisten tim ahli.
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
17
Angkutan tranportasi darat hingga saat ini dikembangkan dalam 2 jenis
moda angkutan, yaitu angkutan jalan raya dan moda angkutan jalan rel/kereta api.
Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarna dan
sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan dan prosedur untuk
penyelenggaraan tranportasi kereta api. (UU No. 23, 2007)
Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang atau barang dari
suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. (Keputusan Mentri
Perhubungan tentang Jalan Kereta Api No. 52, 2000)
Pada awalnya istilah kereta api yang dikenal di Indonesia mucul karena
pada masa lalu bahan bakar yang digunakan adalah batu bara atau kayu, sehingga
pada saat kereta berjalan mengeluarkan kepulan asap dari cerobong selain itu
terbawa pula percikan api yang cukup banyak. (Warpani, 1990)
Istilah kereta api saat ini masih tetap digunakan, meskipun kereta api
sekarang sudah lebih maju dan tidak lagi menggunakan bahan bkar berupa batu
bara atau kayu yang mengeluarkan api dari cerobong asap.
18
3. Kereta api luar biasa, adalah kereta api yang perjalannanya tidak tertulis di
dalam grafik perjalann kereta api dan tidak tertulis didalam daftar waktu
tatapi ditetapkan menurut keperluan.
19
1. Lokomotif BB
Lokomotif ini berarti beban tertumpu oleh dua bogie yang masing-masing
bogie terdiri dua gandar, satu gandar disini terdiri dari dua roda yang saling
tersandung
20
Gambar 3. 2 Lokomotif tipe CC 206 15 10 dan CC 206 15 15
B. Kereta dan Gerbong
Pengertian dari kereta sendiri adalah kendaraan yang sebagian atau
seluruhnya dipergunakan untuk mengangkut penumpang dan barang. Gerbong
adalah kendaraan yang khusus dipergunakan untuk mengangkut barang dan atau
binatang. Terdapat tiga gerbong yang banyak dipakai yaitu gerbong tertutup,
tangki dan datar.
21
Fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang melengkapi
penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan kemudahan serta
kenyamanan bagi pengguna jasa angkutan kereta api.
Jalan Kereta Api, yaitu jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel
dimana jalan rel adalah suatu kesatuan kontruksi yang terbuat dari baja, beton dan
kontruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah dan di atas tanah atau
bergantung berserta perangkatnya.
22
Untuk jalan kereta I dan jalan kereta kelas II/1 disebut sebagai lintas raya.
Sedangkan unutk jalan kereta api II/2 dan jalan api kelas II/3 disebut lintas
cabang. Selain dibedakan oleh puncak kecepatannya, jalan kereta api juga
dibedakan oleh jumlah track pada lintasannya :
a. Single track, jalan kereta api yang terdiri dari satu track pada lintasannya.
b. Double track, jalan kereta api yang terdiri dari dua track pada lintasannya.
c. Multi track, jalan kereta api yang terdiri dari tiga atau lebih track pada
lintasannya.
23
3.3.1 Tahapan Analytical Hierarchy Process
Dalam suatu teori yang gunakan dalam suatu analisis tentu memiliki
beberapa tahapan-tahapan yang membuat analisis lebih terstruktur dan terukur
dalam mengambil suatu kesimpulan, Langkah-langkah dalam metode Analiytic
Hierarchy Process adalah sebagai berikut :
24
TAHAP 8. Memeriksa konsitensi hierarki, jika nilainya lebih besar dari 10%,
maka kualitas data judgement harus diperbaiki.
1. Hierarchy memberikan informasi yang lengkap dan jelas atas struktur dan
fungsi dari sistem dalam tingkatan lebih rendah dan memberikan gamabaran
faktor-faktor apa yang berpengaruh terhapa tujuan-tujuan pada tingkatan yang
lebih atas. Pembatansan-pembatasan dari elemen-elemen pada tingkatan
berikutnya yang lebih atas dari elemen tersebut.
2. Penganalisaan dengan AHP lebih efisien dari pada analisis secara keseluruhan
dengan metode konvesional.
3. Stabil dan fleksibel, stabil dalam hal perubahan yang kecil akan menghasilkan
pengaruh yang kecil pula, fleksibel dalam hal penmbahan terhadap struktur
hierarki tidak akan merusak atau mengacaukan performasi hierarki secara
keseluruhan.
4. AHP dapat mempertimbangkan prioritas relatif masing-masing faktor yang
terdapat pada sistem sehingga orang mampi memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
25
B. Kekurangan Metode AHP
Metode AHP ini hanya metode matematis. Tanpa ada penguji scara
statistik bedasarkan data historis permasalahan yang telah terjadi sebelumnya,
sehingga tidak ada batas kepercayaan dan informasi pendukung yang kuat dari
kebenaran model yang terbentuk
26
BAB IV
METODOLOGI
27
28
4.1.1. Metode Pengumpulan data
Metode Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu :
A. Pengumpulan Data Primer
1. Observasi
Observasi merupakan cara mendasar dalam mencari tahu tentang sesuatu
yang ada di sekitar kita. Kegiatan yang di lakukan dalam studi yaitu melakukan
pengumpulan beberapa data yang berguna menjadi kriteria mendasar dalam
pengunaan metode AHP, data didapatkan dari berbagasi sumber.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka merupakan teknik dalam mengumpulkan data dengan cara
studi penelahaan terhadap buku-buku, literatur dan laporan yang berkaitan dengan
29
masalah yang akan dipecahkan. Studi pustaka yang dilakukan selama melakukan
penelitian berupa peta menggunakan ArcGis dengan mengimplementasikan
metode AHP sebagai penentu jalur alternatif.
c. Pengukuran Topografi
30
Gambar 4.2 Diagram Alir Pengerjaan Studi
31
Peranan praktikan dalam kegiatan proyek adalah sebagai asisten pembantu
dalam pengerjaan proyek Studi Pemngembangan Angkutan Batubara Kereta
Api & Pelabuhan Ke Arah Utara (Sumatra Selatan) Dengan Kapasitas 10
Juta Ton/Tahun.
1 Rapat Internal
2 Rapat Eksternal
Penyusunan
3 Rencana Kerja
4 Survey Lapangan
5 Kompilasi Data
6 Analisis Data
Evaluasi Pra-
7 Implementasi
8 Penyusunan Konsep
32
4.3. Metode Analisis
A. Model Hirarkikal
Struktur model AHP membagi masalah dalam sederhana yang mewakili
tingkat berbeda dalam struktur hirarkikal. Dekomposisi dilaksanakan dari atas ke
bawah, mulai dari tujuan, kriteria, alternatif akhir. Struktur model penelitian ini
dibagi dalam 3 bagian yaitu tujuan, kriteria dan alternatif. Struktur model AHP
penlitian di tunjukan dalam gambar 4.3
B. Perbandingan berpasangan
Perbandingan berpasangan memberikan nilai tiap kluster unutk mengukur
kepetingan tiap tingkat dalam hirarki. Tiap elemen tunggal dieveulasi
menggunakan perbandingan berpasangan. Perbandingan dibuat pada 9 titik skala,
yang disebut “Fundamental scale of saaty” yang ditunjukan dalam tabel 2 dan 3.
33
Pertimbangan numerik didirikan pada tiap tingkatan hirarki sehingga membentuk
berpasangan. N merupakan sejumlah kriteria dalam tingkatan hirarki tertentu, m
merupakan sejumlah alternatif, oleh karena itu ada n matrik dengan m kolom
dalam tingkatan itu yang di tunjukan tabel 3. Semua matrik berpasangan
mempunyai 2 sifat dasar yaitu diagonal utama bernilai 1 (tiap kriteria
dibandingkan dengan dirinya sendiri) dan matrik kebalikan ((iajb = 1/(ibja); kcld
= 1/(kdlc)).
Nilai Penjelasan
1 Dua Faktor sama pentingnya
3 satu faktor sedikit lebih panting
5 Satu faktor kuat lebih penting
7 Satu faktorsangat kuat lebih penting
9 Satu faktor mutlak lebih penting
2,4,6,8 Nilai lanjutan
a,b=(1,2,3,….n= Jumlah Kriteria)B
c,d=(1,2,3,….n= Jumlah alternatif)
Kriteria
i/j 1 2 3 4 …….. N
1 1 i1j2 i1j3 i1j4 …….. i1jn
2 i2j1 1 i2j4 …….. i2jn
Krteria
Kriteria
k/l
1 2 3 4 …….. N
1 1 k1l2 k1l3 k1l4 …….. k1ln
Kriteria
34
……. ……. ……. ……. ……. …….. …….
N knl1 knl2 knl3 knl4 …….. Knln
C. Analisis Sensitivitas
Data masukan sedikit dimodifikasi dalam rangka mengamati dampak pada
hasil. Jika urutan tidak berubah maka hasil dikatakan tegap atau kuat. Analisis
sensitivitas terbaik dilakukan dengan hubungan interaktif secara grafik. EC
menyediakan analisis sensitivitas yang berlainan dimana perbedaan utama itu
perwakilan berbagai grafik
35
Analasis Recana Pola Ruang ialah memebandingkan antara Rencana Pola
Ruang Provinsi Sumatra Selatan dengan jalur alternatif. Pada penilaian Rencana
Pola ruang di bobotkan menjadi 5 skor, penetapan skor di dasarkan dengan
rencana yang telah di tetapkan pada rencana pola ruang. Masing-masing skor
tersebut diantaranya :
36
Tabel 4.10 Skoring Pengunaan lahan
No Skor Pengunaan Lahan
1 1 Hutan Bakau, Sungai, Hutan, Sempadan, Danau
2 2 RTH, Pemakaman
3 3 Perkebunan, sawah, tambak,
4 4 Tegalan
5 5 Permukiman, Industri, Perdagangan
37
No Skor Kepadatan ( Km2)
2 4 2237,11 - 4462,10
3 3 4462,10 - 6687,10
4 2 6687,10 - 8912,09
5 1 8912,09 - 11137,08
38
BAB V
HASIL & CAPAIAN KERJA PRAKTEK
Tujuannya adalah :
39
• Tersusunnya kesepakatan RTRW antara Provinsi Sumatera Selatan
dengan Provinsi yang berbatasan dan dengan kabupaten/kota dalam
wilayah provinsi.
40
A. Metode Survey Primer
Untuk survei primer digunakan dengan Metode wawancara dan kuesioner
kepada sejumlah responden secara proporsif kepada masyarakat umum, tokoh
masyarakat, pengusaha, pejabat pemerintah Kabupaten Sumba Timur mengenai
rencana studi kelayakan pembangunan Pelabuhan Laut di lokasi Rencana
Pelabuhan Katundu/Nggogi. Survei primer juga dilakukan dengan melakukan
pengamatan lapangan secara visual terhadap rencana lokasi serta pengambilan
titik kordinat daerah studi dan pengambilan sampel air.
41
13. Data / informasi kondisi & kualitas lingkungan awal daerah studi
14. Kebijakan Pengembangan Transportasi.
15. Rencana Umum Pengembangan Transportasi.
16. Data/Peta Jaringan Transportasi Provinsi Sumtera Selatan
17. Infrastruktur transportasi disekitar lokasi studi
18. Data pergerakan barang dan penumpang 5 tahun terakhir.
19. Data kunjungan kapal dalam 5 tahun terakhir
20. Permintaan kebutuhan transportasi laut.
21. Data-data sekunder lainnya yang harus dikumpulkan meliputi :
a. Perkembangan kondisi pasang surut
b. Data/peta topografi
c. Data/peta bathimetry
d. Data angin dan gelombang
e. Data iklim
f. Data flora dan fauna
g. Peta geologi
h. Data kondisi sungai dan muara
i. Data kondisi jaringan transportasi
e. Laporan studi terkait yang pernah dilaksanakan
42
b. Kriteria kesesuaian dengan peta tematik
43
trase dan kriteria finansial kriteria hukum dan perizinan. Kriteria dan indikator
secara rinci seperti terlihat pada Tabel dibawah ini.
N Kriter
o ia Indikator
1 Teknis Kemiringan lereng penentu terkait dengan bukit
yang dilalui dan perlintasan dengan jalan tol dimana
jalur KA harus dibangun melintasi jalan tol (over pass).
Landai maksimum adalah 10 0/00
Kompleksitas/tingkat kesulitan konstruksi,
panjang jalan rel, jembatan dan kondisi lahan seperti
rawa
2 Keses Kesesuaian trase dengan peta tofografi, peta
uaian dengan hutan, peta sawah, peta belukar, peta tegal/ladang, peta
Peta Tematik transportasi, peta hidrografi, peta perkebunan, peta
pemukiman,
3 Keses Kesesuaian trase dengan peruntukan lahan pada
uaian dengan RTRW
RTRW
4 Prospe Prospek pengembangan pelabuhan terkait
k dengan pengembangan kawasan lainnya seperti
pengembanga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
n pelabuhan
5 Tingk Total luas tapak bangunan / utilitas terbangun
at yang harus direlokasi
resiko/hambat
an dalam
pelaksanaan
proyek
6 Pola Tingkat kerumitan operasi KA pada trase yang
operasi KA dilalui
7 Finans Besarnya biaya investasi jalan rel, stasiun,
ial sinyal dan jembatan
Besarnya biaya operasi dan pemeliharaan jalan
rel, stasiun, sinyal dan jembatan
Besarnya biaya pembebasan lahan dari trase
yang dilalui
8 Sebida Banyaknya dan panjangnya jalan nasional, jalan
ng trase tol, jalan desa, sungai dan irigasi yang dilalui trase .
Luasnya pemukiman, sawah, rawa dan kebun yang
44
N Kriter
o ia Indikator
dilalui trase
9 Huku Memenuhi persyaratan peraturan dan
m dan perundang-undangan yang berlaku pada pembangunan
perizinan trase baru
Memenuhi persyaratan pengurusan perizinan
trase dan lamanya pengurusan izin trase
Memenuhi peraturan perundang-undangan dan
persyaratan pengurusan perizinan jika trase jalur KA
melintasi jalan tol dan karena landai maksimum yang
diizinkan 10 0/00 dan jarak yang tidak memungkinkan
maka dibuat flyover untuk jalan tol.
45
Gambar 5.1 Struktur Hirarki Pemilihan Alternatif Trase Jalur KA
46
Analisis pemilihan secara teknis adalah seperti terlihat pada tabel dibawah
ini
Kriteria Pemilihan
Alter
Persila Tek Pembeb Biaya
natif Trase
ngan Jalan nis asan Lahan Pembangunan
Alter - Pertem Mel 1.445.77 Jalan KA
natif 1 uan dengan alui Rawa 5 m2 (asumsi 28,9 km, Jalan
(Simpang - jalan tol dengan lebar jalan rel nasional elevated
Prajin) sebanyak 2x. hidrografi yang dibebaskan (3000 m), Jalan tol
Perlu dilakukan yang tidak 50 m) elevated (3000 m).
koordinasi dan rapat. Secara Jembatan (460 m)
adanya teknis dapat Perkiraan biaya
kompensasi diatasi pembangunan Rp
dengan 4.200 M
pemilik/pengelo
la jalan tol jika
jalan KA pada
posisi at grade
dan jalan tol
elevated
- Pertem
uan dengan
jalan nasional
sebanyak 2x.
Perlu ada
koordinasi
dengan Pemda
setempat agar
jalan KA tetap
pada posisi at
grade dan jalan
nasional yang
elevated
Alter - Pertem Mel 3.323.39 Jalan KA
natif 2 uan dengan alui Rawa 2 m2 (asumsi 66,5 km, Jalan
(Simpang jalan tol dengan lebar jalan rel nasional elevated
-Tanjung sebanyak 1x. hidrografi yang dibebaskan (1500 m), Jalan tol
Lago) Perlu dilakukan yang sangat 50 m) elevated (1500 m),
koordinasi dan rapat Jembatan (450 m)
adanya Perkiraan biaya
kompensasi pembangunan Rp
dengan 3900 M
47
Kriteria Pemilihan
Alter
Persila Tek Pembeb Biaya
natif Trase
ngan Jalan nis asan Lahan Pembangunan
pemilik/pengelo
la jalan tol jika
jalan KA pada
posisi at grade
dan jalan tol
elevated
- Pertem Mel
uan dengan alui daerah
jalan nasional dengan jenis
sebanyak 1x. tanah clay
Perlu ada shale yang
koordinasi dapat
dengan Pemda mengakibatk
setempat agar an kegagalan
jalan KA tetap konstruksi
pada posisi at jika
grade dan jalan didirikan
nasional yang suatu
elevated bangunan di
atasnya
Alter - Pertem Mel 2.418.16 Jalan KA
natif 3 uan dengan alui Rawa 8 m2 (asumsi 48,4 km, Jalan
(Payakabung - jalan tol dengan lebar jalan rel nasional elevated
Prajin) sebanyak 1x. hidrografi yang dibebaskan (3000 m), Jalan tol
Perlu dilakukan yang tidak 50 m) elevated (1500 m),
koordinasi dan rapat. Secara Jembatan (530 m).
adanya teknis dapat
kompensasi diatasi Perkiraan biaya
dengan pembangunan Rp
pemilik/pengelo 3300 M
la jalan tol jika
jalan KA pada
posisi at grade
dan jalan tol
elevated
- Pertem
uan dengan
jalan nasional
sebanyak 2x.
Perlu ada
koordinasi
dengan Pemda
setempat agar
jalan KA tetap
pada posisi at
48
Kriteria Pemilihan
Alter
Persila Tek Pembeb Biaya
natif Trase
ngan Jalan nis asan Lahan Pembangunan
grade dan jalan
nasional yang
elevated
Alter - Pertem Mel 3.172.38 Jalan KA
natif 4 uan dengan alui Rawa 5 m2 (asumsi 63,4 km, Jalan
(Simpang jalan tol dengan lebar jalan rel nasional elevated
-Tanjung sebanyak 1x. hidrografi yang dibebaskan (1500 m), Jalan tol
Lago) Perlu dilakukan yang sangat 50 m) elevated (1500 m),
koordinasi dan rapat Jembatan (450 m)
adanya Perkiraan Biaya
kompensasi Pembangunan Rp
dengan 3800 M
pemilik/pengelo
la jalan tol jika
jalan KA pada
posisi at grade
dan jalan tol
elevated
- Pertem Mel
uan dengan alui daerah
jalan nasional dengan jenis
sebanyak 1x. tanah clay
Perlu ada shale yang
koordinasi dapat
dengan Pemda mengakibatk
setempat agar an kegagalan
jalan KA tetap konstruksi
pada posisi at jika
grade dan jalan didirikan
nasional yang suatu
elevated bangunan di
atasnya
49
- Stam Formasi 1 rangkaian KA terdiri dari 2 lokomotif + 60 gerbong
datar + 120 kontainer 20 feet
50 x 60 = 3000 ton
• Jika target angkutan 10 juta ton per tahun, frekuensi KA per hari yang
diperlukan untuk mengangkut sebesar target adalah 10 KA per hari.
50
Tabel 5.3 Kapasitas Lintas TMB-KPT
51
Analisis sebidang trase seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
52
Tabel 5.5 Sebidang Trase (Lanjutan)
Alternatif 1 Prajin Simpang-Prajin
Area Yang Dilintasi (m') Panjang Lintasan (km)
Rawa (*) Pemukiman Kebun* Sawah
28.9
12149.28 578.52 12411.41 5262.53
48.4
6542.13 2346.32 30710.88 8800.71
Catatan :
- Diperkirakan terdapat rawa musiman, yakni daerah rawa yang muncul
pada musim penghujan.
- Analisis berdasarkan data sekunder (Peta Tematik dan Pengamatan
Lokasi)
53
Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk dasar pemilihan alternatif
menggunakan metoda AHP. Tahap pertama yang dilakukan adalah membuat
matriks berpasangan untuk tingkat kepentingan kriteria dan dilakukan
professional judgment seperti gambar dibawah ini.
Hal yang sama dilakukan untuk setiap sub kriteria dari kriteria tertentu
seperti kiteria teknik, kriteria finansial dan kriteria sebidang trase, yaitu seperti
terlihat pada gambar 22, gambar 23 dan gambar 24.
Gambar 5.4 Bobot Ranking Sub Kriteria Teknik dan Inconsistency Ratio
Gambar 5.5 Bobot Ranking Sub Kriteria Finansial dan Inconsistency Ratio
Gamabar 5.6 Bobot Ranking Sub Kriteria Sebidang Trase dan Inconsistency Ratio
54
Langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat preferensi konsultan
dalam menentukan bobot ranking alternatif pada masing-masing kriteria dan sub
kriteria.
Contoh penentuan bobot ranking alternatif adalah seperti pada gambar 25,
yaitu menentukan tingkat preferensi alternatif trase berdasarkan kriteria finansial
dan sub kriteria biaya investasi. Dengan catatan biaya investasi yang dihitung
pada tahap ini adalah biaya investasi jalan rel tanpa flyover dan biaya investasi
sungai sesuai dengan lebarnya. Karena biaya investasi adalah kriteria yang
diminimumkan, maka semakin kecil biaya investasi akan semakin besar bobot
rankingnya.
Penilaian Bobot Alternatif untuk Kriteria Finansial Sub Kriteria Biaya
Investasi dihitung dengan estimasi biaya investasi seperti terlihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 5.6 Penentuan Bobot Ranking Alternatif Trase Berdasarkan Sub Kriteria Biaya
Investasi
Jalan Rel Jembatan 1 Jembatan 2 Jembatan 3 Jumlah
Konversi
Biaya Biaya Biaya Biaya Investasi
Alternatif Panjang Panjang Panjang Panjang (Milyar Bobot
Investasi Investasi Investasi Investasi (Milyar
Trase (km) (m) (m) (m) Rp)
(Milyar Rp) (Milyar Rp) (Milyar Rp) (Milyar Rp) Rp)
Alt. 1 Prajen (Sta.Simpang-Pelabuhan Prajin) 28.9 413.27 180 72 280 112 597.27 4,072.64 0.29070
Alt. 2 Tanjung Lago (Sta. Simpang-Pelabuhan Tg. Lago) 66.5 1,901.90 450 180 2,081.90 2,588.01 0.18473
Alt. 3 Prajen (Sta. Payakabung-Pelabuhan Prajin) 48.4 692.12 180 72 280 112 70 28 904.12 3,765.79 0.26880
Alt. 4 Tanjung Lago (Sta. Simpang-Pelabuhan Tg. Lago) 63.4 906.62 450 180 1,086.62 3,583.29 0.25577
Jumlah 4,669.91 14,009.73
Harga Satuan Normal 14.3 per km 400 per km 400 per km 400 per km
Rawa 28.6 per km
Gambar 5.7 Direct Assessment untuk Sub Kriteria Biaya Investasi Alternatif Tras
55
Gambar 5.8 Hasil Penentuan Bobot Ranking Alternatif Trase Jalur
KA
56
Tabel 5.7 Ranking Masing-Masing Alternatif Trase Jalur KA pada Setiap
Kriteria
Ranking
Kriteria Al Al Al Al
ternatif 1 ternatif 2 ternatif 3 ternatif 4
Finansial 1 4 2 3
Prospek Pelabuhan 2 1 2 1
Hukum dan Perizinan 1 2 1 2
Tingkat resiko 1 2 3 4
hambatan dalam
pelaksanaan proyek
Teknis 2 4 1 3
Kesesuaian dengan 2 1 2 1
RTRW
Sebidang Trase 3 2 1 3
Kesesuaian dengan 1 1 1 1
peta tematik
Pola Operasi KA 2 3 1 3
57
antara 102’-106’ Bujur Timur . Luas wilayah Sumatera Selatan, adalah berupa
daratan seluas 87.421,24km2, berikut merupakan luasan kabupten dan kota yang
berada di Provinsi Sumtera Selatan.
58
59
5.3.1 Kondisi Fisik dan Klimatologi Wilayah
0 m-25 m = 23,5 %
26 m-50 m = 17,7 %
51 m-100 m = 35,3 %
Ketinggian
No Kabupaten/Kota
(MDPL)
1 Ogan Komering Ulu 70
2 Ogan Komering Ilir 18
3 Muara Enim 45
4 Lahat 100
5 Musi Rawas 120
6 Musi Banyuasin 15
7 Banyuasin 36
8 OKU Selatan 133
9 OKU Timur 83
10 Ogan Ilir 25
11 Empang Lawang 90
12 PALI 40
13 Musi Rawas Utara 40
14 Palembang 8
60
Ketinggian
No Kabupaten/Kota
(MDPL)
15 Prabumulih 95
16 Pagar Alam 280
17 Lubuk Linggau 120
Sumber: Sumtera Selatan dalam Angka 2018
61
jenis kelamin tahun 2017 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan
sebesar 103,31.
62
berurutan adalah 33,42 persen, 14,91 persen, dan 12,07persen. Namun bila
melihat dari laju pertumbuhan ekonominya pada tahun 2017, tiga kabupaten/kota
yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi secara berurutan adalah
Kabupaten Muara Enim, Kota Lubuk Linggau dan Kota Palembang, dengan laju
pertumbuhan ekonomi masingmasing sebesar 8,72 persen, 6,28 persen, dan
6,16persen.
63
4. Kriteria Panjang Trase/Jarak
5. Kepadatan Penduduk
N Kriteria Indikator
O
64
N Kriteria Indikator
O
trase/
65
Tabel 5.8 Skor Varibel Rencana Pola Ruang
N
Skor Rencana Penggunaan Lahan
o
1 1 Permukiman, Industri, Perdagangan
2 2 RTH, Pemakaman
3 3 Sungai, Hutan, Sempadan, Danau
4 4 Perkebunan, sawah, tambak,, Hutan Produksi
5 5 Tegalan
Pada tabel di atas di abgi sesuai rencana pola ruang yang akan berlaku skor
terendah yaitu rencana permukiman, industri dan perdagangan, berpengaruh pada
pembangunan rel kereta selain karena biaya investasi akan lebih tinggi,
pembangunan akan akan sangat terganggu dengan sulitnya pembebasan lahan
Pada Rencana Pola Ruang di dominasi oleh Tegalan, hutan produksi, dan
perkebunan, dengan persentase >30 % pada setiap alternatif yang ada. Adapun
yang menjadi pembeda yaitu persentase rencana penggunaan lahan lainya, pada
alternatif memiliki persentase rencana penggunaan lahan yang berbeda dengan
alternatif lainya, diantaranya :
66
Tabel 5.7 Skoring Variabel Rencana Pola Ruang
67
Perse Total Skor
N Alternati Rencana Persentas Sko
nX Jumlah (Jumlah/100
o f Pola Ruang e (%) r
Skor )
Perkebunan
Permukiman
, Industri, 2,4 1 2,4
Perdagangan
RTH,
0 2 0
Pemakaman
Sungai,
Hutan,
Alternatif 1,64 3 4,92
4 Sempadan, 470,62 4,71
4
Danau
sawah,
16,5 4 66
tambak
Tegalan,
Hutan
79,46 5 397,3
Produksi,
Perkebunan
68
N
Alternatif Trase Persilangan jalan Biaya Pembangunan
o
Pertemuan dengan jalan tol sebanyak 1x. Jalan KA 66,5 km, Jalan
Perlu dilakukan koordinasi dan adanya nasional elevated (1500
kompensasi dengan pemilik/pengelola jalan m), Jalan tol elevated
tol jika jalan KA pada posisi at grade dan (1500 m), Jembatan (450
jalan tol elevated m)
2 Alternatif 2
Pertemuan dengan jalan nasional sebanyak
1x. Perlu ada koordinasi dengan Pemda Perkiraan biaya
setempat agar jalan KA tetap pada posisi at pembangunan Rp 3900 M
grade dan jalan nasional yang elevated
Pertemuan dengan jalan tol sebanyak 1x. Jalan KA 48,4 km, Jalan
Perlu dilakukan koordinasi dan adanya nasional elevated (3000
kompensasi dengan pemilik/pengelola jalan m), Jalan tol elevated
tol jika jalan KA pada posisi at grade dan (1500 m), Jembatan (530
jalan tol elevated m).
3 Alternatif 3
Pertemuan dengan jalan nasional sebanyak
2x. Perlu ada koordinasi dengan Pemda Perkiraan biaya
setempat agar jalan KA tetap pada posisi at pembangunan Rp 3300 M
grade dan jalan nasional yang elevated
Pertemuan dengan jalan tol sebanyak 1x. Jalan KA 63,4 km, Jalan
Perlu dilakukan koordinasi dan adanya nasional elevated (1500
kompensasi dengan pemilik/pengelola jalan m), Jalan tol elevated
tol jika jalan KA pada posisi at grade dan (1500 m), Jembatan (450
jalan tol elevated m)
4 Alternatif 4
Pertemuan dengan jalan nasional sebanyak
1x. Perlu ada koordinasi dengan Pemda Perkiraan Biaya
setempat agar jalan KA tetap pada posisi at Pembangunan Rp 3800 M
grade dan jalan nasional yang elevated
Setelah diketahui biaya pembangunan setiap alternatif maka akan terlihat biaya
termahal dan biaya termurah dari alternatif, biaya termurah adalah Rp 3.300 Miliar dan
biaya tertinggi yaitu Rp 4.200 Miliar, sehingga dapat di ketahui interval setiap kelas yaitu
sebagai berikut :
69
Tabel 5.9 Tabel Interval variabel Finansial
Nilai
No Skor Nilai Bawah
Atas
1 5 3300 3480
2 4 3480 3660
3 3 3660 3840
4 2 3840 4020
5 1 4020 4200
Setelah mengatahui interval setiap kelas maka setiap alternatif dapat di berikan
skor sesuai dengan tinggakat interval yang ada, sebagi berikut :
70
Setelah proses overlay peta, maka persentase setiap alternatif dapat di
ketahui, alternatif itu akan di bobotkan sesuai persetase yang dimiliki. Setiap
penggunaan memiliki skor yang berbeda, sebagai mana tebel berikut :
71
Tabel 5.10 Skoring Pengunaan lahan
Hutan Bakau,
Sungai, Hutan,
1,42 1 1,42
Sempadan,
Danau
RTH,
0 2 0
Pemakaman
1 Alternatif 1 Perkebunan, 332,27 3,32
sawah, 63,81 3 191,43
tambak,
Tegalan 34,23 4 136,92
Permukiman,
Industri, 0,5 5 2,5
Perdagangan
Hutan Bakau,
Sungai, Hutan,
1 1 1
Sempadan,
Danau
RTH,
0 2 0
Pemakaman
2 Alternatif 2 Perkebunan, 391,12 3,91
sawah, 5,94 3 17,82
tambak,
Tegalan 93 4 372
Permukiman,
Industri, 0,06 5 0,3
Perdagangan
Hutan Bakau,
Sungai, Hutan,
0,98 1 0,98
Sempadan,
Danau
RTH,
0 2 0
Pemakaman
3 Alternatif 3 Perkebunan, 358,04 3,58
sawah, 41,15 3 123,45
tambak,
Tegalan 55,74 4 222,96
Permukiman,
Industri, 2,13 5 10,65
Perdagangan
4 Alternatif 4 Hutan Bakau, 386,6 3,86
Sungai, Hutan,
1,07 1 1,07
Sempadan,
Danau
RTH,
0 2 0
Pemakaman
Perkebunan, 11,71 3 35,13
sawah,
72
Penggunaan Persentase Persen x Total Skor
No Alternatif Skor Jumlah
Lahan (%) Skor (Jumlah/100)
tambak,
Tegalan 85,6 4 342,4
Permukiman,
Industri, 1,6 5 8
Perdagangan
73
5. Alternatif 1 : Stasiun Simpang – Pelabuhan Prajin dengan jarak 28,9 Km
74
Pada Tabel di atas adalah pembagian kelas inteval untuk menentukan skor
setiap alternatif, sehingga dapat di berikan ke setiap alternatif sesuai dengan jarak
yang miliki oleh setiap alternatif yang tersedia.
Alternatif 1 adalah alternatif dengan jarak terpendek yaitu dengan pajang sekitar
28.9 km yang membentang dari Stasiun Simpang hingga Pelabuhan Prajin,
sedangkan alternatif 2 adalah jarak terpanjang yaitu sepanjang 66.5 km yang
membentang dari Stasiun simpang hingga Pelabuhan Tanjung Lago.
Kepadatan
No Jalur Kecamatan yang di lalui
(perKM)
75
Kepadatan
No Jalur Kecamatan yang di lalui
(perKM)
76
memilih alternatif jalur kereta di Sumatera Selatan. Terdapat 4 Alternatif yang
akan dirangking, sehingga rangking alternatif secara global.
77
masing-masing bobot alternatif dengan bobot kriteria, selanjutnya hasil perkalian
dijumlahkan
78
Gambar 5.5 Grafik Analisisdistributive Mode: Dynamic Analysis
79
Gambar 5.6 Analisis Sensitivitas Distributive Mode Modifikasi: Dynamic Analysis
80
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan untuk kerja praktek didapat yang meliputi :
81
6.2 Kesimpulan Materi Kerja Praktek
Rencana pengembangan angkutan batu bara yang di kembangkan oleh PT
Bukit Asam ke arah utara Provinsi Sumatera Selatan, dengan mencari jalur
alternatif trase yang paling efektif, efisien dam ekonomis. Upaya analisis
dilakukan dengan menggunkana kriteria yang di dasari oleh pekerjaan
pengembangan kereta dengansudut pandang jurusan Perencanaan wilayah dan
kota, di tentukan dengan 5 kriteria yaitu : pengunaan lahan eksisiting, finansial,
rencana pola ruang, jarak dan kepadatan penduduk.
Hasil analisis tersebut menujukan bobot kriteria Guna lahan eksisting 21,2
%, Finansial 23,6%, Rencana pola ruang 21,6 %, Jarak 28,5 % dam Kepadatan 5,2
% dengan tingkat inkossitensi <5% (2%). Untuk bobot alternatif sebagai berikut
Alternatif 1 35,7%, Alternatif 2 16,7%, Alternatif 3 27% dan Alternatif 4 20,6%.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan merubah bobot kriteria menjadi : Guna
lahan Eksisting 27.1%, finansial 27.4%, Rencana Pola ruang 25.1, Jarak 14.9%
dan Kepadatan 5.5%. Setelah diubahnya bobot kriteria tidak ditemukan perubahan
82
yang signitifikan dengan urutn atas masih pada alternatif 1 dengan bobot 32,4%.
Hal ini berarti hasil analisis tegap atau kuat sehingga hasil dapat di percaya.
6.3 Saran
83
praktek, prosedurnya, dan lain – lain. Jurusan diharapkan dapat mengadakan
suatu dialog antar mahasiswa yang akan melakukan kerja praktek dengan
semua dosen yang terlibat menjadi pembimbing kerja praktek. Sehingga
mahasiswa mendapat pengetahuan lebih jelas mengenai kerja praktek yang
akan dilakukannya;
Peningkatan perkuliahan atau bobot SKS mata kuliah terkait peraturan perundang-
undangan atau regulasi dalam melakukan perencanaan tata ruang baik
perencanaan yang lingkupnya makro (umum) sampai dengan perencanaan yang
lingkupnya mikro (khusus).
6.3.3 Saran Untuk Calon Praktikan
Berdasarkan pengalaman praktikan dalam melaksanakan Kerja Praktek,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Dalam memilih Kerja Praktek, harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kemauan yang dimiliki, sehingga hasil yang didapatkan dari Kerja Praktek
merupakan keluaran yang optimal.
b. Calon praktikan harus aktif dan dinamis dalam melaksanakan tugas dan
kreatif dalam memberikan ide dan gagasan dalam melakukan kerja
praktek. Dengan demikian, calon praktikan dapat menambah relasi dengan
pihak perusahaan/instansi Kerja Praktek.
c. Calon praktikan diharapkan dapat menyeimbangi antara tugas di
Perusahaan/intansi Keja Praktek dengan tugas di Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota, agar keduanya berjalan lancar dan calon
praktikan dapat menyelesaikan tugas di Perusahaan/intansi Keja Praktek
maupun di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota tepat waktu.
84
85