Anda di halaman 1dari 28

PENILAIAN KAPASITAS PELAKU USAHA DI LEMBANG TERHADAP

POTENSI BENCANA GEMPABUMI


Tugas ini disusun guna memenuhi Tugas Akhir

Oleh :
BARRI MOCHAMAD BURHAN (153060022)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN, WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana merupakan serangkaian peristiwa yang dapat mengancam dan
menggangu kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam maupun
non-alam. Akibat dari bencana dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
kerusakan pada lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Bencana merupakan suatu kejadian alam yang tidak dapat di perediksi waktu
tejadinya. Begitu pula dengan bencana gempa bumi yang tidak dapat dihindari,
namun dampaknya dapat dikurangi melalui adanya upaya mitigasi bencana.
Kawasan pemukiman yang berdekatan dengan sumber terjadinya gempa bumi
merupakan kawasan yang rawan, maka dari itu perlu dilakukannya upaya
langkah-langkah untuk mengurangi atau memperkecil dampak kerugian atau
kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh bencana.
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di
dalam bumi yang secara tiba-tiba. Biasanya hal ini terjadi pada tumbukan antar
lempeng bumi, aktiitas gunung api, patahan aktif atau runtuhan batuan.
Gempabumi yang diakibatkan oleh aktivitas gunung api dan runtuhan batuan
relative kecil jika dibandingkan dengan gempa yang berasal dari pergerakan
lempeng dan patahan aktif.
Gempa bumi tetonik disebabkan adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak. Hal ini terjadi biasanya
pada tumbukan lempeng tektonik yang secara mendadak dan mempunyai
kekuatan dari yang kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi dapat
menimbulkan bencana lain seperti longsor serta dapat menimbulkan kerugain dan
kerusakan di tempat gempa bumi itu berasal. Teori dari tectonic plate (lempeng
tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian
besar area dari lapisan batuan, sebaian besar area dari lapisan kerak tersebut
hanyut dan mengapung di atas lapisan seperti salju. Lapisan tersebut bergerak
perlahan sehingga bertabrakan satusama lain. Hal tersebut yang menyebabkan
terjadinya gempa tektonik.
Karakterisitik gempa bumi di kawasan Jawa Barat sebagian besar bukan
zona subduksi atau zona penunjang, akan tetapi bersumber dari patahan atau sesar
aktif. Gempa bumi yang bersumber dari patahan aktif sangat berpotensi merusak
meskipun magnitudonya tidak terlalu besar, akan tetapi kedalamannya yang
dangkal dan dekat dengan pemukiman dan wilayah yang memiliki banyak
aktivitas manusia.
Jawa Barat memiliki potensi bencana gempa bumi yang sangat besar salah
satuya di kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat. Lembang merupakan
daerah yang memiliki sentra petanian, perternakan, dan pariwisata. Akan tetapi,
jika dilihat dari sudut pandang geologis daerah lembang merupakan daerah yang
rawan bencana. Daerah lembang di apit oleh gunung api yaitu Tangkuban Parahu
dan Patahan Lembang.
Menurut para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
bersama JICA dan Kementrian Riset dan Teknologi memastikan patahan lembang
dalam keadaan aktif dampak pergeseran sesar Lembang diprediksi akan
menyebabkan longsor dan gempa dengan kekuatan sekitar 6-7 SR. Hal ini dapat
mengancam masyarakat yang berada disekitaran sesar, selain itu pergerakan sesar
Lembang juga mengancam Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Bandung Barat. Hal ini dikarenakan daerah cekungan Bandung yang
dulunya adalah danau sunda purba yang mempunyai tanah lunak. Jika gempa
terjadi di daerah sesar maka guncangannya akan dirasakan oleh masyarakat yang
berada di sekitar kawasan sesar Lembang sama dengan dengan besaran guncangan
aslinya, namun kawasan cekugan Bandung, guncangan yang dirasakan akan lebih
besar dibandingkan dengan sekitaran sesar Lembang.
Kecamatan Lembang adalah salah satu kecamatan yang maju di
Kabupaten Bandung Barat, perkembanganya sangat pesat sehingga banyak pelaku
usaha yang melakukan kegiatannya di Kecamatan Lembang. Karena Kecamtan
yang memiliki pontensi keutungan yang sangat besar tak heran Kecamatan
Lembang sangat di geamari oleh para pelaku usaha, kapasitas para pelaku usaha
perlu dipertimbangkan karena Kecamatan Lembang menjadi salah satu
Kecamatan yang rawan akan bencana gempa bumi.
Kecamatan Lembang merupakan kecamatan yang memiliki tingkat
ekonomi yang tinggi, dari data PODES (Potensi Desa) Kecamatan Lembang
merupakan kecamatan yang memliki jumlah pelaku usaha tertinggi ke 2 setelah
Kecamatan Padalarang, Kecamatan Lembang memiliki total 2579 pelaku usaha
yang berkecimpung di Kecamtan Lembang, dari total pelaku usaha tersebut di
dominasi oleh bidang perdagangan, yang menjadi daya tarik yang cukup tinggi
sehingga beberapa wisatawa besaral dari luar daerah, bahkan bukan hanya dari
pengujung lokal, akan tetapi beberapa pengujung berasal dari mancanegara
Kapasitas pelaku usaha di Kecamatan Lembang merupakan suatu hal yang
perlu di perhitungkan, dengan tingginya tingkat ekonomi serta banyaknya
masyarakat yang berkunjung ke Kecamatan Lembang, merupakan hal yang
penting jika memperhartikan keselamatan pengujung dan para pelaku usaha.
Dengan mengetahui tingkat kapasitas pelaku uasha merupakan suatu jaminan para
pengujung dan kepastian ekonomi para pelaku bisnis di Kecamtan Lembang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dan menuangkan dalam tugas akhir dengan judul “Penilaian Kapasitas
Pelaku Usaha Di Lembang Terhadap Potensi Bencana Gempabumi”
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka permasalahan yang di
dapatkan sebagai berikut :
1. Bagaimana kapasitas pelaku usaha di lembang terhadap potensi becana
gempa bumi?
2. Bagaimana tingkat bahaya bencana gempa bumi di kecamatan
Lembang?
3. Bagaimana rekomendasi untuk arahan pelaku usaha di kecamatan
Lembang?
4. Pada Agustus 2011, terjadi gempa dengan magnitudi 3,3 dengan
kedalaman yang sangat dangkal, yang mengakibatkan rumah warga
rusak (CNN, januari 27, 2018)
5. Pemantauan dan kajian gempa di sesar lembang, selama periode 2009 –
2015 telah mengidetifikasi empat kejadian gempa bumi di sepanjang
jalur sesar lembang (Geoscience Latters, 2018).

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa jauh
kapasitas pelaku usaha di lembang terhadap potensi bencana gempabumi.
1.3.2 Sasaran
1. Teridetifikasinya tingkat bahaya gempa bumi di Kecamatan Lembang
2. Teridentifikasinya tingkat kapasitas pelaku usaha terhadap gempa bumi
Kecamatan Lembang
3. Rekomendasi terhadap arahan peningkatan kapasitas pelaku usaha
terhadap gempa bumi di Kecamatan Lembang

1.4 Ruang Lingkup


Dalam ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup wilayah dan
ruang ligkup materi, dimana ruang lingkup wilayah sendiri menjelaskan mengenai
lingkup wilayah yang menjadi kajian penelitian sedangkan untuk ruang ligkup
materi sendiri membahas mengenai lingkup pembahasan materi yang terdapat
pada penelitian. adapun penjelasan mengenai masing – masing ruang lingkup
tersebut diantaranya :
1.4.1 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup subtansi mengenai “PENILAIAN KAPASITAS PELAKU
USAHA DI LEMBANG TERHADAP POTENSI BENCANA GEMPABUMI”.
Secara garis besar adapun runag lingkup subtansi dalam penelitian ini sebagai
berikut :a
1. Identifikasi tingkat bahaya becana gempa berdasarkan skala MMI
di Kecamatan Lembang. Tingkat Bahaya diadaptasi berdasarkan
kajian Development Earthquake Scenario and Fatality Estimation
for Bandung City.
2. Mengidetifikasi tingkat kapastias pelaku usaha dengan variable
kapasitas dan hasil skoring. Tingkat kapasitas diukur melalui
indikator yang di ambil dari Business Continuity Plan yang terdiri
dari Business Impact Analysis (BIA) dan Business Recovey Plan
(BRP), berdasarkan kajian Business Continuity And Disaster
Recovery Planning
3. Merumuskan arahan peningkatan kapasitas pelaku usaha terhadap
bencana gempa bumi di Kecamatan Lembang yang mengambil
sudut pandang pelaku usaha ataupun pemrintah berdasarkan
wawancara kepada stakeholder.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup penelitian ini terletak di Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat, Pusat pemerintahan berada di Desa Lembang. Secara geografi
letak kecamatan ini berada di ketinggian Antara 1312-2084 Mdpl, titik
tertingginya berada di kecamatan ini berada di Gunung Tangkuban Perahu.
Batasan wilayah di sekitar kecamatan ialah:
 Batas Utara : Kabupaten Subang
 Batas Timur : Kabupaten Sumedang
 Batas Selatan : Kabupaten Bandung dan Kota Bandung
 Batas Barat : Kecamatan Parongpong

Total luas Kecamatan ini seluas 9655 Ha dengan desa terluasnya yaitu
Desa Cikidang dan Desa Kayuambon sebagai desa terkecil dengan luas 212 Ha
atau hanya 2.2 % dari total keseluruhan luas Kecamatan Lembang. Untuk luasan
desa yang berada di Kecamatan Lembang sebagai berikut :

No Desa Luas(Ha) Persentase


1 Gundakahuripan 222 2.3
2 Wangunsari 322 3.3
No Desa Luas(Ha) Persentase
3 Pagerwangi 594 6.2
4 Mekarwangi 378 3.9
5 Langensari 473 4.9
6 Kayuambon 212 2.2
7 Lembang 323 3.3
8 Cikahuripan 850 8.8
9 Jayagiri 268 2.8
10 Sukajaya 926 9.6
11 Cibogo 384 4.0
12 Cikole 806 8.3
13 Cikidang 1033 10.7
14 Wangunjaya 938 9.7
15 Cibodas 759 7.9
16 Suntenjaya 1167 12.1
Total 9655 100.0
1.5 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian “KAPASITAS PELAKU USAHA DI LEMBANG
TERHADAP POTENSI BENCANA GEMPABUMI” metodologi studi yang
digunakan dibagi menjadi tiga bagian yaitu metode pendekatan studi, metode
pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan. Kemudian bagi
berdasarkan sasaran yang dirumuskan dalam penelitian.
1.5.1 Terindetifikasinya tingkat bahaya gempa bumi
A. Mentode Pendekatan

Metode yang digunakan untuk sasaran ini adalah metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011: 29), metode deskriptif adalah
metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap
objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana
adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.
Sedangkan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian dengan data angka, statistik
atau kuantitatif yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan.
Metode
Sasaran Keterangan
Pendekatan

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk


Teridetifikasinya tingkat bahaya
membantu dalam menjelaskan bagaimana
gempa bumi di Kecamatan Kuantitatif
bahaya gempa bumi di Kecamatan
Lembang
Lembang

B. Metode Pengumpulan Data


Untuk metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan
ini menggunakan pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan Data
Sekunder atau telaahan dokumen, dimana teknik ini berupa perekaman atau
pencatatan data sekunder dari instansi/lembaga terkait dan media masa. Survei ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di
instansi terkait yang relevansi dengan kegiatan pekerjaan, baik berupa kajian,
dokumen perencanaan, studi-studi serta kebijakan dan peraturan perundang-
undangan yang digunakan sebagai acuan pemerintah setempat. Disela-sela survei,
dilakukan diskusi yang melibatkan aparat pemerintah daerah yang terkait dengan
pengembangan daerah untuk saling tukar informasi dan pengetahuan tentang
kondisi aktual. Pada survei sekunder dilakukan pengumpulan data sekunder yang
diperoleh dari literatur-literatur dan instansi terkait, adapun kebutuhan data dalam
penelitian ini diantaranya :

No. Instansi Kebutuhan Data Bentuk Data Keterangan

Dinas Pemadam Kebakaran


Kajian Risiko Bencana
Dan Penanggulangan Bencana Dokumen dan
1 gempa bumi Kecamatan
Kabupaten Bandung Barat SHP Peta
Lembang
(DKPB)

Badan Penanggulangan Kajian Risiko Bencana


Dokumen dan
2 Bencana Daerah (BPBD) gempa bumi Kecamatan
SHP Peta
Provinsi Jawa Barat Lembang
No. Instansi Kebutuhan Data Bentuk Data Keterangan

Kajian Risiko Bencana


Dokumen dan
3 Badan Geologi Kota Bandung gempa bumi Kecamatan
SHP Peta
Lembang

Kajian Risiko Bencana


Dokumen dan
4 PPMB ITB gempa bumi Kecamatan
SHP Peta
Lembang

Kajian Risiko Bencana


Dokumen dan
5 LIPI gempa bumi Kecamatan
SHP Peta
Lembang

Kabupaten Bandung Barat


Dokumen
Dalam Angka Terbaru
BPS Kabupaten Bandung
6
Barat
Kecamatan Lembang
Dokumen
Dalam Angka Terbaru

Kajian Risiko Bencana


BPBD Kabupaten Bandung Dokumen, Shp
7 gempa bumi Kecamatan
Barat dan Peta
Lembang

C. Metode Analisis
Dalam penelitian, identifikasi bahaya didasarkan suatu parameter
penilaian. Hal ini dilaukan agar hasil identifikasi memiliki perbedaan dengan
gambaran umum wiayah studi. Parameter penilaian dilihat dari beberapa standar,
salah satunya ialah parameter yang digunakan dalam proses kajian risiko bencana
yang menggunakan proses skoring. Namun dalam menjawab sasaran ini penelitian
ini tidak akan menggunakan proses skoring, hasil skoring hanya digunakan
sebagai acuan dalam menentukan tingkat bahaya dengan asumsi semakin tinggi
skor maka semakin tinggi tingkat bahaya.
Terdapat dua skala yang digunakan dalam mengukur intesitas gempa
yaitu skala dinilai secara kuantitatif dan kualitatif. Penilaiaan secara kualitatif
deilakukan dengan menggunakan skala MMI (Modified Mecrcaili Intesity). Skala
Mercalli terbagi menjadi 12 pecahan berdasarkan informasi dari masyarakat yang
selamat dari bencana gempa bumi dan juga melihat serta membandingkan tingkat
kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Sedangkan penilaian secara kuantitatif
dilakukan dengan menggunakan perhitungan pada percepatan tanah yang disebut
dengan Peak Ground Acceleration.
 Skala Intensitas Gempa Bumi (MMI)
Skala intensitas gempa bumi ini menyatakan dampak yang ditimbulkan akibat
terjadianya gempa bumi. Skala Intensitas Gempa Bumi disusun dengan
mengakomodasi keterangan dampak dari gempa bumi berdasarkan tipikal budaya
atau bangunan di Indonesia.
Tabel I. 1 Prameter Penialai Bahaya

Skala MMI Keterangan Skala PGA


Tidak dirasakan getarannya kecuali dalam keadaan
I
khusus bebeapa orang bisa merasakannya
Bisa dirasakan getarannya oleh beberapa orang saja,
II ditunjukkan dengan benda-benda sekitar yang
digantung bergerak atau goyang
Bisa dirasakan getarannya di dalam rumah seakan-akan 0.03 -
III
ada kendaraan besar lewat kebawah
Jika terjadi di siang hari bisa dirasakan getarannya di
dalam rumah oleh banyak orang, pada saat diluar
IV beberapa orang akan merasakan getarannya, ditandai
oleh perabotan rumah seperti guci pecah, pintu dan
jendela berbunyi decitan dan dinding juga berbunyi.
Bisa dirasakan getarannya oleh hampir semua
penduduk, getaran tersebut bisa membuat guci pecah,
V 0.03 – 0.08
perabotan rumah berjatuhan, tiang-tiang listrik
bergoyang dan membangunkan orang.
Bisa dirasakan getarannya oleh semua penduduk baik
VI di rumah ataupun diluar ruangan, penduduk berlari 0.08 – 0.15
keluar, dinding rusak ringan
Bisa dirasakan getarannya oleh semua penduduk, tiap
penduduk berlari keluar rumah, dinding rusak sedang
VII 0.15 – 0.25
pada rumah, jika konstruksi bangunan tidak baik akan
roboh bahkan hancur
Jika bangunan dengan konstruksi yang kuat
kerusakannya yang terjadi ringan, jika konstruksi
VIII 0.25 – 0.45
bangunan kurang baik maka terjadi retakan, dinding
roboh dan menyebabkan air menjadi keruh.
Jika bangunan dengan konstruksi yang kuat, kerusakan
yang terjadi ringan, jika konstruksi bangunan kurang
IX baik maka bangunan terjadi retakan, dinding roboh dan 0.45 – 0.60
menyebabkan air menjadi keruh. Monument-monumen
roboh, bisa dirasakan orang yang naik kendaraan.
Rumah roboh, tetapi masih banyak yang berdiri,
kerangka rel kereta api melengkung, terjadi tanah
X 0.60 – 0.80
longsor di daerah sungai-sungai atau ditanah yang
curam.
Rumah roboh dan sedikit yang berdiri hanya bangunan
XI yang tahan gempa, rel kereta melengkung, jembatan 0.80 – 0.90
bisa roboh dan rusak.
Skala MMI Keterangan Skala PGA
Jenis bangunan hancur rata, gelombang tsunami datang
XII 0.90 - keatas
ke daratan, barang-barang akan terlempar, langit gelap.
Sumber : Natawidjaja, 2008 dalam gita agnesti 2020

Sifat atau penyebab bencana, tidak semata-mata dilihat sebagai sesuatu


yang bersifat murni alamiah (natural disasater) tetapi sesuatu risiko (risk) yang
tidak tertangani oleh manusia dalam segala dimensi sosial kelembagaan, oleh
karena itu dibutuhkan dimensi manusia di dalamnya. Bencana dapat pula berakar
pada factor manusia, seperti pribadi, sosial, maupun lembaga.
 Matriks Analisis
Tabel Matriks Analisis Data dilakukan dengan mengkuantifikasi dan
menyusun data yang disajikan dalam tabel, untuk menemukan lebih banyak
indikator umum yang akan membedakan dan memberi kejelasan jumlah besar
kompleks informasi saling terkait.
Sumber
Sasaran Jenis Data Teknik Analisis Output
Data
Teridentifikasiny · Peta geologi Data · Analysis GIS · Peta tingkat bahaya
a tingkat bahaya primer berdasarkan variabel
bencana gempa dan MMI
berdasarkan · Peta topografi sekunder · Analisis dengan · hasil skoring bahaya
variabel MMI di variabel MMI di wilayah Kecamatan
Kecamatan Lembang
Lembang · Peta jenis tanah · Analisis kesesuaian · peta kesesuaian
lahan lahan
· Peta penggunaan
lahan
· Peta ketinggian

1.5.2 Teridentifikasinya tingkat kapasitas pelaku usaha terhadap gempa


bumi di Kecamatan Lembang
A. Metode Pendekatan

Metode atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kombinasi (Mixed Methods). Metode penelitian kombinasi
(Mixed Methods) adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau
menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan
secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data
yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif. (Sugiyono, 2011:404).
Desain penelitian ini menggunakan Sequential Explanatory dicirikan dengan
melakukan pengumpulan data dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama,
dan diikuti dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua,
guna memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama.
(Sugiyono, 2011:409).
.
Sasaran Metode Keterangan

Pendekatan yang digunakan ialah


mengambil hasil persepsi masyarakat yang
dijabarkan dalam metode deskriptif yang
Teridentifikasinya tingkat
merupakan penelitian terhadap masalah-
kapasitas pelaku usaha
Kuantitatif masalah berupa fakta-fakta saat ini dari
terhadap gempa bumi
suatu populasi yang meliputi kegiatan
Kecamatan Lembang
penilaian sikap atau pendapat terhadap
individu, organisasi, keadaan, ataupun
prosedur
Sumber : G.B William, 2008 dalam Gita Agnesti 2020
B. Metode Pengumpulan Data

Untuk metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan


ini menggunakan pengumpulan data sekunder dan primer. Pengumpulan Data
Sekunder atau telaahan dokumen, dimana teknik ini berupa perekaman atau
pencatatan data sekunder dari instansi/lembaga terkait dan media masa. Survei ini
dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di
instansi terkait yang relevansi dengan kegiatan pekerjaan, baik berupa kajian,
dokumen perencanaan, studi-studi serta kebijakan dan peraturan perundang-
undangan yang digunakan sebagai acuan pemerintah setempat. Disela-sela survei,
dilakukan diskusi yang melibatkan aparat pemerintah daerah yang terkait dengan
pengembangan daerah untuk saling tukar informasi dan pengetahuan tentang
kondisi aktual. Pada survei sekunder dilakukan pengumpulan data sekunder yang
diperoleh dari literatur-literatur dan instansi terkait, adapun kebutuhan data dalam
penelitian ini.
Metodologi pengumpulan data berupa suatu teknik atau cara yang dilakukan
dalam pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapakan suatu
informasi yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan penelitian. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan, karena data yang telah diperoleh akan dijadikan landasan dalam
mengambil keputusan. Data yang dikumpulkan haruslah merupakan data yang
representatif. Berdasarkan jenis data menurut cara memperolehnya terdapat dua
data yaitu data primer dan dara sekunder.
A. Pengumpulan Data Primer
Dimana untuk data Primer diperoleh dengan melakukan tiga cara yaitu
melalui wawancara, penyebaran kuisioner dan observasi lapangan. Observasi
langsung terhadap lapangan (pengamatan) yang bertujuan untuk mengetahui
secara langsung kondisi yang terjadi untuk membuktikan kebenaran.
 Wawancara
Wawancara merupakan dialog atau tanya jawab antara pewawancara dengan
responden dengan tujuan memperoleh jawaban-jawaban yang dikehendaki
(Sudjarwo, 2009:165). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pihak
yang berkaitan dengan bencana baik secara langsung maupun tidak langsung.
Beberapa pihak yang dipilih menjadi responden diantaranya ialah seperti pihak
pemerintah yang terdiri dari pemerintah Kabupaten Bandung Barat serta instansi
yang berhubungan dengan kebencanaan seperti Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi.
Jenis wawancara yang digunakan ialah wawancara secara terstruktur dan
dilakukan dengan tatap muka (face to face), maka disini peneliti telah menentukan
dan penyiapkan daftar pertanyaan secara tertulis dimana setiap responden diberi
pertanyaan yang sama dan dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai
pengumpul data. Dalam melakukan wawancara maka perlu beberapa alat yang
dapat membantu dalam jannya suatu wawancara yakni seperti perekam suara,
catatan, alat tulis, gambar, brosur, dan materi lain yang dapat membanti
pelaksanaan wawancara berjalan lancar.
 Observasi Lapangan
Observasi Lapangan merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti
melakukan pengamatan pada objek penelitian secara langsung guna melihat secara
lebih dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004: 104). Observasi yang
dilakukan dalam penelitian berkaitan dengan bahaya bencana, resiko bencana,
kerentanan bencana serta kapasitas dalam bentuk fisik untuk menghadapi apabila
terjadi bencana.
 Kuesioner
Kuesioner merupakan rangkaian pertanyaan yang tertuang secara tertulis
dalam bentuk lampiran pertanyaan yang disebarkan pada masyarakat di wlayah
kajian. Dengan kuesioner ini akan didapatkan persepsi pelaku usaha di
Kecamtan Lembang.

 Teknik Sampling
Dalam penelitian ini tidak seluruh populasi yang dipakai dalam penelitian,
mengingat jumlahnya yang cukup banyak. Oleh karena itu dalam penelitian ini
digunakan sampel, yaitu sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi yakni diambil dari jumlah pelaku usaha. Agar hasil penelitian yang
dilakukan terhadap sampel yang mewakili karakteristik populasi, maka cara
penarikan sampel nya harus dilakukan secara seksama. Adapun teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Probability Sampling, merupakan
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Selanjutnya masuk dalam Simple Random Sampling, yaitu pengambilan
anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa melihat strata
yang ada dalam populasi tersebut. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus Isaac and Michael (1981), sebagai berikut :
λ 2. N . P . Q
S=
d 2 ( N −1 ) + λ 2. P .Q
Keterangan :
λ 2 dengan dk = 1, tingkat error = 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5
d = 0,05
N = Jumlah Sampel
Isaac and Michael (1981), membuat tabel yang bisa digunakan dalam
penentuan jumlah sampel dengan didasarkan atas kesalahan 1%, 5%, dan 10%.
Peneliti dapat secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah
populasi dan tingkat kesalahan yang dikehendaki. Penentuan tingkat error ini
dinyatakan dengan semakin kecil tingkat error, semakin akurat sampel dalam
menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan tingkat error 5% berarti
memiliki tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan tingkat error 2% memiliki
tingkat akurasi 98%. Dengan jumlah populasi yang sama, semakin kecil tingkat
error, semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan.
Tabel I. 2 Tabel Isaac and Michael

C. Metode Analisis

Penelitian menggunakan kuesioner sebagai perangkat penelitian. Dalam


menganalisis persepsi kapasitas pelaku usaha terhadap bencana gempa bumi
diigunakan variabel dalam pendekatan paradigma psikometri, dilakukan
modifikasi diantaranya dengan menggabungkan kesukarelaan, ketakutan, persepsi
potensi dampak serta keparahan akibat konsekuensi kesiapsiagaan sebagai sub
variabel dari persepsi kesiapsiagaan yang bersumber dari nalar, pikiran,
pemahaman yang disinkronkan dan disimpulkan dijadikan sebuah opini yang
bersifat subjektif. Dengan indikator yang digunakan dinatranaya persepsi
kapasitas bencana, pengetahuan masyarakat, pengendalian masyarakat dalam
suatu bencana gempa bumi dan pengalaman masyarakat dalam mengghadapai
suatu bencana gempa bumi. business continuity plan (BCP)sendiri merupakan
cara yang digunakan untuk mepertahankan bisnis sebelum dan sesudah becana
terhajadi dan peristiwa yang meganggu (Susan Snedeker, 2007).
Tingkat kapasitas pelaku usaha diukur melalui indicator yang diadaptasi
dari Business Continuity And Disaster Recovery Planning oleh Susan Snedeker
pada tahun 2007, indicator tersebut dikelompokan menjadi 2 para meter yaitu
business impact analysis (BIA) dan business revovery plan (BRP), parameter
tersebut di sesuaikan dengan parameter yang di butuhkan pada studi ini,
Tabel Framework kapasitas pelaku usaha terhdap bencana gempa bumi di
kecamtan lembang

Parameter Variabel Indikator


Menjelaskan tipe-tipe, sumber, penyebab dan
intensitas bencana
Menjelaskan kerentanan lingkungan dan bangunan
fisik
Risk Assement Pelaku usaha tau akan tingkat bahaya gempa bumi
Penilai resiko bencana
Mengidetifikasi terhadap bagian bisnis paling
penting pada perusahaan
Tersedianya prosedur tetap (protap) untuk keadaaan
Business Impact darurat bencana
Assessment Motivasi komunitas pelaku usaha dalam
mengatisipasi bencana gempa bumi
Memiliki Kesepakatan pelaku usaha dalam
Develop priorities antisipasi becana
and classification Melakukan Analisis bencana secara Finansial
maupun oprasional
Membangun bangunan tahan gempa
Tersedianya rencana tempat-tempat, peta dan jalur
evakuasi
Memiliki keuangan yang sehat
adanya upaya untuk tumbuh setelah bencana terjadi
Terdapat tabungan (biaya darurat)
Recovery Memiliki Investor atau induk perusahaan
Memiliki suntikan dana, dari Investor atau
perusahaan induk
Terdapat asuransi bencana
Business Recovery
Plan Mengetahui skema PFB (pooling fund bencana)
Kementrian Keuangan
Residual Risk Mengetahui skema PARB (Pembiayaan dan
asuransi bencana) kemetrian keuangan
Terdapat pinjaman siap siaga
Memiliki kelompok/grup sesama pengusaha
Emergency Respon Rencana untuk merespon keadaan darurat
Parameter Variabel Indikator
Komunikasi
Recovery Point Objective (RPO)
Maximum Tolerable
Recovery Time Objective (RTO)
Downtime (MTD)
Work Recovery Time (WRT)
Sumber:Hasil Anlisis 2022

 Analisis Sistem Informasi Geografi (SIG)


Analisis Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem di dalam
komputer (SBIS) yang digunakan untuk memasukan atau capturing, menyimpan,
memeriksa, mengintegrasikan, menganalisis dan juga menampilkan data yang
memiliki hubungan dengan posisi di permukaan bumi. Analisis spasial atau
analisis Sistem Geografis merupakan kumpulan dari teknik yang dapat digunakan
untuk melakukan pengolahan data GIS. Hasil dari analisis data spasial ini
bergantung dari lokasi atau tempat di mana objek sedang dianalisis. Selain itu,
analisis spasial juga bisa diartikan sebagai teknik – teknik yang dapat digunakan
untuk meneliti dan juga mengeksplorasi dari dari sudut pandang keruangan.
Semua teknik ataupun pendekatan perhitungan secara matematis yang
berhubungan dengan data spasial dilakukan dengan menggunakan fungsi analisis
spasial. Menurut Prahasta (2009), fungsi dari analisis spasial diantaranya yaitu:
1. Klasifikasi (reclassify), yaitu suatu kegiatan yang mengklasifikasikan kembali
suatu data hingga pada akhirnya menjadi sebuah data spasial yang baru dan
berdasarkan pada kriteria atau atribut tertentu.
2. Overlay, merupakan fungsionalitas yang menghasilkan layer data spasial baru,
di mana layer tersebut merupakan hasil dari kombinasi minimal dua layer yang
menjadi inputannya.
3. Pembobotan (Weighting), Pembobotan merupakan teknik pengambilan
keputusan pada suatu proses yang melibatkan berbagai faktor secara bersama-
sama dengan cara memberi bobot pada masing-masing faktor tersebut.
Pembobotan dapat dilakukan secara objektif dengan perhitungan statistik atau
secara subjektif dengan menetapkannya berdasarkan pertimbagan tertentu.
Penentuan bobot secara subjektif harus dilandasi pemahaman tentang proses
tersebut.
4. Skoring, analisis skoring adalah teknik analisis data kuantitatif yang digunakan
untuk memberikan nilai pada masing-masing karakteristik parameter dari sub
sub variabel agar dapat dihitung nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya.
Dengan metode skoring didapatkan hasil penilaian yang lebih akurat dibanding
dengan sistem analisis yang dijalankan saat ini. (Daniel Wijaya Gunawan, Sulis
Janu Hartati, Yoppy Mirza Maulana, 2014. Rancang Bangun Aplikasi Analisis
Kredit Menggunakan Metode Skoring Pada Bintang Jaya Variasi Audio)
 Matriks Analisis
Tabel Matriks Analisis Data dilakukan dengan mengkuantifikasi dan
menyusun data yang disajikan dalam tabel, untuk menemukan lebih banyak
indikator umum yang akan membedakan dan memberi kejelasan jumlah besar
kompleks informasi saling terkait.
Sumber
Sasaran Jenis Data Teknik Analisis Output
Data
Teridentifikasiny · Luas wilayah Data Pimer · Analisis tingkat · Peta tingkat
a tingkat dan sekunder kesiapsiagaan kesiapsiagaan
kapasitas pelaku masyarakat masyarakat
usaha terhadap · Jumlah pelaku · Analisis GIS · Hasil skoring
gempa bumi di usaha kapasitas pelaku
Kecamatan usaha
Lembang · Kepadatan · Analisis penilaian · Peta overlay
bangunan kapasitas pelaku usaha tingkat bahaya dan
(pembobotan dengan tingkat
skala Guttman) kesiapsiagaan
· Jenis bangunan · Analisis GIS (Overlay
terbangun peta)
· Ketersediaan
fasilitas umum
· Kestabilan
batuan
· Penghasilan
masyarakat
· Mata
pencaharian atau
kegiatan
masyarakat
· Peta tingkat
bahaya
Kecamatatan
Lembang
· Peta tingkat
kapasitas pelaku
usaha
1.5.3 Rekomendasi terhadap arahan peningkatan kapasitas pelaku usaha
terhadap gempa bumi di Kecamatan Lembang
A. Metoda Pendekatan

Untuk metode pendekatan yang digunakan pada sassaran ini yaitu metode
pendekatan Kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif menurut Sugiono (2011),
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post
positivisme yang dimana untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, serta penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Penggunaan Metode Pendekatan Berdasarkan Sasaran Rekomendasi Dalam
Penanganan gempa bumi di Kecamatan lembang
Metode
Sasaran Keterangan
Pendekatan

Pendekatan kualitatif digunakan untuk


Rekomendasi terhadap arahan
membantu dalam menjelaskan dan
Peningkatan kepasitas pelaku usaha
Kuantitatif merumuskan arahan dalam penigkatan
terhadap bencana gempa bumi di
kapasitas pelaku usaha di Kecamatan
Kecamatan Lembang
lembang

B. Metoda Pengumpulan Data

Untuk metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan laporan


ini menggunakan pengumpulan data primer dan sekunder. Adapun pengumpulan
data primer dilakukan untuk mengetahui bentuk antisipasi bencana gempa bumi di
Kecamatan Lembang berdasarkan wawancara dan survel lapangan. Sedangkan
untuk pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan data terkait
dokumen-dokumen rencana penanganan gempa bumi di kecamatan Lembang.
Selain itu data sekunder lainnya yaitu berupa pendekatan teori dari beberapa
sumber buku yang ada.
Kebutuhan Data Sekunder Sasaran Rekomendasi Dalam Penanganan gempa
bumi di Kecamatan Lembang
No. Instansi Kebutuhan Data Bentuk Data Keterangan

1. BPBD Kabupaten Dokumen Penanganan Dokumen dan


No. Instansi Kebutuhan Data Bentuk Data Keterangan

gempa bumi di
Bandung Barat SHP Peta
Kecamatan Lembang

Untuk wawancara yang dilakukan dalam pengumpulan data primer sendiri


bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait antisipasi gempa bumi yang ada di
Kecamatan Lembang serta melihat kondisi eksistingnya guna melihat
implementasi yang sudah ada. Sehingga dapat menjadi gambaran dan input
bersamaan dengan pendekatan teori yang digunakan sehingga bisa didapatkan
rekomendasi dalam penanganan gempa bumi di kecamatan lembang.
C. Metoda Analisis

Analisisi yang dilakukan untuk mengetahui arahan peningkatan kapasitas


pelaku usaha terhadap risiko bencana menggunakan metode deskriptif
berdasarkan hasil identifikasi tingkat bahaya dan kapasitas pelaku usaha terhdapa
bencana gempa bumi di Kecamatan Lembang, yang dijabarkan menjadi indikator
berisiko untuk setiap klasifiakasinya dengan rencana penanganan gempa bumi di
Kecamatan Lembang.
 Matriks Analisis
Tabel Matriks Analisis Data dilakukan dengan mengkuantifikasi dan
menyusun data yang disajikan dalam tabel, untuk menemukan lebih banyak
indikator umum yang akan membedakan dan memberi kejelasan jumlah besar
kompleks informasi saling terkait.
Teknik
Sasaran Jenis Data Sumber Data Output
Analisis
Rekomendasi Dokumen Kebijakan Data Primer dan Wawancar Upaya yang dilakukan
terhadap serta hasil wawancara sekunder a dan pemerintah dalam
arahan pada instansi, pelaku penyebaran menanggapi kapasitas
peningkatan usaha maupun pihak kuesioner pelaku usaha seperti
kapasitas terkait yang memahami Pembentukan Kelompok
pelaku usaha rencana kesiapsiagaan. Siaga Bencana Skala
terhadap Kecamatan dengan
gempa bumi di kegiatan semacam edukasi
Kecamatan dan sosialisasi hingga
Lembang sistem informasi yang
dapat digunakan oleh
masyarakat untuk
menegtahui bencana yang
mengancam wilayah
Kecamatan
1.6 Batasan Studi
Batasan studi ini menjelaskan tentang hal-hal yang akan dibahas dalam
penelitian ini serta batasan tentang hal yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Batasan penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu batasan wilayah dah batasan
materi.
 Ruang lingkup wilayah kajian terdapat pada Kecamatan lembang
yang difokuskan terhadap indetifikasi resiko bencana gempa bumi
di kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
 Ruang lingkup subtansi sendiri fokus membahas mengenai
kapasitas pelaku usaha di Kecamatan Lembang.
 Kapasitas di ukur berdasarkan business continuity plan (BCP) yang
terdiri dari business impact analysis (BIA) dan business revovery
plan BRP
 Dalam rekomendasi penanganan bencana gempa bumi di
Kecamtan Lembang sendiri tidak membuat peta ruang evakuasi
dan peta jalur evakuasi.
1.7 Kerangka Pemikiran

Latar Belakang : Isu Permasalahan :


Menurut para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia • Tidak adanya penjelasan mengenai
(LIPI), bersama JICA dan Kementrian Riset dan Teknologi karakteristik Kawasan Teknopolis
memastikan patahan lembang dalam keadaan aktif dampak Summarecon
pergeseran sesar Lembang diprediksi akan menyebabkan longsor dan • Pengembangan Bandung Teknopolis di
gempa dengan kekuatan sekitar 6-7 SR. Kecamatan Gedebage sendiri memiliki
Sebagai salah satu kecamatan yang begitu pesat dalam pembangunan hambatan dari segi kebencanaan banjir,
Kecamatan Lembang menjadi salah satu kecamatan yang penting berdasarkan RTW Kota Bandung Tahun 2011-
untuk menopang pembangunan di Kabupaten Bandung Barat, yang 2031
memiliki fungsi sebagai wisata dan perumahan • Belum adanya pengkajian mengenai tingkat
permukiman.perumahan permukiman. resiko bencana banjir terhadap pengembangan
INPUT

Tujuan :
Mengetahui seberapa jauh kapasitas pelaku usaha di lembang terhdap
potensi bencana gempa bumi

Sasaran 3.
Sasaran 1 Sasaran 2
Rekomendasi terhadap arahan
Terindetifikasi tingkat bahaya Teridetifikasinya tingkat kapasitas pelaku usaha
peningkatan kepasitas pelaku usaha
gempabumi di Kecamatan Lembang terhadap gempa bumi di Kecamatan Lembang
terhadap bencana gempa bumi

Data Sekunder dalam Kajian  Penetuan indikator di adaptasi Business Hasil wawancara kepada
Development Earthquake Scenario Continuity And Disaster Recovery Planning perangkat daerah meliputi
PROSES
and Fatality Estimation for
 Form Kuesioner yang diadaptasi indikator Pemerintah KBB
Bandung City : (Bappelitbang), Dinas
 Observasi Patahan Sesar  Disebarkan kepada masyarakat umum sebagai
Kebakaran dan
Lembang dengan GPS referensi informasi yang digunakan peneliti
Penanggulangan Bencana Kota
 Pemodelan Finite Fault dengan  Skoring hasil kuesioner dengan Skala Guttman Bandung dan Kecamatan
scenario gempa 6.5 magnitude  Overlay peta tingkat kapasitas Lembang serta pengkajian pada
 Didapatkan skala intensitas nilai  Peta tingkat bahaya gempa bumi (Skala MMI) dokumen Kebjakan yang sudah
PGA dan MMI lokasi kajian  Peta jumlah sebaran terdampak ada.

Teridentifikasinya tingkat bahaya


gempa bumi dengan skala Teridentifikasinya tingkat kapasitas pelaku
intensitas nilai PGA dan MMI di usaha terhadap bencana gempa bumi.
Lembang
OUTPUT

Teridentifikasinya tingkat kapasitas pelaku usaha serta


Rekomendasi terhadap arahan rekomendari terhadap arahan kapasitas pelaku usaha dalam
kapasitas pelaku usaha upaya meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh
bencana alam
1.8 Kerangka Analisis

Teridentifikasinya tingkat
bahaya bencana gempa Teridentifikasinya tingkat kapasitas
berdasarkan variabel MMI dan pelaku usaha terhadap gempa bumi Arahan peningkatan kapasitas
PGA Kecamatan Lembang pelaku usaha terhadap gempa
bumi di Kecamatan Lembang

Kuisioner berdasarkan
Skoring BCP (BIA &
BCP (BIA
BRP)& BRP)
Analisis deskriptif dengan Analisis deskriptif dengan
mengumpulkan data mengumpulkan data melalui
sekunder dan primer hasil wawancara dan data dari
analisis tingkat bahaya dan
tingkat kesiapsiagaan

 Analisis Tingkat
Bahaya dengan variabel
MMI dan Analisis GIS dan analysis
 Analisis GIS pelaku usaha

Menghasilkan peta skoring tingkat Rumusan rekomendasi


kapasitas eksisting pelaku usaha kebijakan dari pemerintah
Menghasilkan peta skoring usaha
tingkat bahaya berdasarkan
variabel MMI

Kapasitas Pelaku Usaha Di


Lembang Terhadap Potensi
Bencana Gempabumi
1.9 Sistematika Penyusunan

Sistematika penyusunan dari laporan tugas akhir “Penilaian Kapasitas


Pelaku Usaha Di Lembang Terhadap Potensi Bencana Gempabumi” terdiri atas
5 bab sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang dari penelitian, isu permasalahan, tujuan
dan sasaaran, ruang lingkup substansi dan wilayah, metodologi, batasan studi,
kerangka berpikir serta sistematika penyusunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai tinjauan teori dan tinjauan kebijakan. Adapun
tinjauan teori yang ada pada tinjauan pustaka sendiri yaitu berkaitan dengan
bencana, gempa bumi, risiko bencana, manajemen bencana gempa bumi.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH


Pada bab ini membahas tentang gambaran secara umum tentang wilayah kajian
yaitu Kecamatan Lembang.

BAB IV ANALISIS
Bab ini menjelaskan mengenai hasil dan pembahasan penelitian tugas akhir yang
telah dilakukan dan pada akhirnya akan mengeluarkan tingkat risiko gempa bumi
di Kecamatan Lembang.

BAB V KESIMPULAN
Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang telah dilakukan yang berisikan
kesimpulan mengenai tingkat risiko bencana gempa bumi di Kecamatan Lembang
dan tersusunnya rekomendasi untuk menurunkan tingkat risiko bencana gempa
bumi.

Anda mungkin juga menyukai